Anda di halaman 1dari 60

Muhamad Reza Zulf

Adam Subkhan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1

LATAR BELAKANG
Dalam perkuliahandihadapkan pada penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang
sesuai dengan kondisi di lapangan, dan akan sangat membantu bila dalam penyelesaian
proyek konstruksi bangunan yang bersangkutan ini sejalan dengan materi kuliah yang
didapatkanUntuk mendapatkan keselarasan antara materi perkuliahan yang didapatkan
dengan proses konstruksi di lapangan, maka kita harus terlibat langsung pada proses
konstruksi tersebut dilapangan.
Perkembangan zaman menuntut akan manusia untuk berkembangan dalam
pembangunan disekitarnya. Pembangunan tersebut dimana dimana ditujukan untuk
menambah kesejahtraan masyarakat pada suatu wilyah. Pemenuhan kesejahteraan itu
adalah antara lain dengan pembangunan suatu bangunan bangunan dengan berbagai
fungsi tersebut.
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang didirikan secara permanen di suatu
tempat. Bangunan juga biasa berupa rumah dan gedung, yaitu segala sarana,
prasaranaatau infrastruktur dalamkebudayaanataukehidupanmanusiadalammembangunp
eradabannya.Bangunanmemilikiberagambentuk, ukuran, dan fungsi, sertatelah
mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alas an estetika.

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 1

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai


tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan
barang, dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia
khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman dan nyaman.
Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami
penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan
bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Penyesuaian - penyesuaian yang terjadi itu merupakan latar belakang penyusunan
tugas besar ini guna mempelajari lebih lanjut mengenai perencanaan pelaksanaan suatu
proyek konstruksi. Dalam mempelajari hal tersebut kami mengaplikasikan pada proyek
pembangunan Hotel Grand Gusher Tarakan..
Kegiatankonstruksiadalahkegiatan yang harusmelaluisuatu proses yangpanjang
yang di dalamnyadijumpaibanyakmasalah yang harusdiselesaikan. Proses itu diantaranya
adalah proses perencanaan, pengendalian sampai dengan tahap pelaksanaan .Proyek
merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi
sumberdaya yang terbatasuntuk mencapaisuatutujuan yang telah ditetapkan
Pada perenacanaan kali ini yang akan di bahas adalah proyekhotel Grand Gusher
Tarakan.

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 2

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Kata Hotel mulai dipakai sejak abad ke 18 di London, Inggris. Pada saat itu kata hotel
adalah garni , sebuah rumah besar yang dilengkapi dengan sarana tempat
menginap/tinggal untuk penyewaan secara harian, mingguan atau bulanan. Kata hotel
sendiri merupakan perkembangan dari bahasa Perancis. Hotel berasal dari kata latin:
hostel dan mulai dikenal di masyarakat pada tahun 1797.

Ada beberapa definisi hotel berdasarkan berbagai pendapat, di antaranya :


- Hotel adalah : Bangunan yang menyediakan kamar-kamar untuk menginap para
tamu, makanan dan minuman, serta fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan dan
dikelola secara profesional untuk mendapatkan keuntungan ( Rumekso, 2002 : 2 )
- Hotel adalah :Suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil, disediakan
bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan
dan minum ( SK Menteri Perhubungan No. Pm. 10/Pw. 301/Phb. 77 ).
- Hotel adalah : Perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk akomodasi serta
menyediakan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum yang
memenuhi syarat kenyamanan dan bertujuan komersil dalam jasa tersebut ( SK.
Menteri Perhubungan No. 241/11/1970 ).
Fungsi dan peranan Hotel
Hotel berfungsi sebagai suatu sarana untuk kebutuhan tamu sebagai tempattinggal
sementara. Hotel bukan hanya untuk menginap, beristirahat, makan dan minum bagi

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 3

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
masyarakat, tetapi juga sebagai tempat untuk melangsungkan upacara, konferensi dan
lain-lain sehingga penyediaan

1.2

Rumusan Masalah
Tugas besar ini berisi pembahasan rencana untuk melaksanakan suatu proyek yang

berusaha dibuat menyerupai perencanaan pada konstruksi yang sebenarnya.


Tugas besar ini berisikan konsep perencanaan suatu proyek konstruksi yaitu :
permasalahaan yang mungkin muncul, penjadwalan, pengendalian mutu serta metode
kerja yang akan digunakan pada perencanaan yang akan dibuat.
Rumusan permasalahan diatas merupakan hal yang menjadi pokok pembicaraan
pada tugas besar ini. Rumusan tersebut mengikuti silabus yang akan dibahas.

1.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan dibuatnya tugas besar iniguna memenuhi nilai tugas mata kuliah
Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi. Tugas besar iniadalah untuk memberikan
informasi mengenai perencanaan suatu proyek dan kegiatan yang terkandung didalam
perencanaan suatu proyek seperti:permasalahaan yang mungkin muncul, penjadwalan,
pengendalian mutu serta metode kerja yang akan digunakan pada perencanaan yang
akan dibuat.

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 4

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

1.4 Batasan Masalah


Di dalam tugas besar ini berisi rencana untuk pelaksanaan suatu proyek yang
berusaha dibuat menyerupai perencanaan pada konstruksi yang sebenarnya.Tentunya
dalam pembutan tugas besar iniakan dibatasi oleh beberapa hal.
Tugas besar ini membahas konsep perencanaan suatu proyek konstruksi yaitu :
permasalahaan yang mungkin muncul, penjadwalan, pengendalian mutu serta metode
kerja yang akan digunakan pada perencanaan yang akan dibuat.Perencanaan yang kami
lakukan juga tentunya dibatasi pada Proyek Pembangunan Hotel Grand Gusher Tarakan.
Pembatasan masalah diatas merupakan hal yang menjadi pokok pembicaraan pada
tugas besar ini. Batasanmasalah tersebut mengikuti silabus yang dibahas dan dibatasi
pada pembahasan untuk satu proyek saja yang akan di bahas.

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 5

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

BAB II
DATA-DATA PROYEK
2.1

Gambaran Umum
Gedung yang akan direncanakan adalah gedung bertingkat yang bernama PROYEK
HOTEL GRAND GUSHER TARAKAN yang berlokasi di jalan Moh. Kahfi II
,Jagakarsa,Jakarta selatan. Dengan jumlah lantai .
*Untuk gambar bestek gedung terlampir dihalaman berikut .
DalamUU Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung memiliki
fungsi masing-masing.Fungsibangunangedungini yang nanti nya akan dicantumkan
dalam Izin MendirikanBangunan (IMB). Untuk, Persyaratan bangunan gedung
dapatdibagi menjadi 2 (dua) yaitu persyaratan administrative dan persyaratan teknis,
dimana bangunan gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung harus memenuhi kedua
persyaratan tersebut.
1. Data Umum
Berisi data umum proyek seperti nama proyek, alamat proyek, nama
Owner, Konsultan, lingkup pekerjaan umum, jenis tender, waktu pelaksanaan,
dan lain-lain.
2. Data Teknis Umum
Berisi data-data teknis prinsip yang mempengaruhi pemilihan metode
pelaksanaan seperti kondisi tanah, elevasi muka air tanah, elevasi tanah existing,
keberadaan basement, besaran lingkup pekerjaan, dan lain-lain.

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 6

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
3. Data Lokasi Proyek
Data ini menginformasikan lokasi proyek gedung yang akan dikerjakan.
Data ini akan menunjukkan kemungkinan akses, ketersediaan lahan, kondisi
lingkungan sekitar, jarak dengan resources proyek, dan lain-lain.

4. Lingkup Pekerjaan
Data ini menginformasikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan
pada gedung tersebut. Penjelasan lingkup yang lebih detail ini sebagai bahan
metode apa saja yang harus dibuat termasuk dalam penentuan schedule
pelaksanaan.
5. Gambar Teknis
Gambar yang memberikan informasi mengenai bentuk gedung yang akan
dikerjakan dari gambar denah, potongan maupun gambar perspektif. Sedemikian
hingga tergambar tingkat kesulitan dalam pelaksanaannya.
6. Data Geometris Gedung
Berupa data-data yang terperinci mengenai ukuran atau dimensi gedung
yang akan dikerjakan. Berisi data luasan tiap lantai, keliling dominan, tinggi
floor to floor gedung dan informasi mengenai volume material dominan pada
tiap lantai yang penting dan dominan dalam penentuan metode pelaksanaan dan
schedule pelaksanaan.
7. Spesifikasi Teknis
Berisi resume spesifikasi teknis yang mempengaruhi metode pelaksanaan
gedung. Beberapa diantaranya adalah mutu beton, kandungan fly ash beton umur
pembongkaran bekisting, mutu besi tulangan, mutu bekisting, standard test
Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 7

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
material beton, besi dan tanah disamping syarat pelaksanaan tertentu seperti
mass concrete, dan lain-lain.

2.2

Data Umum

Data umumproyek Pembangunan adalahsebagaiberikut :


1. NamaProyek

: Proyek Hotel Grand Gusher

2. Alamat Proyek

: Jl. Moh. Kahfi II, Jagakarsa,

Jakarta Selatan
3. Luas Bangunan

: 39.252 m2

4. Jumlah Lantai

: 11 Lantai + 1 Basement

5. Peruntukan

: Hotel

6. JenisPelelangan

: Pelelangan Terbuka

7. JenisKontrak

:Lumsump Fixed Price

8. NilaiKontrak

9. UangMuka

: 20% darinilaikontrak

10. WaktuPelaksanaan
Kalender

: 19 bulan (Lima Ratus Tujuh Puluh sembilan) hari

11. MasaPemeliharaan

: 6 bulan (Seratus Delapan Puluh

Tiga) harikalender
Setelahtanggalberitaacarapenyerahanpertama
12. PemilikProyek

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 8

: PT. MAJU TERUS

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

2.3

Data Lokasi Proyek

Data ini menginformasikan lokasi proyek gedung yang akan dikerjakan.Data ini
menunjukkan kemungkinan akses, ketersediaan lahan, kondisi lingkungan sekitar,
jarakdenganresourcesproyek, dan lain-lain.Data lokasi proyek diambil berdasarkan peta
lokasi Jakarta dan dengan menggunakan software mapping.

Perencanaan Pelaksanaan Konstruksi Page 9

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Gambar peta lokasi


Proyek Pembangunan Hotel Grand Gusher Tarakan

2.3.1

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Untuk menjamin konstruksi dengan angka nol kecelakaan (zero accident),.

Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar dari K3 mengacu pada beberapa
standar, yaitu :
1. OHSAS 18001:2007.
2. Technical Specification of The Project.
3. Safety Target of PT. Perumnas.
4. Safety Management.
OHSAS 18001-2007 adalah standar internasional untuk sistem manajemen
keselamatan. Sistem ini menjadi benchmark dalam kontrol keselamatan dalam
konstruksi.
Spesifikasi teknik proyek adalah dokumen yang menjadi standar keselamatan
dari konstruksi yang harus dilakukan oleh Kontraktor yang dibutuhkan oleh Owner.
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 10

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Target keselamatan yang diinginkan adalah standar keselamatan konstruksi yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk standarisasi keselamatan dan meningkatkan kondisi
keselamatan dan menyeragamkan benchmark keselamatan yang diinginkan.
Manajemen keselamatan adalah pengaturan dari keselamatan yang harus
dilakukan oleh tim proyek berdasarkan dari rencana keselamatan, target keselamatan,
papan penilaian, spesifikasi teknik dan OHSAS 18001-1999. Manajemen Keselamatan
terdiri dari rencana keselamatan, pelaksanaan, administrasi dan laporan rencana
keselamatan.
Manfaat pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
bawah standar OHSAS 18001 adalah:
1. Perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan
2. Mengurangi resiko kecelakaan
3. Motivasi karyawan lebih tinggi
4. Pengurangan biaya operasi dan biaya kecelakaan kerja
5. Meningkatkan citra & image perusahaan
Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan
operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan (akar masalah), dan meneliti apakah
pengendalian secara cermat dapat dilakukan ataukah tidak. Kesalahan operasional yang
kurang lengkap , keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan, dan manajemen yang
kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan (Rumondang, 1995).
Ada cara yang bisa dilakukan untuk menekan kerugian akibat kecelakaan kerja, yaitu
1. Menekan probability dengan cara :
a. Melakukan Safety induction seminggu sekali (contoh aktifitas : Sebelum dimulai
semua aktifitas pada proyek, para pekerja dikumpulkan terlebih dahulu untuk
diingatkan pentingnya penggunaan APD dalam bekerja)
b. Lakukan patroli K3 pada tiap pekerja secara rutin untuk mengawasi para pekerja dan
memberitahu para pekerja jika ada bahaya yang mengancam saat dia bekerja
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 11

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
( contoh aktifitas : Pada saat lifting material jika melewati pekerja di bawahnya,
maka pekerja di suruh menyingkir terlebih dahulu)
c. Pasang rambu rambu peringatan agar pekerja selalu bekerja dengan hati hati
( contoh aktifitas : Pada saat galian tanah diberi rambu peringatan awas ada lubang
galian)
2. Menekan consequences dengan cara :
a. Selalu gunakan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja ( contoh : pada pekerjaan di
ketinggian diwajibkan menggunakan full body harness)
b. Buat inovasi alat dan metode kerja yang membuat pekerja merasa aman dan nyaman
( contoh : Pada pekerjaan pengecoran kolom dibuat lantai kerja pada bekisting
kolom)

3. Hindari (avoid) risiko, dengan cara :


a. Mengganti alat yang sudah tidak layak pakai ( contoh : pada pekerjaan bekisting,
kayu-kayu yang sudah keropos diganti)
4. Pengalihan risiko (risk transfer) dengan cara :
a. Setiap pekerja telah dilindungi dengan Jaminan Ketenagakerjaan
Hal-hal di atas dapat menekankan resiko kecelakaan kerja yang berdampak pada
berkurangnya kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja (fungsi biaya). Dengan
terjaminnya keselamatan kerja, jadwal pekerjaan yang telah disusun tidak akan
terkendala akan hal-hal yang menyangkut kecelakaan kerja yang akan berdampak pada
tersendatnya proyek dan membengkaknya biaya (fungsi waktu).
2.3.2

Manajemen Lingkungan

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 12

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Untuk menjamin keselamatan lingkungan akibat pengaruh pembangunan
tersebut menggunakan standar manajemen lingkungan berupa standar internasional
dengan aplikasi dari ISO 14001-2004. Serta memiliki komitmen lingkungan yang
dijelaskan dalam kebijakan perusahaan (terlampir). ISO 14001-2004 adalah standar
internasional tentang sistem manajemen lingkungan. Sistem ini menjadi benchmark
dalam kontrol pengaruh proyek konstruksi terhadap lingkungan.
PT. Nindya Karya merupakan Kontraktor yang telah bersertifikasi ISO 140012004 mengenai Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001-2004 tersebut telah diadopsi
dalam bentuk work Instruction terpadu dengan penerapan standar lainnya yaitu ISO
9001:2008 dan OHSAS 18001:2007.
Dalam pelaksanaannya PT. Nindya Karya mengaplikasikan berbagai aktifitas
proyek dalam konsep sebagai Green Contractor. Sehingga dalam pelaksanaan proyek,
selalu berusaha menjadikan dampak lingkungan sebagai aspek yang harus diperhatikan
agar tidak merusak lingkungan sekitar.
Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar dari aspek lingkungan
mengacu pada beberapa standar, yaitu :
1. ISO 14001:2004.
2. Technical Specification of The Project.
3. Environmental Management.

2.3.3

Manajemen Housekeeping
Proyek Konstruksi membutuhkan pengaturan untuk menyusun kondisi lapangan

yang bersih dan rapih. Penataan kondisi lapangan tersebut umumnya disebut sebagai
Manajemen Housekeeping. Manajemen proyek housekeeping menjadi bagian dari
sistem manajemen kualitas dalam ISO 9001-2000. Dalam proyek konstruksi, kontrol
dasar dari housekeeping mengacu pada :
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 13

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
1. ISO 90012000.
2. Technical Specification of The Project.
3. Housekeeping Management.
Manajemen housekeeping ini meliputi pengelolaan kebersihan area proyek
termasuk siklus pengelolaan sampah proyek, kebersihan kantor, gudang, penataan siklus
material, dan lain-lain.

2.3.4

Alur penagihan project

Alur pembayaran adalah pembayaran nilai project yang harus dilakukan oleh owner ke
kontraktor sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh kedua pihak

Pembayaran uang muka (DP) sebesar 20% dari nilai proyek bangunan dilakukan setelah
para pekerja kami sudah berada di lokasi proyek bangunan dan siap untuk memulai
pekerjaan

Pembayaran Termin I sebesar 15% x nilai proyek bangunan 15% x nilai DP dilakukan
setelah progres pekerjaan bangunan di lapangan sudah mencapai 15%

Pembayaran Termin II sebesar 20% x nilai proyek bangunan 20% nilai DP dilakukan
setelah progres pekerjaan bangunan di lapangan sudah mencapai 35%

Pembayaran Termin III sebesar 20% x nilai proyek bangunan 20% nilai DP dilakukan
setelah progres pekerjaan bangunan di lapangan sudah mencapai 55%

Pembayaran Termin IV sebesar 20% x nilai proyek bangunan 20% nilai DP dilakukan
setelah progres pekerjaan bangunan di lapangan sudah mencapai 75%

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 14

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Pembayaran Termin V sebesar 20% x nilai proyek bangunan 20% nilai DP dilakukan
setelah progres pekerjaan bangunan di lapangan sudah mencapai 100%

Pembayaran Retensi sebesar 5% x nilai proyek bangunan 5% x nilai DP dilakukan 3


bulan setelah serah terima pekerjaan bangunan sebagai masa pemeliharaan bangunan.
Apabila terjadi keterlambatan proges proyek maka segala biaya yang menyangkut

kerugian ditanggung oleh pihak kontrak tor dengan spesifikasi mutu tetap seperti didalam
RKS.

2.4

SpesifikasiStruktur
Berikut ini adalah spesifkasi struktur secara umum uang dipakai pada
proyek ini.
Mutu Besi beton
Secara umum Besi beton yang digunakan pada proyek ini memiliki
standar mutu, yaitu:
1. BJTP 24 fy = 2400 Kg/cm2 ( Besi Beton Polos )
2. BJTD 40 fy = 4000 Kg/cm2 ( Besi Beton Ulir )

Pondasi

Struktur pondasi yang digunakan pada proyek ini ialah pondasi tiang pancang
berbentuk persegi dengan ukuran 45 x 45 cm, panjang 12 meter.
Pile Cap

Padaproyekiniterdapatbeberapatipe/bentuk pile cap, yaitubentukpersegi, segitiga


dan persegi panjang. Dimana semua tipe tersebut mempunyai ketinggian rencana
sebesar 90 cm. Mutu beton yang dipakai adalah K-400, dengan tulangan diform
diameter 25 mm dan 13 mm.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 15

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Sloof

: Conventional Sloof

Sloof ialah salah satu struktur beton bertulang yang fungsinya untuk membagi rata
beban yang bekerja diatasnya menuju ke pondasi, sehingga bila terjadi penurunan
maka turunnya akan merata dan tidak mengganggu bangunan secara keseluruhan.
Kolom

: Conventional Coloum

Struktur kolom dibuat diatas pile cap yang merupakan penggabungan dari
beberapa pondasi tiang pancang yang telah di cor sebelumnya yang berfungsi
untuk mendukung atau menahan beban yang bekerja diatasnya yaitu pelat, balok,
dan orang yang bekerja.Kolom pada proyek ini menggunakan Beton Mutu K 300.
Pada proyek ini ada 2 (dua) model kolom yang digunakan, yaitu
a. Kolom persegi; dan
b. Kolom bulat.

Balok

: Conventional Beam

Struktur balok dibuat diatas kolom yang sudah mengering dan dapat menahan
beban dengan baik beratnya sendiri maupun berat balok, pelat, dan orang yang
bekerja terutama pada saat pengecoran berlangsung.Mutu beton untuk balokyang
digunakan poada proyek ini adalah mutu beton K 300.
Pelat

: Conventional Slab

Adapun tipe-tipe dan ketebalan pelat yang digunakan untuk keseluruhan proyek
tersebut terlampir. (Lihat lampiran gambar Denah Struktur Lantai). Terdapat 3
jenis plat utama pada bangunan ini,yaitu :
1. Plat Basement ( digunakan mutu beton K 500)
2. Plat Lantai ( digunakan mutu beton K 500 )
3. Plat Atap/Dak ( digunakan mutu beton K 300)
Dinding
Dinding pada proyek Hotel Grand Gusher ini secara umum terbagi 3, yaitu:
1. Dinding Pengisi
: digunakan hebel sebagai komponen utamanya karena
hanya berfungsi sebagai partisi
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 16

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
2. Dinding Basement : digunakan dinding beton dengan mutu K 400
3. Sheer Wall
: digunakan dinding beton dengan diperkuat tulangan.
Beton yang digunakan adalah beton mutu K 400. Dinding
ini berfungsi sebagai tahanan gempa.
Tangga
Tangga yang akan digunakan pada proyek ini direncanakan menggunakan tangga
precast yang dipesan dengan mutu K 250

Atap

: Konstruksi Rangka Baja

Kontruksi Atap yang digunakan pada bangunan ini sebagian menggunakan rangka
atap baja. Adapun tipe-tipe baja yang digunakan pada proyek ini bias dilihat di
lampiran gambar struktur atap.

BAB III
PEKERJAAN PERENCANAAN MANAJEMEN PROYEK
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu pekerjaan konstruksi, pekerjaan yang
pertama harus dilakukan adalah pekerjaan manajemen proyek. Pekerjaan manajemen
proyek ini, baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, besar kecilnya,
mudah atau sulitnya tergantung pada masing-masing proyek yang akan dikerjakan.
Untuk Segera Bekerja di lapangan banyak kegiatan yang harus dilakukan, Kegiatan itu
antara lain mengevaluasi kembali rencana pelaksanaan pekerjaan,melengkapi dokumen,
mengadakan tinjauan lapangan
Semua kegiatan yang terkait dengan sumber daya yang diperlukan harus
diorganisasikan dengan baik, agar sesua dengan rencana yang disusun
3.1.

Kondisi Proyek

Kondisi Tanah Proyek

Kondisi tanah di proyek adalah tanah padat berwarna coklat kemerahan.Terdapat


pepohonan dan ilalang yang tumbuh di lahan proyek.Butuh kendaraan roda dua,
kendaraan ringan, dan berat untuk memasuki proyek ini.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 17

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Hal yang harus diperhatikan dalam lokasi proyek sangat banyak dan
bervariasi . Perusahaan akan mengembangkan perencanaan dan metode
kerja sesua keadaan
Kegiatan Perencanaan Lapangan yang harus diperhatikan :
a. Kondisi lapangan, seperti kemiringan, kedalaman top soil
b. Instalasi yang diperlukan (Listrik,gas, air, sanitasi, jalan/transportasi)
c. Instasi yang diperlukan (Telkom, Polisi, Rumah sakit, dan lain-lain)
d. Tenaga kerja yang dibutuhkan(Suplier, tempat tenaga kerja
e.
f.
g.
h.

berdomisili)
Bahan Bangunan
Peralatan
Data cuaca
Metode yang tepa

Perencanaan Site Plan

Perencanaan site planpada prinsipnya adalah perencanaan tata letak dan pengaturan
sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek, agar keamanan
barang-barang,bahan,peralatanserta keamanan para staf proyek terjamin.
Pengaturan dan penggunaan halaman kerja harus sesuai
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 18

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Fasilitas-fasilitas yang perlu diperhatikan dalam penataan site plan antara lain :
1. Kantor proyek / direksi keet
2. Gudang material dan peralatan
3. Base camp staf proyek dan barak pekerja
4. Los kerja besi dan kayu
5. Pagar proyek dan pintu gerban
6. Jalan kerja
7. Penempatan alat berat, Tower Crane dan lift bahan
8. Pos jaga
9. Toilet
10.Parkir
11.Instalasi air bersih
12.Instalasi air kotor
13.Instalasi Listrik

Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara
cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan
dengan disain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana
proyek nantinya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun
demikian yang tetap harus dipertimbang kan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana
proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan
nantinya dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai dan dikembalikan ke gudang
peralatan Kontraktor.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:
1. Menempatkan semua fasilitas proyek diluar dari bagian denah
bangunan yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak
menganggu pelaksanaan proyek. Kecuali jika lahan terlalu sempit dan
atau telah tersedia lahan area gedung (biasanya struktur basement)
untuk dapat ditempati.
2. Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel
beton dan lainnya harus dipisahkan sesuai dengan jenisdan
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 19

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
ukurannya, sehingga memudahkan penyimpanan dan
pengambilannya.
3. Menempatkan material-material yang harus terlindung daricuaca,
seperti semen maupun material fnishing
lainnyadalamgudangtertutup.
4. Menempatkanalatalatberat seperti tower crane pada posisi strategis,
agar dapat menjangkau seluruh area kerja yang diperlukan dengan
tetap memperhatikan aspek kemudahan erection dan dismantling.
5. Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar.
6. Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan
estetika, namun tetap efsien.

7. Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.


8. Menempatkan pos jaga yang tepat.
9. Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak
jauh dari lokasi proyek.

3.1.1 Direksi Keet


Direksi keet menggunakan gypsum dan triplek

Direksi Keetdiletakkan dibelakang proyek untuk menjaga keselamatan karyawan,


agar mudah berkonsentrasi dalam bekerja, danmudah monitor proyek. Direksi keet
dibangun sebagai tempat bari para staf , Pengawas maupun pemilik proyek
Kontruksinya terdiri dari rangka baja untuk struktur atas , dilapisi dinding double
triplex atau polywood. Penutup atapya terbuat dari seg atau asbes. Lantai bangunan
yang tidak bertingkat menggunakan finishing keramik
3.1.2 Gudang Material dan Peralatan

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 20

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca seperti semen dan
material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup.Untuk itu,
diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang.Sebagai tempat penyimpanan
material, gudang harus memenuhi berbagai persyaratan.Kondisinya harus dijaga
agar tetap kering dan tidak lembab.
Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti
bangunan kantor proyek. Yakni dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat
digunakan berulang kali.Gudang material dibuat dengan standar, terbuat dari rangka
baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan cover terbuat dari plywood dan
material seng. Gudang material direncanakan dengan ukuran 7 x 12m. Gudang
material dietakkan dibelakang area proyek yang akan dibangun, Hal ini bertujuan
agar mudah mobilisasi material, tidak mengganggu aktiifitas proyek bila material
datang dan agar mudah monitor keluar masuknya material.

3.1.3 Base Camp Staf Proyek dan BarakPekerja

Base camp staf proyek adalah sejenis akomodasi yang dibangun dan disediakan
sebagai tempat tinggal bagi staf proyek dan barak pekerja . Penempatan base camp
staf proyek dibuat terpisah dengan barak pekerja. Masig-masing dilengkapi dengan
kamar mandi dan dapur
Barak pekerja ini dirancang dapat menggunakan sistem rakitan atau dengan
rangka kayu, menyesuaikan kondisi yang ada.
Luas barak pekerja tergantung berapa banyak jumlah pekerja. Barak pekerja
direncanakan dengan ukuran 30 x 6m dan diletakkan di belakang lokasi proyek, hal
ini bertujuan agar terjaganya keamanan dan kebersihan proyek, serta keselamatan
pekerja.
3.1.4 Los Kerja Besi dan Kayu

Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu.Los kerja besi merupakan
tempat pemotongan maupun pembengkokan besi beton sesuai gambar kerja (shop

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 21

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
drawing) yang ada.Los kerja kayu digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting
dan pekerjaan kayu lainnya.
3.1.5 Pagar Sementara dan Gerbang
1. Pagar

Pagar sementara ini bertujuan untuk mensosialisasikan dan mempromosikan


pembangunan serta melindungi proses jalannya proyek agar tidak terganggu

2. Gerbang

Pada proyek pembangunan Hotel Grand Gusher Tarakan ini tedapat gerbang, yaitu :

Gerbang Utama

Dengan ukuran lebar 6 m dan tinggi mengikuti ukuran tinggi pagar 2 m.


Gerbang ini dapat dilewati 2 buah mobil besar dan pejalan kaki. Gerbang
utama terbuat dari besi.

Gerbang Sekunder

Dengan ukuran lebar 6 m dan tinggi mengikuti ukuran tinggi pagar (180
cm).Gerbang ini dapat dilewati 2 buah mobil besar, motor, dan pejalan kaki.
Gerbang untuk mobilisasi bahan material mau pun alat berat
3.1.6 Jalan Kerja

Jalan kerja di lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu-lintas kendaraan


proyek, baik untuk truk material, truk mixer maupun mobilisasi alat alat berat
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 22

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
seperti mobile crane, tower crane, lift barang, dan lainnya. Membuat jalan kerja ini ,
harus diperhitugkan dengan matag arus keluar masuk kedaraan.Arus kendaraan
harus diatur sehingga tidak menghambat proyek ddan kemacetan di sekitar
lingkungan
3.1.7 Penempatan Alat Berat TC, PH, Lift Barang dan Alat Ringan
Lainnya
Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi atau gedung
bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat
untuk transportasi material, terutama untuk arah vertikal.Untuk sistem
transportasi vertikal ini, tower crane dan lift barang marupakan alat
transportasi yang sering digunakan pada proyek pembangunan gedung
bertingkat.Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal
bahanbahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting,
beton cor, dan material lainnya.

Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa menjangkau


seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan
manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut,
juga harus memperhitungkan beban maksimum yang mampu
diangkatnya.

Pada kondisi tertentu, penggunaan tower crane tidak dimungkinkan, maka


digunakan mobile crane.Dapat pula digunakan kombinasi keduanya apabila
diperlukan.Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah
pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah
mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat
setempat dengan bored pile atau tiang pancang. Pondasi tower crane pada posisi
tower crane di dalam gedung, memanfaatkan pondasi gedung yang akan dibangun.
Sementara itu, lift barang atau passanger lift merupakan alat transportasi vertikal
untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun tenaga kerja proyek.
Konstruksi lift bahan dan penumpang ini, dibuat seperti pada tower crane yang

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 23

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang
diangkur pada struktur bangunan yang sudah jadi.
Penggunaan alat-alat ringan seperti compressor, alat pengukuran, scaffolding,
pompa air dan lain-lain menyesuaikan kebutuhan proye
3.1.8 Pos Jaga

Pos Jaga menggunakan kayu dan kasodengan ukuran setiap pos 2x2 m.
Pos jaga diletakkan di gerbang utama proyek.agar mudah monitor keluar masuk
barang, keluar masuk pekerja/karyawan, keluar masuknya tamu, dan
menggalangkan K3.

3.1.9 Toilet

Sebagai fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek diperlukan toilet.Toilet
dibedakan disain dan lokasinya berdasarkan peruntukannya.Toilet untuk karyawan
dan konsultan didisain berbeda dengan untuk pekerja. Toilet untuk karyawan dan
konsultan ini ditempatkan sedekat mungkin dengan kantor. Sedangkan toilet untuk
pekerja diletakkan berada di lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung. Toilet
direncanakan dengan ukuran 6 x 10m, disesuaikan dengan jumlah pekerja. Toilet
pekerja diletakkan di belakang proyek, berada di sekitar barak pekerja dan gudang
material. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan proyek dan menghindari
proyek dari bau bau tak sedap.

3.1.10

TempatParkir

Untuk melindungi kendaraan karyawan dan tamu dari cuaca serta untuk kerapian
dan kenyamanan, maka dibuat areal parkir pada lokasi proyek.
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 24

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Area parkir sebisa mungkin ditempatkan pada area yang teduh dengan tanah
yang diberi perkerasan.Area parkir diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi dimana
kendaraan tersusun dengan baik.Area parkir dengan kapasitas cukup dan dapat
melindungi kendaraan dari hujan dan cuaca panas.
Pada kondisi tertentu, area parkir tidak dilengkapi dengan pelindung namun
tetap tersusun rapi.Area parkir sebisa mungkin dipisahkan antara parkir kendaraan
roda dua dengan parkir kendaraan roda empat.
Pada kondisi tertentu pula dimana lokasi proyek sangat sempit, area parkir
ditempatkan di luar area proyek seperti di halaman dekat lokasi proyek, di jalan
sebelah proyek dengan ijin pihak terkait atau yang lainnya.Disain dan foto area
parkir dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

3.1.11

Instalasi Air kerja

Pada pelaksanaan proyek diperlukan air bersih untuk beberapakebutuhan seperti


air curing beton, perawatan beton sample test, pembersihanban mobil, pekerjaan
finishing,dan lain-lain.Untuk memenuhi kebutuhantersebut diperlukan instalasi air
bersih.Instalasi air bersih dapat berupa susunan tanki air, instalasi pipa dan
pompa.Air bersih dapat berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih
didisain sedemikian rupa sehingga rapi, efisien,dan tidak mengganggu aktifitas
kegiatan proyek.
3.1.12

Instalasi Listrik dan penerangan

Suatu proyek membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang cukup


besar.Kebutuhan tersebut terutama untuk menjalankan peralatan seperti towercrane,
passanger hoist, lampu penerangan, dan lain-lain. Agar proses tersebut berjalan
lancar maka dibutuhkan instalasi listrik dan penerangan yang memadai. Sumber
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 25

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
listrik berasal dari PLN dan didistribusikan ke lokasi proyek dan kantor. Instalasi
listrik didisain sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, efisien, tidak membayakan,
dan tidak menggangu aktifitas kegiatan proyek.
3.1.12 Car Wash
Perencanaan car wash ini tidak ada bangunan khusus hanya berupa
selang air untuk membersihkan mobil.

Ditempatkan di sebelum pintu gerbang utama proyek, agar mobil keluar dari proyek
terlihat bersih (tidak meninggalkan kotoran di jalan raya).

3.2. Lingkungan pekerjaan Proyek

Pelaksanaan gedung, dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi, hingga


pengelolaannya didasari oleh peraturan-peraturan yang berlaku. Pelaksanaan proyek
gedung kantor dalam hal ini mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan, dibuat
berdasarkan peraturan yang berlaku memiliki tujuan agar pelaksanaan gedung kantor
tersebut tetap berada pada koridor-koridor yang sesuai dengan tujuan pelaksanaannya.
Peraturan yang berlaku memberikan definisi serta standar yang berperan sebagai
batasan koridor sehingga nantinya pelaksanaan gedung kantor tersebut bisa benar - benar
memberikan manfaat yang sesuai dengan kondisi dan juga menjawab kebutuhan yang
ada.
Peraturan yang mendasari pembangunan gedung adalah Undang Undang Nomor
28 tahun 2002 tentang bangunan gedung. Dalam kaitannya dengan bangunan gedung,
peraturan ini memuat:
a. Defnisi bangunan gedung,
3.2.1.Umum

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 26

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Defnisi bangunan gedung berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002
ialah Bangunan gedung adalah wujud fsik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/ atau di dalam tanah dan/ atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya,
maupun kegiatan khusus.

Sedangkan persyaratan bangunan gedung meliputi :

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrative

dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.


Persyaratan administratif, meliputi persyaratan status hak atas tanah,

status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.


Persyaratan teknis, meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan

keandalan bangunan gedung.


Penggunaan ruang di atas dan / atau di bawah tanah dan / atau air untuk
bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan

yang berlaku.
Persyaratan administratif dan teknis untuk banguna gedung adat,
bangunan gedung semi permanen, banguna gedung darurat, dan
bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi social dan budaya setempat.

Peraturan Bangunan

Peraturan terkait bangunan gedung yang akan dibahas pada sub bab kali ini terdiri atas:
a. Undang-Undang

Adapun Undang-Undang yang terkait dengan bangunan gedung adalah:


a. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung,
b. Peraturan Pemerintah

Adapun Peraturan Pemerintah yang terkait dengan jalan tol adalah:


a. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung,
c. Peraturan Presiden

Adapun Peraturan Presiden yang terkait dengan bangunan gedung adalah:


a. Peraturan Presiden No.73 Tahun 2011 tentang Pembangunan bangunan
gedung Negara
d. Peraturan Menteri
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 27

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Adapun Peraturan Menteri yang terkait dengan bangunan gedung adalah:
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2005 tentang
Bangunan Gedung.
e. Keputusan Menteri

Adapun Keputusan Menteri yang terkait dengan Bangunan Gedung adalah:


a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441 Tahun 1998tentang
organisasi dan persyaratan teknis bangunan gedung.
Proyek ini berlokasi di Jl. Moh. Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta Selatan, kami mengikuti
peraturan daerah Nomor 03 Tahun 2006 tentang Bangunan dan Retribusi
Mendirikan Bangunan.

Peraturan Bangunan yang Digunakan


Peraturan terkait bangunan gedung yang akan dibahas pada sub bab kali ini terdiri atas:
Beberapa proyek dan industri mempunyai aturan-aturan administratif hukum yang
dikeluarkan oleh instansi terkait seperti:
1.3.1.1 Undang-Undang
Adapun Undang-Undang yang terkait dengan bangunan gedung adalah:
a. Undang-undang RI No. 4, Tahun 1997 serta Peraturan Pemerintah No. 23
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai petunjuk pelaksanaannya
yang diterbitkan melalui Keputusan Presiden dan instansi terkait
Kementrian Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Jenis
Rencana Usaha dan Kegiatan Kerja Yang Wajib Dilengkapi dengan
AMDAL diputuskan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup pada PP
No. 17 Tahun 2001.
b. Undang-undang RI No. 18, Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan lain
sebagainya, diterbitkan melalui Keputusan Presiden dan Menteri dari
Departemen Pekerjaan Umum.
c. Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 28

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
d. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung,
Merupakan peraturan yang menjadi acuan utama. Dalam peraturan ini
terkandung didalamnya, yaitu :

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrative

dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.


Persyaratan administratif, meliputi persyaratan status hak atas tanah,
status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan

bangunan.
Persyaratan teknis, meliputi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan gedung.


Penggunaan ruang di atas dan / atau di bawah tanah dan / atau air
untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai

ketentuan yang berlaku.


Persyaratan administratif dan teknis untuk banguna gedung adat,
bangunan gedung semi permanen, banguna gedung darurat, dan
bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi social dan budaya
setempat.

1.3.1.2 Peraturan Pemerintah


Adapun Peraturan Pemerintah yang terkait dengan jalan tol adalah:
a. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung,
1.3.1.3 Peraturan Presiden
Adapun Peraturan Presiden yang terkait dengan bangunan gedung adalah:
a. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003.
c. Peraturan Presiden No.73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
bangunan gedung Negara
1.3.1.4 Peraturan Menteri
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 29

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Adapun Peraturan Menteri yang terkait dengan bangunan gedung adalah:
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2005 tentang Bangunan
Gedung.

1.3.1.5 Keputusan Menteri


Adapun Keputusan Menteri yang terkait dengan Bangunan Gedung adalah:
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 195/KPTS/1989 mengenai
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum.
b. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 1/IN/M/1990, mengenai
Pelaksanaan Kampanya Keselamatan dan Ksehatan Kerja (K3) di
lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441 Tahun 1998tentang
organisasi dan persyaratan teknis bangunan gedung.
1.3.1.6 Peraturan Daerah
Adapun Peraturan Daerah yang terkait dengan Bangunan Gedung adalah:
a. peraturan daerah Nomor 03 Tahun 2006 tentang Bangunan dan Retribusi
Mendirikan Bangunan.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 30

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

BAB IV
METODE PEKERJAAN PROYEK
4.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi
Aspek teknologi berperan dalam suatu proyek pada umumya, aplikasi teknologi
ini banyak ditetapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Metode yang
tepat , cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian proyek tersebut . Dalam
pelaksanaan pekerjaa konstruksi. Diperlukannya metode terobosan yang baru untuk
menyelesaikan pekerjaan di lapangan, khususnya pada saat menghadapi kendala yang
diakibatkan kondisi lapangan yang tidak sesuai perencanaan . Penerapan metode
pelaksanaan kontruksi , juga tergantung jeis proyek apa yang dikerjakan. Namun
demikian semua jenis proyek konstruksi tersebut dimulai dengan pekerjaan persiapan
4.2 Pekerjaan Persiapan
Pelaksanaan pekerjaan ini diawali dengan diterimanya Surat Perintah Kerja
(SPK) dari pimpinan proyek kepada kontraktor. Tahap awal yang harus dilakukan oleh
kontraktor adalah melakukan pemantapan lokasi dimana bangunan itu akan dilakukan
pengerjaan tahap berikutnya yaitu, bersama-sama Pemilik Bangunan dan Pengawas
Lapangan menuju lokasi. Hal ini dilakukan untuk mendukung informasi teknis dan
kelancaran pelaksanaan di lapangan. Selain itu juga perlunya investigasi terhadap tapak
bangunan ( site investigasion ) sebagai pendukung informasi teknis yang belum atau
tidak termuat di dalam penjabaran RKS oleh pihak perencana. Sehingga kontraktor dapat
menyesuaikan kondisi riil di lapangan dengan metode ataupun teknik pekerjaan yang
akan dilakukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan proyek. Site preparation
merupakan pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan
proyek. Kegiatan ini dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan proyek agar
bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 31

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
4.2.1 Pembersihan Lahan
Sebelum pembangunan suatu proyek konstruksi pada suatu lahan kosong, lahan
tersebut harus dibersihkan dari semak atau pepohonan. Alat yang umum digunakan untuk
pekerjaan ini adalah crawler tractor yang dilengkapi bulldozer blade atau blade khusus
untuk membersihkan lahan seperti clearing blade.
Lahan yang akan digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan. Maka untuk
pembersihan lahan sebaiknya menggunakan excavator untuk mengeruk tanah dan crawler
tractor yang dilengkapi bulldozer blade. Dengan menggunakan alat ini bertujuan untuk
mencapai efektivitas waktu agar pekerjaan pembersihan lahan ini dapat terselesaikan
dengan cepat.
4.2.2 Pengukuran
Pekerjaan pengukuran pada suatu proyek dilakukan setelah menerima instruksi dari Site
Manager dan gambar kerja (shop drawing) yang harus diukur di lokasi kerja. Pengukuran
yang dilakukan adalah terhadap as kolom, tujuannya adalah agar letak as setiap kolom
dari lantai bawah hingga lantai berikutnya tidak berubah letaknya.
Agar bangunan dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai rencana
maka diperlukan pedoman-pedoman pengukuran.
Pedoman pengukuran yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Pedoman titik koordinat
Pedoman elevasi
Tujuan pengukuran adalah mengetahui keadaan sebenarnya serta berfungsi
untuk mengontrol apakah gambar rencana yang disiapkan sesuai pada lahan tersebut.
Adapun urutan kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Stake out (pemetaan dan pematokan) koordinat definitive/BM (bench mark)
sesuai koordinat rencana.
2. Pengambilan elevasi yang sudah ditentukan terhadap BM yang akan menjadi
nilai acuan.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 32

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
3. Peralihan dari BM yang sudah defenitif terhadap grid-grid yang akan ditentukan
untuk keperluan dilapangan (horizontal).
4. Peralihan elevasi (vertical) dari BM yang sudah definitive terhadap grid-grid As
untuk keperluan elevasi lantai atau kolom atau dinding.
4.2.3

Pembuatan Akses Jalan

Mempersiapkan jalan masuk sementara untuk angkutan bahan dan peralatan


konstruksi ke lokasi proyek, bertujuan demi kelancaran pembangunan proyek. Dan untuk
sirkulasi keluar masuk kendaraan proyek. Hal tersebut dibuat sedemikian agar
pengontrolan mudah dilakukan dan tidak terjadi adanya barang yang hilang atau tidak
diturunkan dari kendaraan pengangkutnya.
Untuk keperluan transportasi/pengangkutan matrial dan alat yang digunakan di
dalam proyek diperlukan acces road yang cukup memadai, baik lebarnya maupun
kekuatan strukturnya, perlu direncanakan sebaik baiknya, terutama untuk menghindari
gangguan yang ada di dalam lokasi. Didalam On Site Access terdapat tempat untuk
mencuci ban mobil, truck (car wash) ataupun alat berat sebelum keluar dari lokasi proyek
konstruksi.

4.2.4

Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian (cut) dan urugan (fill) untuk pekerjaan

konstruksi, instalasi dan bangunan operasi lainnya yang akan dilaksanakan didaerah
kerja. Pekerjaan urugan dilakukan sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalam gambar
rencana dan dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan hingga mencapai elevasi yang
ditentukan.
Apabila dilokasi kerja ada jaringan utilitas seperti pipa air bersih, kabel-kabel
listrik, jalur pipa gas dan lainnya yang masih dipergunakan maka Kontraktor wajib
memberitahukan kepada Pengawas dan instansi yang berwenang untuk berkoordinasi dan
berkonsultasi seperlunya guna mendapatkan petunjuk dilapangan. Kelalaian kontraktor
sehingga mengakibatkan kerusakan pada prasarana umum seperti disebutkan diatas dan
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 33

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
lainnya maka Kontraktor berkewajiban memperbaiki dan bertanggung jawab atas ganti
rugi yang ditimbulkan akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan. Sesuai dengan jenis
pekerjaan yang ditangani, Kontraktor harus mengajukan metode pelaksanaan pekerjaan
galian dan urugan tanah terutama pekerjaan yang dapat mengakibatkan longsornya
dinding galian dimana diperlukan konstruksi sementara.
Usulan metode kerja yang diajukan harus disajikan secara lengkap, detail dan
mencantumkan dimensi serta dilengkapi dengan perhitungan (struktur) yang diperlukan.
Pekerjaan galian tanah hanya boleh dilakukan setelah usulan metode kerja disetujui
Pengawasan dan peralatan bantu yang diperlukan telah siap dilapangan.
a.Pekerjaan Galian (Cutting)
1) Tercantum dalam gambar rencana/gambar kerja;
2) Maksud galian (cutting) disini adalah galian/pemotongan tanah asli apabila elevasi
rencana lebih rendah daripada permukaan tanah asli seperti ditunjukkan dalam gambar
rencana/kerja;
3) Untuk material hasil cutting yang tidak memenuhi syarat harus dibuang keluar area
sedangkan material yang memenuhi syarat dikumpulkan untuk pekerjaan genangan air
hujan;
Permukaan akhir cutting yang telah selesai harus mempunyai kemiringan yang cukup 2
menjamin kelancaran drainase permukaan sehingga tidak terjadi Lokasi yang akan
diurug harus bebas dari lumpur, kotoran, sampah dan sebagainya.
b. Pekerjaan Urugan/Timbunan (Fill)
Maksud pekerjaan urugan (fill) disini adalah pekerjaan urugan/timbunan tanah apabila
tinggi permukaan tapak rencana hingga elevasi final tapak gambar lebih tinggi dari
permukaan tanah eksisting. Lokasi yang akan diurug harus sudah diadakan stripping dan
bebas dari lumpur, kotoran atau sampah dan sebagainya;

1. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan 20


cm material lepas, dipadatkan sampai mencapai kepadatan maksimum dengan

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 34

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
alat pemadat hingga mencapai elevasi rencana yang ditentukan dalam gambar
rencana/kerja;
2. Material bahan urugan yang terletak pada daerah yang tidak memungkinkan untuk
dipadatkan dengan alat-alat berat, urugan dilakukan dengan ketebalan maksimum 10 cm
material lepas dan dipadatkan dengan mesin stamper;
3. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurug an adalah
10 mm terhadap kerataan yang ditentukan didalam gambar kerja;
4. Jika bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang disyaratkan dan dikehendaki,
lapisan tersebut harus diulang kembali pekerjaannya atau diganti dengan cara-cara
pelaksanaan yang telah ditentukan guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan;
5.

Material urugan harus memenuhi syarat dan harus bersih serta tidak mengadung akarakar, kotoran dan bahan-bahan organik lain. Urugan dilakukan lapis demi lapis dengan
ketebalan maksimum setiap lapis 20 cm (sebelum dipadatkan) sampai permukaan tanah
yang direncanakan;

4.3 Pondasi
Dalam pelaksanaan proyek ini jeneis pondasi yang akan digunakan adalah pondasi tiang
pancang.
Urutan pekerjaan Tiang Pancang :
1)

Alat pancang dengan drop hammer 1.5 ton

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 35

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
a)

Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan dalam

gambar struktur atau dengan final set yang disetujui;


b) Tiang-tiang harus dipancang secara akurat pada lokasi yang tepat dan pada garis
c)

yang benar baik secara lateral maupun longitudinal.


Toleransi yang diijinkan untuk ketidaktepatan lokasi dan ketidaklurusan adalah 3
mm dan tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus
dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang
berubah bentuk/bengkok,maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali

kecuali dengan persetujuan tertulis dari Pengawas yang ditunjuk.


2)
Tes untuk mutu tiang
a) Jika saat pemancangan, tiang dicurigai retak/patah, PIT (Pile Integrated Test) atau
tes sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan;
b) Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangantiang didekatnya
(heave check);
c) Lakukan heave check pada pemancangan kelompok tiang yang pertama dan pada
kelompok tiang yang dipilih seperti ditunjuk pada gambar;
d) Periksa heave dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masingmasing tiang segera setelah pemancangan selesai;
e) Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok
selesai dipancang.
3)
Penilaian dari kapasitas daya dukung
Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai final set yang diijinkan oleh Pengawas
yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan
kapasitas tiang yang ekuivalen dengan beban kerja yang disyaratkan. Set harus
ditentukan dilapangan. Set harus dibuktikan dengan 2 (dua) percobaan. Nilai
konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Engineer
4)

setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan
diserahkan kepada Pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan
dan persetujuan akhir diberikan oleh Pengawas yang ditunjuk dalam waktu 3 (tiga)
hari sesudah tiang yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut
diberikan, tidak ada perlengkapan/peralatan yang boleh dipindahkan kecuali atas
resiko Kontraktor sendiri.

a. Pengujian/load test on piles


Beban uji standar terhadap tiang pancang :
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 36

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Beban axial tekan penuh terhadap tiang uji harus minimal 2 (dua) kali dari beban
rencana sesuai dengan ASTM D 1143-81 (standar tes) atau seperti yang ditetapkan
oleh Perencana dalam gambar.
4.4. Pekerjaan Kolom
4.4.1. Marking Kolom
Marking kolom adalah suatu kegiatan penandaan posisi kolom yang akan dicor.
Marking kolom ditentukan oleh as kolom yang terdapat pada bowplank. Alat yang
digunakan antara lain theodolit, bak ukur, meteran dan benang yang diberi tinta.
Berikut ini adalah urutan pekerjaan marking kolom :
a. Pembuatan garis pinjaman. Garis pinjaman ini berjarak 1 meter sejajar garis as asli.
Garis pinjaman dibuat dengan bantuan alat theodolit, bak ukur dan benang tinta
pada slab lantai.
b. Pembuatan garis bantu. Garis bantu adalah garis yang merupakan penanda posisi
kolom dan dimensi kolom pada slab basement. Garis bantu diperoleh dengan
menarik garis berjarak tertentu dari garis pinjaman sesuai dengan gambar kerja.

4.4.2 Pekerjaan Tulangan Kolom


Bahan :

Besi tulangan D10 dan D13 untuk sengkang

Besi tulangan D16, D19, dan D22 untuk tulangan utama

Beton decking setebal 4 cm

Kawat bendrat
Alat :

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 37

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Bar Bender

Bar Cutter

Tower Crane

Travo las

a. Pelaksanaan perakitan tulangan kolom :


Perakitan tulangan kolom dikerjakan di tempat pabrikasi besi.Langkah langkahnya sebagai
berikut :
1. Pemotongan tulangan dengan bar cutter dan pembengkokan tulangan dengan bar bender.
2. Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom pada lantai ditambah
dengan panjang penyaluran tulangan untuk pekerjaan penyambungan tulangan, yaitu
sebesar 40 kali diameter.
3. Panjang pembengkokan tulangan sengkang dilakukan sesuai dengan ketentuan bar
bender schedule. Untuk sengkang yang dibengkokkan dengan sudut 1350, maka panjang
pengaitnya adalah sebesar 6 kali diameter tulangan.
4. Pengikatan tulangan utama dengan tulangan sengkang dilakukan dengan menggunakan
kawat bendrat.
5. Pemasangan beton deking dengan tebal 4 cm pada tulangan sengkang. Pemasangan ini
dilakukan dengan cara mengikatkan kawat bendrat yang ada pada beton deking ke
tulangan sengkang.
b. Pemasangan Tulangan kolom
1. Tulangan kolom yang telah dirakit di area pabrikasi diangkut dengan tower crane ke
lokasi kolom yang yang akan dicor.
2. Tulangan dipasang pada stek kolom yang sudah disediakan pada slab lantai dan diikatkan
dengan menggunakan kawat bendrat. Tinggi stek kolom ini adalah 40 kali diameter
tulangan.
3. Pada bagian luar tulangan diberi beton decking setebal 4 cm sesuai dengan selimut beton.
Beton decking diikat dengan kawat bendrat pada sengkang.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 38

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
4. Pada bagian dasar kolom diberi sepatu kolom pada tiap sudutnya. Pemasangan sepatu
kolom dengan cara pengelasan. Sepatu kolom berfungsi sebagai acuan pemasangan
bekisting dan menjaga agar bekisting tetap siku.
4.4.3 Pekerjaan Bekisting Kolom
Bahan :
Plywood tebal 15 mm
Aluma joist
Aluma clamp
Strongback
Plumbing brace Shoe
Corner tie bearing
Wing nut
Push pull props & kicker brace
Base plate
Baut
Oil form
a. Pembuatan Bekisting kolom
1. Plywood dipotong sesuai dengan ukuran sisi kolom.
2. Aluma Joist(vertical waller) disatukan dengan plywood dengan cara
mengencangkan sekrup ke plywood.
3. Strongback (horizontal waller) ditempatkan setelah Aluma Joist dengan
cara mengencangkan baut yang ditempatkan pada Aluma clamp.
4. Pemasangan kayu kaso pada bagian ujung bawah bekisting.
5. Oles permukaan plywood dengan Oil form.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 39

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Gambar 26.5 Potongan bekisting plywood
b. Pemasangan Bekisting kolom
1. Sebelum bekising dipasang, petugas Quality Control mengecek dan
memastikan bahwa penulangan kolom sudah sesuai dengan shop
drawing.
2. Panel bekisting ditempatkan disamping tulangan kolom oleh tower
crane, kemudian pekerja akan menyandarkan bekisting tersebut pada
tulangan kolom dengan acuan garis bantu dan sepatu kolom.
3. Pemasangan Corner Tie Bearing, kemudian Tie rod dimasukkan
diantara kedua panel bekisting, setelah itu wing nut dimasukkan ke
dalam tie rod dan dikencangkan dengan cara memutar.
4. Kemudian Tie rod dikencangkan dengan cara memutar wing nut.
5. Setelah ke empat sisi bekisting kolom berdiri dan menyatu, kemudian
dilakukan pemasangan Push Pull Prop& Kicker Brace di kedua sisi
kolom yang berlainan arah.
6. Pemasangan base plate dengan cara memasukkan base plate ke dalam
stek besi yang telah tertanam di lantai.
7. Push Pull Prop& Kicker Brace disatukan dengan base plate.
8. Pasang Lot pada 2 sisi bekisting
9. Cek ketepatan dan kesesuaian bekisting terhadap marking kolom dengan
cara mengencangkan atau mengendorkan Kicker brace.
10. Cek ketegakan bekisting dengan bantuan lot. Jika belum tegak maka
perlu disesuaikan dengan cara mengencangkan atau mengendorkan
Push pull Prop.
11. Pemberian plesteran dibawah bekisting kolom, untuk mencegah air
semen keluar dari bekisting.
12.
4.4.4 Pengecoran Kolom
Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan antara lain:

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 40

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
1. Beton yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability) yang diinginkan,
agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan penuangan harus sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi segregasi. Segregasi adalah pemisahan butiran agregat kasar
dari adukan dan dapat menyebabkan sarang kerikil yang mengakibatkan kekuatan
beton berkurang.
2. Harus diperhatikan kesinambungan penuangan beton, penuangan lapisan beton yang
baru harus dilakukan sebelum lapisan beton sebelumnya mencapai waktu setting awal
(initial setting time).
3. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah terkotori
oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton supaya tidak terjadi
segregasi adalah:
Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi jatuh
penuangan adukan maksimum 60 cm.

Cara Penuangan yang Dapat Menghindari Segredasi


Untuk pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan melalui pipa penghantar
(tremie) sampai di bawah kolom. Bila penuangan dilakukan dari atas dengan
ketinggian penuangan mencapai 3 4 m, beton yang dituang akan menumbuk
tulangan dan bagian dasar, menyebabkan agregat kasar terlempar keluar dari adukan

sehingga terjadi segregasi.


Bila tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui bukaan di dinding
bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh penuangan.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 41

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Penuangan Melalui Jendela pada Bekisting Kolom

Pada pengecoran pelat lantai dan balok, penuangan sebaiknya dilakukan berlawanan

terhadap arah pengecoran atau menghadap beton yang telah dituang.


Beton yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada suatu tempat tertentu

dan dibiarkan mengalir ke dalam bekisting.


Arah penuangan adukan pada permukaan yang miring harus dilakukan dari bawah ke
atas, sehingga kepadatan bertambah sejalan dengan bertambahnya berat adukan beton
yang baru ditambahkan.

4.4.5

Pembongkaran Bekisting Kolom

Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggapmengeras.


Berikut ini adalahmetode kerja pembongkaran bekisting kolom:
1. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran terakhir
dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada setting time beton, setiap mix
design yang dibuat juga berbeda tergantung dari bahan admixture yang digunakan).
Jika pembongkaran dilakukan sebelum waktu pengikatan pada beton menjadi
sempurna (kurang dari setting time yang disyaratkan), maka akan terjadi
kerusakan/cacat pada beton tersebut. Upaya dalam mencegah kerusakan yang terjadi
yaitu dilakukan pembongkaran setelah settingtime yang disyaratkan, agar beton dapat
mengeras terlebih dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung
menerima beban besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka
pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting pada
balok dan pelat lantai.
2. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan semua baut dan wing nut,
kemudian melepas tie rod yang terdapat pada horizontal waller.
3. Kemudian mengendorkan dan melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace AV1
pada wedge head piece.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 42

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
4. Langkah selanjutnya adalah melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace AV1 dari
base plate yang secara bersamaan begesting kolom akan lepas dengan sendirinya dari
permukaan beton.
5. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan ke tempat yang telah
disediakan dengan bantuan alat tower crane, untuk dilakukan pembersihan dan
pengolesan dengan oil form.

4.4.6

Perawatan Kolom
Pada saat pembongkaran begesting selesai, maka langsung dilakukan perawatan

beton (curing), yaitu dengan menggunakan curingcompound, caranya yaitu dengan


membasahi permukaan kolom dengan menggunakan roll secara merata (naik turun).
Proses ini dilakukan sebanyak 4 kali.
Tujuan utama dari perawatan beton ialah untuk menghindari:
1. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan
mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
2. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama.
3. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-retak pada beton.
Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal pokok, yaitu
keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan yang kurang tepat, dan
adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar rencana. Permasalahan pelaksanaan
pekerjaan yang muncul di lapangan antara lain:

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 43

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Pembersihan permukaan bekisting balok dan pelat lantai sebelum pengecoran


kurang teliti sehingga banyak sampah seperti potongan kayu, butiran tanah

tercetak dengan beton.


Pembesian tulangan kolom, dan balok yang tidak sesuai dengan gambar, baik dari

jumlah maupun ukurannya.


Penempatan decking yang keliru, dimana sering dijumpai decking ditempatkan

pada tulangan utama.


Sengkang bagian bawah pada balok banyak yang tidak diikatkan dengan tulangan

utama.
Terjadi keropos pada beton setelah pengecoran, dikarenakan penggetaran concrete
vibrator yang kurang merata.

4.4.8 Pemasangan Elemen Balok


Pemasangan balok pracetak setelah pengecoran kolom. Balok induk dipasang
terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan pemasangan balok anak. Diperlukan
peralatan crane dan scalfoding untuk membantu menunjang balok pracetak. Kemudian
dapat dilanjutkan dengan pemasangan tulang utama pada balok yaitu tulangan tarik pada
tumpuan. Lalu setelah tulangan terpasang baru dilakukan pengecoran.

Gb. Pemasangan balok induk

Gb. Pemasangan balok anak

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 44

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
4.5 Plat Precast
4.5.1 Proses Produksi Elemen Beton Pracetak
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika
dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena
bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk
dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian
dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang
bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu
dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab


kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk
disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu
yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi
dengan kualitas produk yang baik.
4.5.1.1 Pemasangan Elemen Pelat
Adapun langkah-langkah pemasangan elemen pelat pracetak sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Pemasangan elemen pelat pracetak dipasang setelah balok pracetak terpasang.


Penulangan pelat meliputi tulangan lentur dan tulangan stud pelat
Pengecoran overtopping setebal 5 cm
Alat yang dipergunakan adalah crane untuk mengangkat elemen pelat pracetak dan
dibantu dengan scalfoding/ tiang perancah.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 45

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Gambar 30.5 Pemasangan pelat pracetak

4.6

Pekerjaan Mechanical, Electrical, & Plumbing

4.6.1

Ruang Lingkup
Lingkup Pekerjaan ME & Plumbing ini meliputi penyediaan seluruh material,

perlengkapan/peralatan dan melaksanakan seluruh pekerjaan system listrik sehingga


dapat beropersai secara sempurna.Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang akan
dilaksanakan harus dikerjakan oleh instalatur yang sudah berpengalaman serta terdaftar
sebagai instalatur resmi PLN dengan memegang SPT dan Surat Izin Kerja- SIKA C yang
masih berlaku. SeluruhPekerjaan listrik harus dikerjakan sesuai peraturan pekerjaan
listrik yang berlaku di Indonesia terutama SPLN dan PUIL. Lingkup Pekerjaan listrik
meliputi pengadaan dan pemasangan semua komponen listriktermasuk lampu, saklar,
stop kontak, instalasi pengkabelan lengkap conduit, panel listrik dan pengetesannya.Hasil
pekerjaan listrik sampai menyala.

4.6.2

Instalasi Penangkal Petir

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 46

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Penangkal petir : dipasang pada bangunan min. 2 lantai (paling tinggi diantara
sekitarnya, konstruksi bangunan yang menonjol : cerobong asap, antena TV, tiang
bendera )
Instalasi terdiri dari :

Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang yang runcing ) atau penerima

kawat mendatar.
Kawat penyalur dari tembaga
Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian tanah yang basah, ukuran
dari instalasi ditentukan berdasarkan daerah/bangunan yang dilindungi.

Cara pemasangan ketiga sistem adalah titik puncak/kepala dari alat penangkal petir
dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke dasar tempat sebagai pentanahan yaitu
pipa tembaga tersebut harus mencapai tanah berair. Oleh karena itu, tempat-tempat
tesebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menggangu keindahan bangunan
dan tetap berfungsi baik terhadap penanggulangan bahaya petir.

4.6.3

Pekerjaan Elevator

Suatu bangunan yang besar & tinggi, memerlukan sarana angkut/transportasi yang
nyaman untuk aktifitas perpindahan orang dan barang secara VERTIKAL. Sarana angkut
vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah :

Elevator (Lift).

Eskalator

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 47

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Travelator / Moving walk


Cara Kerja Elevator/Lift
Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi
gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang
luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot
pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang
memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist
ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan
counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.
4.6.4

Pekerjaan Escavator

Cara kerja

Pendaratan/Landing
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan
untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates.
Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga
bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat berada di
antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada
dibawah permukaan cleat.

Landasan penopang/Truss
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang
antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak
berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama
dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat
dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau
baja.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 48

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Lintasan

Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak
tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan:
satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu
untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi
dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah
comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan
penopang.
4.6.5

Pekerjaan Plumbing
4.6.5.1 air bersih

Instalasi Plumbing Sistem Air Bersih.


Sumber air bersih diambil dari PDAM dimasukan ke dalam bak penampung air
bersih (Clear Water Tank) atau Ground Water Tank (GWT), sedangkan sumber air yang
berasal dari tanah atau sumur dalam (deep well) dimasukan kedalam penampung air baku
(raw water tank).
Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga
sebagai tangki pengendap lumpur atau pasir yang terbawa dari sumur. Air yang berada di
raw water tank diolah (treatment) di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya
dialirkan ke clear water tank atau ground water tank, selanjutnya dialirkan ke tangki air
atap (roof tank) dengan menggunakan pompa transfer.
distribusi air bersih pada dua lantai teratas untuk mendapatkan tekanan cukup
umummnya menggunakan pompa pendorong (booster pump), sedangkan untuk lantailantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi.
Pada umumnya persediaan air bersih diperhitungkan untuk cadangan satu hari
pemakaian air. Dan kualitas air disesuaikan dg peraturan, UU dan standar yg berlaku di
wilayah yang bersangkutan. Untuk Indonesia: SNI No. 01-0220-1987 tentang air minum

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 49

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
yang boleh dialirkan ke alat plumbing, No.907/PERMENKES/VII/2002 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, Kep-02/Men KLH/I/1998 tentang Baku Mutu Perairan
Darat, Laut dan Udara, dan sistem plumbing standart nasional indonesia, SNI 03 6481
2000 Sistem Plumbing.

4.6.5.2 Air kotor/bekas


Sistem Instalasi Air Bekas
Sistem pembuangan air bekas merupakan instalasi untuk mengalirkan air buangan
yang berasal dari peralatan saniter: wastafel, FD (floor drain) dan kitchen zink. Instalasi
air bekas pada umumnya memeiliki instalasi tersendiri yang berbeda dengan instalasi air
kotor. Pada gedung-gedung yang lebih besar, misalnya:mall, instalasi yaang berasal dari
kitchen dipisahkan dan mempunyai instalasi sendiri yang kemudian dialirkan hingga ke
greese trap.
4.7 ARSITEKTURAL

4.7.1 Lantai Keramik


Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting
untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi lantai secara
umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang. Ketika
orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul adalah: tahan lama, tidak licin
dan berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah digunakan untuk meletakkan barangbarang seperti kursi, meja, almari, dan sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas
seperti berjalan, anak-anak berlari, duduk di lantai, dan lain-lain.
Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup besar,
misalnya ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara menyeretnya.
Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-beban langsung dari
barang-barang dan aktivitas di atasnya

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 50

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk
karakter ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat mengambil konsep apa
pun sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang dapat diterapkan seperti
etnik tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya.
4.7.1.2 Lantai keramik interior

Seiring teknologi yang terus berkembang, motif-motif yang


dihasilkan lantai keramik kian variatif. Teknologi digital
printing memungkinkan keramik memiliki motif yang unik dan menarik.
Lantai keramik yang banyak digunakan umumnya memiliki glazur, lapisan yang
dibuat dalam temperatur tinggi, sehingga menyatu dengan badan keramik.
Glazur tersebut yang menjadi pelapis permukaan keramik menjadi padat dan
tidak berpori. Ada dua jenis permukaan lantai keramik yang beredar di pasaran,
permukaan mengkilat (glosy) dan doff. Keduanya bisa dipalikasi pada
area interior, tergantung pada keinginan konsumen. Untuk tampilan motif,
keduanya memberi pesona berbeda. Keramik glosy cenderung mewah dan
mudah dibersihkan, sedangkan keramik doff lebih natural.
4.7.1.3 Lantai keramik eksterior
Lantai keramik eskterior memiliki daya tahan motif terhadap perubahan
cuaca di sekitarnya. Warna yang digunakan dibuat mampu menahan cuaca luar
yang sering berubah, agar permukaan tidak kusam. Perbedaan yang cukup
mencolok antara lantai keramik interior dan eksterior, terletak pada
permukaan keramik. Lantai keramik eksterior cenderung kasar (kesat). Ada juga
produsen yang membuat secara khusus,lantai keramik dengan motif batu alam
atau kayu dengan permukaan yang sangatkasar. Teknologi motif yang dipakai
sudah menggunakan digital printing untuk menghasilkan motif yang mendekati
sempurna. Jadi meskipun keramik bergelombang dan memiliki permukaan kasar,
hasil print motif mendekati sempurna. Lantai keramik ini bisa juga diaplikasi
pada interior seperti kamar mandi, taman dalam rumah, dan lain-lainya.
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 51

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

4.7.1.4 Rangka Plafon


Untuk pemasangan plafon diperlukan konstruksi khusus untuk
menggantungkannya yang dikenal dengan nama rangka plafon. Bahan rangka plafon
yang umum digunakan adalah kayu, meskipun dewasa ini dikenal juga rangka plafon dari
bahan besi hollow (besi berbentuk kotak).
Bahan ini tahan terhadap rayap dan api yang membuat plafon bertahan lama
dibanding menggunakan kayu
Rangka langit-Iangit untuk kuda-kuda biasa dibuat dari kayu ukuran 4/6 atau 5/7,
dilengkapi dengari klos dari reng 2/3 cm yang dipasang berselang-seling. Pada kudakuda papan untuk rangka langit- Iangit cukup dengan menggunakan kayu reng
berukuran cm.
4.7.1.5 Pekerjaan Plafon
Plafon adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai langitlangit bangunan. Pada dasarnya plafon dibuat dengan maksud untuk mencegah cuaca
panas atau dingin agar tidak langsung masuk ke dalam rumah setelah melewati atap.
Namun demikian dewasa ini plafon tidak lagi hanya sekedar penghambat panas atau
dingin, melainkan juga sebagai hiasan yang akan lebih mempercantik interior suatu
bangunan. Plafon biasanya dibuat dengan ketinggian tertentu.
Namun sebagai variasi ada juga yang dibuat tidak selalu rata. Variasi tersebut
dikenal sebagai plafond drop ceiling. Plafon dibuat lebih tinggi dari yang lain.
4.7.1.6 Ketentuan Pemasangan
Batang-batang dipasang rata dengan bagian bawah balok-ikat kuda-kuda. Jika jarak
antar dinding yang mendukung kuda-kuda dalam ruangan kurang dari jarak antara kudakuda, maka batang-batang gantung plafon induk dipasang tegak lurus arah dinding dan
masuk dalam pasangan dinding. Namun, jika jarak antara kuda-kuda kurang dari jarak

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 52

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
antar dinding yang mendukung kuda-kuda, maka batang batang gantung plafon induk
dipasang tegak lurus pada balok ikat dari kuda-kuda.
Pada prinsipnya pemasangan batang penggantung plafon adalah sama, tetapi
jaraknya tidak sama tergantung dari bahan plafon yang digunakan. Pada bangunan
perumahan dalam pemasangan plafond, ketentuan untuk tinggi ruang/kamar minimal
sekurang-kurangnya 2,40 m kecuali kalau kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya
dari luas ruang mempunyai tinggi ruang 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik
terendah tidak kurang dari 1,75 m. Pada ruang cuci dan kamar mandi diperbolehkan sampai
sekurang-kurangnya 2,10 m.
4.7.1.7 Pekerjaan Pengecatan
Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pengecatan, yang paling
berpengaruh adalah kualitas atau mutu bahan yang akan dicat itu sendiri (terlepas dari
kualitas cat yang dipakai). Masalah yang sering timbul akibat dari kualitas mutu bahan
yang akan dicat jelek biasanya adalah belang-belang seperti basah (bila kadar air dalam
bahan yang dicat terlalu tinggi), lapisan cat yang menggelembung. Sedangkan bila yang
dipakai adalah cat dengan kualitas rendah maka masalah yang sering terjadi adalah
pengapuran, atau warnanya luntur.
Agar pengecatan dapat berhasil dengan baik, maka beberapa langkah berikut perlu untuk
diperhatikan, yaitu;
1. Pilih jenis cat yang tepat guna.Faktor nomor satu yang harus kita tentukan adalah
untuk bidang manakah cat itu akan digunakan, untuk bidang interior atau untuk
eksterior; untuk mendapatkan hasil maksimal usahakan menggunakan produk cat
yang tepat guna.
2. Gunakan produk yang transparan. Bandingkan beberapa produk cat, baca
keterangan/ aturan pemakaian dan yang tidak kalah pentingnya data teknis yang
ada pada kemasan masing-masing.
3. Tentukan pilihan warna. Satu hal yang juga perlu menjadi bahan pertimbangan
dalam memilih cat adalah tersedianya warna-warna yang bisa memenuhi selera
kita.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 53

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
4. Hitung jumlah kebutuhan.Bila sudah bisa menentukan jenis cat, merek serta
warna cat yang akan gunakan, selanjutnya adalah menentukan berapa banyak cat
yang diperlukan untuk sebuah ruangan atau tempat yang akan dicat.

4.8 Pekerjaan Kusen, Daun Pintu Dan Daun Jendela


4.8.1.1 Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.Pekerjaan ini meliputi pembuatan kosen, daun pintu dan daun jendela seperti
yang dinyatakan/ditunjukan dalam gambar.
4.8.1.2 Persyaratan Bahan
a. Harus benar - benar kayu mutu terbaik dari jenisnya masing masing.
b. Dihindarkan adanya cacat - cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah pecah, melengkung, melintir, urat kapur ,basah dan lapuk, melebihi yang
diperkenankan sesuai dengan PUBI- 1982. Pasal 37.tabel 2.
c. Syarat - syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat PKKI. Pasal
37. Dengan kadar air maksimal 24%.( clean and dry )
d. Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah kayu Kamper Samarinda (Drybalanops
lanceolata ) Kelas kuat I II atau yang disetujui oleh Pengawas.
e. Penimbunan kayu ditempat pekerjaan sebelum pemasangan, harus diletakkan
di tempat/ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik. tidak terkena
cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan.
f. Seluruh kayu harus dianti rayap, lihat Pasal 05 Spesifikasi ini.
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 54

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
g. Ukuran kusen adalah 50 x 150 atau sesuai dengan gambar detail
h. Tebal rangka kayu daun atau sesuai dengan gambar / Door Schedule.

4.8.1.3 Syarat Syarat Pelaksanaan


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti
gambar-gambar yang ada kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail sesuai
dengan gambar detail dari perencana.
Seluruh pekerjaan kusen dan daun pintu/ jendela harus dikerjakan diworkshop,
penyimpanan kusen, pintu/ jendela di workshop atau ditempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/ tempat dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena suaca langsung
dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguat
lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga
kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau
cacat bekas penyetelan. Semua kayu tampak harus diserut rata, halus, lurus dan siku-siku
satu sama lain sisi-sisinya, dan di lapangan sudah dalam keadaan siap untuk
penyetelan/pemasangan. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
4.8.2

Pekerjaan Kaca

4.8.2.1 Lingkup Pekerjaan

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 55

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh kaca eksterior dan interior juga detail detail
yang disebutkan / ditunjukkan dalam detail gambar.

4.8.2.2 Persyaratan Bahan


Kaca adalah bahan terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari
proses - proses tarik tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses - proses tarik, gilas dan
pengambangan (float glass), mempunyai permukaan yang rata dan tidak bergelombang.

Toleransi Lebar dan Panjang


Toleransi ukuran panjang dan lebar sesuai dengan PUBI 1082 tidak boleh
melampaui 2 mm untuk kaca tebal 5 mm atau 6 mm atau sesuai dengan yang
ditentukan oleh produsen.

KesikuanKaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta
tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.

Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung ( ruang - ruang yang berisi gas
yang terdapat pada kaca).

Kaca harus bebas dari keretakkan garis garis ( baret baret ) pecah pada kaca
baik sebagian atau seluruh tebal kaca)

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 56

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar kearah
luar atau masuk).

Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cat garis
timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berubah
dan mengganggu pandangan.

Harus bebas dari bintik - bintik (spots), awan (cloud), dan goresan (scratch),
bebas lengkungan ( lembaran kaca yang bengkok).

Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi yang
ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira -kira 0.3 mm.

4.8.3 Pekerjaan Penutup Atap Genteng Dan Atap Kaca/ Sky Light
4.8.3.1 Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang baik dan diterima oleh Perencana dan
Pengawas. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan penutup atap seperti yang
ditunjukkan dalam gambar antara lain pasangan, genteng, nok, reng, kaso atau sesuai
dengan petunjuk dari Perencana dan Pengawas.
4.8.3.2 Persyaratan Bahan
Genteng dan nok yang digunakan adalah Genteng Cisangkan Type O dengan warna kopi
dengan mutu terbaik pada jenisnya dan sesuai dengan SII-0447- 81.

Ukuran panjang, lebar dan tebal genteng dan nok harus sama untuk seluruh atap.

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 57

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan

Tebal genteng dan nok tidak boleh kurang dari 8 mm .

Permukaan genteng dan nok harus mulus ,tidak terdapat cacat ,retak, gompel dan
lain lain.

4.9 Penjadwalan Pekerjaan Konstruksi


4.9.1 Pemahaman Jadwal Konstruksi
Penjadwalan merupaka salah satu eleme hasil perencanaan kostruksi, yang dapat
memberikan informasi jadwal rencana . Dalam proses penjadwalan, penyusunan
kegiatan dan hubungan antar kegiatan dan hubungan dibuat terperinci agar dapat
membantu memudahkan untuk evaluasi pada tahap pelaksanaan
4.9.2 Manfaat Penjadwalan Konstruksi
Penjadwalan mempunyai manfaat seperti berikut :
a. Memberikan pedoman kepada sub ordinate unite mengenai batas waktu
mulai dan berakhirnya tugas
b. Memberikan sarana bagi pelaksanaan untuk koordinasi
c. Memberikan sarana untuk penilaian kemajuan pekerjaan
d. Menghidari pengelolaan pelaksanaan pekerjaan yang menghadalkan naluri
saja

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 58

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
e. Menghindari pemakaian sumberdaya dengan intensitas tinggi sejak
dimulainya pekerjaa, dengan harapan pekerjaan akan selesai sebelum waktu
yg ditetapkan
f. Memberikan kepastian waktu pekerjaan
4.9.3 Kriteria Dalam Penyusunan Jadwal
Jadwal yang baik da sesuai dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan, merupan
sarana untuk pengendalian dalam pelaksanaan keterlambatan dapat segera
diketahui.
Untuk dapat menghasilka jadwal yang cukup efektif, perlu diperhatikan
sebagai berikut :
a. Secara teknis jadwal tersebut dapat dipertaggung jawabkan
b. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat
c. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia
d. Sesuai dengan perencanaan pekerjaan lain diluar pekerjaan yang ditangani
e. fleksibel terhadap perubahan-perubahan
f. cukup mendetail untuk dipakai sebagai alat ukur hasil yang dicapa dan
pengendali kemajuan proyek
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan jadwal antara lain sebagai
berikut :
a. Sasaran pekerjaan teknis/kwalitas, target waktu, dan anggran biaya
b. Sasaran-sasaran perusahaan
c. Permintaan untuk pekerjaan konstruksi lain
d. Uang yang diperlukan
e. waktu yang diperlukan
f. waktu yang tersedia
g. perkiraan waktu yang hilang
h. Lembur
i. Kecepatan menyelesaikan tugas
Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 59

Muhamad Reza Zulf


Adam Subkhan
j. Sumberdaya yang dibutuhkan
4.9.4 Metode Penjadwala Konstruksi

Perencanaan Pelaksanaan KonstruksiPage 60

Anda mungkin juga menyukai