Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada

mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa
ulser tunggal maupun lebih dari satu.SAR dapat menyerang mukosa mulut yang
tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut,
palatum lunak dan mukosa orofaring. Definisi SAR merupakan ulser oval rekuren
pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi
ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan,
menelan dan berbicara. Penyakit ini relatif ringan karena tidak bersifat
membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang orang yang
menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat
terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit
yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan
patologis dengan gejala klinis yang sama. SAR dapat membuat frustasi pasien
dan dokter gigi dalam merawatnya karena kadang-kadang sebelum ulser yang
lama sembuh ulser baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak. (Hartono,
1999)
Adapun golongan obat-obatan yang diberikan pada penderita SAR pada
kasus Nn. Viranda diantaranya, kortikosteroid dan klorheksidin
Kelenjar adrenal adalah sumber berbagai macam grup hormon yang penting
untuk kontrol metabolik, regulasi keseimbangan air dan elektrolit, dan regulasi
respon tubuh terhadap tekanan. Bagian medula kelenjar menyekresikan epinefrin
dan norepinefrin pada stimulasi simpatetik. (Sugito, 2001)
Menggunakan kolesterol sebagai substrat, korteks adrenal memproduksi
dalam

jumlah

banyak,

substansi

yang

dikenal

sebagai

kortikosteroid.

Kortikosteroid tertentu dan analog sintetiknya digunakan dalam kedokteran untuk


menggantikan insufisiensi adrenal. Mereka terlebih luas lagi digunakan untuk

penyakit non-adrenal, umumnya karena kemampuan mereka untuk menekan


inflamasi akut atau kronis yang menyertai cidera dan banyak penyakit. (Sugito,
2001)
Klorheksidin adalah antiseptik yang telah diuji dan digunakan secara intensif
untuk pengendalian plak. Klorheksidin yang paling banyak dipakai dalam bidang
kedokteran gigi adalah klorheksidin 0,2% dan 0,12%. Menurut hasil penelitian
Keijser, dkk tidak ada perbedaan yang signifikan antara klorheksidin konsentrasi
0,2% dan 0,12% dalam pencegahan pembentukan plak. Di samping itu telah
dilakukan penelitian terhadap cara pemberian klorheksidin, yaitu dengan aplikasi
0,2% gel klorheksidin dibandingkan dengan kumur-kumur 0,2% larutan
klorheksidin menunjukkan hasil yang sama efektif dalam pencegahan
pembentukan plak. (Prijantojo, 1996 )
Dalam kasus ini menyebutkan bahwa seminggu yang lalu, nona Viranda
mendatangi puskesmas dengan keluhan sariawan yang sama pada saat sekarang
nona Viranda datang ke RSGM. Pada saat di puskesmas seminggu yang lalu,
dokter memberikan kortikosteroid dan obat kumur yang mengandung
klorheksidin. Setelah dilakukan pemeriksaan intra dan extra oral diketahui adanya
candidiasis oral dan gingivitis stomatitis herpetika sehingga dokter memberikan
obat antifungal dan antiviral.
Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik di rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan abnormal dari jamur Kandida albikan. Kandida
albikan ini sebenarnya merupakan flora normal rongga mulut, namun berbagai
faktor seperti penurunan sistem kekebalan tubuh maupun pengobatan kanker
dengan kemoterapi, dapat menyebabkan flora normal tersebut menjadi patogen.
(Cannon, 2001)
Antifungi
Senyawa antifungi azol telah mendominasi perkembangan obat dan
penggunaan klinis selama hampir tiga dasawarsa. Meskipun spektrum, sifat
fisika, dan sifat farmakologi antifungi senyawa-senyawa ini berbeda, senyawa

azol sangat hebat sebagai suatu kelompok obat karena spektrumnya luas,
ketersediaan hayati oralnya, dan toksisitasnya rendah. Senyawa-senyawa baru
masih terus dikembangkan, walaupun inovasi-inovasinya kini semakin terbatas
dan resistensi terhadap senyawa azol perlahan-lahan muncul pada spesies yang
dulu rentan terutama candida albicans. Senyawa antifungi berkembang dalam
praktik medis secara umum penting untuk menetapkan efikasi, toksisitas, dan
interaksinya dengan obat-obat lain. (Goodman dan Gilman, 2002)
Gingivostomatitis herpetika primer adalah bentuk tersering dari infeksi HSV
tipe 1 pada rongga mulut yang ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir,
mukosa gingiva, palatum durum dan molle. Gingivostomatitis herpetika primer
umumnya terjadi pada anak kecil dan jarang pada orang dewasa. Dokter gigi
seringkali merupakan dokter pertama yang menerima keluhan karena gejala
klinisnya, sehingga penting bagi dokter gigi dapat mengenali kondisi ini. (Raborn
dan Grace, 2009)
Obat-obat antivirus dipakai untuk membasmi, mencegah, atau menghambat
penyebaran infeksi virus. Virus bereplikasi sendiri dalam beberapa tahap, tujuan
dari obat-obat antivirus adalah untuk mencegah replikasi virus dengan
menghambat virus untuk bereproduksi. Kelompok obat-obat ini efektif untuk
melawan influenza, spesies herpes, dan human immunodeficiency virus (HIV).
(Kee dan Hayes, 1992)

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.2.1 Apa definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi, interaksi obat,
dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan kortikosteroid,
1.2.2

dalam kedokteran gigi ?


Apa definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi, interaksi obat,
dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan obat kumur
(agen antiplak, antigingivitis, dan antiseptik) dalam kedokteran
gigi ?

1.2.3

Apa definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi, interaksi obat,


dosis, efek samping, dan kegunaan golongan vitamin dan mineral,

1.2.4

dalam kedokteran gigi ?


Apa definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi, interaksi obat,
dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan antifungal

1.2.5

dalam kedokteran gigi ?


Apa definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi, interaksi obat,
dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan antiviral dalam
kedokteran gigi ?

1.3

Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi,
interaksi obat, dosis, efek samping, dan kegunaan obat
1.3.2

golongan kortikosteroid, dalam kedokteran gigi.


Mengetahui definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi,
interaksi obat, dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan
obat kumur (agen antiplak, antigingivitis, dan antiseptik) dalam

1.3.3

kedokteran gigi.
Mengetahui definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi,
interaksi obat, dosis, efek samping, dan kegunaan golongan

1.3.4

vitamin dan mineral, dalam kedokteran gigi.


Mengetahui definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi,
interaksi obat, dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan

1.3.5

antifungal dalam kedokteran gigi.


Mengetahui definisi, indikasi, kontraindikasi, farmakologi,
interaksi obat, dosis, efek samping, dan kegunaan obat golongan
antiviral dalam kedokteran gigi.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini adalah:
BAB I
: berisi pendahuluan
BAB II
: berisi pembahasan mengenai obat kortikosteroid, obat
kumur (agen antiplak, antigingivitis dan antiseptik),
vitamin, mineral, antifungi, dan antiviral

BAB III
: berisi case study
BAB IV
: berisi analisis kasus
BAB V
: berisi kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai