Anda di halaman 1dari 49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman komoditas
perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan
yang cerah. Komoditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil olahan
sebagai penyumbang devisa non-migas terbesar bagi

negara. Minyak nabati

merupakan produk utama yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau
Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna atau jernih (Senardi, 2003).
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak paling tinggi produktivitasnya.
Dari kelapa sawit bukan hanya diperoleh minyak untuk keperluan pangan tetapi dapat
dibuat untuk keperluan industri lainnya. Keunggulan kelapa sawit cukup banyak,
biaya produksi murah, produksi per hektar tinggi (4-6 ton minyak/ha/tahun) dan umur
ekonomi panjang mencapai 25-30 tahun (Lubis, 1994).
Menurut Sianturi (1993), salah satu kemajuan dalam budidaya kelapa sawit
adalah teknik pembibitan dan pengembangan bibit unggul yang produksinya lebih
tinggi dan menghasilkan tandan buah lebih besar dan lebih cepat berproduksi.
Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang menentukan pertumbuhan kelapa
sawit di lapangan. Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir (Risza, 1994).

Pemupukan adalah salah satu program pemeliharaan terpenting karena


peranannya sangat nyata dalam mendorong pertumbuhan dan produksi. Bagi tanaman
kelapa sawit sifat fisik tanah lebih penting dari pada sifat kimianya, karena
kekurangan suatu unsur hara dapat dipenuhi dengan pemupukan (Martoyo dan
Siahaan, 1995).
Pupuk organik cair (POC) merupakan pupuk daun yang bahan dasarnya dari
bahan organik yang merupakan hasil pelapukan tumbuhan atau hewan yang diproses
sedemikian rupa sehingga dapat langsung diserap oleh daun. Penggunaan pupuk daun
lebih efektif dibanding pupuk akar karena penyerapan haranya lebih cepat dibanding
pupuk yang diberikan lewat akar sehingga tanaman akan lebih cepat menumbuhkan
tunas dan tanah tidak rusak (Lingga dan Marsono, 2007).
Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara (N, P
dan K). Pupuk majemuk terdiri dari pupuk majemuk tidak lengkap dan pupuk
majemuk lengkap. Pupuk majemuk tidak lengkap adalah kombinasi dari pupuk yang
mengandung unsur pupuk seperti NP, NK dan PK, sedangkan pupuk majemuk
lengkap ialah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK (Hasibuan,
2009).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh Pupuk organik cair (POC) dan pupuk majemuk NPK terhadap
tanaman kelapa sawit di pembibitan pre nursery.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pupuk organik cair

terhadap

pertumbuhan tanaman kelapa sawit di pre nursery.


2. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pupuk majemuk NPK
terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit di pembibitan pre nursery.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian pupuk organik cair dan
NPK terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit di pembibitan pre nursery.
Hipotesis Penelitian
1. Adanya pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit di pembibitan pre nursery.
2. Adanya pengaruh pemberian NPK terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di
pembibitan pre nursery.
3. Adanya interaksi perlakuan pupuk organik cair dan NPK terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit di pre nursery.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dilapangan di Fakultas
Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara.
2. Mengetahui pentingnya manfaat pupuk organik cair dalam usaha budidaya kelapa
sawit.
3. Mengetahui dosis yang tepat pupuk NPK dalam pembibitan tanaman kelapa sawit.
4. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)


Tanaman kelapa sawit dengan nama ilmiah Elaeis guineensis Jacq, termasuk
kedalam family Palmae. Sistematika lengkapnya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio

: Spermatophyta

Class

: Monocotyledonae

Ordo

: Cocoineae

Family

: Palmae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang tertinggi dibandingkan


dengan tanaman sejenis lainnya. Hasil utama dari kelapa sawit adalah minyak sawit
yang diambil dari buah atau mesocarp disebut minyak sawit mentah (CPO = Crude
Palm Oil) dan minyak inti sawit (PKO = Palm Kernel Oil). Minyak sawit digunakan
dalam industri makanan (minyak makan dan mentega), kosmetik dan farmasi. Hasil
sampingan lainnya yaitu bungkil inti sawit digunakan sebagai pakan ternak dan
limbah sawit digunakan sebagai pupuk organik (Lubis, 2000).
Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh ke bawah dan ke
samping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer akan
tumbuh ke bawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak lurus ke

atas (Fototropi) dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang
umumnya lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2000).
Daun tanaman kelapa sawit membentuk pelepah bersirip ganda dan bertulang
sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik dapat mencapai 7,5 - 9 m,
dengan jumlah anakan daun berkisar 250 - 400 helai disetiap pelepah. Helaian anak
daun terpanjang biasanya terletek dibagian tengah pelepah. Jumlah pelepah daun
dalam satu pohon dapat mencapai 60 pelepah. Pada tanaman berumur 10-13 tahun
luas permukaan daun berkisar 10-15 m2 dan fotosintesis berjalan dengan lancar pada
daun dengan luas permukaan daun di atas 11 m (Fauzi, 2002).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoceus, dimana bunga jantan dan
bunga betina keduanya sama-sama terdapat dalam satu pohon, tetapi penyerbukannya
mengikuti siklus terpisah. Munculnya bunga jantan dan bunga betina dalam satu
pohon bergantian sehingga kemungkinan terjadinya penyerbukan sendiri sangat kecil.
Bunga tersusun membentuk karangan bunga yang disebut tandan bunga. Tandan
bunga keluar dari ketiak pelepah daun, biasanya pada setiap pelepah daun terdapat
kuncup tandan (Lubis, 2000).
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan
kelapa sawit. Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit terletak antara
150 LU-150 LS. Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-

rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Sinar matahari dapat mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif
dan produksi buah. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam/hari.
Berkurangnya lama penyinaran matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk
memproduksi karbohidrat dan pembentukan bunga (sex ratio) yang berakibat
berkurangnya jumlah bunga betina (Risza, 1995).
Untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang
optimum. Suhu optimum itu berkisar antara 29-300C. Suhu akan berpengaruh
terhadap masa pembungaan dan kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).
Kelembapan udara dan angin merupakan faktor yang penting untuk menunjang
pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam sangat baik untuk
membantu proses penyerbukan (Fauzi, 2002).
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain tanah Podsolik
Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah Kuning,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Organosol atau tanah gambut
(Risza, 1997).
Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit sangat
bervariasi. Sebagai misal, di daerah Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur
berjenis tanah Podsolik Merah Kekuningan (Syamsulbahri, 1996).

Kemasaman tanah idealnya pH 5.5, yang baik adalah pH 4.0-6.0, tetapi boleh
juga digunakan pH 6.5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga aerasi juga
baik. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1400 m dpl (Sianturi, 1991).
Faktor-faktor yang penting diketahui adalah lokasi sifat fisik dan kimia tanah,
topografi, sifat fisik tanah penilaian yang perlu dilakukan adalah kedalaman efektif,
tekstur, struktur, permeabilitas, dan konsistensi reaksi kimia. Sifat fisik dan kimia
tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal
adalah drainase baik, air cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu agar
perkembangan akar tidak terganggu (Williams, 1987).
Pembibitan Kelapa Sawit Pre Nursery
Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk mengecambahkan
bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk
ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun
sebelum penanaman dimulai Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit
berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai.
Sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah menyediakan bibit yang asli dan jagur.
Bibit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan
produktivitas tinggi. Pembibitan merupakan langkah permulaan yang sangat
menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan
modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu yang tinggi
(Syakir, 2010).

Proses pembibitan tanaman ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu pembibitan awal
(pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Hal ini bertujuan agar
pengelolaan yang lebih intensif dan efektif, seperti mulai pada pre nursery di mana
umur dan ukuran bibit masih kecil sehingga ditanam pada polybag berukuran kecil
kemudian berlanjut kepada main nursery pada polybag besar sebelum menuju proses
penanaman langsung di lapangan. Untuk memperoleh bahan tanaman yang dapat
menunjang hasil produksi kelak, perlu dilakukan pengamatan dan perlakuan yang
lebih baik pada tahap main nursery karena pada tahap pre nursery, unsur hara
maupun bahan makanan lebih banyak berasal dari kotiledon kecambah yang
digunakan (Astianto, 2012).
Pada pembibitan utama (main nursery) bibit dari pembibitan awal dipindahkan
ke kantong pelastik yang lebih besar. Pelaksanaan transplanting dari pembibitan awal
ke pembibitan utama merupakan tahap krusial dan memerlukan perhatian yang lebih.
Pemeliharaan bibit dipembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal
dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polybag, alih tanam, penyiraman,
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit
(Purnomoshidi, 2002).

Peranan Pupuk NPK terhadap Tanaman Kelapa Sawit


Pupuk adalah pupuk yang mengandung beberapa unsur hara yaitu N, P, K dan
Mg. Kekurangan Unsur N, P, K dan Mg dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
sehingga kerdil (Sutedjo,1992).
Pupuk NPK adalah jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang
sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa ammonium nitrat
(NH4NO3), ammonium dihidrogenfosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl).
Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi
angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu
terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5) dan 15% kalium (sebagai K2O)
(Lingga, 1984).
Ada 6 unsur yang diserap tanaman dari tanah dalam porsi tinggi. Dibutuhkan
dalam jumlah banyak disebut unsur makro, yaitu N, P, K, Ca, Mg. Dari ke enam
unsur tersebut, tiga unsur diantaranya mutlak diperlukan tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangannya yaitu N, P, K (Lingga, 1989).
Peranan Pupuk Nitrogen (N) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Nitrogen (N) merupakan komponen utama dalam tubuh tanaman. Nitrogen
merupakan satuan fundamental dalam protoplasma sel, protein, asam amino, klorofil
dan senyawa organik lainnya. Kekurangan nitrogen menyebabkan pembelahan sel
terhambat, akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Jika N cukup tersedia, daun

10

tanaman tumbuh besar dan perluasan permukaan daun yang tersedia untuk proses
fotosintesis (Astianto, 2012).
Unsur hara N dapat menyuburkan pertumbuhan daun. Unsur N sering disebutsebut sebagi zat lemas yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Nitrogen di dalam
tanaman sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai
senyawa organik lainnya Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan
tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman.
Waktu pemupukan unsur nitrogen haruslah memperhatikan fase-fase pertumbuhan
tanaman, karena peranan hara nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan
tanaman (Jamilin, 2011).
Pupuk nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil,
menjadikan daun berwarna hijau. Tanaman yang kurang akan

nitrogen

memperlihatkan dedaunan warna kekuning pucat sampai hijau kemerahan, sedangkan


tanaman kelebihan nitrogen mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang menjadi
tanaman berwarna hijau meningkatkan pertumbuhan daun dan batang dan
meningkatkan kandungan protein buah dan biji (Hasibuan, 2009).
Peranan Pupuk Fosfor (P) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Fosfor termasuk unsur hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai
pemindah energi terhadap komponen gen, tidak dapat digantikan hara lain. Kurang
tersedianya P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau tidak mampu
melengkapi proses reproduktif normal. Peranan P dalam penyimpanan dan

11

pemindahan energi merupakan fungsi penting karena mempengaruhi berbagai proses


dalam tanaman antara lain pemindahan ion, kerja osmotik, reaksi fotosintesis dan
glikolisis (Martoyo, 1995).
Banyak proses vital dalam tubuh tanaman kelapa sawit yang dibarengi oleh
unsur fosfor, seperti asam nukleat yang mengatur proses perkembangan tanaman.
Defisiensi P menyebabkan pengurangan laju pertumbuhan, demikian juga
perkembangan akar. Fosfor berperan dalam sejumlah fisiologis yang berasosiasi
dengan nutrisi dan respirasi, dan berpengaruh terhadap kemasakan buah (Sianturi,
1993).
Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan
tanaman muda, mempercepat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa,
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah atau biji pada tanaman dewasa
(Sutejo, 1992).
Peranan Pupuk (K) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Kalium merupakan unsur esensial bagi tanaman. Kebutuhan tanaman terhadap
ion K+ tidak dapat digantikan secara lengkap oleh kation alkali lain. Tanpa kalium
tanaman tidak mampu mencapai pertumbuhan dan hasil maksimal. Kalium terlibat
dalam berbagai proses fisiologi tanaman, terutama berperan dalam reaksi biokimia
penting. Peranan kdalam tubuh tanaman sebagai pengaktif beberapa enzim,
berhubungan dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein dan
pati, pemindahan fotosintesis (Hasibuan, 2009).

12

Kebutuhan tanaman akan unsur K cukup tinggi. Apabila K tersedia dalam


jumlah terbatas, maka gejala kekurangan unsur segera tampak pada tanaman. Kalium
merupakan unsur mobil didalam tanaman, segera di translokasikan kejaringan
merismatik yang muda bilamana jumlahnya terbatas dalam tanaman (Nyakpa, 1988).
Peranan Pupuk Organik Cair Bagi Tanaman
Pupuk Organik Cair (POC) merupakan pupuk daun yang bahan dasarnya dari
bahan organik yang merupakan hasil pelapukan tumbuhan atau hewan yang diproses
sedemikian rupa sehingga dapat langsung diserap oleh daun (Astianto, 2012).
Pupuk TANISES adalah pupuk yang mengandung C Organik (%) , unsur
hara makro terdiri dari: N 3-6%, P2O5, K2O. Unsur hara mikro (ppm) terdiri dari: Fe
total 90 900 ppm, Fe tersedia 5 50 ppm, Mn 250 5000 ppm, Cu 250 5000
ppm, B 125 2500 ppm, Co 5 20 ppm, Mo 2 10 ppm. Logam berat terdiri : Pb
maks 12.5 ppm, Cd maks 0.5 ppm, Hg maks 0.25 ppm, As maks 2.5 ppm, dengan pH
4 9.

13

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara, Jalan Karya Wisata, Kelurahan Gedung
Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini
telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : bibit sawit Varietas Tenera,
berumur 3 bulan s/d berumur 6 bulan Pupuk NPK dan pupuk organik cair, fungisida
Dhitane M-45 dan insektisida Decis 2,5 EC. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah polybag ukuran 35 x 40 cm, alat-alat tulis, kalkulator, gembor, cangkul,
Schalifer dan papan perlakuan.
Metode Rancangan Penelitian
Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan dua faktor yang diteliti :
1. Faktor perlakuan pertama adalah Pupuk Organik Cair (P) terdiri dari :
P0 = 0 Kontrol.
P1 = 5 ml/polybag.

14

P2 = 10 ml/polybag.
2. Faktor perlakuan kedua adalah pupuk NPK (N) yang terdiri dari :
N0 = 0 kontrol.
N1 = 10 gr/polybag.
N2 = 20 gr/polybag.
N3 = 30 gr/polybag.
Jumlah kombinasi perlakuan adalah 3 x 4 = 12 kombinasi.
P0N0

P0N1

P0N2

P0N3

P1N0

P1N1

P1N2

P1N3

P2N0

P2N1

P2N2

P2N3

Jumlah ulangan

= 3 ulangan.

Jumlah plot penelitian

= 36 plot.

Jumlah tanaman per plot

= 3 tanaman.

Jumlah tanaman sampel

= 2 tanaman.

Jumlah tanaman sampel seluruhnya

= 72 tanman

Jumlah tanaman seluruhnya

= 108 tanaman.

15

Metode Analisa Data


Menurut Gomez dan Gomez (1996) model linear yang diasumsikan untuk
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial adalah :
Yijk = + i + Nj + Pk + (NP)jk + ijk
Dimana :
Yijk

= Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-k dan faktor N pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-i.

= Efek nilai tengah.

= Efek dari blok pada taraf ke- i.

Nj

= Efek dari faktor P pada taraf ke- k.

Pk

= Efek dari faktor N pada taraf ke- j.

(PN)jk = Efek kombinasi dari faktor N pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke- k.
ijk

= Efek error dari faktor N pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke-k dalam
ulangan ke- I.

16

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media Tanam
Media tanam berasal dari tanah top soil pada jenis tanah andosol, dan bebas
dari hama dan penyakit. Polybag dengan ukuran 40 cm x 50 cm kemudian diisi
dengan media tanam tersebut lalu dipadatkan. Penyiraman pada polybag dilakukan
setiap hari, seminggu sebelum tanam, disiram sampai jenuh tetapi tidak sampai
tergenang.
Penanaman
Pemindahan atau penanaman bibit dilakukan dengan menyayat polybag dan
membuat lubang dengan jari untuk memasukan bibit kepolybag secara tegak lurus.
Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari kekurangan
air pada tanaman bibit kelapa sawit. Setelah itu bibit disiram air agar tanah menjadi
padat.
Penyusunan Polybag
Polybag yang telah diisi tanah disusun dengan membentuk plot-plot percobaan
dengan ukuran jarak antar plot 50 cm, jarak antara ulangan 100 cm. Setelah itu
dilakukan pemasangan plank perlakuan di tiap plot-plot percobaan.
Aplikasi Pupuk NPK
Pengaplikasian pupuk NPK dilakukan pada saat tanaman telah dipindahkan ke
polybag besar. Setiap polybag diberi pupuk NPK sesuai dosis perlakuan yang telah

17

ditetapkan dengan cara ditabur pada tanah yang ada di polybag dengan tidak
menyentuh batang tanaman.
Aplikasi Pupuk Organik Cair
Aplikasi pupuk organik cair dilakukan setelah tanaman dipindahkan ke
polybag besar. Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan pada bagiam daun
tanaman dengan menggunakan alat semprot sesuai dengan perlakuan yang telah
ditentukan. Pupuk organik cair dicampurkan dengan air sebanyak 5 ml/l air lalu
diaplikasikan pada tanaman yang sesuai dengan perlakuan, kemudian sebanyak 10
ml/l air pupuk organik cair untuk dosis perlakuan yang kedua. Aplikasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari dan saat aplikasi cuaca harus cerah.
Pemeliharaan Bibit Kelapa Sawit
Penyiraman
Bibit yang telah ditanam disiram setiap pagi pada pukul 8.00 WIB dan sore
pada pukul 16.00 WIB. Penyiraman dapat menggunakan gembor, tetapi tidak boleh
terlalu basah. Penyiraman harus disesuaikan dengan cuaca, jika kemarau maka
intensitas dan volume air dapat ditambahkan, namun jika musim hujan intensitas dan
volume penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanah dalam polybag.

18

Penyiangan
Penyiangan di dalam polybag dilakukan setiap 2 minggu sekali secara manual.
Atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma yang ada. Penyiangan sebaiknya tidak
menggunakan herbisida karena dapat mempengaruhi keadaan bibit.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis gangguan yang menghambat pertumbuhan pembibitan kelapa sawit di
main-nursery adalah serangan hama dan penyakit. Untuk pengendalian hama di
gunakan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC, dan pengendalian penyakit di
gunakan fungisida Dhitane M-45.
Parameter Pengamatan
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Dilakukan satu minggu setelah tanam, selanjutnya dengan interval dua minggu
sekali, dengan cara mengukur dari dasar bonggol, sampai ujung daun terpanjang.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur meteran dari patok standar
yang telah dibuat.
Pertambahan Diameter Batang (cm)
Dilakukan pada minggu pertama setelah tanam, selanjutnya dengan interval dua
minggu sekali, dengan cara mengukur pada bagian batang terlebar dari bonggol.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Schalifer.

19

Pertambahan Luas Daun


Luas daun diamati dan diukur dengan cara melihat daun yang telah membuka
sempurna dari masing-masing tanaman sampel. Pengukuran dilakukan pada bagian
lebar daun dan panjang daun pada umur tanaman 1 mst. Luas daun dihitung
berdasarkan rumus berikut:
Luas daun (cm2) = P x L x C
Keterangan:
P = panjang daun (cm)
L = lebar daun (cm)
C = konstanta = 0,57 (Dartius, 2002).
Berat Kering akar Tanaman
Parameter ini dilakukan pada akhir penelitian atau tiga bulan setelah tanam.
Tanaman yang dijadikan parameter berat kering akar tanaman diambil satu dari tiga
sample dan dipotong menjadi dua bagian yaitu daun dan batang dipisahkan dengan
akar. Kemudian setelah ditimbang jumlah basahnya lalu untuk akarnya dikeringkan
dalam open 1050C selama 24 jam.
Penelitian berat kering tanaman dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa
jumlah berat pada tanaman sampel penelitian dan di laksanakan pada akhir penelitian.

20

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Penelitian
1. Tinggi Tanaman
Data rataan tinggi bibit kelapa sawit pada umur 12 MST terdapat pada
Lampiran 4, sedangkan hasil sidik ragam terdapat pada Lampiran 5.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dan pupuk organik
cair serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit
kelapa sawit pada umur 12 MST. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) Pada Perlakuan Pupuk NPK dan
Pupuk Organik Cair Pada Umur 12 MST
Perlakuan

Pupuk NPK
N0

Rataan
N1

N2

N3

37,15 hH
46,65 bB
45,50 cC

38,05 gG
44,08 dD
46,32 bB

40,32 eE
44,88 dD
50,58aA

39,16 cC 43,10 bB

42,82 aA

45,26 aA

Pupuk Organik Cair

P0
P1
P2
Rataan

32,48 iI
39,72fF
45,28cC

37,00 cC
43,83 bB
46,92 aA

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok pada perlakuan yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair dan pupuk
majemuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit. Hubungan
tinggi

tanaman kelapa sawit dengan pupuk organik cair adalah linier dengan

21

persamaan = 37,62 + 0,99 P, r = 0,97. Dapat dilihat pada gambar berikut ini.

47.00

44.00

Tinggi Tanaman (cm)

41.00

38.00

35.00
P0

P1
Pupuk Organik Cair (ml/polybag)

P2

22

47.00

44.00

Tinggi Tanaman (cm)

41.00

38.00

= 37,62 + 0,99 P
r = 0,97
35.00
P0

P1

P2

Pupuk Organik Cair (ml/polybag)

Gambar 1. Hubungan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) dengan Pemberian Pupuk
Organik Cair (ml/polybag).
Hubungan tinggi tanaman kelapa sawit dengan pupuk majemuk NPK adalah
kubik dengan persamaan = 39,16 + 0,167 N-0,002 N2 + 0,000009 N3, R2 = 0,99.
Hal berikut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

23

46.00

44.00

42.00
Tinggi Tanaman (cm)
40.00

38.00

36.00
N0

N1

N2

N3

Pupuk Majemuk NPK (g)

Gambar 2. Hubungan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) dengan Pemberian Pupuk
Majemuk NPK (g).
Hubungan interaksi pemberian pupuk NPK dengan Pupuk Organik Cair
terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

= 39,16 + 0,167 N 0,002 N2 + 0,000009 N3, R2 = 0,99


r = 0,97

24

N0 = 32,76 + 1,28 P, r = 0,99


N1 = 37,15 + 2,965 P - 0,213 P2, R2 = 0,99
52.00
N2 = 38,68 + 0,827 P, r = 0,96
N3 = 40,13 + 1,026 P, r = 0,99

46.00
N0

Linear (N0)

Tinggi Tanaman (cm)

N1

Polynomial (N1)

N2

Linear (N2)

40.00

34.00
N3

Linear (N3)

28.00
0

10

Pupuk NPK (g)

Gambar 3. Kurva Respon Interaksi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pupuk NPK
Terhadap Tinggi Tanaman Kelapa Sawit (cm).
2. Diameter Batang
Data rataan diameter batang bibit kelapa sawit pada umur 12 MST terdapat
pada Lampiran 6, sedangkan hasil sidik ragam terdapat pada Lampiran 7.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair dan pupuk
NPK serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter
batang bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

25

Tabel 2. Rataan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit (mm) Pada Perlakuan Pupuk
NPK dan Pupuk Organik Cair Pada Umur 12 MST
Perlakuan
N0
Pupuk Organik Cair
P0
P1
P2

Rataan

Pupuk NPK
N1

Rataan
N2

N3

9,78
15,40
15,91

14,44
15,15
16,53

14,66
16,49
21,02

12,73
16,60
25,07

13,70dD

15,37bB

17,39c
C

18,13a
A

12,90 cC
15,91 bB
19,63 aA

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok pada perlakuan yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK, pupuk organik cair
dan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter batang bibit
kelapa sawit. Dimana kedua perlakuan saling mendukung dalam memenuhi unsur
hara untuk pertumbuhan batang tanaman.
Hubungan diameter batang bibit kelapa sawit dengan pupuk organik cair adalah
linier dengan persamaan = 12,78 + 0,67 P, r = 0,99. Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 4 berikut dibawah ini.

26

20.00

18.00

16.00

Diameter Batang (mm)


14.00

= 12,78 + 0,67 P
r = 0,99

12.00

10.00
P0

P1

P2

Pupuk Organik Cair (ml/polybag)


Ga
mbar 4. Hubungan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit (mm) dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair (ml/polybag).

27

20.00

18.00

16.00

Diameter Batang (mm)


14.00

12.00

10.00
N0

N1

N2

N3

Pupuk NPK (g)


Hub
ungan diameter batang bibit kelapa sawit dengan pupuk majemuk NPK adalah linier
dengan persamaan = 13,84 + 0,03 N, r = 0,98. Hubungan tersebut dapat dilihat
pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Hubungan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit (mm) dengan Pemberian
Pupuk Majemuk NPK (g).
Hubungan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk organik cair
terhadap diameter batang, dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

= 13,84 + 0,03 N
r = 0,98

28

N0 = 32,76 + 1,28 P, r = 0,99


27.00

N1 = 37,15 + 2,965 P - 0,213 P2, R2 = 0,99


N2 = 38,68 + 0,827 P, r = 0,96
N3 = 40,13 + 1,026 P, r = 0,99
21.50

N0

Linear (N0)

Diameter Batang (mm)

N1

Linear (N1)

N2

Linear (N2)

16.00

10.50
N3

Linear (N3)

5.00
0

10

Pupuk NPK (g)


Gambar 6. Kurva Respon Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pupuk NPK Terhadap
Diameter Batang Kelapa Sawit (mm).
3. Luas Daun
Data rataan luas daun pada umur 12 MST terdapat pada Lampiran 8, sedangkan
hasil sidik ragam terdapat pada Lampiran 9.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh
nyata terhadap luas daun,namun pada perlakuan NPK dan interaksi kedua perlakuan
tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun bibit kelapa sawit pada umur 12 MST.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

29

Tabel 3. Rataan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm) Pada Perlakuan Pupuk NPK dan
Pupuk Organik Cair Pada Umur 12 MST
Perlakuan
N0

Pupuk NPK
N1

Rataan
N2

N3

Pupuk Hayati Cair

P0
P1
P2

31,33
36,59
41,89

34,47
43,02
35,61

32,69
43,42
35,49

35,55
35,61
45,77

Rataan

36,60

37,70

37,20

38,98

35,51 b
39,66 a
39,69 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok pada perlakuan yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh
nyata terhadap luas daun bibit kelapa sawit pada umur 12 MST namun ada
kecenderungan peningkatan luas daun. Hasil aplikasi pupuk tertinggi diperoleh pada
perlakuan N3 (30 g/polybag) yaitu 38,98cm, N1 (10 g/ polybag) yaitu 37,70 cm, dan
N2 (20 g/polybag) yaitu 37,20 cm.
Sedangkan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap luas daun bibit
kelapa sawit, hubungan luas daun bibit kelapa sawit dengan pupuk organik cair
adalah linier dengan persamaan = 34,53 + 0,618P, r = 0,87. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 7 di bawah ini.

30

41.00

38.00

Luas Daun (cm2)

= 34,53 + 0,618P
r = 0,87

35.00

32.00

29.00
P0

P1

P2

Pupuk Organik Cair (ml/polybag)


Gambar
Hubungan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm ) dengan Pemberian Pupuk
Organik Cair (ml/polybag).

7.

Interaksi antara kedua perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap luas
daun bibit kelapa sawit, dimana kedua perlakuan saling menutupi dalam
mempengaruhi pertambahan luas daun.
4. Berat Kering Akar Tanaman
Data rataan berat kering akar tanaman bibit kelapa sawit terdapat pada
Lampiran 10, sedangkan hasil sidik ragam terdapat pada Lampiran 11.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh
nyata terhadap berat kering akar tanaman, tapi perlakuan pupuk NPK dan kombinasi
kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman.

31

Walaupun perlakuan NPK tidak berpengaruh nyata, ada kecendrungan berat kering
akar tanaman meningkat dengan peningkatan dosis perlakuanan..
Dari kedua faktor perlakuan pupuk NPK dan pupuk organik cair tersebut dapat
dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Rataan Berat Kering Akar Bibit Kelapa Sawit (g) Pada Perlakuan Pupuk
NPK dan Pupuk Organik Cair
.
Perlakuan
N0

Pupuk NPK
N1

Rataan
N2

N3

Pupuk Organik Cai

P0
P1
P2

1,93
2,40
2,30

2,02
2,12
3,63

2,14
2,42
2,27

2,05
2,49
2,47

Rataan

2,21

2,26

2,28

2,67

2,04 cC
2,36 bB
2,67 aA

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan yang
sama
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh
nyata terhadap berat kering akar tanaman,namun pupuk NPK dan interaksinya
berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar tanaman. Hal ini sesuai dengan
diketahuinya bahwa salah satu peranan pupuk organik cair dapat meningkatkan
pertumbuhan akar tanaman karena mengandung unsur hara yang lengkap seperti N.
Kombinasi kedua perlakuan tidak nyata meningkatkan pertumbuhan akar tanaman,
hal ini berarti kedua perlakuan saling menutupi untuk pertumbuhan akar tanaman
tersebut.

32

3.00

2.50

Berat Kering Akar (g)

2.00

1.50

1.00
P0

P1

P2

= 2,037 + 0,063P

Pupuk Organik Cair (ml/polybag)

r = 0,99

Hubungan berat kering akar kelapa sawit dengan pupuk organik cair adalah linier
dengan persamaan = 2,037 + 0,063 P, r = 0,99, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 8. Hubungan Berat Kering Akar Kelapa Sawit (g) dengan Pemberian Pupuk
Organik Cair (ml/polybag).

33

b. Pembahasan
1. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Aplikasi Pupuk NPK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Tinggi tanaman terbaik terdapat pada
perlakuan N3 yaitu 45,26 cm diikuti dengan N2 (42,82 cm), N1 (43,10 cm), dan N0
(39,16 cm). Pada diameter batang perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan N3 yaitu
18,13 mm diikuti dengan N2 (17,39 mm), N1 (15,37 mm), dan N0 (13,70 mm). Hal
ini sesuai dengan di ketahui bahwa pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dimana
dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara yang di perlukan tanaman
dalam pertumbuhannya. Pupuk NPK berfungsi sebagai pupuk pelengkap yang dapat
membantu pertumbuhan tanaman dan berat tanaman, yaitu pada bagian vegetatif
seperti daun, batang dan akar tanaman. Disamping itu dalam tanaman Fosfor (P)
merupakan komponen penting dari Adenosin Trifosfat (ATP) yang berperan dalam
pembentukan asam nukleat (DNA dan RNA) serta merangsang pembelahan sel dan
membantu proses asimilasi dan respirasi pada pertumbuhan awal bibit tanaman (Sam,
Tamaluddin, 2004).
Selain itu sebelum aplikasi pupuk NPK pertumbuhan tinggi tanaman sudah
baik, sehingga unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK lebih mudah di serap
oleh tanaman, baik dari larutan tanah maupun dari komplek serapan (Setyamidjaya,
2006).

34

Selanjutnya Hakim (2006) menjelaskan bahwa pupuk NPK yang merupakan


unsur hara makro, bila diberikan pada tanaman dalam jumlah yang optimal dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Aplikasi pupuk NPK yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap luas
daun dan berat kering akar tanaman, hal ini diduga bahwa tanaman kelapa sawit
adalah tanaman tahunan. Jadi dengan waktu pembibitan yang hanya 3 bulan masih
belum kelihatan nyata peningkatannya untuk luas daun dan berat kering akar.
Selanjutnya karena dari hasil analisa tanah dimana kandungan unsur hara tanah
masih rendah, sehingga belum cukup untuk mendukung pertumbuhan luas daun dan
berat akar tanaman.
2. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pupuk Organik Cair
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, luas daun dan berat kering akar.
Tinggi tanaman terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu 46,92 cm diikuti dengan P1
(43,83 cm), dan P0 (37,00 cm). Diameter batang terbaik terdapat pada perlakuan P2
yaitu 19,63 mm diikuti dengan P1 (15,91 mm), dan P0 (12,90 mm). Luas daun
terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu 39,69 mm diikuti dengan P1 (39,66 mm),
dan P0 (35,51 mm). Berat kering akar terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu 2,67 g
diikuti dengan P1 (2,36 g), dan P0 (2,04 g). Hal ini sesuai dengan di ketahui bahwa
pupuk organik cair dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang
mempunyai kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman

untuk

pertumbuhannya terutama tinggi tanaman. Selain sebagai penyedia unsur hara pupuk

35

organik cair ini juga dapat memperbaiki sifat - sifat tanah seperti fisik, kimia dan
biologi tanah. Oleh karena itu pupuk organik cair dapat mengefisiensikan penggunaan
pupuk kimia yaitu melalui dua tahap mekanisme antara lain dapat menambah unsur
hara dan memperbaiki sifat tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman
(Anonimus, 2014).
Disamping diketahui bahwa pupuk organik cair mengandung unsur hara N yang
berperan dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dimana Nitrogen
digunakan untuk pembentukan protein, asam nukleat, hormon tumbuh, vitamin dan
senyawa organik yang digunakan untuk penyusun organ tanaman. Pada sifat fisik
pupuk organik cair dapat memperbaiki struktur tanah sehingga membantu akar dalam
menyerap unsur hara dari tanah dan dapat memperbaiki kemampuan tanah dalam
mengikat air, pada sifat kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dan anion
tanah dan pada sifat biologi dapat meningkatkan aktifitas mikroba yang telah
terdekomposer didalam tanah (Novizan, 2000).
3. Kombinasi NPK dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit
Kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan
diameter batang. Pada tinggi tanaman kombinasi terbaik terdapat pada kombinasi
perlakuan P2N3 yaitu 50,58 cm. Diameter batang terbaik terdapat pada kombinasi
perlakuan P2N3 yaitu 25,07 mm. Hal ini berarti pupuk organik cair pada saat ini
dapat mempercepat proses pelarutan unsur hara yang ada dalam tanah menjadi
tersedia sehingga tanaman mudah menyerapnya, terutama unsur hara N, P dan K yang

36

diperlukan untuk pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang. Kedua perlakuan
saling mendukung dalam mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang bibit
kelapa sawit. Sedangkan pada parameter luas daun dan berat kering akar tanaman
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dngan kombinasi kedua perlakuan,hal ini
disebabkan pada saat ini kedua perlakuan saling menutupi dalam mempengaruhi luas
daun dan berat kering akar tanaman.

37

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
diameter batang ,luas daun dan berat kering akar tanaman. Perlakuan terbaik
terdapat pada P2 (10 ml/polybag).
2. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit dan diameter
batang, namun berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun dan berat kering
akar tanaman. Perlakuan terbaik terdapat pada N3 (30 g/polybag)
3. Interaksi aplikasi pupuk NPK dan pupuk organik cair berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit dan diameter batang, tetapi tidak berpengaruh nyata
terhadap luas daun dan berat kering akar bibit kelapa sawit.
Saran
Disarankan

dalam

melakukan

pembibitan

kelapa

sawit

sebaiknya

menggunakan pupuk organik cair 10 ml/polybag dan pupuk NPK 30 g/polybag.

38

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PTPN IV. Bah Jambi.
Astianto, A., 2012. Pemberian Berbagai Dosis Abu Boiler Pada Pembibitan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Pembibitan Utama (Main Nursery). Skripsi.
UNRI. Riau.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y, E., Satyawibawa, I dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit,
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya; Jakarta.
Hasibuan, B. E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara; Medan.
Jamilin, 2011. Pengaruh Pemberian Kombnasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.).
Skripsi. USU. Medan.
Khaeruddin, 1999. Kelapa Sawit. Teknik Budidaya Tanaman Perkebunan. Sinar.
Medan.
Lingga, B. 1984. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 65
77.
Lubis, A. U., 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS RISPA,
Medan.
Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Martoyo, K dan M. M. Siahaan, 1995. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit.
Kumpulan Makalah Temu Lapangan Budidaya Sawit. Pusat Penelitiian Kelapa
Sawit, Medan.
Purnomoshidi, 2002. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Andalas. Padang.
Risza, S., 1997. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius;
Yogyakarta.

39

Risza, s., 1994. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius.
Jakarta. Hal 66.
Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Senardi, 2003. Industri Kelapa Sawit, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Pengolahannya.
Penerbit PT. Perkebunan VI, Medan.
Sianturi, H.S.D,. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sutedjo, M. M., 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 23
26.
Syakir, M., 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Aska Media. Jakarta.
Syamsulbahri., 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM-Press;
Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran, Cetakan XII, Penebar Swadaya; Jakarta.
Williams. 1987. Tree and Field Crops of the Wetter Regions of the Tropics. British
Library Cataloguing; Inggris.

40

Lampiran 1. Areal Bagan Penelitian


III
P2N3

I
P2N0

II
P0N3

P1N3

P2N3

P1N3

P2N3

P2N0

P2N0

P0N3

P1N3

P0N0

P0N2

P1N0

P1N0

P2N2

P0N0

a
P0N3
b

P0N2

P0N0

P2N2

P2N2

P1N0

P0N2

P1N2

P2N1

P1N1

P1N1

P0N1

P1N2

P0N1

P1N1

P2N1

P2N1

P1N2

P0N1

Keterangan

Jarak antar ulangan

= a

Jarak antar plot

= b

41

Lampiran 2. Bagan Plot Penelitian.

Keterangan :
Tiga tanaman dalam setiap plot dan polybag berwarna putih di atas
menunjukkan tanaman sampel, jarak antara tanaman 10 cm.

42

Lampiran 3. Rangkuman Uji Beda Rataan Uji Pupuk Organik Cair dan Pupuk Majemuk
Perlakuan

Tinggi
Tanaman

Diameter
Batang

Luas
Daun

Berat
Kering

(cm)
X

Notasi
5% 1%

(mm)
X

Notasi
5% 1%

(cm2)
X

Notasi
5% 1%

Akar(g)
x

P0

37.00

cC

12.90

cC

33.51

2.04

P1

43.83

bB

15.91

bB

39.66

2.36

P2

46.92

aA

19.63

aA

39.69

2.67

N0

39.16

dD

13.70

dD

36.60

2.21

N1

43.10

bB

15.37

bB

37.70

2.26

N2

42.82

cC

17.39

cC

37.20

2.28

N3

45.26

aA

18.13

aA

38.98

2.67

P0N0

32.48

iI

9.78

jJ

31.33

1.93

P0N1

37.15

hH

14.44

hH

34.47

2.02

P0N2

38.05

gG

14.66

hH

32.69

2.14

P0N3

40.32

eE

12.73

iI

35.55

2.05

P1N0

39.72

fF

15.40

fF

36.59

2.40

P1N1

46.65

bB

15.15

gG

43.02

2.12

P1N2

44.08

dD

16.49

dD

43.42

2.42

P1N3

44.88

dD

16.60

cC

35.61

2.49

P2N0

45.28

cC

15.91

eE

41.89

2.30

P2N1

45.50

cC

16.53

cC

35.61

2.63

P2N2

46.32

bB

21.02

bB

35.49

2.27

P2N3

50.58

aA

25.07

aA

45.77

3.47

KK (%)

2.96

16.89

15.97

Pupuk Organik Cair

Pupuk NPK

Interaksi

7.01

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan yang sama
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak
bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata

43

44

45

46

Lampiran 12. Hasil Analisis Tanah

47

No

Jenis Analis

Hasil Analis Keterangan

1.

pH (H2O)(Elektrometri)

5.37

Agak masam

2.

C-Organik % (Walkey and black)

1.18

Rendah

Nitrogen (%) (kheyldahl)

0.12

Rendah

P- Bray 11 (ppm) (Bray II)

16.33

Sedang

5
K -dd (me/100g) (NH4O/K PH 7)
0.13
R endah
_____________________________________________________________________
Sumber : Hasil Analisis Tanah Labolatorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanaian UISU
Medan, No 11/Lab/11/2014, Tanggal 24 Februari 2015.

Diketahui oleh

Ir. Chairani, M.P.

Lampiran 13. Gambar Penelitian


A

48

Gambar 9 A. Aplikasi Pupuk Organik Cair. Gambar 9 B. Aplikasi Pupuk NPK.


Keterangan :
9 A. (a.Gelas Ukur, b. Pupuk organik cair, dan c. Handsprayer).
9 B. (A. Polybag, b. Bibit Tanaman Kelapa Sawit, dan c. Pupuk NPK).

49

Gambar 10. Lahan Percobaan.

Anda mungkin juga menyukai