Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM BLACKBERRY MESSENGER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik

Disusun oleh :
Nama : Anisa Sholehah
Nim

: 2222111284

Kelas 5 B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya kami dapat menyelesaikan penelitian sederhana dengan judul Analisis Campur
Kode dalam Blackberry Messenger sebagai tugas mata kuliah Sosiolinguistik.

Peneliti menyadari bahwa penelitian sederhana ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan penelitian sederhana ini.
Akhir kata, peneliti sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan penelitian sederhana ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Serang, 14 Desember 2013

Peneliti

DAFTAR ISI
KATA PENGNATAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
1.4 Fokus Penel..........................................................................................................2
BAB II LANDASAN ACUAN TEORI...............................................................................3
2.1 Hakikat Campur Kode.........................................................................................3
2.2 Hakikat Blackberry Messenger............................................................................5

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................6


3.1 Metode Penelitian................................................................................................6
3.2 Teknik Pengumpulan data....................................................................................6
3.3 Data dan Sumber Data.........................................................................................7
BAB V HASIL PENELITIAN.............................................................................................8
4.1 Analisis campur Kode dalam Blackberry Messenger.........................................8
BAB VI PENUTUP..............................................................................................................13
5.1 Kasimpulan.........................................................................................................13
5.2 Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya yaitu Bahasa
Indonesia. Segala bentuk kegiatan manusia disertai oleh bahasa. Manusia berkomunikasi dengan
bahasa, begitu juga ketika menyampaikan berita, bahasa harus singkat, padat, dan jelas. Ketika
kita berbicara dengan siapapun dan dalam situasi apapun tentunya yang digunakan adalah bahasa
dan sesuai. Dewasa ini, manusia biasanya mengusai lebih dari satu bahasa. Pada umumnya
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa Indonesia digunakan
secara nasional, sedangkan bahasa daerah digunakan untuk keperluan yang bersifat kedaerahan.
Dalam masyarakat yang seperti ini, kontak bahasa mengakibatkan terjadinya beberapa kasus
yang disebut interferensi, integrasi, alihkode, dan campur kode. Keempat peristiwa ini gejalanya
sama, yaitu adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang digunakan tetapi konsep masalahnya
tidak sama.
Salah satu kasus di atas yang akan dibahas di sini adalah campur kode. Campur kode adalah
dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan ; dan biasanya terjadi dalam situasi santai.
Kalau dalam situasi formal terjadi juga campur kode, maka biasanya karena ketiadaan ungkapan
yang harus digunakan dalam bahasa yang sedang dipakai (Chaer, 2007 : 69).

Campur kode bukan hanya terjadi pada saat berkomunikasi secara lisan, tapi terjadi juga saat
berkomunukasi melalui ragam tulis. Seperti yang telah kita ketahui, dengan kemajuan teknologi
di era modern ini, semakin bertambah pula alat komunikasi yang canggih. Salah satunya yaitu
dengan adanya telpon seluler blackberry. Kini hampir dari semua jenis kalangan masyarakat
menggunakan blackberry atau anroid yang didalamnya terdapat BBM (blackberry mesenger).
Pada blackberry messenger, seseorang banyak menuliskan hal-hal yang mereka pikirkan atau
kegiatan-kegiatan yang mereka alami. Disamping itu, walaupun zaman telah modern dan
teknologi semkin canggih, tapi kebahasaan daerah masing-masing mereka tetap tidak bisa
dihilangkan.

Sehingga pencampuran antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia banyak

ditemukan. Dengan adaya hal tersebut, peneliti melakukan penelitian sederhana mengenai
analisis campur kode pada blackberry messenger.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubung dengan penjelasan di atas. Maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
yaitu penelitian yang difokuskan pada analisis campur kode. Dalam penelitian ini, peneliti telah
merumuskan masalah yang akan menjadi bahan kajian pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.
2.

Adakah campur kode dalam blackberry messenger ?


Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan campur kode dalam

3.

blackberry messenger ?
Bagaimana campur kode yang berada dalam blackberry messenger ?
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai,
demikian pula dengan penelitian ini. Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui keberadaan campur kode dalam blackberry messenger ?
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab campur kode dalam blackberry messenger?
3. Untuk menganalisis campur kode yang berada dalam blackberry messenger ?
1.4 Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti oleh peneliti,
dalam makalah sederhana ini penelitian berfokus kepada campur kode yang berada dalam
blackberry messenger yang dipilih secara random.

BAB II
LANDASAN ACUAN TEORI
2.1 Hakikat Campur Kode
Campur kode (code mixing) merupakan masalah dalam masyarakat yang multilingual.
Peristiwa campur kode disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Indonesia. Campur
kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam
situasi santai (Chaer, 1994: 69). Gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur
kode. Campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi
dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut
hanyalah berupa serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode.
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa
secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya
berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti: latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa
keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa
terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,
sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.
Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).
Menurut Thelander, apabila dalam suatu periswa tutur klausa atau frasa yang digunakan
terdiri atas kalusa atau frasa campuran (hybrid cluases/hybrid phrases) dan masing-masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsinya sendiri disebut sebagai campur kode.
Faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi wujud campur kode adalah perubahan
topik pembicaraan, hadirnya penutur ketiga, kebiasaan, kekakuan, untuk membangkitkan rasa
humor, dan untuk sekedar bergengsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan campur kode yaitu bilingualitas/multilingualitas, penutur ingin memberikan rasa
hormat terhadap sesamanya, adanya ketergantungan terhadap bahasa ibu, keinginan untuk
bersikap rendah hati, dan bahasa yang digunakan oleh guru tidak memiliki ungkapan untuk
konsep yang akan diungkapkannya.

Diantara sesama penutur yang bilingual atau multilingual, sering dijumpai suatu gejala
yang dapat dipandang sebagai suatu kekacauan atau inferensi berbahasa (performance
interference). Fenomena in berbentuk penggunaan unsure-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam
satu kalimat atau bahasa wacana lain. Kita namai gejala ini campur kode (code mixing). Dengan
demikian campur kode dapat didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari satu bahas atau kode
dalam satu wacana menurut pola-pola yang msih belum jelas. (Nababan dalam Arthur Yap,
1978 : 125). Di Filipina gejala ini dikenal sebagai halo-halo dan mix-mix, yakni campuran
antara bahasa Inggris dengan salah satu bahasa daerah di Filipina. Di Indonesia dikenal bahasa
gado-gado, yang diibaratkan sebagai sajian gado-gado, Yakni campuran dari bermacammacam sayuran. Dengan bahasa gado-gado dimaksudkan penggunaan bahasa campuran antara
bahasa Indonesia dengan salah satu bahasa daerah.
Kesamaan yang ada antara alih kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa
atau lebih atau variasi dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Banyak ragam pen dapat
mengenai beda kedunnya. Namun, yang jeas kalau dalam alih kode setiap bahasa atau ragam
bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonom masing-masing. Dilakukan
dengansadar, dan sengaja dengan seba-sebab tertentu seperti yng sudah dubicarakan. Sedangkan
didalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan digunakan dan
memiliki fungsi dan keotonomiannya. Sedangkan kode-kode yang terlibat dalam peristiwa
tuturnya itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian
sebuah kode. Seorang penutur misalnya, yang dalam berbahasaindonessia banyak menyelipkan
serpihan-serpihan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan vampur kode. Akibatnya,
akan muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan (kalau bahasa daerahnya adalah
bahasa jawa dan bahasa sunda) .
Thelander (1976:103) mencoba menjelaskan perbedaan alih kode dan campur kode.
Katanya, bila didalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan
terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi
adalah campur kode bukan alih kode. Dalam hal ini menurut Thelander selanjutnya, memanga
ada kemungkinan terjadinya perkembangan dari campur kod ke alih kode. Perkembangan ini,
misalnya dapat dilihat kalau ada usaha untuk mengurangi kehibridan klausa-klausa atau frasa-

frasa yang digunakan, serta memberi fugsi-fungsi tertentu sesuai dengan keotonomian bahasanya
maing-masing.
Fasold (1984) menawarkan kriteria gramatikal untuk membedakan campur kode dan alih
kode. Kalau seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa, dia telah melakukan
campur kode. Tetapi apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatika satu bahasa, dan
klausa berikutnya disusun menurut struktur gramatika bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi
adalah alih kode. Untuk menjelaskan keterangannya itu Fasold memberikan contoh campuran
bahasa spanyol dan bahasa inggris yang diangkat dari Labov (1971:45 7).
2.2 Hakikat Blackberry Messenger
BlackBerry Messenger, disingkat BBM, adalah aplikasi pengirim pesan instan yang
disediakan untuk para pengguna perangkat BlackBerry. Aplikasi ini mengadopsi kemampuan
fitur atau aktivitas yang populer di kalangan pengguna perangkat telepon genggam. Contohnya
fitur di aplikasi Google Maps atau Yahoo Messenger hingga aktivitas dengan Facebook atau
Twitter. Semuanya bisa didapatkan oleh pengguna perangkat BlackBerry pada aplikasi ini.
BlackBerry Messenger merupakan salah satu keunggulan dari penggunaan perangkat BlackBerry
selain layanan Push Mail. Layanan Messenger ini dibuat khusus bagi pemilik BlackBerry dan
dirancang khusus untuk berkomunikasi di antara pengguna. Cara menggunakan BlackBerry
Messenger adalah dengan penghubung nomor PIN yang juga eksklusif dimiliki masing-masing
perangkat BlackBerry. Mulai tanggal 23 Oktober 2013, layanan BBM secara resmi bisa
digunakan lintas platform dengan dirilisnya BBM untuk iOS dan Android.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian

Menurut Narbuko dan Ahmadi (2007 : 1), metodologi penelitian berasal dari kata metode
yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan logos yang artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadi, metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya metode penelitian juga diartikan
sebagai tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (Hassan, 2002 : 21). Metode
penelitian digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu, metode penelitian harus
disesuaikan dengan masalah yang diteliti dan tujuan yang ingin dicapai. Ketepatan dalam
memilih metode akan menentukan keberhasilan penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriftif kualitatif. Nawawi (dalam Siswantoro, 2008:56), metode deskriptif adalah prsedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek
atau objek penelitian, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Surak Somad (1998:139), mengatakan bahwa penyelidikan deskriptif adalah menuturkan
dan menafsirkan data yang ada. Metode deskriptif dalam penelitian ini adalah metode yang
digunakan untuk analisis campur kode dalam blackberry messenger.
3.2 Teknik pengumpulan data
Terdapat tiga teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu pengumpulan data yang

berupa teknik pengamatan yaitu teknik dengan menggunakan bantuan indera penglihatan yang
berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari tulisan yang dianggap memiliki
kemungkinan campur kode pada blackberry messenger. Dan teknik dokumentasi, yaitu statusstatus blackberry messenger di munch screen untuk dilampirkan sebagai bukti. Serta teknik
studi pustaka yaitu mencari sumber-sumber referensi berupa buku yang berisi teori yang
menunjang dalam kegiatan penelitian.
3.3 Data dan Sumber Data
Sebagai salah satu pengguna dan pemilik pin blackberry messenger maka data penelitian
diperoleh dari berbagai status teman-teman peneliti yang berada dalam blackberry messenger
data yang dipilih dan diambil peneliti dilakukan secara random. Sumber data penelitian berasal
dari blackberry messenger.

BAB IV
HASIL KAJIAN
Setelah peneliti mengumpulkan dan mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan
peneliti yaitu menganalisis campur kode dalam blackberry messenger, pembahasan serta hasil
kajian yang didapat oleh peneliti ialah sebagai berikut :
1. Data pertama didapat dari kontak blackberry messenger pemilik peneliti yaitu status blackberry
messenger dari pemilik pin 2A9F652 pada tanggal 15/12/2013 pukul 14:04 WIB. Isi dari status
blackberry messenger yang akan dianalisis yaitu Aku ingin sekali makan jeng kamu.
Tulisan tersebut berisi campur kode, karena bahasa yang digunakannya yaitu percampuran antara
bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Kata jeng adalah kata yang berasal dari bahasa sunda
yang atrinya dengan sedangkan kata-kata yang lainnya bahasa Indonesia. Jadi, tulisan tersebut
dapat dikataka campur kode. Seharusnya penulisan yang digunakan yaitu Aku ingin sekali
makan dengan kamu. Selanjutnya, kesalahan lain dari penulis yaitu kata-kata yang berbahasa
daerah tidak dicetak miring atau digaris bawahi untuk menunjukkan bahwa Penulis dengan

secara sengaja atau sadar memasukkan unsur-unsur bahasa daerah, jika penulis menceak miring
atau menggaris bawahi unsur-unsur bahasa daerah maka dalam tulisan tersebut tidak terjadi
campur kode.
Pemilik dari pin blackberry messenger atau penutur dari data pertama yang Peneliti analisis
memiliki bahasa ibu bahasa Sunda, penutur menggunakan bahasa ibunya ketika menuliskan
status pada blackberry messenger dikarenakan penutur menguasai serta memahami bahasa
ibunya dengan baik. Penutur memiliki sikap positif terhadap bahasa ibunya, sehingga penutur
menuliskan bahasa ibu yang didapatnya sejak kecil ketika melakukan komunikasi dalam dunia
nyata. Namun seharusnya jika penutur ingin mengunakan bahasa ibunya tidak dicampuri dengan
bahasa lain yang mengakibatkan terjadinya campur kode.
2. Data kedua didapat dari kontak blackberry messenger pemilik peneliti yaitu status blackberry
messenger dari pemilik pin 31697061 pada tanggal 15/12/2013 pukul 14:04 WIB. Isi status
blackberry messenger yang akan dianalisis yaitu Aku sangat bogoh sama kamu.
Tulisan tersebut berisi campur kode, karena bahasa yang digunakannya yaitu percampuran antara
bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Kata bogoh adalah kata yang berasal dari bahasa
sunda yang atrinya cinta sedangkan kata-kata yang lainnya bahasa Indonesia. Jadi, tulisan
tersebut dapat dikataka campur kode. Seharusnya penulisan yang digunakan yaitu Aku sangat
cinta sama kamu. Selanjutnya, kesalahan lain dari penulis yaitu kata-kata yang berbahasa
daerah tidak dicetak miring atau digaris bawahi untuk menunjukkan bahwa Penulis dengan
secara sengaja atau sadar memasukkan unsur-unsur bahasa daerah, jika penulis menceak miring
atau menggaris bawahi unsur-unsur bahasa daerah maka dalam tulisan tersebut tidak terjadi
campur kode.
Sama seperti data pertama, Pemilik dari pin blackberry messenger atau penutur dari data pertama
yang Peneliti analisis memiliki bahasa ibu bahasa Sunda, penutur menggunakan bahasa ibunya
ketika menuliskan statuspada blackberry messenger dikarenakan penutur menguasai serta
memahami bahasa ibunya dengan baik. Penutur memiliki sikap positif terhadap bahasa ibunya,
sehingga penutur menuliskan bahasa ibu yang didapatnya sejak kecil ketika melakukan
komunikasi dalam dunia nyata. Namun seharusnya jika penutur ingin mengunakan bahasa
ibunya tidak dicampuri dengan bahasa lain yang mengakibatkan terjadinya campur kode.
3.

Data ketiga didapat dari kontak blackberry messenger pemilik peneliti yaitu status blackberry
messenger dari pemilik pin 73D5FF30 pada tanggal 15/12/2013 pukul 14:04 WIB. Isi dari status

blackberry messenger yang akan dianalisis yaitu tugas sudah deadline, harus segera
diselesaikan.
Tulisan tersebut berisi campur kode, karena bahasa yang digunakannya yaitu percampuran antara
bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Kata deadline adalah kata yang berasal dari bahasa
inggris yang atrinya waktu sempit sedangkan kata-kata yang lainnya bahasa Indonesia. Jadi,
tulisan tersebut dapat dikataka campur kode. Seharusnya penulisan yang digunakan yaitu Tugas
sudah sempit waktunya, harus segera diselesaikan. Selanjutnya, kesalahan lain dari penulis
yaitu kata-kata yang berbahasa inggris tidak dicetak miring atau digaris bawahi untuk
menunjukkan bahwa Penulis dengan secara sengaja atau sadar memasukkan unsur-unsur bahasa
inggris, jika penulis mencetak miring atau menggaris bawahi unsur-unsur bahasa daerah maka
dalam tulisan tersebut tidak terjadi campur kode.
Berbeda dengan data pertama dan kedua, pemilik pin blackberry messenger atau penutur dari
data ketiga yang Peneliti analisis memiliki bahasa ibu bahasa Indonesia, penutur menggunakan
bahasa ibunya ketika menuliskan pesan pribadi. Namun mungkin karena faktor lingkungan atau
ingin terlihat keren, ia menyelipkan bahasa Inggris yang mengakibatkan adanya campur kode
pada tulisan tersebut.
4. Data keempat didapat dari kontak blackberry messenger pemilik peneliti yaitu status blackberry
messenger dari pemilik pin 28ABED10 pada tanggal 15/12/2013 pukul 14:04 WIB. Isi dari
pesan pribadi yang akan dianalisis yaitu Cuaca Hri ne Panaz..gawe sumub bae (sic!).
Tulisan tersebut berisi campur kode, karena bahasa yang digunakannya yaitu percampuran antara
bahasa daerah (Jawa Serang) dengan bahasa Indonesia. Kata-kata gawe sumub bae adalah kata
yang berasal dari bahasa Jawa yang atrinya kerja gerah saja sedangkan kata-kata yang lainnya
bahasa Indonesia. Jadi, tulisan tersebut dapat dikataka campur kode. Seharusnya penulisan yang
digunakan yaitu cuaca hari ini panas, kerja gerah saja. Selanjutnya, kesalahan lain dari penulis
yaitu kata-kata yang berbahasa daerah tidak dicetak miring atau digaris bawahi untuk
menunjukkan bahwa Penulis dengan secara sengaja atau sadar memasukkan unsur-unsur bahasa
daerah, jika penulis menceak miring atau menggaris bawahi unsur-unsur bahasa daerah maka
dalam tulisan tersebut tidak terjadi campur kode.
Pemilik dari pin blackberry messenger atau penutur dari data pertama yang Peneliti analisis
memiliki bahasa ibu bahasa Jawa Serang, penutur menggunakan bahasa ibunya ketika
menuliskan statuspada blackberry messenger dikarenakan penutur menguasai serta memahami
bahasa ibunya dengan baik. Penutur memiliki sikap positif terhadap bahasa ibunya, sehingga
penutur menuliskan bahasa ibu yang didapatnya sejak kecil ketika melakukan komunikasi dalam

dunia nyata. Namun seharusnya jika penutur ingin mengunakan bahasa ibunya tidak dicampuri
dengan bahasa lain yang mengakibatkan terjadinya campur kode.
5. Data kelima didapat dari kontak blackberry messenger pemilik peneliti yaitu status blackberry
messenger dari pemilik pin 74A2F058 pada tanggal 15/12/2013 pukul 14:04 WIB. Isi dari
blackberry messenger yang akan dianalisis yaitu Si arjuna ireng y dah bersih (sic!).
Tulisan tersebut berisi campur kode, karena bahasa yang digunakannya yaitu percampuran antara
bahasa daerah (Jawa Serang) dengan bahasa Indonesia. Kata ireng adalah kata yang berasal dari
bahasa Jawa yang atrinya hitam sedangkan kata-kata yang lainnya bahasa Indonesia. Jadi,
tulisan tersebut dapat dikataka campur kode. Seharusnya penulisan yang digunakan yaitu Si
arjuna hitamnya sudah bersih. Selanjutnya, kesalahan lain dari penulis yaitu kata-kata yang
berbahasa daerah tidak dicetak miring atau digaris bawahi untuk menunjukkan bahwa Penulis
dengan secara sengaja atau sadar memasukkan unsur-unsur bahasa daerah, jika penulis menceak
miring atau menggaris bawahi unsur-unsur bahasa daerah maka dalam tulisan tersebut tidak
terjadi campur kode.
Sama seperti data keempat, Pemilik dari pin blackberry messenger atau penutur dari data
pertama yang Peneliti analisis memiliki bahasa ibu bahasa Jawa Serang, penutur menggunakan
bahasa ibunya ketika menuliskan pesan pribadi pada blackberry messenger dikarenakan penutur
menguasai serta memahami bahasa ibunya dengan baik. Penutur memiliki sikap positif terhadap
bahasa ibunya, sehingga penutur menuliskan bahasa ibu yang didapatnya sejak kecil ketika
melakukan komunikasi dalam dunia nyata. Namun seharusnya jika penutur ingin mengunakan
bahasa ibunya tidak dicampuri dengan bahasa lain yang mengakibatkan terjadinya campur kode.
Setelah terlihat dari data hasil penelitian-penelitian diatas penggunaan bahasa daerah atau
bahasa asing dalam data yang diambil dapat memberikan beberapa kemungkinan mengenai
penutur atau dalam hal ini adalah penulis status di blackberry messenger Kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi diantaranya sebagai berikut.
1. Kesalahan campur kode yang merupakan dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan,
dan biasanya terjadi dalam situasi santai serta gejala yang dapat merusak bahasa Indonesia.
Dalam status blackberry messenger , kesalahan-kesalahan tersebut tidak dapat diabaikan begitu
saja. Kita membatasi kesalahan campur kode sebagai kesalahan yang semata-mata mengacu
kepada kesalahan bahasa Inggris. Kesalahan campur kode yang merupakan kesalahan-kesalahan
yang sering terjadi tetapi sudah menjadi sesuatu kebiasaan sehingga terkesan dimaklumi.

2.

perubahan topik pembicaraan, hadirnya penutur ketiga, kebiasaan, kekakuan, untuk


membangkitkan rasa humor, dan untuk sekedar bergengsi. Bilingualitas/multilingualitas, penutur
ingin memberikan rasa hormat terhadap sesamanya, adanya ketergantungan terhadap bahasa ibu,
keinginan untuk bersikap rendah hati. Dengan demikin seseorang terbiasa menggunakan campur
kode dalam berbahasa yaitu salah satunya dalam menuliskan status-status di blackberry
messenger.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Masyarakat di Indonesia biasanya mengusai lebih dari satu bahasa. Pada umumnya
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa Indonesia digunakan
secara nasional, sedangkan bahasa daerah digunakan untuk keperluan yang bersifat kedaerahan.
Dalam masyarakat yang seperti ini, kontak bahasa mengakibatkan terjadinya beberapa kasus
yang disebut interferensi, integrasi, alihkode, dan campur kode. Keempat peristiwa ini gejalanya
sama, yaitu adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang digunakan tetapi konsep masalahnya
tidak sama.
Salah satu kasus di atas yang akan dibahas di sini adalah campur kode. Campur kode bukan
hanya terjadi pada saat berkomunikasi secara lisan, tapi terjadi juga saat berkomunukasi melalui
ragam tulis.
Pada makalah penelitian sederhana ini, peneliti menarik simpulan setelah melakukan penelitian
pada status blackberry messenger yaitu ditemukan cukup banyak campur kode atau percampuran
antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah (Sunda), bahasa Indonesia dengan bahasa daerah
(Jawa ) dan bahasa Indonesia dengan bahasa inggris.
5.2 Saran
Masyarakat di Indonesia banyak yang mengusai lebih dari satu bahasa, diantaranya
bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing. Dalam berkomunikasi lisan maupun ragam
tulis ternyata masih banyak yang menggunakan campur kode. Dengan demikian peneliti
menyarankan agar masyarakan tidak menggunakan campur kode dalam berkomunikasi. Salah
satunya pada ragam tulis di status-status blackberry messenger. Agar pembaca bisa memahami
isi dari status tersebut gunkanlah berbahasa yang baik. Jika ingin berbahasa daerah penuturnya
gunakan tapi tanpa dicampur dengan bahasa lain. Seharusnya dengan berkembangnya zaman dan
perubahan teknologi yang baik, dalam berbahasa atau berkomunikasipun harus bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguiatik. Jakarta. Visipro.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suwito. 1983 . Sosiolinguistik teori dan problem. Surakarta : Henary Offset.

INTERFERENSI BAHASA DAERAH (PONJO-PONJO) DALAM PROSES BELAJAR


MENGAJAR DI SEKOLAH

DISUSUN OLEH :
ADY SAPUTRA, S. Pd
12B01048
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

A.

Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu berbagai suku bangsa yang memiliki latar
belakang berbeda-beda, bahasa Indonesia juga memiliki sifat Hiponim sebab bahasa Indonesia
dapat mencakup seluruh penggunaannya dalam berkomunikasi. Selain bahasa Indonesia yang
digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat,
baik untuk komunikasi sehari-hari maupun keperluan yang sifatnya kedaerahan.
Dalam masyarakat multilingual yang mobilitasnya tinggi, anggota-anggota masyarakatnya
akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya atau sebagian,
sesuai dengan kebutuhan (Chaer, 1994:68). Kefasihan seseorang menggunakan dua bahasa
sangat tergantung kepada kesempatan menggunakan kedua bahasa tersebut. Jika kesempatannya
banyak, maka kefasihannya akan bertambah baik, sebaliknya bila sedikit kesempatan maka
kefasihannya akan tetap atau bahkan berkurang.
Bahasa Bugis pada umumnya dipakai oleh masyarakat yang tinggal di propinsi Sulawesi
Selatan. Bahasa Bugis sebagai bahasa daerah mempunyai logat dan dialek yang berbeda-beda
sesuai dengan wilayah domisili penuturnya. Selain di Propinsi Sulawesi Selatan, khususnya
daerah yang dominan masyarakatnya menggunakan bahasa Bugis untuk berkomunikasi yakni di
Kabupaten Pinrang. Suku Pattinjo, adalah etnis yang menghuni daerah Kecamatan Patampanua,
Duampanua dan Lembang di kabupaten Pinrang, provinsi Sulawesi Selatan.
Keberadaan suku Pattinjo sendiri selama ini diakui sebagai orang Bugis atau hanya
dianggap sebagai salah satu sub-suku Bugis. Sedangkan pemerintah setempat sering
mengkategorikan orang Pattinjo sebagai suku Bugis Pattinjo. Suku Pattinjo sebenarnya layak
disebut 'suku", karena sejak dahulu suku Pattinjo telah memiliki struktur pemerintahan sendiri
yang mereka patuhi dan berlaku turun temurun, seperti Maddika (setingkat Kepala Desa),
Tomakaka dan Pakkarungan (Arung). Selain itu suku Pattinjo juga memiliki adat-istiadat, budaya
serta bahasa sendiri disebut dengan bahasa Ponjo-ponjo.
Suku Pattinjo secara kultur budaya sebenarnya lebih mendekati kultur budaya orang
Toraja. Dari segi bahasa juga, bahwa bahasa Pattinjo lebih banyak kemiripan dengan bahasa
Toraja, dibanding dengan suku Bugis dan Makasar. Bahkan menurut sebuah tulisan di web,
mengatakan bahwa secara struktur fisik, orang Pattinjo memiliki struktur fisik orang Toraja.
Menurut dugaan bahwa kemungkinan dahulunya orang Pattinjo memiliki sejarah asal usul yang
sama dengan orang Toraja.
Dalam penggunaan bahasa Daerah yang dikuasai anak sejak kecil dan terus digunakan
dalam kehidupan siswa yang bersekolah sudah tentu berpengaruh pada penggunaan bahasa pada

saat mereka mengikuti pelajaran di sekolah. Apalagi anak sekolah dasar yang masih kental
dengan bahasa ibunya. Selain itu juga, penduduk yang tinggal di sekitar sekolah mayoritas suku
Bugis, kemungkinan anak-anak menggunakan bahasa Daerah untuk berkomunikasi dalam proses
belajar mengajar di sekolah sangat besar. Chaer (1994) menyebut gejala pemakaian bahasa
seperti ini sebagai interferensi bahasa. Interferensi bahasa adalah terbawa masuknya unsur
bahasa lain dalam bahasa yang sedang digunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan
kaidah dari bahasa yang sedang digunakan
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi bahasa daerah (ponjoponjo) suku pattinjo dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hasilnya diharapkan dapat
dijadikan informasi penting bagi pemerhati bahasa dalam upaya pengembangan dan pembinaan
bahasa Indonesia.
B.

Rumusan Masalah
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Datanya
adalah bahasa lisan yang dituturkan oleh baik siswa maupun guru di dalam proses belajar
mengajar bahasa Indonesia di kelas. Data tersebut diperoleh dengan teknik simak libat cakap,
catat, dan rekam.
Data yang terkumpul dianalisis dengan metode padan intralingual dengan teknik hubung
banding menyamakan dan membedakan bentuk-bentuk interferensi yang teranalisis. Selain itu
digunakan juga metode padan ekstralingual dengan teknik hubung-banding bentuk-bentuk
bahasa dengan hal-hal luar bahasa, misalnya kesepadanan bentuk bahasa yang digunakan dengan
penutur, tujuan, dan konteks tuturan.

C.

Tujuan Penulisan
Penulisan ini mencoba mendeskripsikan bentuk interferensi bahasa daerah (ponjo-ponjo)
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan informasi penting
bagi pemerhati bahasa dalam upaya pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia.

PEMBAHASAN
Masuknya bahasa Daerah dalam tuturan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah, umumnya terjadi secara spontan, artinya dalam berkomunikasi siswa tidak
merancang penuturan kalimat harus menggunakan bahasa ini. Namun tuturan percakapan dengan
bahasa tersebutlah yang sebenarnya dikuasai. Dengan demikian interferensi yang terjadi
dikarenakan oleh kebiasaannya bertutur menggunakan bahasa Daerah dalam kehidupan seharihari.
Setelah diperoleh data penelitian dari tuturan yang dihasilkan siswa dan guru yang
berlangsung pada saat proses belajar mengajar, peneliti menemukan bahwa interferensi yang
terjadi dalam tuturan siswa dan guru terdapat tiga jenis interferensi yaitu pada tataran fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Interferensi fonologi dapat dibedakan menjadi: interferensi yang terjadi
dalam vokal, diftong dan konsonan. Interferensi morfologi dapat dibedakan menjadi: Prefiks,
sufiks, dan konfiks. Selanjutnya, interferensi sintaksis dapat dilihat pada tataran frasa dan klausa.
A. Interferensi Fonologis
Interferensi fonologis adalah kekacauan atau gangguan sistem suatu bahasa yang
berhubungan dengan fonem. Interferensi fonologi ini terjadi pada tataran vokal, diftong dan
tataran konsonan. Interferensi pada tataran vokal tampak seperti di bawah ini.
Tarima

----------- terima

tulung

----------- tolong

cilaka

----------- celaka

pulo

----------- pulau

talinga

----------- telinga

sikola

----------- sekolah

Data tersebut memperlihatkan bahwa interferensi fonologi bahasa Ponjo-ponjo dalam bahasa
Indonesia yang terjadi pada tataran vokal yakni terjadi perubahan vokal [e] dalam bahasa
Indonesia menajdi vokal [a] dalam bahasa Daerah. Pada kata tarima terjadi perubahan vokal [e]
dengan vokal [a]. Perubahan ini disebut interferensi yang terjadi pada fonem dari bahasa Daerah
kedalam bahasa Indonesia sebab pola baku bahasa Indonesia adalah terima bukan tarima.

Kata tolong dari bahasa Indonesia, berubah pengucapan dalam bahasa bugis menjadi
tulung. Perubahan kata tulung terjadi pada perubahan vokal [o] menjadi vokal [u]. Pada kata
celaka dari bahasa Indonesia, berubah pengucapan dalam bahasa Bugis menjadi cilaka.
Perubahan pada kata cilaka terjadi pada perubahan vokal [e] menjadi vokal [i]. Pada kata sikola
terjadi perubahan vokal [i] menjadi vokal [e]. Perubahan ini disebut interferensi yang terjadi
pada fonem dari bahasa Daerah ke dalam bahasa Indonesia sebab pola baku bahasa Indonesia
adalah sekolah bukan sikola. Perubahan pengucapan vokal [a] menjadi vokal [e] pada kata
telinga dalam bahasa Indonesia menjadi talinga dalam bahasa Daerah.
Interferensi fonologi bahasa Daerah dalam bahasa Indonesia terjadi pula pada bidang
diftong, misalnya pulo pulau. Dalam hal ini, kata pulo dalam bahasa Daerah berekuivalen
dengan kata pulau dalam bahasa Indonesia yang terdapat diftong [au]. Dalam kata pulo
diakhiri vokal [o] namun dalam kata pulau diakhiri dengan diftong [au]. Oleh sebab itu, kata
pulau sudah terinterferensi bahasa Daerah menjadi pulo.
Interferensi fonologi bahasa Daerah dalam bahasa Indonesia juga terjadi pada bidang konsonan
yakni terjadi perubahan konsonan dalam bentuk penambahan bunyi konsonan, penghilangan
bunyi konsonan dan penggantian bunyi konsonan. Hal ini terlihat dari data berikut.
sala

--------

salah

suju

--------

sujud

ati

--------

hati

pasa

--------

pasar

Data di atas memperlihatkan bahwa pengucapan kata salah dan sujud dalam bahasa
Indonesia akan menjadi sala dan suju dalam pengucapan bahasa Ponjo-ponjo. Ini merupakan
interferensi fonologi dalam bidang konsonan sebab terjadi penghilangan bunyi [h] dan [d].
Demikian juga pada kata hati juga merupakan interferensi fonologi dalam bidang konsonan
karena pada kata hati dalam bahasa Indonesia akan menjadi ati dalam pengucapan bahasa
Ponjo-ponjo sebab terjadi penghilangan bunyi [h].
Ini merupakan interferensi fonologi dalam bidang konsonan karena setiap pengucapan
kata pasar dalam bahasa Indonesia akan menjadi pasa dalam pengucapan bahasa Ponjo-ponjo.
Demikian juga pada kata sujud terjadi perubahan bunyi menjadi suju.

B. Interferensi Morfologis
Interferensi morfologi terjadi pada unsur pembentuk kata yang meliputi: prefiks, sufiks,
dan konfiks. Hal ini terlihat pada data berikut ini.
Menonton

------

ma

tonton

= manontong

Membaca

------

ma

baca

= mabaca

Berdansa

------ ma-

Kurungan

------ ak-eng

dansa
+

kurung

= madansa
= akkurungeng

C. Interferensi Sintaksis
Interferensi bahasa Daerah dalam bahasa Indonesia terjadi pula dalam bidang sintaksis
yakni pada tataran frasa dan klausa. Interferensi pada tataran frasa terlihat dalam peristiwa tutur
yang berikut ini.
a. + Indah : Lihat mata Baya?
- Beby : Matanna Baya sipit seperti habis menangis. Matannya Baya sipit seperti habis
menangis.
b. + Siswa : Jangan lupa membersihkan televisina bapak di kantor. Televisinya bapak di
kantor.
- Guru : Ayo, semangat yah.
c. + Siswa : buk, mejana ibu guru bagus. buk, mejanya ibu guru bagus.
- Guru : terima kasih nak.
Dari data frasa di atas merupakan struktur kepemilikan atau posesif. Dalam bahasa
Ponjo-ponjo, makna kepemilikan memang lazim dinyatakan dengan manambahkan na, yang
dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan nya. Dalam bahasa Indonesia frasa
kepemilikan seperti itu tidak dinyatakan dengan -nya, tetapi cukup dengan menggabungkan
unsur termilik dan unsur pemiliknya.
Penyebab Terjadinya Interferensi
Terjadinya interferensi bahasa Ponjo-ponjo ini ke dalam bahasa Indonesia yang terjadi
dalam komunikasi sehari-hari yang dilakukan oleh siswa dan guru di SDN 116 Patampanua
Kebupaten Pinrang. Keadaan ini memperlihatkan bahwa interferensi terjadi bukan karena

disengaja oleh siswa dengan maksud untuk mempermudah penyampaian buah pikirannya, tetapi
terjadi karena penguasaan sistem bahasa pertama (bahasa Ponjo-ponjo) mereka yang lebih tinggi
dari kemampuan mereka bertutur dengan bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa pertama yang
lebih tinggi menyebabkan mereka terbiasa berbicara dengan bahasa tersebut, dan hal ini agaknya
menjadi sebab mengapa bahasa ini banyak terbawa ke dalam kata bahasa Indonesia saat mereka
berkomunikasi pada saat proses belajar mengajar.
Interferensi bahasa Bugis yang terjadi dalam proses belajar mengajar terjadi pula karena
kebiasaan mereka menggunakan bahasa tersebut dalam lingkungan mereka sehari-hari, sehingga
kebiasaan tersebut tetap mereka bawa pada saat mereka seharusnya bertutur dengan bahasa
Indonesia yang bukan merupakan bahasa keseharian mereka. Oleh karena itu, kemampuan
mereka untuk menggunakan bahasa Indonesia sulit berkembang dan hal tersebut menyebabkan
mereka merasa malu menggunakan bahasa Indonesia, sehingga berakibat keinginan mereka
menggunakan bahasa Indonesia rendah. Hal lain adalah sangat kurangnya mereka menggunakan
media massa seperti koran, majalah yang mereka baca, untuk meningkatkan kemampuan mereka
berbahasa Indonesia, hal ini terjadi karena guru kurang tegas atau kontrol dalam pemakaian
bahasa Indonesia.
Akumulasi dari hal-hal tersebut di atas akan membuat kemampuan siswa menggunakan
bahasa Indonesia tidak berkembang dengan baik, karena mereka selalu menggunakan bahasa
daerah dalam berkomunikasi baik di rumah maupun di sekolah. Oleh karena itu, wajar bila dalam
komunikasi siswa kepada guru pada saat proses belajar mengajar gaya dan kemampuan mereka
bertutur masih sangat dipengaruhi oleh bahasa daerahnya. Akibatnya pada setiap mereka
berkomunikasi ungkapan-ungkapan dan tata bahasa serta tuturan yang bernuansa akan selalu
terbawa. Kemampuan mereka berbahasa Indonesia menjadi rendah yang pada akhirnya mereka
akan tetap tertinggal dari mereka yang menguasai bahasa dengan baik dan benar dalam segala
hal.
Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, masih banyaknya penggunaan kata atau
kalimat yang terinterferensi oleh bahasa daerah membuktikkan bahwa penggunaan bahasanya
masih dominan dipakai di lingkungan siswa Keadaan ini terjadi karena penggunaan bahasanya
yang sudah terbiasa digunakan oleh siswa dalam lingkungan sehari-hari akan tetap mereka bawa
pada saat mereka seharusnya bertutur bahasa Indonesia yang bukan merupakan bahasa

keseharian mereka. Oleh karena itu, kemampuan mereka menggunakan bahasa mereka masih
rendah dan sulit untuk berkembang dengan baik.
Selain itu, masih rendahnya interaksi antara guru dan siswa yang menggunakan media
bahasa Indonesia, sehingga mereka akan tetap menggunakan bahasa daerah saat mereka
seharusnya bertutur dengan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena guru kurang disiplin dalam
mengontrol pemakaian bahasa Indonesia. Penyebab terjadinya interferensi bahasa daerah dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah antara lain adanya kalimat yang
terinterferensi oleh kata-kata dan struktur kata bahasa Daerah dalam komunikasi yang dilakukan
oleh siswa membuktikan bahwa betapa masih dominannya pemakaian bahasa tersebut dalam
komunikasi sehari-hari.
Kalau dilihat dari peluang penggunaan bahasa, bahasa yang lebih besar peluang
penggunaannya akan besar pula peluangnya untuk terinterferensi kebahasa yang lebih kecil
peluang penggunaannya. Bahasa Daerah lebih berpeluang digunakan dari pada bahasa Indonesia
dan lebih terbiasa atau fasih menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari. Dan hal ini
sepertinya menjadi penyebab mengapa bahasa Daerah terbawa kedalam komunikasi yang
dilakukan siswa.
Di samping itu, berdasarkan jawaban siswa yang diperoleh pada saat melakukan
wawancara, interferensi yang terjadi pada saat proses belajar mengajar dikarenakan adanya unsur
tidak sengaja yang mereka lakukan, dan tidak mengetahui kosa kata atau struktur kata bahasa
Indonesia sehingga mereka menggantikannya dengan kata atau struktur kata bahasa Daerah,
yang merupakan salah satu dampak dari kurangnya penguasaan bahasa Indonesia dan
penguasaan bahasa Daerah yang lebih mereka kuasai.
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat dikatakan bahwa interferensi bahasa Daerah yang terjadi
pada proses belajar mengajar terjadi karena siswa lebih menguasai bahasa Daerahnya dari pada
bahasa Indoneisa. Hal ini peneliti lihat dari penggunaan kosa kata bahasa tersebut dalam
percakapan, serta adanya ketidak sengajaan siswa dan unsur kebiasaan siswa dalam berbahasa.

PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya,
penyebab terjadinya interferensi bahasa Daerah (Ponjo-ponjo) dalam proses belajar mengajar
berasal dari guru dan siswa. Penyebab yang berasal dari siswa karena kebiasaan mereka
menggunakan bahasa Daerah baik di rumah maupun di sekolah. Rendahnya kemampuan
berbahasa Indonesia, adanya ejekan dari teman-teman mereka menggunakan bahasa Indonesia,
sehingga mereka malu menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, kurangnya keinginan mereka
untuk menggunakan bahasa Indonesia. Penyebab yang berasal dari guru adalah kurangnya
kontrol dari guru dan karena guru lebih menekankan pada target pencapaian kurikulum dari pada
penekanan kaidah bahasa Indonesia yang baik.

DAFTAR RUJUKAN
Abdulhayi. 1985. Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jawa. Jakarta: New
aqua Perss.
Chaer, A. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka cipta
Hakim, Z. 1999. Tipe Semantik Bahasa Makassar. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, DJ. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta:
Depdikbud. Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Anda mungkin juga menyukai