Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

OLEH :
AKBAR NOVALUL KAMAL

12010113130281

MUHAMAD SOFI ZEVANANDA

12010113120033

TIORO SIMBOLON

12010113120030

DICKY PERMANA HIDAYAT

12010113130180

DIONISIUS WIRAWAN

12010113130175

NANA VARIAN

12010113120085

NATHANIA VALENTINA B

12010113120111

Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
2016

A. Company Profile
Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) merupakan salah satu dari sedikit perusahaan
Indonesia yang mampu bertahan selama lebih dari 50 tahun. Benih Tiga Pilar Sejahtera
Food (AISA) didirikan pada tahun 1959 oleh Tan Pia Sioe. Pada awalnya, benih Tiga Pilar
Sejahtera Food (AISA) hanya membuat bihun jagung di Sukoharjo, Jawa Tengah, dengan
merk Cap Cangak Ular. Pada tahun 1978, Tan Pia Sioe wafat, dan usahanya diteruskan oleh
putranya, Priyo Hadi Susanto. Pada Tahun 1992, PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) secara resmi
didirikan, dan tampuk pimpinan perusahaan diserahkan kepada Cucu Tan Pia Sioe, yakni
Stefanus Joko Mogoginta, Dirut Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) sekarang..
Pada awalnya, AISA hanya berfokus pada bisnis Bihun kering dan baru pada
tahun 2001 lah, AISA masuk bisnis mie kering.Sejak tahun 2003, Bisnis Mie kering
AISA makin mantap setelah mengakuisisi PT Asia Inti Selera Tbk (AISA), sebuah
perusahaan produsen mie kering yang dulu pernah terkenal dengan merk Ayam 2
Telornya. Akuisisi ini pula yang membuat Tiga Pilar Sejahtera melakukan backdoor
listing dan mulai tercacat di Bursa..
Setelah beberapa tahun tanpa aksi berarti, Pada tahun 2008, Tiga Pilar Sejahtera
Food (AISA) mulai Melakukan beberapa akuisisi diluar bisnis Mie. TPSF mengakuisisi
Bumi Raya Investindo / BRI (yang di tahun 2014 direncanakan akan IPO), sebuah
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kalimantan Selatan. Di tahun 2008
pula, AISA melakukan akuisisi terhadap PMI yang bergerak di bidang makanan manis,
biskuit dan snack..
Selanjutnya, pada tahun 2010 TPSF / AISA memasuki Industri Beras melalui
pembentukan Distributor JV dan mengakuisisi Pabrik Beras Jatisari Srirejeki. Pada tahun
itu juga, TPSF mengakuisisi 5 Perusahaan Perkebunan kelapa sawit baru dan memulai
pembangunan Pabrik CPO..
Aksi AISA tidak berhenti disana, pada tahun 2011 TPSF mengakuisisi pabrik
beras dan merek beras milik PT Alam Makmur Sembada yang mempunyai kapasitas
produksi 500 ton gabah kering/hari. Di tahun itu pula, TPSFmelalui PT Balaraja Bisco

Paloma (BBP) mengakuisisi fasilitas produksi biskuit diBalaraja, Tangerang. Selanjutnya,


