Anda di halaman 1dari 18

ROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG
i

2015

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul

Makalah

Asuhan Kebidanan V Komunitas tentang Aplikasi Epidemiologi dalam Kebidanan dengan baik.
Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Madkhan Anis, S.Kep,Ns, selaku ketua STIKes Muhamadiyah Gombong, yang telah
memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan di sekolah ini.
2. Ibu Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT.,MPH, selaku ketua program studi DIII Kebidanan di STIKes
Muhamadiyah Gombong, yang telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan mendapatkan
pengetahuan di sekolah ini.
3. Bapak Sarwono, S.KM, selaku dosen pembimbing yang telah memandu kami dalam penulisan
laporan ini.
4. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah
yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu
pengetahuan, baik di Stikes Muhammadiyah Gombong maupun lingkungan masyarakat.
Kebumen, 27 Juli 2015
Penyusun

ii

DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................1
D. Manfaat................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian..............................................................................................................3
B. Tujuan 3
C. Manfaat..................................................................................................................4
D. Terjadinya Masalah Kesehatan..............................................................................4
E. Faktor resiko dalam Pelayanan Kebidanan............................................................5
F. Ukuran Epidemiologi.............................................................................................6
G. Surveilans Epidemiologi........................................................................................6
H. Tahap-tahap Pendekatan Epidemiologi.................................................................7
I. Epidemiologi Informasi..........................................................................................7
J. Ukuran Frekuensi....................................................................................................8
K. Angka Mutlak dan Rate.........................................................................................9
L. Episode, Orang, atau Kunjungan.........................................................................10
M. Definisi Kasus.....................................................................................................11
N. Indikator Kesehatan.............................................................................................11
O. Prinsip-prinsip Demografi...................................................................................12
P. Angka-angka Kependudukan................................................................................13
BAB III KASUS
A. Kasus

15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................17
B. Saran 17
iii
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit
serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang baik, oleh karena itu pelayanan
kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan (Health Needs) dari
masyarakat, namun dalam praktek sehari-hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal.
Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan
yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam
sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam, untuk
mengatasinya telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan
dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Hal ini kemudian
dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi, penyebaran dan faktor- factor yang
mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu
cabang ilmu khusus yang disebut dengan epidemiologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan?
2. Apa tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan?
3. Bagaimana terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan?
4.

Bagaimana cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan


komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2. Mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.
1
Mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.

4.

Mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan


komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana
penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti:epi yaitu tentang,
demos artinya masyarakat, dan logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi secara bebas diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara masyarakat atau ilmu
yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya
kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan
peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan (Slamet, 2007).
B. Tujuan
Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu
selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.
1. Tujuan Umum
a. Meneliti populasi manusia, namun sekarang metodenya berlaku juga bagi peneliti lain-lain
populasi.
b. Mengendalikan wabah saja, yakni dalam arti epidemologi yang sangat sempit hanya
menyangkut penyakit menular.
2. Tujuan Khusus
a. Memformasikan hipotesa yang menjelaskan pola distribusi penyakit yang ada atas dasar
karakteristik waktu, tempat, host dan agent potensial.
b. Menguji hipotesa dengan menggunakan penelitian yang dirancang secara khusus untuk
dapat mengungkapkan penyebab penyakit.
c.
3
Mneguji validitas konsep pengendalian penyakit dengan menggunakan data epidemologis
yang dikumpulkan sehubungan dengan program tersebut.
d. Membantu membuat klasifikasi penyakit atas dasar penelitian etiologis.
e. Mengungkapkan perjalanan suatu penyakti untuk menentukan prognosis penyakit. (Slamet,
2007)
C. Manfaat
1. Mempelajari riwayat penyakit.
2. Diagnosis masyarakat.
3. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi
kelompok maupun populasi.
4. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian.
5. Melengkapi gambaran klinis.
6. Identifikasi sindrom.
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit.
D. Terjadinya Masalah Kesehatan
Menggunakan paradigma epidemologi klasik yang menganggap terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan sebagai hasil akhir interakis antara penjamu, agen dan lingkungan yaitu:

1. Penjamu (Ibu Hamil)


Faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta
perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, yaitu:
a. Faktor keturunan
Dalam dunia kebidanan banyak penyakit yang dapat diturunkan seperti alergis, kelainan
jiwa dan lain-lain
b. Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka segala penyakit bisa diatasi.
c. Umur
Pada ibu hamil primigravida <20 tahun rentan terhadap abortus, karena system reproduksi
belum matang.
d. Jenis kelamin
e. Ras
f. Status perkawinan
g. Pekerjaan
h. Kebiasaan hidup
2. Agen (Hasil Konsepsi)
Janin atau fetus yang ada dalam kandungan ibu hamil.
3. Lingkungan
Lingkungan sosial kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil.
E. Faktor-faktor Resiko dalam Pelayanan Kebidanan
Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu hamil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kategori,
yaitu:
1. Faktor Reproduksi
a. Usia
Umumnya usia wanita hamil normalnya 20-35 tahun.
b. Paritas
Semakin tinggi paritas maka semakin tinggi resiko komplikasinya.
c. Kehamilan tak di inginkan
KTD bisa memungkinkan bagi calon orang tua untuk melakukan terminasi, sehingga
mengakibatkan berbagai komplikasi.
2. Faktor-Faktor Resiko Kehamilan
a. Perdarahan pada abortus spontan
b. Kehamilan ektopik
c. Perdarahan pada kehamilan TM III
d. Perdarahan post partum
e. Infeksi nifas
f. Gestosis
g. Distosia bahu
h. Abortus provokatus
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b. Asuhan medis kurang baik
c. Kekurangan tenaga kesehatan yang ahli dan obat-obatan esensial
d. Faktor-faktor sosial budaya
e. Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan
f. Kebodohan atau ketidaktahuan
g. Status wanita yang rendah
h. Pantangan makanan tertentu pada ibu hamil
F. Ukuran Epidemologi

Secara Subtantif menurut peristiwa yang dipelajari, ukuran epidemologi dibedakan


atas ukuran fertilitas ( peristiwa kelahiran ), ukuran morbiditas, dan ukuran moralitas,
sedangkan berdasarkan aspek statistic yang dievaluasi, ukuran epidemiolohi dibedakan atas
ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.
1. Kasus insiden dan prevalens
Kasus insiden adalah kasus baru yang didapatkan selama periode tertentu, sedangkan kasus
prevalens adalah jumlah kasus (lama) yang ada pada satu titik waktu pengamatan tertentu.
2. Moralitas
Death risk dan death rate menyatakan tingkat kematian secar umum tanpa memandang
sebab kematian, biasanya digunakan untuk populasi atau kelompok berukuran besar.
G. Surveilans Epidemiologi
Surveilans adalah proses pengumpulan, analisi, interpretasi dan penyebaran
informasi deskriptif secara kontinu dan sistematik untuk pemantauan masalah kesehatan.
Sistem surveilans adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan dapat
berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang local sampai dengan internasional. Tujuan
surveilans:
1. Epidemiologi deskriptif masalah kesehtan
Sasaran utama disini adalah pemantauan trend.
2. Kaitan dengan pelayan kesehatan
Ditingkat komunitas, surveilans acap kali merupakan bagian integral penyampaian
pelayanan preventif dan terapiutik atau pun profilaksisnya dapat diberikan.
3. Kaitan dengan penelitian
Data surveilans saja umumnya tidakcukup rinci bagi penelitian, namun dapat member
arahan bagi peneliti untuk malakukan penyelidikan lebih lanjut.
4. Evaluasi intervensi
Evaluasi efek intervensi bersifat kompleks, namun evaluasi berskala penuh sering tidak
layak dikerjakan.
5. Proyeksi
Data pemantauan trend dibutuhkan oleh perencana untuk mengantisipasi kebutuhan
pelayanan kesehatan diwaktu mendatang.
6. Pendidikan dan kebijakan kesehatan
Dengan penyebar luasan secara efektif, data survailans dapat dimanfaatkan pula oleh public,
media dan pemimpin politik.
H. Tahap- tahap Pendekatan Epidemiologi
1. Epidemiologi deskriptif
Tahap ini mempertanyakan:
a. Apakah yang menjadi masalah?
b. Berapakah besar masalahnya?
c. Siapakah yang terkena, dimana dan bilamana
Jadi, menurut definisi diatas tahap ini berhubungan dengan frekuensi dan distribusi atau
masalah kesehatan.
2. Epidemiologi analitik
Tahap ini menganalisa sebab- sebab, atau factor- factor penentu (determinants) dengan cara
menguji hipotesis- hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti:
a. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit itu?
b. Mengapa kejadian itu masih terus berlangsung?
I. Epidemiologi dan Informasi
Epidemiologi berkaitan erat dengan informasi. Informasi ini dibutuhkan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program- program kesehatan. Jenis- jenis data yang

dibutuhkan untuk menyediakan informasi tersebut dapat difikirkan dengan menjawab


serangkaian pertanyaan berikut:
APA
SIAPA

Yang menjadi masalah kesehatan?


Yang terkena: distribusinya menurut umur, jenis

DIMANA

kelamin, pekerjaan, pendidikan dsb?


Masalah itu terjadi: menurut tempat tinggal, tempat

KAPAN
BAGAIMANA

kerja dsb?
Masalah itu terjadi: menurut hari, bulan, musim dsb?
Masalah itu terjadi: keadaan khusus, vector, sumber

MENGAPA
LALU, APA

penularan, kelompok rentan, factor- factor penentu lain?


Masalah itu terjadi: mengapa masih berlanjut terus
Tindakan intervensi yang telah dilakukan berdasarkan
informasi yang ada, dan bagaimana keberhasilannya?
Apakah telah terdapat peningkatan kesehatan?

J. Ukuran frekuensi
Dua jenis ukuran frekuensi penyakit yang paling sering digunakan adalah insidens dan
prevalens. Perbedaan antara kedua ini perlu diketahui dengan jelas.
1. Insidens
Mengukur terjadinya kasus baru selama suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
Ukuran ini merupakan petunjuk yang terbaik mengenai kecenderungan dari suatu masalah
kesehatan, apakah masalah itu meningkat, menurun atau tetap sama. Oleh karena itu
merupakan juga ukuran yang terbaik mengenai keberhasilan suatu program kesehatan.
Ukuran ini digunakan dalam system surveilans dan untuk menganalisis pemanfaatan sarana
pelayanan kesehatan.
Contoh: jumlah kelahiran dan kematian selama setahun, jumlah kasus tetanus neonatrum
yang ditemukan selama setahun, jumlah kunjungan pertama ibu hamil ke klinik KIA selama
sebulan, jumlah kasus baru tuberculosis baru yang berobat selama setahun dan sebagainya.
2. Prevalens
Mengukur jumlah kasus yang aktif/ ada pada suatu titik waktu tertentu, biasanya pada suatu
hari tertentu. Mungkin lebih sulit untuk menafsirkan prevalens daripada insidens oleh
karena prevalens merupakan paduan antara insidens dan rata- rata lamanya suatu penyakit
berlangsung (duration).
Contoh: jumlah penderita tuberculosis baru yang terdaftar pada awal bulan, atau jumlah
tempat tidur rumah sakit yang terisi setiap hari.
Prevalens sangat berguna untuk mengukur penyakit yang bersifat kronis, sedangkan
insidens berguna untuk penyakit yang berlangsung relative singkat, seperti (campak, diare,
pneumonia). Survey cross-sectional biasanya berguna untuk mengukur prevalens penyakit

kronis seperti kusta atau tuberculosis paru. Dalam keadaan yang stabil, insidens dan
prevalens berhubungan menurut rumus:
Prevalens = insidens x rata-rata lama penyakit
Maka untuk penyakit kronis, insidennya per tahun akan jauh lebih rendah daripada
prevalensnya.
Contoh: angka prevalens tuberculosis paru biasanya berkisar antara 0.5% - 10% (atau 5
10 kasus per 1000 penduduk), dan rata- rata lama penyakit yang tidak diobati adalah 4 5
tahun. Ini berarti angka insidens kasus baru tuberculosis paru adalah antara 0.1 0.2 %
(atau 1 -2 kasus per 1000 penduduk). Di daerah yang mempunyai system penemuan dan
pelaporan kasus tuberculosis paru yang baik, angka insidens dapat digunakan. Tetapi di
daerah yang sistemnya tidak dapat memberikan data yang dapat dipercaya, mungkin perlu
dilakukan survey-sectional untuk memperoleh angka prevalens.
K. Angka Mutlak dan Rate
Insidens dan prevalens dapat disajikan sebagai angka mutlak atau dihitung sebagai
rate angka insidens atau angka prevalens. Data yang tersedia biasanya merupakan angka
mutlak, dan ini biasanya yang dilaporkan dalam laporan rutin, dimana populasi yang
terancam dapat dianggap stabil menurut tempat dan waktu yang terbatas.
Melihat kecenderungan dalam waktu, atau membandingkan frekuensi penyakit pada
beberapa kelompok penduduk, atau beberapa daerah maka penggunaan angka mutlak dapat
menyesatkan. Besar populasi dan distribusi umur pada kelompok- kelompok yang hendak
dibandingkan perlu diperhitungkan, untuk itu insidens atau prevalens penyakit perlu
ditanyakan sebagai rate (angka insidens atau angka prevalens). Angka insidens atau angka
prevalens sebagai pembilang (numerator) dengan jumlah penduduk terancam sebagai
penyebut (denominator). Penduduk yang terancam ini mungkin adalah seluruh penduduk
diwilayah kabupaten, atau penduduk diwilayah tertentu saja yang lebih kecil, atau penduduk
pada golongan umur tertentu saja dsb.
Contoh:
1. Di kabupaten A yang berpenduduk berjumlah 200.000 orang, dilaporkan sebanyak 40 kasus
baru tuberculosis paru selama tahun 1989. Maka angka insidens tuberculosis paru di
kabupaten tersebut dalam tahun 1989 adalah: Insidens rate = 40 / 200.000
= 0.2 kasus per 1000 penduduk per tahun.
2. Di kabupaten tersebut pada akhir tahun 1989 tercata sebanyak 250 orang penderita
tuberculosis paru yang berobat. Maka angka prevalens tuberculosis paru pada akhir tahun
1989 adalah:
Prevalens rate = 250 / 200.000
= 0.2 kasus per 1000 penduduk.
L. Episode, Orang, atau Kunjungan

Sangat penting untuk membedakan apakah yang dihitung itu orang, episode atau
kunjungan. Untuk penyakit seperti ISPA dan diare, seseorang dapat mengalami lebih dari
satu kali episode (kejadian) dalam setahun. Untuk setiap kejadian ia dapat dating berobat
lebih dari satu kali pula. Dipihak lain, seorang penderita tuberculosis paru akan dihitung
sebagai satu orang dan satu episode, tetapi mungkin berkunjung sampai 12 kali selama
setahun.
Mengetahui proporsi penduduk yang menderita suatu penyakit kronis, kita harus
menggunakan

jumlah

orang

yang

sakit.

Untuk

menilai

keberhasilan

program

penanggulangan malaria, kita harus menggunakan jumlah episode (kejadian) baru yang
terjadi selama (biasanya) satu tahun. Jika kita ingin meneliti pemanfaatan sarana pelayanan
kesehatan, kita harus menggunakan jumlah kunjungan, baik kunjungan baru maupun
ulangan.
M. Definisi Kasus
Suatu kasus didefinisakn adalah sangat penting. Hal ini sering kali kurang atau
malah sama sekali tidak diperhatikan. Daftar penyakit yang ada dalam formulir laporan
bulanan tidak disertai definisi kasus yang tegas. Pengisiannya terserah pada pertimbangan
dokter atau perawat yang memeriksa, atau malah terserah petugas R/R yang bertanggung
jawab mengisinya. Misalnya saja, penyakit ISPA dan influenza sering dicampur adukkan,
sedangkan penyakit tukak lambung yang sering didiagnosa tidak jelas batasannya. Apa yang
disebut kasus demam berdarah dengue (DBD) mungkin ditafsirkan secara berbeda dari satu
puskesmas ke puskesmas lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini tentu saja akan
sangat menyulitkan pembandingan.
Data yang satu dapat dibandingkan dengan data yang lain, perlu dibuat definisi
kasus yang jelas, dan definisi yang telah dibuat itu perlu ditaati oleh semua orang yang
membuat diagnose tanpa kecuali. Contoh: kasus malaria klinis perlu didefinisikan secara
jelas, begitu pula kasus malaria definitive (confirmed) yang didukung dengan pemeriksaan
sediaan darah untuk beberapa penyakit tertentu perlu dibuat 2 atau 3 kriteria diagnostic:
1. Diagnostic klinis dan diagnostic pasti (dengan dukungan pemeriksaan laboratorium).
2. Possible case, probable case dan confirmed case.
Sudah tentu agar dapat dibandingkan satu daerah dengan daerah lain, criteria ini harus
secara nasional, bahkan secara international.
N. Indikator Kesehatan
Indicator kesehatan adalah ukuran yang dipilih dan dipakai untuk:
1. Menganalisa kasus yang ada
2. Membuat perbandingan
3. Mengukur kecenderungan dalam batas waktu
O. Prinsip-prinsip Demografi

Informasi mengenai demografi pada umumnya diperoleh dari sensus penduduk yang
diadakan setiap sepuluh tahun. Sensus yang terakhir di Indonesia diadakan pada tahun 1990.
Disebuah kabupaten yang berpenduduk 200.000 jiwa di Negara berkembang, distribusi
penduduk menurut kelompok umur mungkin akan terlibat sebagai berikut:
Table 1: Distribusi Penduduk Menurut Umur
di Kabupaten Negara Berkembang
KELOMPOK UMUR

PROPORSI (%)

POPULASI

(TAHUN)
1
14
5 14
15 44
45 +
JUMLAH

4
14
26
43
13
100

8.000
28.000
52.000
86.000
26.000
200.000

Proporsi bayi dibawah 12 bulan biasanya berkisar 3 4 % dari penduduk seluruh,


proporsi anak usia 0 4 tahun berkisar antara 18 20 % (seperlima), dan proporsi anak usia
0 14 tahun berkisar antara 40 44 % (dua-perlima), apabila tingkat kesuburan masih
tinggi. Apabila program KB telah menunjukkan dampak, maka proporsi- proporsi itu akan
lebih kecil. Wanita usia subur (15b- 44 tahun) berkisar antara 20 22 % (seperlima).
Pedoman kasar ini dapat dipakai untuk memperoleh perkiraan apabila data yang benar tidak
dapat diperoleh.
Kepadatan penduduk dinyatakan dalam jumlah rata- rata penduduk per km 2.
Kepadatan penduduk ini dapat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain dalam
kabupaten. Pengetahuan tentang kepadatan penduduk ini penting dalam perencanaan
pelayanan kesehatan, terutama dalam merencanakan pembangunan puskesmas atau
puskesmas pembantu yang baru, dan dalam menilai akses dan cakupan berbagai program
kesehatan.
P. Angka-angka Kependudukan
1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate CBR)
Jumlah kelahiran setahun x 1000 jumlah penduduk pada pertengahan tahun
CBR di daerah yang tingkat kesuburannya masih tinggi dapt mencapai 45 per 1000
penduduk, apabila tingkat kesuburan telah turun, CBR dapat mencapai 20 per 1000
penduduk. Dengan mengetahui CBR, dapat diperkirakan kelahiran yang akan terjadi selama
setahun.
2. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate CDR)

Jumlah Kematian Setahun x 1000 Jumlah Penduduk pada Pertengahan Tahun


CDR berkisar antara 10 20 per 1000 penduduk
3. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate IMR)
Jumlah Kematian Bayi 1 Tahun dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada
Tahun Tersebut
IMR dianggap sebagai indicator yang sensitive bagi derajat kesehatan suatu masyarakat.
Sebagian besar kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupan, kematian pada masa
itu disebut kematian neonatal. Angka- angka diatas biasanya diperoleh dari sensus
penduduk atau dari survey- survey khusus yang diadakan untuk itu.
4. Angka Kematian Ibu Hamil / Bersalin (Maternal Mortality Rate MMR)
Jumlah Kematian Ibu Hamil/Bersalin dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup
pada Tahun Tersebut
Angka ini sering diabaikan, oleh karena dianggap terlalu kecil. Di Negara berkembang
bisanya berkisar antara1 5 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Di kabupaten yang
berpenduduk 200.000 orang dengan CBR 40 per 1000 dapat diperkirakan akan terjadi 8
40 kematian ibu hamil / bersalin per tahun. Dalam hal ini lebih penting diketahui angka
mutlaknya daripada ratenya karena jumlahnya sangat kecil. Di Negara-negara maju MMR
berkisar sekitar 5 per 100.000 kelahiran, berarti 100 kali lebih kecil dibandingkan dengan
berkembang.

BAB III

KASUS
Di kabupaten A yang berpenduduk 200.000 jiwa, 4% diantaranya adalah bayi usia 1 tahun
(8000 bayi). Rencana program imunisasi adalah memperbaiki cakupan DPT 3 tahun lalu
(30%) sehingga mencapai cakupan nasional sebesar 45%. Maka target bayi untuk DPT 3
tahun ini adalah 0.45% x 8000 = 3600 bayi. Target ini sebulan adalah 3600 : 12 = 300 bayi.
Cakupan DPT 3 selama 6 bulan pertama adalah: januari 310, februari 300, maret 280, april
240, mei 200, juni 170.
Bila diakumulatifkan maka:

15

Bulan

Cakupan bulanan

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

310
300
280
240
200
170

Cakupan
kumulatif
310
610
890
1130
1330
1500

Selama 6 bulan pertama rata- rata cakupan adalah 250 bayi sebulan. Dari grafik terlihat
bahwa pada bulan- bulan pertama program berjalan sebagaimana diharapkan, tetapi
kemudian turun dibawah target. Hal ini menunjukkan perlunya dikaji sebab- sebab mengapa
program tidak

berjalan

sebagaimana

diharapkan. Alternatifnya

adalah

mencoba

meningkatkan kegiatan dan menetapkan target bulanan yang baru (350 bayi/ bulan) atau
memutuskan bahwa target semula adalah ambisius, dan secara realistis menurunkan target
menjadi 250 /bulan, yang berarti 3000 /tahun, sama dengan cakupan sekitar 38%. Ini sudah
merupakan perbaikan dari hasil tahun lalu, tetapi masih kurang dibandingkan dengan
cakupan nasional tahun lalu.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemologi merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara
masyarakat atau ilmu yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan
mencegah terulangnya kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi
serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan.
Pelayanan kebidanan mengkaji distribusi dan determinan peristiwa morbiditas dan
moralitas yang terjadi dalam pelayanan kebidanan. Dimana pelayanan kesehatan dinyatakan
sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat.
Pelayana kesehatan dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan
terjangkau seluruh masyarakat. Didalamnya termasuk pelayana kesehatan ibu, yang
berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
pelayanan KIA, BBL, Nifas, KB dan pelayanan komplikasi.

17

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono


Bari, Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan bina pustaka
Slamet. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Diposkan oleh Dwi Nugraheni Nunik di 15.30
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2015 (8)
o Agustus (8)

Makalah PWS KIA

Kemitraan Dukun Bayi

Pelatihan dukun bayi

Makalah Desa Siaga

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) KEGIATAN


PENYUL...

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) INFEKSI SALURAN


PER...

APLIKASI EPIDEMIOLOGI DALAM KEBIDANAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN V KOMUNITAS TENTANG


SURV...

2014 (20)

2013 (8)

Mengenai Saya

Dwi Nugraheni Nunik


Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai