Anda di halaman 1dari 26

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen kualitas air memegang peran yang sangat penting pada
keberhasilan budidaya perairan. Air sebagai media hidup ikan, berpengaruh
langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan
keberadaan berbagai jenis organisme yang ada dalam ekosistem perairan.
Kualitas air yang jauh dari nilai optimal dapat menyebabkan kegagalan budidaya,
sebaiknya kualitas air yang optimal dapat mendukung pertumbuhan organisme
perairan (Agung et al., 2014).
Budidaya banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ikan konsumsi.
Namun saat ini kegiatan budidaya tidak hanya terfokus pada ikan konsumsi saja,
mulai banyak budidaya yang dilakukan untuk ikan hias, terutama ikan hias air
tawar. Salah satu komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan yaitu ikan koi
(Cyprinus carpio). Ikan koi menjadi salah satu komoditas unggulan yang hingga
saat ini masih banyak diminati. Hal ini karena koi memiliki warna yang menarik
serta variasi jenis yang beraneka ragam. Secara garis besar koi diklasifikasikan
menjadi 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi,
Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin dan Kawarimono (Firdaus,
2010).
Faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembenihan ikan
dikolam antara lain induk, kualitas air atau sumber air dan pakannya. Perlu
adanya seleksi induk untuk menghasilkan benih-benih ikan dengan kualitas dan
kuantitas yang tinggi. Air sebagai habitat ikan koi sangat berpengaruh besar
dalam menghasilkan kualitas benih ikan. Sumber air yang baik akan
menghasilkan kualitas air yang baik dan juga meningkatkan pakan alami yang
1

sangat penting untuk pertumbuhan ikan. Untuk meningkatkan produksi budidaya


ikan koi dapat dilakukan dengan jalan perbaikan sifat ikannya sendiri dengan
melakukan pemuliaan dan memilih induk.
Memilih induk yang baik merupakan salah satu cara meningkatkan
produksi benih. Maka pemeliharaan calon induk atau induk yang dijodohkan
harus dilakukan dengan baik dan benar. Kesalahan dalam pemilihan induk dapat
menghasilkan keturunan dengan kualitas yang rendah dan benih atau anakan
yang diperolehpun jumlahnya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan
seleksi induk sebelum proses pemijahan. Menurut Sutisna dan Sutarmanto
(2008), seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang
sangat menentukan keberhasilan produksi, dengan melakukan seleksi induk
yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga
produktivitas usaha budidaya ikan optimal.
Salah satu pusat ikan koi yang ada di Jawa Timur yaitu di Blitar. Di Blitar
banyak sekali prestasi yang diraih dalam berbagai lomba ikan hias, salah
satunya yaitu Juara I Lomba Kinerja dan Kelembagaan Kelompok Pembudidaya
Ikan Hias Tingkat Nasional tahun 2013. Sehingga dengan prestasi tersebut,
banyak budidaya koi yang dilakukan di Blitar yang dapat menambah keuntungan
bagi masyarakat Blitar. Ada beberapa wilayah di Blitar yang dijadikan sebagai
sentra budidaya koi yaitu di Kecamatan Nglegok, Sanankulon, Gandusari, Garum
serta Talun. Menurut Prasetya dan Danuwiadi (2013), bahwa Kota Blitar dalam
wilayah administratif pemerintahan dikelilingi wilayah Kabupaten Blitar. Kota
Blitar sendiri terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Kepanjenkidul,
Sananwetan serta Sukorejo.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan di Kota Blitar merupakan
salah satu instansi yang menjadi milik pemerintah Kota Blitar yaitu Dinas
2

Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Pada dinas tersebut, kegiatan yang ada
didalamnya meliputi kegiatan yang bergerak dibidang pertanian, bidang
perikanan serta bidang peternakan. Pada bidang perikanan adapun kegiatan
yang dilakukan yaitu pembenihan dan pembesaran ikan koi, pembenihan ikan
nila, serta pemeliharaan sidat. Pada budidaya ikan koi, indukan berasal dari
indukan lokal yang dibudidayakan oleh petani ikan di sekitar kota Blitar.
Rendahnya pengetahuan tentang manajemen kualitas air pada budidaya ikan koi
kepada petani pengawasan ikan di Blitar menyebabkan indukan yang diperoleh
merupakan indukan yang memiliki kualitas kurang baik dan membutuhkan waktu
yang lama untuk melakukan pemijahan. Berkaitan dengan hal tersebut maka
tujuan dilakukan Praktek Kerja Magang (PKM) ini yaitu untuk mengetahui dan
menambah wawasan tentang manajemen kualitas air yang tepat pada kolam
induk ikan koi serta pemilihan induk ikan koi yang baik. Hal ini diharapkan
dengan adanya manajemen kualitas air dapat menghasilkan benih ikan koi yang
baik sehingga akan meningkatkan produksi budidaya dengan kualitas yang baik
di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Ikan di Kota Blitar.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu untuk
mengaplikasikan dan membandingkan teori yang diberikan di perkuliahan
dengan keadaan yang dilakukan pada saat praktek di lapang.
Tujuan dari pelaksanaaan Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu untuk
mengetahui bagaimana manajemen kualitas air pada kolam induk ikan koi di Unit
Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan Kota Blitar yaitu tentang pengelolaan
kualitas air meliputi parameter (Fisika, Kimia dan Biologi) sehingga bisa diketahui
tingkat efektifitas dari pemijahan ikan yang ada disana serta memilih indukan koi

yang berkualitas agar cepat untuk melakukan pemijahan dan

dapat

menghasilkan benih yang baik.

1.3 Kegunaan
Kegunaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah :
1. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat ketrampilan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan,
menambah

kepustakaan

yang

bermanfaat

untuk

pengembangan

ilmu

pengetahuan dan peningkatan kualitas pembekalan di bangku perkuliahan, serta


dapat menambah bahan bacaan ilmiah di perpustakaan.
2. Bagi Instansi
Sebagai informasi bahwa perlu adanya perhatian khusus dalam proses
pengelolaan kualitas air pada kolam induk ikan koi dan memilih induk ikan koi
yang berkualitas sehingga cepat untuk melakukan pemijahan dan menghasilkan
benih yang baik.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui lebih detail tentang realita yang ada di lapangan mengenai
bidang yang telah dipelajari di perkuliahan serta dapat menambah wawasan,
pengetahuan, keterampilan kerja dan pengalaman selaku generasi yang telah
dididik untuk siap terjun dimasyarakat, khususnya di lingkungan kerja.

1.4 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) dilaksanakan pada 18 Juli sampai


26 Agustus 2016 yang berlokasi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih
Ikan dan Pusat Informasi Agribisnis Ikan Hias Kota Blitar, Jawa Timur.
Sedangkan untuk analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Perikanan Pusat
Informasi Agribisnis Ikan Hias Kota Blitar.
Tabel 1 Jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Magang

Kegiatan

Minggu KeSurvey

1
2
3
4

Februari
1

April
4

Juli
4

Agustus
4

Lokasi
Pembuatan
Proposal
Pelaksanaan
PKM
Penyusunan
Laporan

2. MATERI DAN METODE PENELITIAN

September
4

2.1 Materi Praktek Kerja Magang


Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah
ikan koi (Cyprinus carpio) dan kualitas air pada kolam induk ikan koi (Cyprinus
carpio) yang dibudidayakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan dan
Pusat Informasi Agribisnis Ikan Hias Kota Blitar, Jawa Timur. Parameter yang
diukur meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika yang diukur
yaitu suhu dan kecerahan, parameter kimia yang diukur antara lain yaitu pH, DO,
CO2, Amonia, ortofosfat, nitrat nitrogen, sedangkan parameter biologi yang diukur
antara lain yaitu plankton.

2.2 Alat dan Bahan


Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang
(PKM) ini antara lain:
Tabel 2 Alat dan Bahan yang di Gunakan
No
1

Parameter
Suhu

Kecerahan

pH

No
4

Parameter
Oksigen terlarut (DO)
-

Alat
Thermometer Hg
Stopwatch
Sechhi disk
Tali tampar
Penggaris
Kotak pH
Stopwatch

Bahan
Air kolam

Satuan
C

Air kolam
Karet gelang

Cm

- pH paper

Alat
Botol DO 250 ml
Erlenmeyer 50 ml
Pipet tetes
Buret
Statif
Corong
Nampan
Washing bottle

Bahan
Aquades
Air kolam
Tissue
Kertas label
NaOH+KI
MnSO4
Amylum
H2SO4
Na2SO3
0,0025 N

Satuan

Karbondioksida
(CO2)

- Pipet tetes
- Erlenmeyer 50 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Botol air mineral
600 ml
- Buret
- Statif
- Corong

Amonia

PP (Phenol
ptealin)
Na2CO3
-

- Erlenmeyer 50 ml
- Cuvet
- Rak cuvet
- Spektofotometer

0,0454 N
Air kolam
Aquades
Kertas label
Tissue
- Air kolam

(425 m )
7

No

Nitrat

- Cawan porselin

Parameter

Alat

Orthofosfat

Bahan

- Hot plate
- Spatula
Cuvet
Rak cuvet
Beaker glass
Pipet volume
Bola hisap
Nampan
Spektofotometer
(690 m )