TPSF juga mengakuisisi merek TARO beserta fasilitas produksinya dari PT Unilever
Indonesia, Tbk.
Analisis Kredit prinsip 5C
1. Character
Watak:
Direktur Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. memiliki seorang pemimpin
yang memiliki prinsip work hard, work smart, dan work fast secara bestpractice, lebih modern, lebih sederhana. Hal-hal ini selalu ditekankan oleh
Stefanus Joko M selaku direktur utama dalan kegiatan sehari-hari dan pada
karyawan mereka.
Akivitas:
Tahun 2001, TPS mulai masuk ke industri mie kering, dengan
mendirikan pabrik mie kering di Sragen, Jawa Tengah, namun dengan tetap
mempertahankan usaha produksi bihun jagung. Dua tahun berikutnya yaitu
pada tahun 2003, TPS masuk lebih dalam ke industri mie kering ini dengan
mengakuisisi PT Asia Inti Selera Tbk (AISA), sebuah perusahaan produsen
mie kering dengan merk Ayam 2 Telor. Karena AISA merupakan perusahaan
yang listing di BEI, maka akuisisi ini secara otomatis memasukkan TPS ke
dalam bursa saham (backdoor listing). Nama PT Asia Inti Selera kemudian
diubah menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA). AISA kemudian
melakukan right issue pertamanya (PUT I), dimana saham hasil right issue
tersebut resmi terdaftar di bursa pada tanggal 7 November 2003.
Hingga beberapa tahun berikutnya, AISA menjalankan bisnisnya
dengan biasa-biasa saja, yaitu hanya memproduksi bihun jagung dan mie
kering. Kemudian barulah pada tahun 2007, AISA mulai berekspansi, ditandai
dengan perubahan logo perusahaan. Setahun berikutnya yaitu pada tahun
2008, perusahaan melakukan right issue keduanya (PUT II), dan meraup dana
Rp327 milyar. Dana tersebut kemudian digunakan untuk mengakuisisi tiga

perusahaan yaitu PT Poly Meditra Indonesia (PMI), PT Bumi Raya Investindo


(BRI), dan PT Patra Power Nusantara (PPN). PMI adalah produsen makanan
ringan seperti biskuit, mie snack, wafer, dan permen, sehingga kini AISA
memiliki usaha di bidang makanan ringan. Sementara BRI dan PPN masingmasing adalah perusahaan produsen minyak goreng dan pembangkit listrik.
Dengan memegang pasokan minyak goreng dan listrik milik sendiri untuk
kebutuhan produksi berbagai jenis makanan, maka diharapkan bahwa kinerja
AISA ke depannya akan menjadi lebih efisien, karena perusahaan berhasil
menekan biaya produksi.
Ekspansi tersebut terus berlanjut. Tahun 2010, AISA mengakuisisi
lima perusahaan perkebunan kelapa sawit, untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku crude palm oil (CPO) bagi BRI. AISA juga masuk ke industri beras
dengan mengakuisisi satu perusahaan perdagangan beras, dan satu perusahaan
penggilingan gabah hasil panen menjadi beras. Dan pada tahun 2011, AISA
kembali menyelenggarakan right issue (PUT III) untuk memperoleh dana
bersih Rp690 milyar, dimana dana tersebut digunakan untuk mengembangkan
kegiatan usaha, dan melunasi utang-utang karena akuisisi diatas. Pada tahun
ini pula, AISA meluncurkan cukup banyak produk makanan ringan dengan
berbagai merk, termasuk mengakuisisi merk makanan ringan Taro, dari
Unilever Indonesia (UNVR).
Reputasi:
Kebiasaan pribadi: mengedepankan pikiran positif. Jangalah iri kepada
kesuksesan orang lain menjadi kunci. Stefanus Joko sendiri merupakan putra
dari Priyo Hadi Susanto. Kembali ke sebelum digantikan sang putra, jauh di
saat masih sekolah dasar, Priyo telah dikenal memiliki intuisi bisnis tinggi.
Dia rajin membantu bisnis milik keluarga. Ia terlahir dari pasangan Tionghoa,
yang merintis usaha makanan di Sukoharjo. Sebagai satu keturunan Tionghoa
asli Sukaharjo; Priyo bangga.

