Anda di halaman 1dari 19

62

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum RSUD Dr.R.Soedjono Selong
RSUD dr. R. Soedjono Selong sebagai salah satu
rumah sakit milik pemerintah daerah, merupakan
satu-satunya sarana pelayanan kesehatan rujukan
untuk

Kabupaten

selain

Lombok

melaksanakan

pemulihan

penyakit

peningkatan

dan

terpadu.

Rumah

Soedjono

Selong

Timur

upaya
juga

sekitarnya,

penyembuhan
melaksanakan

pencegahan
Sakit

dan

Umum

sebagai

upaya

penyakit
Daerah

rumah

dan

secara
dr.

sakit

R.

milik

pemerintah Kabupaten Lombok Timur, sejak tahun


1993

telah

ditingkatkan

kelasnya

dari

Rumah

Sakit kelas D menjadi kelas C berdasarkan SK


Menkes

RI

No.

208/Menkes/SK/II/1993.

Dr.

R.

Soedjono Selong telah tiga kali lulus akreditasi


5 pelayanan dasar masing-masing tahun 2001 untuk
akreditasi dasar, tahun 2004 untuk akreditasi
penuh

tingkat

dasar

dan

dan

tahun

2007

akreditasi istimewa. Saat ini RSUD Dr R.Soedjono


Selong sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti
penilaian akreditasi versi 2012.

62

63

Dasar

hukum

Selong
No.:

operasional

adalah

RSUD

Keputusan

YM.02.04.3.2.2184

dr.

Menteri

Tentang

R.

Soedjono

Kesehatan

Pemberian

RI

Ijin

Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dengan


Nama Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Soedjono
Selong . Jenis layanan kesehatan yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah

dr. R. Soedjono Selong

antara lain layanan gawat darurat, layanan rawat


jalan/poliklinik,
terdiri
kamar

dari

bedah

layanan

ruang

dan

ICU

rawat

rawat
serta

inap

inap
dan

layanan

yang

layanan

penunjang

medic lainnya(RSUD Dr.R.Soedjono,2015)


2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik

Responden

Berdasarkan

Jenis

Kelamin
Karakteristik

responden

pada

penelitian

ini berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat


pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Ruang IGD RSUD Dr.R.
Soedjono Selong
No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1
Laki-laki
14
58,3
2
Perempuan
10
41,7
Jumlah
24
100,0
Sumber : Data primer penelitian
Dari
bahwa

tabel

4.1

di

atas

dapat

dilihat

responden pada penelitian ini sebagian

64

besar

responden

berjenis

yakni sebanyak 14 orang


b. Karakteristik

kelamin

laki-laki

(58,3% ).

Responden

Berdasarkan

Umur

Responden
Karakteristik

responden

pada

penelitian

ini berdasarkan umur responden dapat dilihat


pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur Di Ruang IGD RSUD Dr.R.
Soedjono Selong
No
Umur (tahun) Jumlah
%
1
21-30
17
70,8
2
31-40
6
25
3
>40
1
4,2
Jumlah
24
100,0
Sumber : Data primer penelitian
Dari
bahwa

tabel

4.2

berdasarkan

terbanyak

di

atas

umur,

dapat

dilihat

responden

yang

adalah yang berusia 21-30 tahun

tahun yakni sebanyak

17 orang (70,8%) dan

yang paling sedikit adalah responden dengan


usia

>40

tahun

yakni

sebanyak

orang

(4,2%).

c. Karakteristik
Pendidikan

Responden

Berdasarkan

Tingkat

65

Karakteristik
tingkat

responden

pendidikan

responden

berdasarkan
dapat

dilihat

pada tabel 4.3 dibawah ini.


Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Di Ruang IGD RSUD
Dr.R. Soedjono Selong
No Tingkat pendidikan
Jumlah
%
1
D3 Keperawatan
11
45,8
2
DIV/S1 Keperawatan
6
25,0
3
S1 Ners
7
29,2
Jumlah
30
100,0
Sumber : Data primer penelitian
Dari

tabel

bahwa

4.3

bila

atas

dilihat

pendidikannya,
adalah

di

responden

dengan

dapat

dilihat

dari

tingkat

yang

terbanyak

tingkat

pendidikan

D3

Keperawatan yakni sebanyak 11 orang (45,8%)


dan

yang

paling

sedikit

adalah

responden

dengan tingkat pendidikan DIV/S1 Keperawatan )


yakni sebanyak 6 orang (25,0%).
d. Karakteristik

Responden

Berdasarkan

Status

Kepegawaian
Karakteristik
status

kepegawaian

responden
responden

berdasarkan
dapat

dilihat

pada gambar 4.4 dibawah ini.


Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Kepegawaian Di Ruang IGD RSUD
Dr.R. Soedjono Selong
No Status Kepegawaian
Jumlah
%
1
PNS
8
33,3
2
Tenaga Kontrak
13
54,2

66

3
Magang
3
Jumlah
24
Sumber : Data primer penelitian
Dari

tabel

berdasarkan

4.4

di

status

atas

dapat

12,5
100,0
dilihat,

kepegawaiannya

yang

terbanyak adalah tenaga kontrak yakni sebanyak


13

orang

(54,2%)

dan

yang

paling

sedikit

adalah tenaga magang yakni sebanyak 3 orang


(12,5%).
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Karakteristik responden berdasarkan masa
kerja responden dapat dilihat pada gambar 4.4
dibawah ini.
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan
Masa kerja Di Ruang IGD RSUD Dr.R.
Soedjono Selong
No Masa Kerja
Jumlah
%
1
1-5 tahun
16
66,6
2
6-10 tahun
4
16,7
3
>10 tahun
4
16,7
Jumlah
24
100,0
Sumber : Data primer penelitian
Dari

tabel

berdasarkan

4.5

masa

di

atas

kerjanya

dapat
yang

dilihat,
terbanyak

adalah dengan masa kerja 1-5 tahun 16 orang


(66,6%).
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Infeksi Nosokomial
dengan Kepatuhan Melaksanakan SPO Menjahit Luka
di ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong

67

a. Pengetahuan Tentang Infeksi Nosokomial di ruang


IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong
Data pengetahuan perawat tentang infeksi
nosokomial di ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono
Selong dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah
ini.
Tabel 4.6 Pengetahuan Perawat Tentang
Infeksi Nosokomial Di Ruang IGD RSUD
Dr.R. Soedjono Selong
Mutu
No
Jumlah
%
pelayanan
1
Baik
2
8,3
2
Cukup
20
83,4
3
Kurang
2
8,3
Total
24
100,0
Sumber : Data primer penelitian
Dari tabel 4.6 diatas didapatkan bahwa
sebagian

besar

perawat

IGD

memiliki

pengetahuan tentang infeksi nosokomial dengan


kategori

cukup

yakni

sebanyak

20

orang

(83,4%).

b. Tingkat

Kepatuhan

Melaksanakan

SPO

Menjahit

Luka di ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong


Tingkat

kepatuhan

perawat

melaksanakan

SPO menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr.R.


Soedjono Selong dapat dilihat pada tabel 4.6
di bawah ini.

68

Tabel

4.7
Tingkat
Kepatuhan
perawat
melaksanakan SPO Menjahit luka di
ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong
No Tingkat Kepuasan pasien Jumlah %
1
Patuh
3
12,5
2
Kurang patuh
19
79,2
3
Tidak patuh
2
8,3
Total
24
100,0

Sumber ; Data primer penelitian


Dari tabel 4.7 diatas didapatkan bahwa
sebagian besar perawat IGD RSUD Dr R. Soedjono
Selong

Kurang

patuh

dalam

melaksanakan

menjahit luka yakni sebanyak 19 orang


dan

hanya

orang

(12,5%)

dengan

SPO

(79,2%)
kategori

patuh.

c. Hubungan

Pengetahuan

Tentang

Infeksi

Nosokomial dengan Kepatuhan Melaksanakan SPO


Menjahit

Luka

di

ruang

IGD

RSUD

Dr.R.

Soedjono Selong
Hasil hubungan antara pengetahuan tentang
infeksi

nosokomial

dengan

kepatuhan

melakssanakan SPO menjahit luka di ruang IGD

69

RSUD Dr.R. Soedjono Selong dapat dilihat pada


tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel

4.8
Hubungan
pengetahuan
tentang
infeksi nosokomial dengan kepatuhan
melaksanakan SPO menjahit luka Di
Ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong
Tingkat
Tingkat kepatuhan
Total
Pengetahuan Patuh
Kurang
Tdk
patuh
Patuh
n %
N
%
N
%
n
%
Baik
1 4,2
1
4,2
0
0,
2
8,4
0
Cukup
2 8,4
17 70,
1
4,
20 83,3
7
2
Kurang
0 0.0
1
4,2
1
4,
2
8,4
2
Total
3 12,
19 79,
2
8,
24 100,0
6
1
4
Signifikansi/ p value : 0,028 (< 0,05)
Correlation cefficient : 0,447
Sumber : Data primer penelitian.
Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa
dari

orang

(8,4%)perawat

yang

memiliki

pengetahuan baik, terdapat 1 orang yang patuh


dan 1 orang yang kurang patuh melaksanakan SPO
menjahit

luka.

Dari

20

orang

(83,3%)

perawat

yang memiliki pengetahuan cukup terdapat 2 orang


yang patuh melaksanakan SPO menjahit luka, 17
orang kurang patuh dan 1 orang tidak patuh. Dari
hasil

uji

statistik

didapatkan
0,028

(<

tingkat

nilai

0,05)

tingkat
artinya

pengetahuan

nosokomial

dengan

spearman

rank

signifikan/
ada

perawat

kepatuhan

di

atas,

value

hubungan
tentang

antara
infeksi

melaksanakan

SPO

70

menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono


Selong,

dan

kekuatan

correlation

hubungan

tingkat

hubungan

hubungan

yang

tersebut

coefficient

didapatkan

0,447

kedua

variabel

dibentuk

oleh

adalah

hubungan

atau
artinya

sedang.
kedua

variabel

positif,

artinya

semakin baik tingkat pengetahuan perawat


akan

semakin

tinggi

Jenis

tingkat

maka

kepatuhan

melaksanakan SPO menjahit luka.

B. Pembahasan
1. Identifikasi Tingkat Pengetahuan Tentang Infeksi
Nosokomial
Selong

di

ruang

IGD

RSUD

Dr.R.

Soedjono

71

Dari

tabel

4.6

diatas

didapatkan

bahwa

sebagian besar perawat IGD memiliki pengetahuan


tentang infeksi nosokomial dengan kategori cukup
yakni

sebanyak

20

orang

(83,4%)

dan

masing-

masing 2 orang dengan kategori baik dan kurang.


Menurut
merupakan

Notoatmodjo

hasil

tahu

dan

(2005),
ini

terjadi

seseorang melakukan penginderaan


obyek

tertentu.

indera

Penginderaan

manusia

pendengaran,
Sebagian

penciuman,

perasa

melalui

mata

kognitif

merupakan

untuk

terjadi

indera

pengetahuan
dan

terbentuknya

telinga.
domain

melalui

penglihatan,
dan

manusia

peraba.
diperoleh

Pengetahuan

yang

tindakan

setelah

terhadap suatu

yakni

besar

pengetahuan

atau

sangat

penting

seseorang

(Overt

behavior).
Dalam penelitian ini didapatkan pengetahuan
perawat tentang infeksi nosokomial masih banyak
yang kurang tahu tentang tindakan yang dilakukan
sebelum luka dijahit bila lukanya termasuk luka
kotor, dimana dari 24 responden hanya 33 % yang
menjawab benar. Selain itu juga tentang larutan
yang

digunakan

untuk

merendam

alat-alat

yang

sudah digunakan dimana hanya 50% responden yang


menjawab benar, dan tindakan

paling akhir yang

72

harus

dilakukan

bila

sudah

selesai

melakukan

tindakan dimana didapatkan 37,5% responden yang


menjawab

benar

serta

pertanyaan

tentang

penggunaan duk berlubang saat tindakan menjahit


luka dimana hanya 33,3% responden yang menjawab
benar.
Bila dilihat dari karakteristik responden
dari segi usia dimana didapatkan usia sebagian
besar responden antara usia 21-30 tahun,hal ini
tentunya

sangat

pengetahuan

mendukung

responden.

Hal

terhadap
ini

tingkat

sesuai

dengan

pendapat Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa


usia

mempengaruhi

daya

tangkap

dan

pola

pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin


berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga

pengetahuan

yang

diperolehnya

semakin

membaik.
Bila dilihat dari sisi tingkat pendidikan
responden
tingkat

dimana
pendidikan

tentunya

terbanyak
D3

responden

keperawatan,

berpengaruh

terhadap

dengan
hal

ini

tingkat

pengetahuannya. Kegiatan pendidikan formal maupun


informal berfokus pada proses belajar mengajar
dengan

tujuan

agar

terjadi

perubahan

perilaku

yaitu dari tahu menjadi tidak tahu dan dari tidak

73

mengerti jadi mengerti. Pendidikan mempengaruhi


proses

belajar,

semakin

tinggi

pendidikan

seseorang maka makin mudah orang tersebut untuk


menerima informasi (Notoatmodjo, 2012).
Bila dilihat dari sisi masa kerja dimana
sebagian besar (66,6%) responden memiliki masa
kerja 1-5 tahun, maka hal tersebut juga dapat
mempengaruhi daripada tingkat pengetahuan mereka.
Pengalaman

belajar

dikembangkan

dalam

memberikan

bekerja

yang

pengetahuan

dan

keterampilan profesional serta pengalaman belajar


selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil

keputusan

yang

merupakan

manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik


yang bertolak dari masalah nyata (Hidayat,2006).
2. Gambaran

Tingkat

Prosedur

Kepatuhan

Operasional

(SPO)

Pelaksanaan
Menjahit

Standar

Luka

di

Ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong


Dari

tabel

4.7

diatas

didapatkan

bahwa

sebagian besar perawat IGD RSUD Dr R. Soedjono


Selong

Kurang

patuh

dalam

melaksanakan

menjahit luka yakni sebanyak 19 orang

SPO

(79,2%),

hanya 3 orang (12,5%) dengan kategori patuh dan 2


orang dengan kategori tidak patuh.

74

Kepatuhan

merupakan

perilaku

sesuai

aturan

dan berdisiplin. Kepatuhan yang dimaksud disini


adalah
tetap

ketaatan
yang

terhadap

telah

dibuat.

pelaksanaan
Kepatuhan

prosedur

juga

dapat

didefinisikan sebagai perilaku positif penderita


dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005 dalam
Suparyanto

2010).

Dalam

hal

ini

kepatuhan

pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk


selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan
dan mematuhi etika keperawatan ditempat perawat
tersebut bekerja.
Bila dilihat dari rekapitulasi data hasil
penelitian didapatkan bahwa, pada tahap persiapan
alat

semua

tangan

responden

steril,

menyiapkan

minor

alat

set/hecting

sarung

set,

obat

anestesi, kasa steril, cairan antiseptic, spuit


dan

lampu

tindakan.

Sedangkan

persiapan

alat

yang banyak tidak disiapkan oleh responden antara


lain perlak pengalas hanya 4,1%, duk lubang hanya
8,2%,

cairan

perihdrol

hanya

12,3%,

kom

saline 41%,

(digunakan

steril

36,9%,

bila

perlu)

cairan

normal

dan lain-lain.

Sedangkan

untuk

pelaksanaan

tindakan

atau

cara kerja didapatkan data bahwa semua responden


sudah

melaksanakan

tindakan

membersihkan

luka

75

dengan

antiseptik,

anestesi

jaringan

sekitar,

menjahit luka menggunakan benang dan jaru sesuai


kebutuhan dan mengoleskan cairan desinfektan di
daerah

jahitan.

Sedangkan

tindakan

atau

cara

kerja yang masih banyak tidak dilakukan antara


lain : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
yakni

hanya

tindakan
hanya

14,4%,

hanya

4,1

perihidrol

%,

mencuci

12,3%,

memsang

membersihkan

(bila

perlu)

tangan

sebelum

perlak

pengalas

luka

dengan

45,1%,

cairan

memasang

duk

lubang 4,1% mencuci tangan setelah tindakan hanya


54,1%

serta

mendokumentasikan

tindakan

hanya

16,1%.
Menurut Niven (2008) dalam Suparyanto (2010)
ada beberapa faktor
kepatuhan

yang mempengaruhi tingkat

seseorang

antara

lain

tingkat

pendidikan. Bila dilihat dari tingkat pendidikan


perawat

IGD

yang

sebagian

besar

dengan

D3

Keperawatan, maka hal ini pasti akan mempengruhi


kepatuhan

mereka.

Disamping

itu

juga

faktor

lingkungan memiliki peran yang besar juga karena


orang
mereka,

akan
bila

berperilaku
lingkungan

seperti
kerja

lingkungan

patuh

terhadap

sebuah prosedur maka besar kemungkinan anggota

76

lain atau baru juga akan patuh terhadap prosedur


tersebut atau sebaliknya.
Faktor

dukungan

kepatuhan

juga

seseorang,

akan
bila

mempengaruhi
dukungan

yang

diberikan maksimal maka besar kemungkinan orang


akan patuh terhadap prosedur yang diterapkan.
Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan
informasional,

dukungan

instrumental,

dukungan

penilaian amupun dukungan emosional.


3. Pengetahuan
Kepatuhan

Tentang

Infeksi

Melaksanakan

SPO

Nosokomial
Menjahit

dengan

Luka

di

ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono Selong


Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa
dari

orang

(8,4%)perawat

yang

memiliki

pengetahuan baik, terdapat 1 orang yang patuh


dan 1 orang yang kurang patuh melaksanakan SPO
menjahit

luka.

Dari

20

orang

(83,3%)

perawat

yang memiliki pengetahuan cukup terdapat 2 orang


yang patuh melaksanakan SPO menjahit luka, 17
orang kurang patuh dan 1 orang tidak patuh. Dari
hasil

uji

statistik

didapatkan
0,028

(<

tingkat

nilai

0,05)

tingkat
artinya

pengetahuan

nosokomial

dengan

spearman

rank

signifikan/
ada

perawat

kepatuhan

di

atas,

value

hubungan
tentang

antara
infeksi

melaksanakan

SPO

77

menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr.R. Soedjono


Selong,

dan

kekuatan

correlation

hubungan

coefficient

didapatkan

atau

0,447

artinya

tingkat kekuatan hubungan kedua variable dengan


kategori sedang.
Kepatuhan
dipengaruhi
dukungan,

melaksanakan

oleh
usia,

banyak

suatu

faktor

pengetahuan,

kegiatan

antara

lain

pendidikan

dan

lain-lain.
Kepatuhan seseorang terhadap suatu prosedur
sangat

terkait

dengan

perilakunya.

Perilaku

sendiri merupakan semua kegiatan atau aktivitas


organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan
termasuk

manusia

Pelaksanaan

SPO

(Notoatmodjo,

merupakan

salah

2005).

satu

jenis

perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.


Pengetahuan
terjadi

setelah

merupakan
orang

hasil

tahu

melakukan

dan

ini

pengindraan

terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman


dan

penelitian

didasari
dari

oleh

pada

bahwa

pengetahuan

akan

perilaku

pengetahuan
fungsinya

terbukti

yang

(Notoatmodjo,

pengetahuan

tidak

perilaku
lebih

merupakan

langgeng

didasari

2007).

yang

oleh

Menurut

dorongan

dasar

untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan

78

untuk

mengorganisasikan

unsur

pengalaman

dengan

apa

yang

yang

pengalamannya.
semula

diketahui

tidak

oleh

Adanya

konsisten

individu

akan

disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian


rupa,

sehingga

tercapai

suatu

konsistensi.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik


sesorang melaksanakan aturan atau prosedur yang
ada

(Azwar, 2007).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

63

1. Tingkat

pengetahuan

Soedjono

Selong

perawat

tentang

IGD

RSUD

infeksi

terbanyak dengan kategori cukup

Dr.R.

nosokomial

yakni sebanyak 24

orang(83,4%).
2. Tingkat Kepatuhan perawat di ruang IGD RSUD Dr.R.
Soedjono Selong dalam melaksanakan SPO menjahit
luka terbanyak dengan kategori kurang patuh yakni
sebanyak 19 orang (79,2%).
3. Ada hubungan hubungan antara tingkat pengetahuan
perawat

tentang

infeksi

nosokomial

dengan

kepatuhan melaksanakan SPO menjahit luka di ruang


IGD

RSUD

signifikan/

Dr.R.
p

Soedjono
value

correlation coefficient
didapatkan 0,447

B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit

Selong

0,028

(<

dengan

0,05)

nilai
dan

atau kekuatan hubungan

64

Perlunya menjaga dan meningkatan mutu pelayanan


kesehatan terhadap pasien di IGD terutama dalam
melaksanakan

tindakan-tindakan

invasive

seperti

menjahit luka dengan meningkatkan pengetahuan dan


kemampuan mereka melalui pendidikan dan pelatihan
serta

evaluasi

secara

berkesinambungan.

Bagi

Pasien dan keluarganya


2. Petugas IGD
Agar terus meningkatkan kemampuan baik dari segi
kognitif, afektif dan psikomotor dalam melakukan
tindakan

terhadap

pasien

melaksanakan

tindakan

memperhatikan

kelengkapan

khusunya

menjahit

dalam

luka

persiapan

agar

alat

dan

ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan.


3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil

penelitian

referensi
penelitian

dan
lebih

ini

dapat

perbandingan
lanjut

digunakan
dalam

tentang

sebagai
melakukan

pengetahuan

perawat dengan kepatuhan melaksanakan SPO.

Anda mungkin juga menyukai