- Beaker glass
- Gelas ukur 50 ml
- Pipet tetes
- Cuvet
- Rak cuvet
- Nampan
- Spektofotometer
(690 m )

Plankton

- Aquades

- Plankton net

Tissue
Asam fenol

disulfonik
Larutan

blanco
NH4OH
Kertas saring
Kertas label
Cuvet
Kertas saring
Amonium

Molybdate
SnCl2
Tissue
Air kolam
Larutan

blanco
Aquades

- Aquades
- Lugol

nomor 25
- Botol film
- Mikroskop
7

Satuan

- Ember 5 liter
- Washing bottle
No

Parameter
-

Alat
- Pipet tetes
- Objek glass
Cover glass
Nampan
Cool box
Buku Prescott

Bahan

Satuan

2.3 Metode Pengumpulan Data


Metode

pengumpulan

data

pada

Praktek

Kerja

Magang

(PKM)

menggunakan metode diskriptif yang bermaksud untuk membuat gambaran


(deskriptif) mengenai situasi kejadian-kejadian. Menurut Suryabrata (1980),
metode ini bertujuan untuk membuat penggambaran sistematis, nyata dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
2.4 Teknik Pengambilan Data
Menurut Sugiyono (2010), data adalah informasi atau keterangan
mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengambilan data yang
dipakai dalam Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu dengan mengambil dua
macam data, yang pertama adalah data primer dan kedua adalah data sekunder.
Data primer didapat dari observasi, wawancara, dan partisipasi aktif. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu dapat berasal dari buku, jurnal,
laporan skripsi, dll.
2.4.1

Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat atau alat pengambilan data langsung pada
subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 19970). Data primer dalam
Praktek Kerja Magang (PKM) ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
8

partisipasi aktif dengan pihak terkait beserta masyarakat yang ada disekitar Unit
Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan dan Pusat Informasi Agribisnis Ikan
Hias Kota Blitar.
2.4.1.1 Observasi
Observasi adalah mengamati dan melihat perilaku seseorang selama
beberapa waktu tanpa melakukan, memanipulasi atau pengendalian, serta
mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk
digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis (Black dan Champion, 1999).
Pada kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) ini, observasi dilakukan di Unit
Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan dan Pusat Informasi Agribisnis Ikan
Hias Kota Blitar mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan manajemen
kualitas air pada induk ikan koi (Cyprinus carpio). Adapun kegiatan observasi
yang akan dilakukan pada Praktek Kerja Magang ini meliputi:

Pengamatan terhadap kondisi di sekitar lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Kota

Blitar, Jawa Timur


Pengamatan terhadap jumlah dan jenis-jenis kolam yang digunakan untuk

pemijahan, pembesaran, penebaran dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)


Pengamatan terhadap luas dan tata letak kolam yang digunakan untuk

pemijahan dan pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio)


Pengamatan terhadap cara pengelolaan kolam sebelum digunakan untuk

pemijahan, pembesaran, penebaran dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)


Pengamatan terhadap kondisi dan letak sumber air yang digunakan untuk

kegiatan budidaya ikan koi (Cyprinus carpio)


Pengamatan waktu pemberian pakan dan jenis pakan ikan
2.4.1.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan
mendapatkan informasi. Selain itu dengan wawancara akan mendapatkan
gambaran yang menyeluruh dan mendapatkan informasi yang penting (Black
dan Champion, 1999). Pada Praktek Kerja Magang (PKM), wawancara dilakukan
9

secara langsung dengan cara tanya jawab kepada teknisi lapang, petugas
laboratorium maupun masyarakat untuk mendapatkan informasi sebagai berikut :
Jumlah tenaga kerja yang ada di UPTD BBI Kota Blitar
Sarana dan prasarana yang tersedia di UPTD BBI Kota Blitar
Konstruksi, ukuran dan jenis kolam untuk pemijahan, penebaran, pembesaran

dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)


Proses persiapan kolam yang dilakukan sebelum kegiatan pemijahan ikan koi

(Cyprinus carpio)
Sumber air yang digunakan dalam budidaya ikan koi (Cyprinus carpio)
Sistem pengelolaan dan pergantian air pada kolam pemijahan, penebaran,

pembesaran dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)


Permasalahan yang sering dihadapi pada induk ikan koi (Cyprinus carpio)
yang mengakibatkan ikan tersebut lama untuk melakukan pemijahan dan
menghasilkan benih yang kurang bagus.
2.4.1.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilaksanakan dengan melakukan suatu pengamatan dengan

cara melibatkan diri secara langsung atau menjadi bagian dari lingkungan sosial
tersebut atau organisasi yang diamati (Indiarto dan Supomo, 1999). Pada
Praktek Kerja Magang (PKM) ini, bentuk partisipasi dilakukan dengan mengikuti
secara langsung semua kegiatan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis
Dinas Balai Benih Ikan Kota Blitar mengenai manajemen kualitas air pada induk
ikan koi. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengikuti apel pagi, melakukan
pemilihan induk koi yang siap dipijahkan, melakukan pengukuran kualitas air di
kolam induk

dan pemijahan, melakukan pengontrolan terhadap pakan yang

diberikan serta menguras kolam. Selain itu juga mengikuti kegiatan untuk
memijahkan ikan koi, melakukan pemilihan terhadap benih ikan koi yang baik
dan mengikuti sharing dengan pihak terkait untuk memperoleh data yang
diperlukan.
2.4.2

Data Sekunder
10

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh pihak lain (telah diolah)
dan disajikan baik oleh pengumpul maupun pihak lain (Mulyanto, 2008). Data
sekunder dalam Praktek Kerja Magang (PKM) didapatkan dari laporan, jurnal,
majalah, Laporan PKL ataupun Laporan Skripsi, situs internet serta kepustakaan
yang dapat dijadikan sebagai pustaka untuk menunjang hasil pengamatan.
Data sekunder yang diambil dalam kegiatan ini didapatkan dari
kepustakaan dan referensi yang tersedia. Adapun data sekunder yang diperlukan
untuk mendukung penyusunan laporan dari hasil Praktek Kerja Magang ini
antara lain yaitu:
Peta lokasi dan letak geografis Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan

(UPTBBI) Kota Blitar


Kondisi dan keadaan umum di daerah sekitar lokasi Praktek Kerja Magang

(PKM)
Tinjauan pustaka mengenai kegiatan budidaya ikan
Tinjauan pustaka mengenai kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan
dan keberhasilan induk ikan koi (Cyprinus carpio) yang cepat untuk

melakakukan pemijahan
Data dan dokumentasi saat Praktek Kerja Magang (PKM) berlangsung
tentang proses kegiatan budidaya induk ikan koi (Cyprinus carpio)
2.5 Metode Pengambian Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purvosive atau pemilihan secara

sengaja dengan pertimbangan tertentu yang dianggap penting dan dapat


mewakili keadaan (Siegel, 1990).
Pengambilan sampel pada Praktek Kerja Magang (PKM) untuk pengukuran
kualitas air dilakukan setiap hari dan dilakukan pengukuran 2 kali yaitu pada
pagi dan sore hari untuk parameter kualitas air pH, suhu, kecerahan,
karbondioksida (CO2), dan oksigen terlarut (DO). Hal ini dikarenakan parameter
kualitas air tersebut mengalami perubahan setiap waktu. Sedangkan pengukuran
11

parameter kualitas air untuk amonia, ortofosfat, nitrat nitrogen, dan plankton
dapat dilakukan dengan rentang seminggu sekali.

Pengukuran kualitas air

dilakukan selama 30 hari. Data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan nilai per
minggunya agar dapat diketahui kisaran toleransi kualitas air yang baik bagi
pertumbuhan induk ikan koi (Cyprinus carpio) sehingga cepat untuk melakukan
pemijahan dan menghasilkan benih yang baik.
2.5.1 Parameter Fisika
2.5.1.1 Suhu
Menurut SNI (1990),

prosedur

pengukuran

suhu

menggunakan

Termometer Hg adalah sebagai berikut:


1. Memasukkan termometer Hg kedalam perairan dengan membelakangi
matahari, dan ditunggu beberapa saat sampai air raksa dalam
termometer berhenti pada skala tertentu.
2. Mencatat dalam skala oC.
3. Membaca skala pada saat termometer masih di dalam air, dan jangan
sampai tangan menyentuh bagian air raksa termometer.
2.5.1.2 Kecerahan
Menurut Bloom (1998), prosedur pengukuran kecerahan menggunakan
secchi disc. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan cara :
1. Memasukkan/ menurunkan secchi disc pelan pelan ke dalam air hingga
batas kelihatan atau batas tidak tampak pertama kali dan dicatat
kedalamannya (D1)
2. Menarik pelan-pelan secchi disc sampai nampak pertama kali dan dicatat
kedalamannya (D2)
3. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam rumus :

D1 D2
2
Kecerahan (Cm) =
2.5.2 Parameter Kimia
2.5.2.1 pH

12

Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran pH dengan menggunakan pH


paper adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 5 menit.
2. Mengkibas-kibaskan perubahan warna pH paper dengan kontak
standar.

2.5.2.2 Oksigen Terlarut (DO)


Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran oksigen terlarut adalah
sebagai berikut :
1. Mengukur dan mencatat volume botol DO yang akan digunakan.
2. Memasukkan botol DO ke dalam air secara berlahan-lahan dengan
posisi miring dan diusahakan jangan sampai ada gelembung udara.
3. Menambahkan MnSO4 2 ml, NaOH + KI 2 ml lalu bolak-balikkan
botolnya sampai homogen.
4. Mengendapkan dan didiamkan selama kurang lebih 30 menit sampai
terjadi endapan coklat.
5. Membuang air yang bening di atas endapan, dan menambahkan 1-2
ml H2SO4 dan mengkocok sampai endapan larut.
6. Menambahkan 3-4 tetes amylum, diaduk dan dititrasi dengan Nathiosulfat 0,025 N sampai jernih.
7. Mencatat volume titran.
8. Mengukur kadar oksigen yang terlarut dengan rumus sebagai berikut :

DO ( mg/l )=

v ( titran ) x N ( titran ) x 8 x 1000


V botol DO4

Keterangan :
Vtitran : ml titrasi Na-Thiosulfat
Ntitran : Normalitas Na-thiosulfat (0,025 N)
V

: Volume botol DO

: Nilai MR Oksigen

1000

: Konversi dari Liter (L) ke Mililiter (Ml)


13

: Asumsi volume air tumpah saat botol DO ditutup (2 ml dari


MnSO4 dan 2 ml dari NaOH+KI)

2.5.2.3 Karbondioksida (CO2)


Menurut SNI (1990), kadar karbondioksida dalam perairan dapat diukur
dengan prosedur sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Memasukkan 25 ml air sampel kedalam Erlenmeyer


Menambahkan 1-2 tetes indicator PP
Bila air berwarna merah air tersebut tidak mengandung CO2 bebas
Bila air sampel tetap tidak berwarna, dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N

sampai warna menjadi merah (pink) pertama kali


5. Menghitung kadar CO2 dengan rumus:

mltitran x N titran x 22 x 1000


ml (airsampel )
CO2 (mg/l) =
Keterangan :
Ml titran

: Ml larutan Natrium Carbonat untuk titrasi

N titran

: Normalitas larutan Natrium carbonat (0,0454 N)

22

: Jumlah Ar (Atom relatif) dari CO2

1000

: Konversi dari Liter (L) menjadi Mililiter (Ml)

Ml air sampel : Ml air sampel yang ditritasi


2.5.2.4 Amonia
Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar ammonia dalam perairan
dapat diukur dengan prosedur sebagai berikut :
1. Memasukkan air sampel sebanyak 25 ml ke dalam Erlenmeyer
2. Di diamkan selama 10 menit dan dimasukkan ke dalam cuvet
3. Di hitung kadar ammonia dengan menggunakan spektofotometer
4. Spektofotometer dengan panjang gelombang 425 m
2.5.2.5 Nitrat

14

Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar nitrat nitrogen dalam perairan
dapat diukur dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menyiapkan larutan standar pembanding seperti berikut :
Tabel 3 Pengeceran Larutan Baku Nitrat
Larutan standar

Larutkan menjadi (ml)

Nitrat-N yang

nitrat (ppm)
0,1
0,5
1,0
2,0
5,0
10,0

100
100
100
100
100
100

dikandung (ppm)
0.01
0.05
0,10
0,20
0,50
0,50

2. Menyaring 25 ml air sampel dan dituangkan ke dalam cawan porselin.


3. Diuapkan diatas hot plate sampai kering dan hati-hati jangan sampai
pecah dan didinginkan.
4. Ditambahkan 1 ml asam disulfonik dan diaduk dengan pengaduk gelas
dan diencerkan dengan 10 ml aquades.
5. Ditambahkan (dengan meneteskan) NH4OH sampai terbentuk warna
kuning, kemudian diencerkan dengan aquades sampai 25 ml dan
dimasukkan dalam cuvet.
6. Bandingkan dengan larutan standar pembanding secara visual atau
dengan spektrofotometer (panjang gelombang 410 m).
7. Nilai nitrat dicari dari persamaan :
Y = a - bx
Keterangan :
Y

: abs (yang sudah diukur di spektofotometer)

: intersept

: slope

: ppm yang dicari

2.5.2.6 Orthofosfat
Menurut

SNI

(1990),

prosedur

pengukuran

menggunakan spektrofotometer adalah sebagai berikut:


15

orthofosfat

dengan

1. Di buat larutan standar pembanding.


Tabel 4 Pengeceran Larutan Baku Orthofosfat
Larutan standar pembanding

Larutkan menurut ml larutan

(ppm)

standar (mengandung 5 ppm P)

0,025
0,05
0,10
0,25
0,50
0,75
1,00

dalam aquades 50 ml
0,25
0,5
1,0
2,5
5,0
7,5
10,0

2. Ditambahkan 2 ml ammonium molybdate-asam sulfat kedalam masingmasing larutan standar yang telah dibuat dan di goyangkan sampai
larutan bercampur.
3. Ditambahkan 5 tetes larutan SnCl2 dan kocok. Warna biru akan timbul
(10-20 menit) sesuai dengan kadar fosfatnya.
Diukur dan tuangkan 50 ml sempel ke dalam erlemeyer.
Ditambahkan 2 ml ammonium molybdate dan kocok.
Ditambahkan 5 tetes SnCl2 dan kocok.
Dibandingkan warna biru dan air sampel dengan larutan standar, baik

4.
5.
6.
7.

visual atau dengan spektrofotometer (panjang gelombang 590 m).


8. Nilai fosfat dicari dari persamaan :
Y = a + bx
Keterangan :

2.5.3

: abs (yang sudah diukur di spektofotometer)

: intersept

: slope

: ppm yang dicari

Parameter Biologi
Pada pengukuran parameter biologi adapun parameter yang diukur yaitu

plankton jenis fitoplankton. Pengamatan plankton meliputi pengambilan sampel


16

fitoplankton, identifikasi jenis fitoplankton dan perhitungan jumlah fitoplankton.


Berikut merupakan tahapan pengamatan plankton :
2.5.3.1 Pengambilan Sampel Fitoplankton
Menurut Herawati dan Kusriani (2005), Prosedur pengambilan sampel
plankton yaitu sebagai berikut:
1. Memasang botol film pada plankton net nomor 25 (mesh size 64).
2. Mengambil sampel air sebanyak 25 liter dengan menggunakan
ember dan mencatat jumlah air yang disaring tersebut sebagai
(W).
3. Menyaring sampel air dengan plankton net sehingga konsentrat
plankton akan tertampung dalam botol film, dicatat sebagai (V).
4. Memberi logol sebanyak 3-4 tetes untuk pengawetan serta
mempertahankan warna dan bentuk pada sampel plankton dalam
botol film untuk preservasi sampel sebelum pengamatan genus
dan kelimpahan plankton atau tanpa pengawet jika langsung
diamati
5. Memberi label pada botol film yang berisi sampel plankton.
2.5.3.2 Identifikasi Jenis Fitoplankton
Menurut Herawati dan Kusriani (2005), Prosedur identifikasi plankton
yaitu sebagai berikut:
1. Mengambil obyek glass dan cover glass.
2. Mencuci dengan aquadest.
3. Mengeringkan dengan tissue, cara mengeringkannya dengan
mengusap searah.
4. Mengambil botol film yang berisi sampel plankton dan diaduk.
5. Mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes sebanyak 1
tetes.
6. Meneteskan pada obyek glass dan menutup dengan cover glass,
dengan sudut kemiringan saat menutup 45.
7. Mengamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran
terkecil sampai terlihat gambar organisme pada bidang pandang.
8. Menulis ciri- ciri plankton serta jumlah fitoplankton (n) yang
didapat dari masing- masing bidang pandang.
17

9. Mengidentifikasi jenis fitoplankton dengan bantuan buku Prescott


(1970).
2.5.3.3 Penghitungan Jumlah Fitoplankton
Menurut Bloom (1998), Prosedur untuk penghitungan jumlah plankton
dengan cara:
1.
2.
3.
4.

Mengamati preparat plankton di bawah mikroskop


Mengamati jumlah plankton pada tiap bidang pandang
Mencatat data yang rapi
Menghitung jumlah plankton dengan rumus Luckey Drop, yaitu:

(ind/ml)=

Keterangan:
N : jumlah total plankton (ind/ml)
n
n : jumlah plankton dalam lapang pandang
T : luas cover glass (20 x 20 mm)
V : volume sampel plankton dalam botol penampung
L

: luas lapang pandang

: volume sampel plankton dibawah cover glass (ml)

: jumlah lapang pandang

: volume air yang disaring (liter)

DAFTAR PUSTAKA

18

Alex, S. 2012. Budi Daya Ikan Koi Ikan Eksotis Yang Menguntungkan. Pustaka
Baru Press. Yogyakarta.
Anggraini, S. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Mas (Cyprinus
carpio) dengan Cara Pemberokan. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB.
Agung,M.,L.Manik,S.Retalia,K.Umam, Ruwaidah, T.Setyawany,A.M.Hidayati,I.
Herwati,A.Wittah. 2014. Manajemen Kualitas Fisik Air dengan Bahan
Fisik. FPIK IPB : Bogor.
Azwar,S. 1997. Metode penelitian. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Black, J.A, dan D.J. Champion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. PT.
Refika Aditama : Bandung.
Bloom. 1998. Chemical and Physical Water Quality Analysis. Nuffic. Unibraw/
Luw/ Fish. Malang.
Firdaus, A. 2010. Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Kelompok Tani
Sumber Harapan Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan: IPB.
Herawati, E.Y. dan Kusriani. 2005. Buku Ajar Planktonologi. Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya. Malang.
Indiarto, N. dan Supomo B.1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen Edisi Pertama. BPEE. Yogyakarta.
Kordi, M.G dan A.B.Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Mulyanto.2008. Metode Sampling. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya: Malang.
Prasetya, S.P.W., dan B. Yanuwiadi. 2013. Eksplorasi Potensi Ekowisata di Blitar.
Jurnal Bio Tropika. 1(3): 101- 104.
Siegel, S. 1990. Statistik Non Parametrik untuk Imu-Ilmu Sosial. PT.Gramedia:
Jakarta.
SNI . 1990. Metode Pengukuran Kualitas Air. Dinas Pekerjaan Umum. Jakarta.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit
Alfabeta: Bandung.
Sutisna, D.H., dan R. Sutarmanto. 2008. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.
Yogyakarta.
19

LAMPIRAN

Lampiran 1
Fungsi alat-alat yang digunakan analisa kualitas air
No
1

Alat
Thermometer Hg

Untuk

Fungsi
mengukur
suhu

2
3

Stopwatch
Secchi disk

perairan
Untuk mengukur waktu
Untuk mengukur tingkat kecerahan

Tali tampar

perairan
Untuk mengikat

Penggaris

secchi disk
Sebagai penanda jarak antara D1

Kotak pH

dan D2
Sebagai indikator warna pada pH

7
8

Botol DO 250 ml
Pipet tetes

paper
Sebagai wadah air sampel
Untuk mengambil larutan
skala kecil
20

dan

dalam

pegangan

dalam

Erlenmeyer 50 ml

Sebagai wadah untuk mereaksikan

10
11
12

Buret
Statif
Corong

larutan
Sebagai wadah larutan tritasi
Sebagai penyangga buret
Untuk memudahkan memasukkan

No
13
14
15
16
17

Nampan
Washing bottle
Botol air mineral 600 ml
Gelas ukur 50 ml
Cuvet

larutan kedalam buret


Fungsi
Untuk tempat alat
Sebagai wadah aquades
Sebagai wadah air sampel
Untuk mengukur volume air sampel
Sebagai tempat larutan yang akan

18
19

Rak cuvet
Spektofotometer

diukur
Sebagai tempat meletakkan cuvet
Untuk mengukur kadar amonia (425

Alat

m ), nitrat (410 m )dan


orthofosfat (690 m )
20

Cawan porselen

Sebagai tempat sampel yang akan


dipanaskan

dan

untuk

tempat

menguapkan larutan sampel hingga


21

Hot plate

terbentuk kerak / kristal


Untuk menguapkan larutan hingga
terbentuk

kerak

pada

cawan

22

Spatula

porselen
Untuk menghomogenkan kerak nitrat

23

Beaker glass

dan asam fenol disulfonik


Untuk menghomogenkan atau

Pipet volume

mereaksikan larutan
Untuk mengambil larutan dalam

24

skala besar
25
26
No
27

Plankton net nomor 25


Botol film
Alat
Bola hisap

Untuk menyaring sampel plankton


Sebagai wadah air sampel
Fungsi
Untuk membantu pipet volume
21

28
29
30
31
32
33
34

Ember 5 liter
Mikroskop
Cool box
Objek glass
Cover glass
Buku prescot
Kalkulator

mengambil larutan
Untuk mengambil air sampel
Untuk mengamati sampel plankton
Untuk menyimpan sampel plankton
Sebagai wadah perifiton saat diamati
Sebagai penutup objek glass
Untuk mengidentifikasi jenis plankton
Untuk menghitung data yang

35

Alat tulis

didapatkan
Untuk mencatat hasil yang diperoleh

36

Kamera

Sebagai dokumentasi selama PKM

Lampiran 2
Fungsi bahan-bahan yang digunakan analisa kualitas air
No
1
2
3
4
5

Bahan
Air kolam
Karet gelang
pH paper
Aquades
Tissue

Fungsi
Media yang akan diukur
Sebagai penanda D1 dan D2
Untuk mengukur pH air kolam
Sebagai pensterilisasi alat yang digunakan
Untuk membersihkan dan mengeringkan
22

NaOH+KI

alat
Untuk membentuk endapat warna coklat

7
8

MnSO4
Amylum

(melepas I2)
Sebagai pengikat O2 dalam perairan
Sebagai pengkondisi suasana basa dan

H2SO4

indikator warna ungu


Sebagai pengkondisi suasana asam dan

10
11
12

Na2SO3 0,025 N
Kertas Label
Indikator PP

pelarut endapan coklat


Sebagai larutan titrasi
Untuk menandai sampel penelitia
Sebagai indikator suasana basa

12

Na2CO3 0,454 N

indikator warna pink


Sebagai titran dan mengikat CO2 bebas di

dan

Asam fenol disulfonik


Larutan blanco
SnCl2
Bahan

perairan
Sebagai pelarut kerak nitrat disulfonik
Untuk mengukur volume air sampel
Sebagai indikator warna biru
Fungsi
Untuk melarutkan lemak dan suplai ion H +

NH4OH

dan sebagai indikator pembentuk warna

17

Kertas saring

kuning
Untuk menyaring air kolam sebelum diberi

18

Amonium molybdate

NH4OH
Untuk mengikat fosfat dan mengubah

19

Lugol

amonium menjadi fosfor molybdate


Untuk mengawetkan sampel plankton

13
14
15
No
16

23

Lampiran 3

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana sejarah berdirinya Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih


Ikan di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?
2. Apakah visi dan misi dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan
di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?
3. Bagaimana struktur organisasi pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai
Benih Ikan di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?
4. Berapa jumlah tenaga kerja yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis
Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan
Peternakan Kota Blitar?
5. Bagaimana rencana kedepannya untuk budidaya ikan koi?
6. Apakah ada keinginan untuk menjual induk dan benih ikan koi ke luar
daerah Blitar?
7. Bagaimana pengorganisasian untuk budidaya induk ikan koi dan
pembenihan ikan koi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan
pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?
8. Apakah ada kerjasama dengan pihak luar seperti pihak swasta untuk
pembenihan ikan koi dan budidaya induk ikan koi di Unit Pelaksana
Teknis Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan
Peternakan Kota Blitar?
9. Apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis
Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan
24

Peternakan Kota Blitar?


10. Berapa jumlah kolam yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis Dinas
Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota
Blitar?
11. Berapa ukuran kolam yang digunakan untuk induk ikan koi dan
pembenihan ikan koi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan
pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?
12. Berapa jumlah kolam pemijahan ikan koi yang terdapat di Unit
Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?
13. Apa yang harus dilakukan dalam persiapan kolam pemijahan ikan koi?
14. Darimana sumber air yang digunakan untuk pemijahan ikan koi?
15. Berapa perbandingan antara ikan jantan dan betina yang digunakan
untuk pemijahan?
16. Bagaimana ciri-ciri indukan ikan koi yang baik dan sehat?
17. Bagaimana cara menebarkan benih ikan koi ke dalam kolam?
18. Bagaimana cara pembenihan yang baik terhadap ikan koi?
19. Berapa hari sekali dilakukannya pengukuran parameter kualitas air?
20. Apa saja parameter kualitas air yang menunjang kehidupan induk ikan
koi ?
21. Bagaimana kualitas air yang baik untuk induk ikan koi saat melakukan
pemijahan?
22. Apakah sering terjadi kematian pada benih ikan koi dan lamanya ikan
koi untuk melakukan pemijahan?
23. Apa saja faktor yang mempengaruhi kematian benih ikan koi?
24. Apa saja hama dan penyakit yang sering menyerang benih ikan koi?
25. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberadaan hama dan penyakit
tersebut?
26. Bagaimana bentuk pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut?
27. Apakah pakan yang diberikan pada benih ikan koi?
28. Mengapa menggunakan pakan tersebut?
29. Bagaimana manajemen pakan yang baik terhadap benih ikan koi?
30. Berapa benih yang dihasilkan dalam sekali pemijahan?
31. Bagaimana ciri-ciri benih ikan koi yang baik?
32. Bagaimana proses sehingga dalam satu indukan dapat menghasilkan
berbagai jenis ikan koi yang berbeda?
33. Pada usia berapa benih ikan koi dapat diketahui jenisnya?
34. Bagaimana cara membedakan jenis ikan koi yang satu dengan lainnya?
35. Dalam sekali pemijahan berapa persen indukan dapat menghasilkan
25

ikan koi yang bagus?


36. Apa saja faktor yang mempengaruhi hal tersebut?
37. Pada usia berapa biasanya benih ikan koi dapat dijual?
38. Berapa harga benih ikan koi?
39. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga benih ikan
koi?
40. Bagaimana bentuk pengendalian ang dilakukan erhadap hama dan
penyakit yang benyerang benih?
41. Bagaimana cara pengelolaan yang baik terhadap kolam- kolam yang
ada di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas
Pertanian, perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

26

Anda mungkin juga menyukai