Karena dia mendapatkan pengalaman berbahasa Jawa aktif, alhasil dia


dikenal bias berbahasa Mandarin juga berbahasa Jawa. Ini sangatlah
membantu ketika memulai usahanya sendiri kelak. Digunakannya bahasa
Mandarin sebagai Bahasa Internasional. Sementara ketika bersosialisasi
terutama kepada karyawan maka dia menggunakan Bahasa Jawa dengan baik.
Mental berbisnis muncul tanpa pendidikan khusus. Naluriah, dia memilih
berkawan dengan karyawan di pabrik, bahkan dia tidak pulang ke rumah
tinggal bersama tiga adik perempuannya. Kemampuan berinteraksi inilah
menjadi andalan Priyo dan Tiga Pilar Sejahtera sendiri merintis. "Dari situlah
saya bias belajar budaya Jawa, mulai Bahasa hingga budayanya," ujar Priyo.
Jadilah dia menjadi perantara tumbuh perusahaan Tiga Pilar Sejahtera.
Layaknya sudah menjadi pengusaha profesional, dia sudah berkeliling
berbisnis menjajakan produk. Dia berkeliling sampai ke Solo, Yogyakarta,
Semarang, Pekalongan, Cirebon, Tegal, Jakarta dan berbagai kota lain. Priyo
membantu menjajakan mie itu keliling.
2. Capacity
Angka-angka penjualan dan pembelian:
2010

2011

Persediaan Akhir

331,899

424,332

HPP

521,405

1,330,461

Barang tersedia untuk dijual

853,304

PersediaanAwal

521,405

1,330,461

235,350

331,899

Terjadi peningkatan penjualan pada perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food


pada tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini menjadi sinyal yang baik karena
perusahaan

ini

terus

melakukan

peningkatan

perkembangan yang cukup bagus.


Perhitungan rugi-laba saat ini dan proyeksinya:

penjualan

dan

terdapat

Perusahaan memiliki kondisi laba yang cukup baik. terjadi


peningkatan laba yang besar. Peningkatan tersebut dapat kita lihat dari jumlah
earning per share yang meningkat hampir sebesar 50%.
3. Capital
Analisa ratio:
1. Likuiditas
TPS mempunyai permodalan dan likuiditas yang kuat. Jumlah
modal kerja bersih Perseroan per 31 Desember 2010 mengalami kenaikan
menjadi Rp 147,7 miliar dari Rp 75,7 miliar pada akhir 2009. Kenaikan
sebesar 95,16% ini dikarenakan meningkatnya performa penagihan
piutang. Rasio kewajiban terhadap ekuitas di tahun 2010 adalah 1,7. Nilai
kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2010 tercatat sebesar Rp
15,4 miliar.
2. Solvabilitas

Kemampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban membayar


hutang meningkat di tahun 2010 dibandingkan di tahun 2009,
sebagaimana diindikasikan oleh Rasio Lancar yang meningkat dari 1,2 di
tahun 2009 menjadi 1,3 di tahun 2010. Kenaikan sebesar 6,8%
menunjukan adanya peningkatan performa secara operational bisnis TPS.
Rasio Hutang terhadap Ekuitas juga menunjukan kenaikan performa, yaitu
dari 1,28 di tahun 2009 menjadi 1,77 di tahun 2010.
4. Collateral

Terjadi peningkatan aset lancar pada tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini
menunjukan bahwa jaminan yang diberikan menjadi meningkat jika
perusahaan sewaktu-waktu memerukan dana yang mendesak sehingga dapat
menggunakan aset lancar tersebut. Peningkatan jumlah kas perusahaan yang
signifikan dapat meningkatkan jaminan kepada pemberi kredit.
5. Conditions
Perkembangan Ekonomi Pada Tahun 2011: Badan Pusat Statistik
mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 6,5% pada empat
bulan terakhir tahun 2011, meski sebelumnya sempat muncul pesimisme
karena anjloknya angka ekspor Desember lalu. Dengan demikian, target
pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah antara 6,3-6,5%, terpenuhi

sepanjang tahun lalu. Angka yang dilansir BPS ini memupus keraguan akan
memburuknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pada Desember lalu
angka ekspor justru melemah hanya mencapai 2,19% dibanding angka yang
sama tahun sebelumnya dan merupakan yang terendah sejak September 2009.
Pada bulan Oktober dan November 2011, ekspor juga melemah menjadi 16,7
dan 8,25 %, padahal angka ekspor rata-rata sejak Juli-September mencapai
40,5%.
Meski demikian, melemahnya ekspor ditutup oleh melonjaknya
konsumsi dalam negeri sementara minat investasi juga tetap tinggi pada
kuartal keempat 2011, ditandai dengan naiknya angka investasi asing (FDI)
yang mencapai 25%. Kalangan pengamat menghubungkan naiknya angka
investasi asing ini dengan kembalinya standar laik investasi (investment
grade) yang diumumkan oleh lembaga pemeringkat Fitch, pada pertengahan
Desember lalu. Pemeringkat lain, Moody's dan Standard and Poor's,
kemungkinan besar akan mengikuti langkah itu tahun ini, yang dipandang
akan menjadi dorongan makin besar pada investor untuk berbisnis di
Indonesia.
Meski demikain suhu ekonomi dunia yang sedang terganggu akibat
krisis berkepajangan di AS dan Eropa, diperkirakan akan turut berimbas ke
Indonesia sehingga lembaga seperti Bank Indonesia menurunkan target
pertumbuhan 2012 menjadi 6,3-6,5%, lebih rendah dari target pemerintah
yang mencapai 6,7%. Dari sisi internal, persoalan yang dianggap bisa
mengganggu laju pertumbuhan ekonomi adalah masalah perburuhan yang
pada beberapa pekan terakhir dianggap meresahkan investor asing terutama
yang bergerak di bidang industri manufaktur. Pengusaha menuding
pemerintah daerah menggunakan kasus perburuhan sebagai alat politik untuk
kepentingan mereka, sehingga merugikan perhitungan bisnis mereka untuk
tahun 2012.
Industri consumer goods merupakan salah satu industry yang bergerak
pada makana dan minuman. Industri ini dikenal dengan industri yang tahan

banting karena orang akan tetap membeli makanan dan minuman dalam
keadaan krisis sekalipun. Pada saat rupiah melemah dan IHSG menjadi anjlok
industri ini tetap bertahan walau terjadi penurunan namun tidak signifikan.
Prospek AISA ini sangat menarik, dimana perusahaan berpeluang
untuk menjadi perusahaan makanan besar sekelas Indofood, suatu hari nanti.
Hal ini dapat kita lihat dari kinerja perusahaan yang sangat memuaskan.
Namun proses ke arah sana masih memerlukan waktu, dan mungkin juga
sedikit perjuangan ekstra dari tim manajemennya. Tapi satu hal yang cukup
jelas, hingga saat ini AISA belum bisa disebut sebagai perusahaan dengan
fundamental yang berisi. Termasuk dari total asetnya yang mencapai Rp 3.5
trilyun, hanya Rp 156 milyar yang merupakan saldo laba ditahan.
Analisis kredit prinsip 3R
1. Return
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 26
Januari 1990 berdasarkan Akta Pendirian No. 143 yang dibuat dihadapan Winanto
Wiryomartani, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Asia Intiselera. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. C2-1827.HT.01.01.th.91 tanggal 31 Mei 1991 serta diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 65, Tambahan No. 2504 tanggal 13 Agustus
1991. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
melalui Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 41 tanggal 8 Agustus 2008 yang
dibuat di hadapan Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., notaris di Jakarta, mengenai
penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dengan Undang-undang Perseroan Terbatas
No. 40/2007. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia melalui Surat Keputusan No. AHU-85499.AH.01.02.Tahun.2008 tanggal 13
Nopember 2008, serta diumumkan dalam BNRI No. 6, Tambahan No. 1588 tanggal
20 Januari 2009. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan,
perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha entitas anak

meliputi usaha industri mie dan perdagangan mie, khususnya mie kering, mie instan
dan bihun, snack, industry biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit
tenaga listrik, pengolahan dan distribusi beras. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1990.

2. Repayment capacity

Terjadi Peningkatan Arus Kas yang memiliki sinyal positif. Peningkatan


terjadi karena besarnya penjualan pada tahun 2011 akan tetapi penggunaan di
berbagai bidang seperti investasi membuat kas menjadi lebih efektif lagi. Arus kas
yang baik dapat membuat perusahaan menjalakan usahanya dengan lebih baik
lagi.

3. Risk bearing ability


Diversifikasi Diluar Produk Makanan Siap Konsumsi
Tiga Pilar Sejahtera mulai merambah bisnis di luar produksi makanan
dengan mengakuisisi PT Bumiraya Investindo. Ini menjadi pilar lain perseroan,
yaitu di bidang palm oil. Dari sini, perseroan mendapatkan lahan seluas 92.899
hektar. Di tahun 2013, penjualan bisnis palm oil perseroan mengalami
peningkatan 90% dari tahun sebelumnya. Kontribusi bidang ini untuk perseroan
sebesar 2%. Meskipun prosentasenya sedikit, namun selain menjual tandan buah

segar, perseroan juga mulai menjual minyak sawit mentah, inti sawit dan
turunannya.
Sedangkan untuk pilar ketiga, mulai dari tahun 2010, Tiga Pilar Sejahtera
memulai bisnis distribusi beras dengan mengambil alih PT Dunia Pangan yang
bergerak di usaha beras. Di awal mulainya bisnis beras ini, perseroan
mendapatkan kontribusi pendapatkan sebesar 34 M. Sekarang, di tahun 2013
bisnis beras mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 2,4 Trilyun.
Bisnis beras ini menjadi penyumbang terbesar pendapatan perseroan dengan
persentase 60% di tahun 2013 ini.
Usaha di bidang beras ini sekaligus merupakan kontribusi Tiga Pilar
Sejahtera bagi ketahanan pangan nasional. Menurut BULOG, Indonesia
seharusnya memiliki cadangan beras di kisaran antara 750 ribu hingga 1,25 juta
ton; namun persediaan beras saat ini masih di bawah jumlah tersebut.
Pada bulan Desember 2010, Tiga Pilar Sejahtera mengakuisisi perusahaan
penggilingan beras modern pertama di Indonesia, PT Jatisari Sri Rejeki (JSR),
yang bertempat di Cikampek, Jawa Barat. Kemudian mengakuisisi perusahaan
pabrik beras lainnya yaitu pabrik beras milik PT Alam Makmur Sembada beserta
dengan merek terkenalnya "Ayam Jago" yang sekarang diproduksi oleh PT Indo
Beras Unggul (IBU) di Cikarang, Jawa Barat. Gabungan kapasitas kedua pabrik
beras tersebut memungkinkan TPS Rice untuk memproses 1.000 ton gabah kering
per hari.
Pabrik penggilingan beras JSR berlokasi di dataran seluas 74.000 m2,
memungkinkan ekspansi dimasa yang mendatang. Pabrik tersebut menggunakan
teknologi modern, sehingga mampu memaksimalkan produksi beras berkualitas
halus. Akuisisi IBU juga termasuk akuisisi merek beras berkualitas baik dan
populer di pasar, termasuk diantaranya Ayam Jago, Istana Bangkok, Vitarice dan
Nona Holland. Produksi diluar musim panen tidak menjadi masalah bagi dua
pabrik tersebut karena teknologi pengeringan yang canggih dari keduanya
memungkinkan penyimpanan padi kering sejumlah 44.000 ton sebagai persediaan
untuk 2 bulan.

Prospek Tiga Pilar Sejahtera Ke Depan


Tiga Pilar Sejahtera percaya bahwa ada lingkup yang signifikan bagi
pertumbuhan industri beras di Indonesia. Perseroan memiliki rencana untuk
mengembangkan bisnis berasnya dan bisnis tersebut berpotensi memberikan
kontribusi secara signifikan pada pendapatan tahun 2015. Harga telah melonjak
secara signifikan dalam satu dekade terakhir. Thailand, sebagai eksportir beras
terbesar Dunia, telah melihat dukungan politik yang kuat untuk harga beras lebih
tinggi. Hal ini adalah salah satu dari sekian faktor eksternal yang mendukung
harga tinggi, tidak hanya di tingkat nasional, akan tetapi juga di tingkat global.
Faktor lain yang mendukung harga tinggi adalah perubahan iklim, serta
pertumbuhan jumlah penduduk dan permintaan akan beras.
TPS Rice telah mulai menambah silo untuk penyimpanan beras di 2 pabrik
sebanyak masing-masing 12 Silo dengan kapasitas penyimpanan masing-masing
sebesar 2.000 ton. Secara keseluruhan, kedua pabrik akan memberikan kapasitas
penyimpanan beras total sebesar 92.000 ton yang cukup untuk persediaan masa
tidak panen besar. Ditambah lagi dengan 12 silo tahap pertama dari total 36 silo
dengan kapasitas masing-masing sebesar 2.000 ton untuk pabrik baru di lokasi
Jawa Tengah.
Hingga Laporan Tahunan Tiga Pilar Sejahtera diterbitkan, penambahan 12
unit silo di Cikampek dan 12 unit silo di Cikarang serta pembangunan 2 pabrik
beras baru di Jawa Tengah masih dalam proses dan diharapkan selesai pada akhir
kuartal ketiga tahun 2013. Depo-depo beras untuk membantu penjualan telah
dibangun untuk daerah-daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Bandung
mencakup Jawa Barat dan sekarang telah masuk di Semarang, Jawa Tengah.
Penjualan ke pasar modern digiatkan untuk mencapai kontribusi yang lebih besar.
Dalam lima tahun ke depan, Tiga Pilar Sejahtera bermaksud untuk
mengambil 5% bagian dari pasar nasional. Pasar dagang beras nasional setiap
tahunnya mencapai sekitar 36 juta ton. Dengan mempertimbangkan kemampuan
sekarang dan rencana pengembangan masa mendatang, Tiga Pilar Sejahtera
percaya bahwa target ini dapat dicapai.

Seiring kian kokohnya tiga pilar produksi makanan siap konsumsi, palm
oil dan beras, tahun 2014 ini PT Tiga Pilar Sejahtera, tbk menargetkan
pendapatan sebesar 6,7 Trilyun, atau naik 65% dibanding tahun sebelumnya.
Dengan mulai stabilnya kondisi perekonomian nasional serta strategi tiga pilar
bisnisnya, menurut penulis, target pendapatan tersebut realistis untuk dicapai.
Ketahanan AISA
Sektor yang menjanjikan pada consumer goods menjadi faktor utama
dalam pertimbangan kredit ini. Selain itu strategi diversifikasi yang dilakukan
oleh AISA memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan serta mengurangi
resiko-resiko yang apat terjadi. Prospek ke depan yang cerah dapat memberikan
secerca harapan untuk AISA menjadi berkembang lagi. Pertumbuhan yang baik
ditunjukan dengan performa dari laporan keuangan dari AISA itu sendiri.
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban
jangka pendek. Cara menghitung tingkat likuiditas adalah sebagai berikut:

Liquidity=

Current Asset
x 100
Current Liabilities

Current Asset
Current Liabilities

2010
666.009
518.294

Tingkat Likuiditas tahun 2010:


666.009
x 100 =128,5
518.294

Tingkat Likuiditas tahun 2011:


1.726 .581
x 100 =189,3
911.836

2011
1.726.581
911.836

Ditinjau dari faktor likuiditas, tahun 2011 lebih baik daripada likuiditas
tahun 2010, karena current ratio tahun 2010 sebesar 128,5% yang berarti bahwa
setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 1,285,- aktiva lancar, sedangkan
pada tahun 2011 sebesar 189,3% atau setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan
Rp 1,893,- aktiva lancar.
Disini bisa dinyatakan bahwa perusahaan tidak berada dalam kondisi yang
likuid, karena untuk bisa dinyatakan dalam kondisi likuid perusahaan harus
memiliki tingkat likuiditas diatas 200% dan dibawah 1000%.

Ratio Solvabilitias
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana
yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Suatu perusahaan yang
solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable
belum tentu likuid.
1. Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Total Modal) x 100%
pada tahun 2010, = (1.346.881/ 575.763) x 100% = 2,339 = 233,9%
pada tahun 2011, = (1.757.492/ 1.832.817) x 100% = 0,958 = 95,8%
Untuk rasio hutang atas modal, keadaan perusahaan sangatlah
mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat pada nilai rasio yang dialami oleh
perusahaan, yaitu berkisar pada 95,8% sampai 233,9%. Semakin tinggi nilai

rasio ini akan semakin buruk kinerja perusahaan. Untuk nilai 233,9% terjadi
pada tahun 2010, selanjutnya menurun menjadi 95,8% pada tahun 2011. Ini
berarti pada tahun 2010 modal perusahaan sudah tidak lagi mencukupi untuk
menjamin hutang yang diberikan oleh kreditur. Hal ini sangatlah tidak baik
bagi keadaan perusahaan. Untuk hal ini perusahaan berada pada posisi
insolvable yaitu keadaan dimana kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya secara tepat waktu berada dalam posisi bermasalah bahkan
cenderung tidak tepat waktu.
2. Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang
jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan
berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus:
Total Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (1.346.881/ 1,936,949) x 100% = 0,695 = 69,5%
Pada tahun 2011, = (1.757.492/ 3,590,309) x 100% = 0,489 = 48,9%
Pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2010 artinya
bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.69,5,- dibiayai dengan utang
dan Rp.30,5 disediakan oleh pemegang saham. pendanaan perusahaan
dibiayai dengan utang untuk tahun 2011 artinya bahwa setiap Rp.100,pendanaan
perusahaan Rp.48,9,dibiayai
dengan
utang
dan Rp.51,1 disediakan oleh pemegang saham.

Pengukuran Rentabilitas Perusahaan


Rasio-rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit suatu perusahaan dengan
membandingkan aktiva dengan modal perusahaan. Beberapa rasio rentabilitas
untuk pengukuran perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food.Tbk berdasarkan
data dalam 2 periode yaitu 2010-2011, sebagai berikut : (Penghitungan dalam
jutaan Rupiah)

1. Ratio Operating income dengan Operating Assets =


Tahun 2010
Tahun 2011

LabaUsaha
Aktiva Usaha

= 126.390/1.268.792
= 9,96 %
= 185.179/3.167.702
= 5,84 %

Berdasarkan rasio ini kemampuan Aset operasi perusahaan


mengalami penurunan dalam menghasilkan Laba usaha.
2. Gross Profit Margin
Tahun 2010 = 26,06 %
Tahun 2011 = 24,10 %
Dari pengukuran rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2010
ke 2011, artinya laba kotor yang dihasilkan dari jumlah penjualan pun
turun.
3. Net Profit Margin
Tahun 2010 = 10,67 %
Tahun 2011 = 8,55 %
Dari pengukuran rasio ini laba bersih yang mampu dihasilkan
perusahaan dari jumlah penjualan perusahaan mengalami penurunan.
4. Operating Assets Turover
Tahun 2010 = 705.220/1.268.792
= 55,58 %
Tahun 2011 = 1.752.802/3.167.702
= 55,33 %
Rasio ini menunjukan tingkat efisiensi dari manajemen untuk
pengelolaan aktiva dalam kegiatan. Penghitungan menunjukan bahwa
manajemen yang lebih efisien terjadi pada tahun 2010.
5. Return On Investment (ROI)
Tahun 2010 = 55,58 % x 17,92 %
= 9,95 %
Tahun 2011 = 55,33 % x 10,56 %
= 5,84 %

Rasio ini menujukan tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi


perusahaan. Dari perhitungan diketahui bahwa pada tahun 2010 perusahaan
lebih efektif pada tingkat 9,95 %.
6. Return On Assets (ROA)
Tahun 2010 = 4,86 %
Tahun 2011 = 5,16 %
Dalam penghitungan rasio tersebut berarti ditahun 2010 setiap 1
Rupiah Aset yang digunakan mampu menghasilkan 0,0486 Rupiah laba
perusahaan. Sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi setiap
penggunaan 1 Rupiah Aset mampu menghasilkan 0,0516 Rupiah laba
perusahaan.
7. Return On Equity (ROE)
Tahun 2010 = 16,36 %
Tahun 2011 = 10,10 %
Rasio ini menunjukan bahwa setiap 1 Rupiah yang digunakan
sebagai modal usaha mampu menghasilkan 0,01636 rupiah laba ditahun
2010 dan 0,010 rupiah laba ditahun 2011. Itu artinya terjadi penurunan
dari kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba.
8. Earnings Per Share
Tahun 2010 = 45,00 %
Tahun 2011 = 89,68 %
Rasio ini menunjukan bahwa laba yang mungkin diperoleh oleh
pemegang saham dari setiap lembar saham perusahaan meningkat sebesar
44,68 %., dari 45 % ditahun 2010 menjadi 89,68 % ditahun berikutnya.

Proceeds = EAT + Depresiasi + Tax


Proceeds I

= 80.066 + 85.000 + 14.745 = 179.809

Proceeds II

= 149.901 +85.000 + 35.228 = 270.179

Total Proceeds

= 449.088
178.000
=85.000
2

Depresiasi

1. Accounting Rate of Return

=
=

2. Payback Period
Total Investasi
Proceeds 2010
Proceeds 2011
PBP

=
=
=
=
=
=
=

EAT
n
80.066+149.951
2
114.008.5
170.000.000
179.000.000
220.179.000
170.000 .000
x 12 Bulan
179.809 .000
11,3 bulan

11 bulan 10 hari

Proceeds yang dihasilkan pada tahun 2010 lebih besar daripada Investasinya,
sehingga waktu pengembalian biaya investasinya kurang dari 1 tahun, yaitu selama 11
bulan 10 hari. Pengembalian tersebut lebih cepat dari umur ekonomisnya sehingga
dikatakan layak.
3. NPV

=
Tahun
2010
2011

Proceeds
179.809
220.179
Total PV Proceeds
Investasi
NPV

DF 10 %
0.909
0.826

PV of Proceeds
163.446.381
181.867.854
345.314.235
(170.000 )
175.314.235

Berdasarkan asumsi discount factor dari utang dan inflasi sebesar 10 %, maka NPV dari
AISA sebesar 175.314.235, sehingga investasi dari AISA layak untuk dilakukan.
4. Profitabiliting Indeks
Total PV of Proceeds
PI =
Investasi

345.314
170.000
= 2,03

Nilai PI dari investasi PT Taga Pular pada 2010 dan 2011 yaitu sebesar 2,03. Investasi
tersebut sangat layak dilakukan karena 2,03 jauh diatas 1,00. Yang mana merupakan batas
mimimum kelayakan investasi.
5. IRR
1.

of 80 %
Tahun
2010
2011

Proceeds
179.889
220.179
Total PV Proceeds
Investasi
NPV

Of 80%
0.55
0.32

PV Proceeds
99.893
67.956
167.849
(170.000)
-2.151

Of 50 %
0.667
0.444

PV Proceeds
119.932
97.799
217.687
(120.000 )
47.691

2. Of 50%
Tahun
2010
2011

Proceeds
179.809
220.179
Total PV
Investasi
NPV
X 30 )
( 47.691
49.842

IRR=50 +

= 50% + 28.7%
= 78.7%
IRR tersebut jauh diatas discount rate, sehingga investor sangat layak dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai