PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman komoditas
perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan
yang cerah. Komoditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil olahan
sebagai penyumbang devisa non-migas terbesar bagi
merupakan produk utama yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau
Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna atau jernih (Senardi, 2003).
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak paling tinggi produktivitasnya.
Dari kelapa sawit bukan hanya diperoleh minyak untuk keperluan pangan tetapi dapat
dibuat untuk keperluan industri lainnya. Keunggulan kelapa sawit cukup banyak,
biaya produksi murah, produksi per hektar tinggi (4-6 ton minyak/ha/tahun) dan umur
ekonomi panjang mencapai 25-30 tahun (Lubis, 1994).
Menurut Sianturi (1993), salah satu kemajuan dalam budidaya kelapa sawit
adalah teknik pembibitan dan pengembangan bibit unggul yang produksinya lebih
tinggi dan menghasilkan tandan buah lebih besar dan lebih cepat berproduksi.
Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang menentukan pertumbuhan kelapa
sawit di lapangan. Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir (Risza, 1994).
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pupuk organik cair
terhadap
: Spermatophyta
Class
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoineae
Family
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
atas (Fototropi) dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang
umumnya lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2000).
Daun tanaman kelapa sawit membentuk pelepah bersirip ganda dan bertulang
sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik dapat mencapai 7,5 - 9 m,
dengan jumlah anakan daun berkisar 250 - 400 helai disetiap pelepah. Helaian anak
daun terpanjang biasanya terletek dibagian tengah pelepah. Jumlah pelepah daun
dalam satu pohon dapat mencapai 60 pelepah. Pada tanaman berumur 10-13 tahun
luas permukaan daun berkisar 10-15 m2 dan fotosintesis berjalan dengan lancar pada
daun dengan luas permukaan daun di atas 11 m (Fauzi, 2002).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoceus, dimana bunga jantan dan
bunga betina keduanya sama-sama terdapat dalam satu pohon, tetapi penyerbukannya
mengikuti siklus terpisah. Munculnya bunga jantan dan bunga betina dalam satu
pohon bergantian sehingga kemungkinan terjadinya penyerbukan sendiri sangat kecil.
Bunga tersusun membentuk karangan bunga yang disebut tandan bunga. Tandan
bunga keluar dari ketiak pelepah daun, biasanya pada setiap pelepah daun terdapat
kuncup tandan (Lubis, 2000).
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan
kelapa sawit. Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit terletak antara
150 LU-150 LS. Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-
rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Sinar matahari dapat mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif
dan produksi buah. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam/hari.
Berkurangnya lama penyinaran matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk
memproduksi karbohidrat dan pembentukan bunga (sex ratio) yang berakibat
berkurangnya jumlah bunga betina (Risza, 1995).
Untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang
optimum. Suhu optimum itu berkisar antara 29-300C. Suhu akan berpengaruh
terhadap masa pembungaan dan kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).
Kelembapan udara dan angin merupakan faktor yang penting untuk menunjang
pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam sangat baik untuk
membantu proses penyerbukan (Fauzi, 2002).
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain tanah Podsolik
Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah Kuning,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Organosol atau tanah gambut
(Risza, 1997).
Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit sangat
bervariasi. Sebagai misal, di daerah Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur
berjenis tanah Podsolik Merah Kekuningan (Syamsulbahri, 1996).
Kemasaman tanah idealnya pH 5.5, yang baik adalah pH 4.0-6.0, tetapi boleh
juga digunakan pH 6.5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga aerasi juga
baik. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1400 m dpl (Sianturi, 1991).
Faktor-faktor yang penting diketahui adalah lokasi sifat fisik dan kimia tanah,
topografi, sifat fisik tanah penilaian yang perlu dilakukan adalah kedalaman efektif,
tekstur, struktur, permeabilitas, dan konsistensi reaksi kimia. Sifat fisik dan kimia
tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal
adalah drainase baik, air cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu agar
perkembangan akar tidak terganggu (Williams, 1987).
Pembibitan Kelapa Sawit Pre Nursery
Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk mengecambahkan
bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk
ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun
sebelum penanaman dimulai Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit
berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah selesai.
Sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah menyediakan bibit yang asli dan jagur.
Bibit yang asli dan jagur merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan
produktivitas tinggi. Pembibitan merupakan langkah permulaan yang sangat
menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan
modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu yang tinggi
(Syakir, 2010).
Proses pembibitan tanaman ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu pembibitan awal
(pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Hal ini bertujuan agar
pengelolaan yang lebih intensif dan efektif, seperti mulai pada pre nursery di mana
umur dan ukuran bibit masih kecil sehingga ditanam pada polybag berukuran kecil
kemudian berlanjut kepada main nursery pada polybag besar sebelum menuju proses
penanaman langsung di lapangan. Untuk memperoleh bahan tanaman yang dapat
menunjang hasil produksi kelak, perlu dilakukan pengamatan dan perlakuan yang
lebih baik pada tahap main nursery karena pada tahap pre nursery, unsur hara
maupun bahan makanan lebih banyak berasal dari kotiledon kecambah yang
digunakan (Astianto, 2012).
Pada pembibitan utama (main nursery) bibit dari pembibitan awal dipindahkan
ke kantong pelastik yang lebih besar. Pelaksanaan transplanting dari pembibitan awal
ke pembibitan utama merupakan tahap krusial dan memerlukan perhatian yang lebih.
Pemeliharaan bibit dipembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal
dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polybag, alih tanam, penyiraman,
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit
(Purnomoshidi, 2002).
10
tanaman tumbuh besar dan perluasan permukaan daun yang tersedia untuk proses
fotosintesis (Astianto, 2012).
Unsur hara N dapat menyuburkan pertumbuhan daun. Unsur N sering disebutsebut sebagi zat lemas yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Nitrogen di dalam
tanaman sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan berbagai
senyawa organik lainnya Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan
tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman.
Waktu pemupukan unsur nitrogen haruslah memperhatikan fase-fase pertumbuhan
tanaman, karena peranan hara nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan
tanaman (Jamilin, 2011).
Pupuk nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil,
menjadikan daun berwarna hijau. Tanaman yang kurang akan
nitrogen
11
12
13
14
P2 = 10 ml/polybag.
2. Faktor perlakuan kedua adalah pupuk NPK (N) yang terdiri dari :
N0 = 0 kontrol.
N1 = 10 gr/polybag.
N2 = 20 gr/polybag.
N3 = 30 gr/polybag.
Jumlah kombinasi perlakuan adalah 3 x 4 = 12 kombinasi.
P0N0
P0N1
P0N2
P0N3
P1N0
P1N1
P1N2
P1N3
P2N0
P2N1
P2N2
P2N3
Jumlah ulangan
= 3 ulangan.
= 36 plot.
= 3 tanaman.
= 2 tanaman.
= 72 tanman
= 108 tanaman.
15
= Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-k dan faktor N pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-i.
Nj
Pk
(PN)jk = Efek kombinasi dari faktor N pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke- k.
ijk
= Efek error dari faktor N pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke-k dalam
ulangan ke- I.
16
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media Tanam
Media tanam berasal dari tanah top soil pada jenis tanah andosol, dan bebas
dari hama dan penyakit. Polybag dengan ukuran 40 cm x 50 cm kemudian diisi
dengan media tanam tersebut lalu dipadatkan. Penyiraman pada polybag dilakukan
setiap hari, seminggu sebelum tanam, disiram sampai jenuh tetapi tidak sampai
tergenang.
Penanaman
Pemindahan atau penanaman bibit dilakukan dengan menyayat polybag dan
membuat lubang dengan jari untuk memasukan bibit kepolybag secara tegak lurus.
Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari kekurangan
air pada tanaman bibit kelapa sawit. Setelah itu bibit disiram air agar tanah menjadi
padat.
Penyusunan Polybag
Polybag yang telah diisi tanah disusun dengan membentuk plot-plot percobaan
dengan ukuran jarak antar plot 50 cm, jarak antara ulangan 100 cm. Setelah itu
dilakukan pemasangan plank perlakuan di tiap plot-plot percobaan.
Aplikasi Pupuk NPK
Pengaplikasian pupuk NPK dilakukan pada saat tanaman telah dipindahkan ke
polybag besar. Setiap polybag diberi pupuk NPK sesuai dosis perlakuan yang telah
17
ditetapkan dengan cara ditabur pada tanah yang ada di polybag dengan tidak
menyentuh batang tanaman.
Aplikasi Pupuk Organik Cair
Aplikasi pupuk organik cair dilakukan setelah tanaman dipindahkan ke
polybag besar. Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan pada bagiam daun
tanaman dengan menggunakan alat semprot sesuai dengan perlakuan yang telah
ditentukan. Pupuk organik cair dicampurkan dengan air sebanyak 5 ml/l air lalu
diaplikasikan pada tanaman yang sesuai dengan perlakuan, kemudian sebanyak 10
ml/l air pupuk organik cair untuk dosis perlakuan yang kedua. Aplikasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari dan saat aplikasi cuaca harus cerah.
Pemeliharaan Bibit Kelapa Sawit
Penyiraman
Bibit yang telah ditanam disiram setiap pagi pada pukul 8.00 WIB dan sore
pada pukul 16.00 WIB. Penyiraman dapat menggunakan gembor, tetapi tidak boleh
terlalu basah. Penyiraman harus disesuaikan dengan cuaca, jika kemarau maka
intensitas dan volume air dapat ditambahkan, namun jika musim hujan intensitas dan
volume penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanah dalam polybag.
18
Penyiangan
Penyiangan di dalam polybag dilakukan setiap 2 minggu sekali secara manual.
Atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma yang ada. Penyiangan sebaiknya tidak
menggunakan herbisida karena dapat mempengaruhi keadaan bibit.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis gangguan yang menghambat pertumbuhan pembibitan kelapa sawit di
main-nursery adalah serangan hama dan penyakit. Untuk pengendalian hama di
gunakan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC, dan pengendalian penyakit di
gunakan fungisida Dhitane M-45.
Parameter Pengamatan
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Dilakukan satu minggu setelah tanam, selanjutnya dengan interval dua minggu
sekali, dengan cara mengukur dari dasar bonggol, sampai ujung daun terpanjang.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur meteran dari patok standar
yang telah dibuat.
Pertambahan Diameter Batang (cm)
Dilakukan pada minggu pertama setelah tanam, selanjutnya dengan interval dua
minggu sekali, dengan cara mengukur pada bagian batang terlebar dari bonggol.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Schalifer.
19
20
Pupuk NPK
N0
Rataan
N1
N2
N3
37,15 hH
46,65 bB
45,50 cC
38,05 gG
44,08 dD
46,32 bB
40,32 eE
44,88 dD
50,58aA
39,16 cC 43,10 bB
42,82 aA
45,26 aA
P0
P1
P2
Rataan
32,48 iI
39,72fF
45,28cC
37,00 cC
43,83 bB
46,92 aA
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok pada perlakuan yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik cair dan pupuk
majemuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit. Hubungan
tinggi
tanaman kelapa sawit dengan pupuk organik cair adalah linier dengan
21
persamaan = 37,62 + 0,99 P, r = 0,97. Dapat dilihat pada gambar berikut ini.
47.00
44.00
41.00
38.00
35.00
P0
P1
Pupuk Organik Cair (ml/polybag)
P2
22
47.00
44.00
41.00
38.00
= 37,62 + 0,99 P
r = 0,97
35.00
P0
P1
P2
Gambar 1. Hubungan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) dengan Pemberian Pupuk
Organik Cair (ml/polybag).
Hubungan tinggi tanaman kelapa sawit dengan pupuk majemuk NPK adalah
kubik dengan persamaan = 39,16 + 0,167 N-0,002 N2 + 0,000009 N3, R2 = 0,99.
Hal berikut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
23
46.00
44.00
42.00
Tinggi Tanaman (cm)
40.00
38.00
36.00
N0
N1
N2
N3
Gambar 2. Hubungan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) dengan Pemberian Pupuk
Majemuk NPK (g).
Hubungan interaksi pemberian pupuk NPK dengan Pupuk Organik Cair
terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
24
46.00
N0
Linear (N0)
N1
Polynomial (N1)
N2
Linear (N2)
40.00
34.00
N3
Linear (N3)
28.00
0
10
Gambar 3. Kurva Respon Interaksi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pupuk NPK
Terhadap Tinggi Tanaman Kelapa Sawit (cm).
2. Diameter Batang
Data rataan diameter batang bibit kelapa sawit pada umur 12 MST terdapat
pada Lampiran 6, sedangkan hasil sidik ragam terdapat pada Lampiran 7.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair dan pupuk
NPK serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter
batang bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
25
Tabel 2. Rataan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit (mm) Pada Perlakuan Pupuk
NPK dan Pupuk Organik Cair Pada Umur 12 MST
Perlakuan
N0
Pupuk Organik Cair
P0
P1
P2
Rataan
Pupuk NPK
N1
Rataan
N2
N3
9,78
15,40
15,91
14,44
15,15
16,53
14,66
16,49
21,02
12,73
16,60
25,07
13,70dD
15,37bB
17,39c
C
18,13a
A
12,90 cC
15,91 bB
19,63 aA
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok pada perlakuan yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK, pupuk organik cair
dan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter batang bibit
kelapa sawit. Dimana kedua perlakuan saling mendukung dalam memenuhi unsur
hara untuk pertumbuhan batang tanaman.
Hubungan diameter batang bibit kelapa sawit dengan pupuk organik cair adalah
linier dengan persamaan = 12,78 + 0,67 P, r = 0,99. Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 4 berikut dibawah ini.
26
20.00
18.00
16.00
= 12,78 + 0,67 P
r = 0,99
12.00
10.00
P0
P1
P2
27
20.00
18.00
16.00
12.00
10.00
N0
N1
N2
N3
Gambar 5. Hubungan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit (mm) dengan Pemberian
Pupuk Majemuk NPK (g).
Hubungan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk organik cair
terhadap diameter batang, dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.
= 13,84 + 0,03 N
r = 0,98
28
N0
Linear (N0)
N1
Linear (N1)
N2
Linear (N2)
16.00
10.50
N3
Linear (N3)
5.00
0
10
29
Tabel 3. Rataan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm) Pada Perlakuan Pupuk NPK dan
Pupuk Organik Cair Pada Umur 12 MST
Perlakuan
N0
Pupuk NPK
N1
Rataan
N2
N3
P0
P1
P2
31,33
36,59
41,89
34,47
43,02
35,61
32,69
43,42
35,49
35,55
35,61
45,77
Rataan
36,60
37,70
37,20
38,98
35,51 b
39,66 a
39,69 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok pada perlakuan yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh
nyata terhadap luas daun bibit kelapa sawit pada umur 12 MST namun ada
kecenderungan peningkatan luas daun. Hasil aplikasi pupuk tertinggi diperoleh pada
perlakuan N3 (30 g/polybag) yaitu 38,98cm, N1 (10 g/ polybag) yaitu 37,70 cm, dan
N2 (20 g/polybag) yaitu 37,20 cm.
Sedangkan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap luas daun bibit
kelapa sawit, hubungan luas daun bibit kelapa sawit dengan pupuk organik cair
adalah linier dengan persamaan = 34,53 + 0,618P, r = 0,87. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 7 di bawah ini.
30
41.00
38.00
= 34,53 + 0,618P
r = 0,87
35.00
32.00
29.00
P0
P1
P2
7.
Interaksi antara kedua perlakuan juga berpengaruh tidak nyata terhadap luas
daun bibit kelapa sawit, dimana kedua perlakuan saling menutupi dalam
mempengaruhi pertambahan luas daun.
4. Berat Kering Akar Tanaman
Data rataan berat kering akar tanaman bibit kelapa sawit terdapat pada
Lampiran 10, sedangkan hasil sidik ragam terdapat pada Lampiran 11.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh
nyata terhadap berat kering akar tanaman, tapi perlakuan pupuk NPK dan kombinasi
kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman.
31
Walaupun perlakuan NPK tidak berpengaruh nyata, ada kecendrungan berat kering
akar tanaman meningkat dengan peningkatan dosis perlakuanan..
Dari kedua faktor perlakuan pupuk NPK dan pupuk organik cair tersebut dapat
dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Rataan Berat Kering Akar Bibit Kelapa Sawit (g) Pada Perlakuan Pupuk
NPK dan Pupuk Organik Cair
.
Perlakuan
N0
Pupuk NPK
N1
Rataan
N2
N3
P0
P1
P2
1,93
2,40
2,30
2,02
2,12
3,63
2,14
2,42
2,27
2,05
2,49
2,47
Rataan
2,21
2,26
2,28
2,67
2,04 cC
2,36 bB
2,67 aA
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan yang
sama
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh
nyata terhadap berat kering akar tanaman,namun pupuk NPK dan interaksinya
berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar tanaman. Hal ini sesuai dengan
diketahuinya bahwa salah satu peranan pupuk organik cair dapat meningkatkan
pertumbuhan akar tanaman karena mengandung unsur hara yang lengkap seperti N.
Kombinasi kedua perlakuan tidak nyata meningkatkan pertumbuhan akar tanaman,
hal ini berarti kedua perlakuan saling menutupi untuk pertumbuhan akar tanaman
tersebut.
32
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
P0
P1
P2
= 2,037 + 0,063P
r = 0,99
Hubungan berat kering akar kelapa sawit dengan pupuk organik cair adalah linier
dengan persamaan = 2,037 + 0,063 P, r = 0,99, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 8. Hubungan Berat Kering Akar Kelapa Sawit (g) dengan Pemberian Pupuk
Organik Cair (ml/polybag).
33
b. Pembahasan
1. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Aplikasi Pupuk NPK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Tinggi tanaman terbaik terdapat pada
perlakuan N3 yaitu 45,26 cm diikuti dengan N2 (42,82 cm), N1 (43,10 cm), dan N0
(39,16 cm). Pada diameter batang perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan N3 yaitu
18,13 mm diikuti dengan N2 (17,39 mm), N1 (15,37 mm), dan N0 (13,70 mm). Hal
ini sesuai dengan di ketahui bahwa pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dimana
dalam satu pupuk mengandung beberapa jenis unsur hara yang di perlukan tanaman
dalam pertumbuhannya. Pupuk NPK berfungsi sebagai pupuk pelengkap yang dapat
membantu pertumbuhan tanaman dan berat tanaman, yaitu pada bagian vegetatif
seperti daun, batang dan akar tanaman. Disamping itu dalam tanaman Fosfor (P)
merupakan komponen penting dari Adenosin Trifosfat (ATP) yang berperan dalam
pembentukan asam nukleat (DNA dan RNA) serta merangsang pembelahan sel dan
membantu proses asimilasi dan respirasi pada pertumbuhan awal bibit tanaman (Sam,
Tamaluddin, 2004).
Selain itu sebelum aplikasi pupuk NPK pertumbuhan tinggi tanaman sudah
baik, sehingga unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK lebih mudah di serap
oleh tanaman, baik dari larutan tanah maupun dari komplek serapan (Setyamidjaya,
2006).
34
untuk
pertumbuhannya terutama tinggi tanaman. Selain sebagai penyedia unsur hara pupuk
35
organik cair ini juga dapat memperbaiki sifat - sifat tanah seperti fisik, kimia dan
biologi tanah. Oleh karena itu pupuk organik cair dapat mengefisiensikan penggunaan
pupuk kimia yaitu melalui dua tahap mekanisme antara lain dapat menambah unsur
hara dan memperbaiki sifat tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman
(Anonimus, 2014).
Disamping diketahui bahwa pupuk organik cair mengandung unsur hara N yang
berperan dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dimana Nitrogen
digunakan untuk pembentukan protein, asam nukleat, hormon tumbuh, vitamin dan
senyawa organik yang digunakan untuk penyusun organ tanaman. Pada sifat fisik
pupuk organik cair dapat memperbaiki struktur tanah sehingga membantu akar dalam
menyerap unsur hara dari tanah dan dapat memperbaiki kemampuan tanah dalam
mengikat air, pada sifat kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dan anion
tanah dan pada sifat biologi dapat meningkatkan aktifitas mikroba yang telah
terdekomposer didalam tanah (Novizan, 2000).
3. Kombinasi NPK dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit
Kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan
diameter batang. Pada tinggi tanaman kombinasi terbaik terdapat pada kombinasi
perlakuan P2N3 yaitu 50,58 cm. Diameter batang terbaik terdapat pada kombinasi
perlakuan P2N3 yaitu 25,07 mm. Hal ini berarti pupuk organik cair pada saat ini
dapat mempercepat proses pelarutan unsur hara yang ada dalam tanah menjadi
tersedia sehingga tanaman mudah menyerapnya, terutama unsur hara N, P dan K yang
36
diperlukan untuk pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang. Kedua perlakuan
saling mendukung dalam mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang bibit
kelapa sawit. Sedangkan pada parameter luas daun dan berat kering akar tanaman
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dngan kombinasi kedua perlakuan,hal ini
disebabkan pada saat ini kedua perlakuan saling menutupi dalam mempengaruhi luas
daun dan berat kering akar tanaman.
37
dalam
melakukan
pembibitan
kelapa
sawit
sebaiknya
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PTPN IV. Bah Jambi.
Astianto, A., 2012. Pemberian Berbagai Dosis Abu Boiler Pada Pembibitan Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Pembibitan Utama (Main Nursery). Skripsi.
UNRI. Riau.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y, E., Satyawibawa, I dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit,
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya; Jakarta.
Hasibuan, B. E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara; Medan.
Jamilin, 2011. Pengaruh Pemberian Kombnasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.).
Skripsi. USU. Medan.
Khaeruddin, 1999. Kelapa Sawit. Teknik Budidaya Tanaman Perkebunan. Sinar.
Medan.
Lingga, B. 1984. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 65
77.
Lubis, A. U., 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS RISPA,
Medan.
Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Martoyo, K dan M. M. Siahaan, 1995. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit.
Kumpulan Makalah Temu Lapangan Budidaya Sawit. Pusat Penelitiian Kelapa
Sawit, Medan.
Purnomoshidi, 2002. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Andalas. Padang.
Risza, S., 1997. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius;
Yogyakarta.
39
Risza, s., 1994. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius.
Jakarta. Hal 66.
Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Senardi, 2003. Industri Kelapa Sawit, Agromedia Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Pengolahannya.
Penerbit PT. Perkebunan VI, Medan.
Sianturi, H.S.D,. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sutedjo, M. M., 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal 23
26.
Syakir, M., 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Aska Media. Jakarta.
Syamsulbahri., 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM-Press;
Yogyakarta.
Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran, Cetakan XII, Penebar Swadaya; Jakarta.
Williams. 1987. Tree and Field Crops of the Wetter Regions of the Tropics. British
Library Cataloguing; Inggris.
40
I
P2N0
II
P0N3
P1N3
P2N3
P1N3
P2N3
P2N0
P2N0
P0N3
P1N3
P0N0
P0N2
P1N0
P1N0
P2N2
P0N0
a
P0N3
b
P0N2
P0N0
P2N2
P2N2
P1N0
P0N2
P1N2
P2N1
P1N1
P1N1
P0N1
P1N2
P0N1
P1N1
P2N1
P2N1
P1N2
P0N1
Keterangan
= a
= b
41
Keterangan :
Tiga tanaman dalam setiap plot dan polybag berwarna putih di atas
menunjukkan tanaman sampel, jarak antara tanaman 10 cm.
42
Lampiran 3. Rangkuman Uji Beda Rataan Uji Pupuk Organik Cair dan Pupuk Majemuk
Perlakuan
Tinggi
Tanaman
Diameter
Batang
Luas
Daun
Berat
Kering
(cm)
X
Notasi
5% 1%
(mm)
X
Notasi
5% 1%
(cm2)
X
Notasi
5% 1%
Akar(g)
x
P0
37.00
cC
12.90
cC
33.51
2.04
P1
43.83
bB
15.91
bB
39.66
2.36
P2
46.92
aA
19.63
aA
39.69
2.67
N0
39.16
dD
13.70
dD
36.60
2.21
N1
43.10
bB
15.37
bB
37.70
2.26
N2
42.82
cC
17.39
cC
37.20
2.28
N3
45.26
aA
18.13
aA
38.98
2.67
P0N0
32.48
iI
9.78
jJ
31.33
1.93
P0N1
37.15
hH
14.44
hH
34.47
2.02
P0N2
38.05
gG
14.66
hH
32.69
2.14
P0N3
40.32
eE
12.73
iI
35.55
2.05
P1N0
39.72
fF
15.40
fF
36.59
2.40
P1N1
46.65
bB
15.15
gG
43.02
2.12
P1N2
44.08
dD
16.49
dD
43.42
2.42
P1N3
44.88
dD
16.60
cC
35.61
2.49
P2N0
45.28
cC
15.91
eE
41.89
2.30
P2N1
45.50
cC
16.53
cC
35.61
2.63
P2N2
46.32
bB
21.02
bB
35.49
2.27
P2N3
50.58
aA
25.07
aA
45.77
3.47
KK (%)
2.96
16.89
15.97
Pupuk NPK
Interaksi
7.01
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kelompok perlakuan yang sama
berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak
bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata
43
44
45
46
47
No
Jenis Analis
1.
pH (H2O)(Elektrometri)
5.37
Agak masam
2.
1.18
Rendah
0.12
Rendah
16.33
Sedang
5
K -dd (me/100g) (NH4O/K PH 7)
0.13
R endah
_____________________________________________________________________
Sumber : Hasil Analisis Tanah Labolatorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanaian UISU
Medan, No 11/Lab/11/2014, Tanggal 24 Februari 2015.
Diketahui oleh
48
49