Anda di halaman 1dari 6

A.

Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer
atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak
digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di
daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu
yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini
adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang
timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan
kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
B. Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan
kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam
suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi
yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta
meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem
sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian
wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di
putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah
sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di
daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan
dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang
berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan
dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal
tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

Pengertian MBO (Management By Objectives) Management By Objectives atau sering


disingkat dengan MBO adalah pendekatan sistematis dan terorganisir yang menekankan pada
pencapaian sasaran organisasi. Dalam jangka panjang, penerapan MBO ini memungkinkan
manajemen untuk mengubah pola pikir organisasi menjadi lebih berorientasi pada hasil.
Konsep Manajemen by Objective (MBO) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Manajemen berdasarkan Objektif ini pertama kali dikemukakan oleh Peter Drucker dalam
bukunya yang berjudul The Practice of Management pada tahun 1954. Menurut Peter
Drucker, Sasaran Organisasi yang ditetapkan harus melalui proses persetujuan antara
Manajemen dan Karyawannya, bukan dipaksakan dari atas. Cara demikian akan lebih efektif
dalam mendelegasikan otoritas pada sebuah organisasi besar sehingga semua karyawan
memahami dan turut berkomitmen untuk pencapaian sasaran Organisasi tersebut. Sasaransasaran dalam organisasi dibuat secara bertingkat mulai dari Sasaran Organisasi keseluruhan,
sasaran divisi, sasaran departemental hingga sasara individu karyawan itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa MBO merupakan pendekatan Manajemen yang berfokus pada hasil,
bukan pada kegiatan atau proses pelaksanaannya. Tugas-tugas yang telah didelegasikan tidak
memiliki Roadmap (Peta Jalan) atau cara yang tetap dalam pelaksanaanya. Pelaksanaannya
dilakukan berdasarkan perkembangan situasi dan bersifat dinamis.
Untuk mengidentikasikan dan menetapkan Sasaran organisasinya, Top Manajemen organisasi
biasanya menggunakan Teknik penetapan Tujuan/Sasaran seperti Metode SMART (Specific,
Measurable, Achievable, Relevant dan Time-Specific) ataupun GQM (Goal, Question dan
Metrics).
MBO dapat diterapkan pada berbagai bidang usaha, diantaranya seperti Produksi, Pelayanan,
Pemasaran, Penelitian dan Pengembangan, Kesehatan, Sistem Informasi serta bidang-bidang
usaha Finansial.

Keuntungan Penerapan MBO


Prinsip utama MBO adalah kejelasan tanggung jawab dan peran karyawan-karyawan dalam
organisasi sehingga mereka mengerti dengan jelas aktifitas-aktifitas yang harus dilakukannya
untuk mencapai Objektif atau Sasaran organisasi. Beberapa keuntungan yang didapat dari
penerapan MBO ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Motivasi Kerja, melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
tentang tujuan/sasaran organisasi akan meningkatkan komitmen dan kepuasan kerja
bagi karyawan yang bersangkutan.
2. Adanya Koordinasi dan Komunikasi yang lebih baik, Interaksi dalam menetapkan
Sasaran Organisasi dapat menjaga hubungan baik dan keharmonisan antara
Manajemen dan Karyawannya.
3. Kejelasan Sasaran Organisasi.
4. Karyawan atau bawahan memiliki komitmen tinggi terhadap sasaran yang mereka
tetapkan sendiri daripada sasaran/tujuan yang dipaksakan dari orang lain.

Langkah-langkah Penerapan MBO


Berikut ini adalah beberapa langkah penting yang harus dilakukan dalam menerapkan MBO :
1. Menentukan Sasaran dan Tujuan Utama Organisasi.
2. Menentukan Sasaran dan Tujuan untuk masing-masing karyawan atau departemen.
3. Memantau perkembangan pelaksanaan dan kinerja kerja karyawan.
4. Mengevaluasi Kinerja.
5. Memberikan umpan balik (Feedback).
6. Memberikan Penghargaan kepada karyawan atau departemen yang mencapai Sasaran
yang ditetapkan tersebut.

keuntungan dan kelemahan mbo


keuntungannya :
1.meningkatkan koordinas antara tujuan dan rencana
2.memperjelas prioritas dan ekspetasi
3.memungkinkan komunikasi vertical dan horizontal
4.meningkatkan motivasi karyawan
5.dapat menjalankan pengawasan yang lebih efektif
kelemahannya :
1.cenderung gagal jika tdk ada komitmen yang continue
dari manajemen puncak
2.adanya ketergantungan yang besar terhadap pihak lain
dalam organisasi
3.terlalu menekankan pada tujuan jangka pendek

Kelebihan dan Kekurangan MBO


Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Tosi dan Carrol, mereka melakukan suatu survei
terhadap para manajer dan kemudian mengemukakan kelebihan-kelebihan penerapan
program MBO, yang dapat diperinci sebagai berikut:

Memungkinkan para individu dapat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.

Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan suatu


tujuan dan sasaran.

Memperbaiki komunikasi antara seorang manajer dengan bawahan.

Individu dapat mengetahui sasaran organisasinya.

Membuat proses manajemen lebih wajar dengan memusatkan pada pencapaian tujuan/

Dari hasil penelitian di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa MBO memiliki manfaat positif
bagi organisasi maupun individu. Khusus bagi individu, mereka akan merasakan suatu
keterlibatan langsung dan pengertian terhadap sasaran organisasi, disamping itu mereka juga
dapat mengetahui bahwa kinerja mereka dapat dinilai atas suatu pencapaian sasaran dimana
mereka sendiri telah berktontribusi dalam penetapannya. Sehingga besar kemungkinan para
individu akan melaksanakan tanggung jawab mereka dengan penuh kemauaan dan
keberhasilan. Sehingga keuntungan individu ini akan secara langsung maupun tidak langsung
akan memberikan dampak positid bagi perusahaan.
Penerapan MBO tentu saja tidak berarti bahwa organisai telah bebas dari segala masalah.
Penyebab terjadinya masalah pada umumnya berasal dari para bawahan yang cukup sulit
diatasi karena menyangkut masalah status, kenaikan jabatan dan gaji bahkan tidak jarang
yang menyebabkan ketegangan serta kebencian. Hampir semua masalah ini merupakan
persoalan yang berulang-ulang dihadapi organisasi, baik mereka yang menerapkan program
MBO maupun yang tidak menerapkannya. Berikut kelemahan dari MBO:
1. Proses negosiasi serta pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan
waktu yang cukup lama.
2. Adanya kecenderungan seorang karyawan untuk memenuhi sasarannya tanpa
mempedulikan rekan kerjanya, sehingga hilangnya kerjasama team yang dapat
berpengaruh terhadap produktifitas organisasi.
3. Cenderung gagal bila tidak ada komitmen berkelanjutan dari manajemen puncak.
Pada kategori ini meliputi beberapa masalah penting yang harus dikendalikan agar program
MBO sukses, yaitu:
1. Gaya dan dukungan manajemen.
2. Penyesuaian dan perubahan.
3. Keterampila-keterampilan antar pribadi.
4. Diskripsi jabatan.
5. Penetapan dan pengkoordinasian tujuan.
6. Pengawasan metode pencapaian tujuan.
7. Konflik antara kreativitas dan MBO

Membuat MBO Efektif

Prinsip MBO seharusnya jangan dipandang sebagai "obat mujarap" bagi berbagai kebutuhan
dalam hal perencanaan, motivasi, evaluasi dan pengawasan suatu organisasi. Seharusnya hal
ini dipandang sebagai tahap pokok yang diperlukan manajer . Berikut program yang harus
dilakukan seorang manajer agar MBO bisa berjalan efektif:
1. Mendidik dan melatih manajer.
2. Merumuskan tujuan secara jelas.
3. Menunjukkan komitmen puncak secara kontiniu.
4. Membuat umpan balik yang efektif.
5. Mendorong partisipasi.

Anda mungkin juga menyukai