Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.

Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu
komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik
antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan
dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar
tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang
diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang
komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak
terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain.
Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan
anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu
menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit
secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi.
Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya seharihari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan
berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian
menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud
mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bias berupa teriak
teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah
peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan
perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang lembut.
1.2

Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dari komunikasi?


Apa yang prinsip-prinsip dari komunikasi?
Apa saja tahapan-tahapan dari komunikasi ?
Apa yang dimaksud dari komunikasi untuk mengeksplorasi perasaan?
Bagaimana teknik-teknik komunikasi untuk mengeksplorasi perasaan?
Apa yang dimaksud dari klarifikasi nilai dan eksplorasi perasaan?

1.3 Tujuan Khusus


Mengetahui pengetahuan tentang komunikasi untuk mengekplorasi perasaan
1.4 Tujuan Umum
1.
2.
3.
4.

Agar mahasiswa memahami pengertian dari komunikasi


Agar mahasiswa memahami prinsip-prinsip komunikasi
Agar mahasiswa memahami tahapan-tahapan komunikasi
Agar mahasiswa memahami pengertian dari komunikasi untuk

mengeksplorasi perasaan
5. Agar mahasiswa memahami teknik dari komunikasi untuk mengeksplorasi
perasaan
6. Agar mahasiswa memahami pengertian dari klarifikasi nilai dan eksplorasi
perasaan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam

hubungan antar manusia.


Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain.


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.


Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Ada beberapa pengertian tentang komunikasi :

a) Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi

atau

ide/gagasan (Oxford Dictionary)


b) Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang
lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku
c) Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan
komunikasi abstrak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain
baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan
menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.

2.2

Prinsip Prinsip Komunikasi


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan sehingga terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi


bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dimengerti oleh
komunikan. Dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan bahwa komunikasi
merupakan salah satu hal yang paling penting. Karena komunikasi yang baik antara
provider kesehatan dengan masyarakat akan memudahkan penyampaian pesan
kesehatan dan meningkatkan efisiensi dari intervensi kesehatan yang dilakukan.

Teori komunikasi mempunyai beberapa prinsip. Apabila diuraikan, di dalam


komunikasi terdapat setidaknya dua belas prinsip. Berikut merupakan pengaplikasian
prinsip komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat.
a.

Prinsip 1: Komunikasi adalah Proses Simbolik


Lambang atau simbol adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjuk

sesuatu yang lain, meliputi kata-kata, perilaku, dan objek yang maknanya disepakati
bersama. Dalam bidang kesehatan simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun
non verbal harus dipahami oleh tenaga kesehatan. Simbol-simbol tersebut berbeda
dari satu daerah dengan daerah yang lain. Oleh karena itu, sebelum melakukan
tindakan promotif-preventif kesehatan, tenaga kesehatan harus memahami terlebih
dahulu simbol yang digunakan dalam suatu kelompok masyarakat. Misalnya saja
penampilan. Penampilan yang baik menggambarkan simbol yang baik pula, atau
penggunaan bahasa harus menggunakan bahasa yang halus dan baik agar dapat
diterima oleh masyarakat.
b.

Prinsip 2: Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


Teori mengatakan bahwa kita tidak bisa untuk tidak berkomunikasi (we

cannot not communicate). Semua bentuk aktifitas kita berpotensi dapat dinilai
berkomunikasi oleh orang lain, walaupun sebenarnya kita tidak bermaksud untuk
berkomunikasi. Hal yang demikian sering membuat kesalahan komunikasi (miss
communication) Dalam hal ini, provider kesehatan harus berhati-hati untuk bertindak
dan berperilaku. Provider kesehatan harus dapat dijadikan masyarakat sebagai role
model atau panutan dalam gaya hidup sehat. Seorang provider kesehatan harus
mempunyai good attitude agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dalam
menjalankan tugas promotif-preventif kesehatan.
c.

Prinsip 3: Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Hubungan


Dimensi isi mengacu pada isi pesan yang disampaikan. Sedangkan dimensi

hubungan mengacu pada cara penyampaian pesan. Agar pesan kesehatan yang di
sampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, seorang provider kesehatan
harus pintar-pintar memilih kata yang baik dan menyampaikannya dengan baik pula.
Misalnya penyampaian pesan kesehatan kepada orang yang lebih tua hendaknya
menggunakan bahasa yang sopan dan diungkapkan dengan halus.
d.

Prinsip 4: Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan

Sebuah komunikasi dapat berlangsung secara tidak sengaja maupun


disengaja. Meskipun kita tidak bermaksud untuk berkomunikasi, bisa jadi orang lain
menafsirkan demikian dan kita tidak bisa mengatur orang lain untuk menafsirkan
atau tidak menafsirkan perilaku kita. Seorang tenaga kesehatan harus mampu untuk
menempatkan diri di berbagai situasi. Seperti cara berpakaian yang sopan agar
memperoleh simpati dari masyarakat.
e.

Prinsip 5: Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu


Sebuah komunikasi sangat bergantung pada ruang dan waktu. Arti pesan yang

disampaikan dapat berbeda bila ruang dan waktu juga berubah. Dalam hal ini,
seorang provider kesehatan harus mampu mengatur bagaimana pesan yang
disampaikan dapat dengan baik, misalnya pemilihan ruangan untuk sosialisasi dan
penyuluhan. Ruangan yang dipilih sebaiknya mempunyai pencahayaan yang baik.
Pemilihan waktu yang tepat untuk sosialisasi dan tempat sosialisasi yang sebaiknya
mudah dijangkau.
f.

Prinsip 6: Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi


Dalam aktifitas komunikasi seorang komunikan akan meramalkan atau

memprediksi efek komunikasi yang akan terjadi pada dirinya. Demikian juga dengan
komunikator. Komunikator akan memprediksi efek yang akan diterimanya dari
komunikasi yang berlangsung. Seorang tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas
promotif-preventif harus mampu untuk memprediksikan efek yang akan didapatkan
oleh masyarakat sasaran. Misalnya, penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan oleh
masyarakat satu dengan masyarakat lain berbeda. Setiap bahasa yang digunakan akan
ditanggapi berbeda oleh masyarakat. Tenaga kesehatan harus mampu memilih bahasa
yang dianggap baik oleh masyarakat sasaran.
g.

Prinsip 7: Komunikasi Bersifat Sistemik


Komunikasi melibatkan sistem internal (kerangka tujuan, bidang pengalaman,

struktur kognitif, pola pikir, keadaan internal, sikap) dan sistem eksternal
(lingkungan, kata-kata, isyarat, pencahayaan). Dalam prinsip ini, provider kesehatan
harus mampu menilai sistem komunikasi internal dan sistem komunikasi eksternal
masyarakat sasaran. Misalnya pada anak TK, proses sosialisasi akan berbeda dengan
dengan orang dewasa yang mempunyai pengalaman dan pola pikir yang berbeda.
Selain itu sistem eksternal pada anak TK juga berbeda dengan orang dewasa (anak

TK lebih senang bermain, sehingga pemilihan tempat sosialisasi di luar ruangan agar
anak-anak dapat bermain denga leluasa; pada orang dewasa dipilih tempat di dalam
ruangan yang lebih kondusif, tenang, dan sebagainya).
h.

Prinsip 8: Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya, Semakin


Efektiflah Komunikasi
Dalam hal ini, tenaga kesehatan harus menyadari kecenderungan tertentu

yang menyangkut kesamaan sosial-budaya dalam komunikasi. Untuk memperlancar


suatu komunikasi, tenaga kesehatan dapat menggunakan bahasa-bahasa yang sesuai
daerah sasaran atau setidaknya mengetahui bagaimana suatu masyarakat
menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mempermudah proses komunikasi.
i.

Prinsip 9: Komunikasi Bersifat Nonsekuensial.


Pada dasarnya komunikasi bersifat dua arah atau timbal balik. Pada saat kita

berbicara kepada seseorang sebenarnya orang tersebut juga memberikan pesan


kepada kita secara nonverbal. Pada prinsip ini seorang provider kesehatan harus
mampu untuk memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikan.
Apakah dia merasa nyaman, atau dia mengerti dengan pesan yang disampaikan atau
tidak. Apabila provider kesehatan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh
seorang komunikan maka komunikasi akan berjalan lebih lancar.
j.
Prinsip 10: Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Bersifat prosesual maksudnya komunikasi selalu berkesinambungan, dinamis
maksudnya komunikasi selalu berkembang dan transaksional artinya komuniksi
merupakan kegiatan untuk saling bertukar pesan. Dalam prinsip, seorang tenaga
kesehatan harus mampu untuk membuat komunikasi yang dilakukan berjalan
secaracontinous walaupun tenaga kesehatan tersebut tidak lagi memberikan pesan
kepada sasaran. Misalnya pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh seorang
provider kesehatan akan terus dimengerti dan dilakukan oleh masyarakat walaupun
kegiatan penyampaian pesan telah selesai.
k.

Prinsip 11: Komunikasi Bersifat Irreversibel


Proses komunikasi yang berlangsung tidak dapat kembali seperti semula. Kita

tidak dapat menarik kembali pesan dan efek yang ditimbulkan komunikasi dari
seorang komunikan. Oleh karena itu, seorang provider kesehatan harus berhati-hati
saat memberikan suatu sosialisasi pada masyarakat sasaran. Pesan yang baik akan
diterima dengan baik dan pesan tersebut akan terus dijalankan oleh masyarakat.

i.

Prinsip 12: Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai


Masalah
Meskipun kita telah melakukan komunikasi yang paling baik sekalipun,

komunikasi tersebut tidak akan berpengaruh secara optimal bila kita tidak melakukan
tindakan. Dalam bidang kesehatan masyarakat suatu pesan kesehatan harus diikuti
dengan perilaku sehat juga. Sehingga sebuah komunikasi kesehatan tidak hanya akan
berhenti begitu saja, namun juga dapat diaplikasikan dalam perilaku.
Seorang tenaga kesehatan masyarakat yang baik adalah mereka yang mampu
untuk mengerti prinsip-prinsip komunikasi dan mengimplementasikan prinsip-prinsip
tersebut dalam kegiatan promotif-preventif kesehatan. Komunikasi kesehatan yang
baik akan membuat penyampaian pesan kesehatan berlangsung dengan mudah
sehingga taraf kesehatan masyarakat dapat meningkat.

2.3
a.

Tahap-Tahap Komunikasi
Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan

klien.
1.
2.

Tugas perawat pada fase ini yaitu :


Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya
Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih
untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika merasa

3.

tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok


Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana

interaksi
4.
Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan
saat bertemu dengan klien.
b.

Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat

pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan
dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya.

Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang
peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan
perasaan dan pikirannya.
Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan
menghargai klien;
2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien
yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan;
3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk
mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan
adalah pertanyaan terbuka;
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien
teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada
keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005).
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada
perawat.
5. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian
yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk
mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan halhal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan
evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil
interaksi sebelumnya.
6. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.

Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi.


Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat
dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.
c.

Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi

terapeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi


klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap
ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik
komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi,
mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan
menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).
d.

Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling

percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya
merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada
unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau
kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui
fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep
kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interak i yang telah dilakukan, evaluasi ini
disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa
meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon
objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi
(Suryani,2005);
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien
setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;

c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering
disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus
relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada
pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong
menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati
adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi
sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu
mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.

2.4 Eksplorasi Perasaan


Agar perawat dapat berperan efektif, ia harus menganalisa dirinya melalui
eksplorasi perasaan. Seluruh prilaku dan pesan yang disampaikan perawat ( verbal
dan non verbal ) hendaknya bertujuan therapeutic untuk klien.dengan mengenal dan
menerima diri sendiri, perawat akan mampu mengenal dan menerima keunikan
klien.analisa hubungan intim yang therapeutic antara perawat klien perlu dilakukan
untuk evaluasi perkembangan huibungan dan menentukan tehnik dan keterampilan
yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip disini
dan saat ini ( here and now )
Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang
muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain, dimana eksplorasi
perasaan membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan
sikap yang sangat berpengaruh.ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif
yang komplit dan sikap yang sangat berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang
adalah tidak responsif, kesalahan, mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu
dimana mutu hubungan therapeutic perawat sangat terbuka, sadar dan kontrol diri,
akal, perasaan dimana dapat membantu pasien.

Sebagai perawat, kita perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan kita dan
mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita secara therapeutic. Jika
perawat terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi penting,
yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien
sehingga pada saat berbicara dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan
mengontrol penampilannya.bagaimana perasaan perawat terhadap proses interaksi
berpengaruh terhadap respon dan penampilannya yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap perasaan klien ( Stuart, GW, 1998 )
Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan tampak pada
ekspresi wajah dan prilakunya. Kecemasan perawat ini akan membuat klien merasa
tidak nyaman dan karena adanya untuk pemindahan perasaan ( transfer feeling )
mungkin klien juga akan menjadi cemas dan hal ini akan mempengaruhi interaksi
secara keseluruhan.
Perasaan

perawat

merupakan

tujuan

penting

dalam

membantu

pasien.perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan
orang lain,membantu orang lain.perawat akan menggunakan perasaan-perasaanya,
kurang memperhatikan kebutuhan pasien, tidak menepati janji sehingga pasien
mengalami kemunduran, distress sehingga pasien tidak mau menemui, marah karena
pasien banyak permintaan atau manipulasi dan kekuatan karena pasien terlalu
tergantung pada perawat.
Perawat harus terbuka akan perasaan pasien dan bagaimana perawat mengerti
akan pasien serta bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat adalah
petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah pasien.

2.5 Tehnik Eksplorasi Perasaan


PERASAAN
Keras kepala
Cinta
Marah

TP

KK

Cemburu
Kesah
Terima kasih
Memalukan
Hati-hati
Menantang
Bingung
Cemas
Seksi
Frustasi
Kagum
Puas
Sedih
Senang
Takut
Basah
Bangga
Depresi
Malu
Kesepian
Bersalah
Sabar
Pasrah
Gairah
menghargai
Keterangan :
TP

Tidak Pernah

KK

Kadang-kadang

Jarang

Sering

Tehnik tersebut diatas tidak untuk membuat penilaian, namun sebagai upaya
individu atau klien untuk jujur dan berani mengungkapkan perasaannya. Dan
ungkapan-ungkapan perasaan tersebut terpais dapat mengidentifikasi apakah
perasaan klien positif atau negative. Bila perasaan positif, terapis ( perawat ) perlu
mendukung dan mengembangkan perasaan tersebut dan sebaliknya bila perasaan
negative maka perlu mengarahkan dan memberikan alternative agar klien dapat
mengelola perasaannya.

2.6

Klarifikasi Nilai dan Eksplorasi Perasaan


Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas,

tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien.
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata- kata,
ide atau pikiran (implicit maupun eksplisit) yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian.
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat harus berusaha mengklarifikasi
nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.
Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya.
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat. Selain itu, perawat perlu mengevaluasi emosi yang ada
pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh
emosi bawah sadarnya.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang

bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka
pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang
diinginkan oleh keduanya. Webster's.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari
seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian
pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.
Lambang atau simbol adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu yang lain, meliputi kata-kata, perilaku, dan objek yang maknanya disepakati
bersama. Dalam bidang kesehatan simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun
non verbal harus dipahami oleh tenaga kesehatan.
Perawat harus menganalisa dirinya melalui eksplorasi perasaan sehingga
nantinya dapat berperan secara efektif dan terapeutik
Dengan eksplorasi perasaan, perawat dapat menyadari dan mengontrol
perasaannya sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik
3.2

Saran
Adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui komunikasi

untuk mengekplorasi perasaan terutamanya dalam dunia keperawatan.


Kami mengerti bahwa makalah kami masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu, kami akan menerima segala saran dari semua pihak.

\
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2007. Prosedur Penelitian Pendekatan Proses. Rineka Cipta: Jakarta.
Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika
Komunikasi Terapeutik. Html, diakses tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20

Budi Ana Keliath, 1996. Komunikasi Terapeutik Perawat. EGC: Jakarta.


Duffy, K. G. & Wong, F. Y. 2000. Community Psychology (2nd ed). Boston: Pearson
Education.
Herry Zain Pieter, S. Psi., Bethsaida Janiwarti, S. Psi., 2011. Pengantar
Psikopatologi untuk Keperawatan. Kencana: Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika: Jakarta :.
Mukhripah, Damaiyanti, S. Kep., Ns 2011. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan.
Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba
Medika: Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.. PT Rineka Cipta:
Jakarta.
Nasir, Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar
Dan Teori. Salemba Medika: Jakarta.
Nazir, Mohoammad. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta .

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Khusus................................................................................. 2
1.4 Tujuan Umum.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1
2.2
2.3

Pengertian Komunikasi................................................................... 3
Prinsip Prinsip Komunikasi........................................................... 3
Tahap-Tahap Komunikasi................................................................ 8

2.4

Eksplorasi Perasaan......................................................................... 11

2.5

Tehnik Eksplorasi Perasaan............................................................. 12

2.6

Klarifikasi Nilai dan Eksplorasi Perasaan....................................... 13

BAB III PENUTUP............................................................................................. 15


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 15
3.2 Saran.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

PERTANYAAN
1. Yang tidak termasuk komunikasi non verbal adalah .
a. Ekspresi Wajah
b. Ide/perasaan

c. Sikap Tubuh
d. Sentuhan/touching
e. Penampilan fisik
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah, kecuali
a. Nilai
b. Pengetahuan
c. Ekspresi wajah
d. Emosi
e. Sosial budaya
3. Yang termasuk karakteristik komunikasi verbal yang efektif adalah, kecuali
a. Jelas dan singkat
b. Intonasi
c. Arti denotative dan konotatif
d. Sentuhan/touching
e. Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai