Anda di halaman 1dari 11

Prosodi

Fitur prosodic adalah fitur yang tidak bisa diturunkan dari fitur intrinsic vocal dan konsonan
yang dapat membentuk suatu ujaran. Kata prosodi berasal dari Bahasa Yunani yang artinya
lagu yang dinynyikan untuk music instrumental. Pada awalnya di Yunani, kata tersebut
digunakan untuk menunjukkan fitur-fitur ungkapan secara umum yang tidak bisa
diekspresikan dengan segmen vocal dan konsonan (Couper-Kuhien 1986:1)
Istilah prosodi kurang lebih bersinonim dengan suprasegmental yang digunakan seperti biasa
oleh para linguis pada Struktural tradisi Amerika.
Ranah Fonetik Prosodi
Linguistik membedakan stress, tone, dan intonasi yang direfleksikan pada perbedaan
konfigurasi tinggi nada, yaitu pitch, length, loudness. Ketiga istilah tersebut mengacu pada
domain auditory phonetic. Pitch (tinggi nada) merupakan istilah yang mengacu pada
fenomena (persepsi) auditoris. Tinggi nada dihubungkan atau diasosiasikan dalam bidang
artikulatoris dengan nilai vibrasi alat ucap. Keduanya (terasa tinggi nada dan alat ucap)
dihubungkan dengan bidang akustik sebagai frekuensi dasar atau fundamental. Getaan alat
ucap pada nilai tertentu menghasilkan gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi dasar
tertentu; gelombang itu diterima oleh telinga pendengar dan terasa sebagai bunyi dengan
tinggi nada tertentu.
Loudness (tingkat kekerasan/keras-lemah) dihubungkan dengan kuantitas energy (gerakan
fisik) yang diproduksi dalam artikulasi dan dengan intensitas bidang akustik. Demikian pula,
length bunyi yang dirasakan panjang berkorelasi dengan waktu/tempo pergerakan alat ucap
dan dengan durasi akustik.
Kedudukan ketiga elemen bidang fonetik disajikan dalam table oleh Couper-Kuhlen (1986:7)
sebagai berikut:
Artikulatoris
Jumlah getaran pita suara
Tempo gerakan artikulasi
Gerak fisik

Frekuensi Dasar

Akustik
Frekuensi dasar
Watu (durasi)
Intensitas

Auditoris
Tinggi nada (pitch)
Panjang (length)
Kuat-lemah (Loudness)

Kecepatan putaran gelombang yang terjadi berulang-ulang disebut dengan frekuensi dasar
dari gelombang bunyi dan disingkat FO.
Frekuensi dasar dari gelombang bunyi digambarkan di dalam beberapa parameter akustik.
Contoh: grafik gelombang bunyi, dalam hal ini dapat dikenali putaran gelombang dan
ditentukan berapa kali yang harus dilakukan untuk melengkapi suatu putaran. Ketika sudah
diketahui durasi dari putaran gelombang bunyi (kala), maka dapat dihitung berapa banyak
putaran yan sesuai dalam hitungan detik, dan dalam hal ini dapat ditentukan frekuensi dasar
gelombang bunyi.
Grafik frekuensi dasar direkam secara berturut-turut waktunya dari frekuensi dasar
berdasarkan gelombang bunyi. Waktunya secara normal digambarkan mendekati poros
horizontal dan FO mendekati poros vertical. Hal itu dapat dilihat contoh gambar berikut.
Ujaran yang ditunjukkan adalah Say boat again. Bentuk gelombang bunyi ditunjukkan pada
panel atas dan grafik FO pada panel bawah.

Gambar 2.29
Program computer yang dihasilkan adalah grafik FO yang tidak betul-betul menyaring FO
selama pengucapan dari tiga konsonan tersebut yang seharusnya mengalami pelemahan dari
signal yang ada.
Hasil dari jarak FO yang berasal dari signal bunyi melalui computer adalah merupakan
masalah yang secara relative sangat sukar, ada salah satunya sama sekali tidak dapat
diselesaikan.Variasi algorithme untuk hasil FO telah dikembangkan, satu sama lain memiliki
kekuatan dan kelemahan masing-masing. (algorithme adalah lengkap dan jelas, gambaran
tentang prosedurnya dilakukan secara sistematis). Algorithme dapat diperlihatkan dalam satu
atau program bahasa lainnya.
Hasil FO algorithme memiliki kegunaan satu atau lebih dari parameter yang telah disebutkan.
Beberapa algorithme melihat bentuk gelombang bunyi dan mencoba untuk mengenali waktu
gelombang secara berulang-ulang.
Salah satu kesalahan yang biasa terjadi adalah ketika suatu putaran dari gelombang bunyi
terdiri atas dua bagian dimana hanya terdapat sedikit perbedaan antara satu dengan yang

lainnya. FO algorithme bias saja gagal untuk menunjukkan perbedaan yang ada dari dua
bagian tersebut. Jika algorithme gagal untuk menunjukkan perbedaan yang ada dari dua
bagian tersebut, maka dapat di perkirakan bahwa setiap bagian pada kenyataannya
merupakan putaran yang lengkap, dan sebagai konsekuensinya akan memajukan nilai FO
menjadi dua kali lebih tinggi dibandingkan yang sudah ada.
Kesalahan yang ada biasanya disebut dengan kesalahan oktaf. Oktaf merupakan interval
musical yang dapat disamakan dengan penggandaan dari frekuensi. Cara yang paling
mungkin dilakukan untuk membatasi jumlah kesalahan oktaf adalah dengan menentukan
batas atas dan bawah dari jarak FO terhadap pembicara tertentu.
Pada poin ini yang perlu dipelajari dengan melihat barisan grafik FO yang dihasilkan oleh
algorithme FO ekstraksi yang digunakan SIL program CECIL dan speech analyzer.

Gambar 2.30
Batas grafik FO ditunjukkan pada gambar tersebut dan pelacakan FO yang rata ditunjukkan
pada panel bawah. Garis vertical menunjukkan batas-batas segmen, dan transkripsi fonetik
dari setiap segmen ditetapkan didalam bar pada grafik tersebut.
Program FO ekstraksi tampak pada salah satu bagian kecil dari signal bunyi yang berturutturut. Pengukuran dari bagian itu disebut dengan analysis window. Pada gambar terlihat
bagaimana setiap titik irama dari titik analisa sudah digambarkan dalam grafik, yang
menunjukkan keteraturan FO pada poin waktu.
Menginterpretasikan Grafik FO
Skala untuk menampilkan FO
Dalam skala linier penampilan FO satu satuan dari jarak (sebut saja 1 cm) dimanapun
sepanjang sumbu vertical yang berhubungan dengan perbedaan FO tetap dalam Hertz (sebut
saja 50Hz). Cukup umum untuk menampilkan grafik FO menggunakan skala logaritma.
Ketika ini dilakukan, sering digunakan sebagai unit yang dipatok sepanjang sumbu vertical.
Seperti sebuah oktaf, sebuah semitones adalah interval musical, bahkan, terdapat 12
semitones dalam satu oktaf. Perbedaan antara satu semitones berkaitan dengan sebuah
perubahan FO dalam hertz diperkirakan 6 persen. Satu keuntungan yang jelas bekerja dengan
skala semitones daripada skala hertz adalah dapat membuat perbandingan antara pembicara

yang memiliki perbandingan tingkat nada FO sehingga dapat dibedakan antara pembicara
wanita dan pria.
Tingkat Nada FO
Tingkat nada FO setiap pembicara individu tergantung pada panjang massa dari pita suara.
Untuk pria, tingkatnya diantara 80 dan 200 Hz. Untuk wanita diantara 180 Hz dan 400 Hz
dan untuk anak muda tingkat nadanya lebih tinggi. Dalam menginterpretasikan tingkat nada
FO, kemudian, orang biasa tertarik pada perbedaan FO, bukan nilai mutlak FO. Ketika
dibandingkan perbedaan FO terhadap perbedaan pembicara, ini lebih berarti untuk
mengungkapkan perbedaan-perbedaan ini dalam semitones daripada mengungkapkannya
dengan Hertz.
Intrinsik FO pada vocal
Sebuah penelitian tentang vocal Bahasa inggris di Amerika oleh Peterson dan Barney (1962)
menunjukkan bahwa vocal tinggi seperti [i] dan [u] memiliki intrinsic FO yang lebih tinggi
daripada vocal rendah seperti [A].
Tabel ukuran rata-rata FO Vokal Bahasa Inggris Amerika
Vokal

Peterson dan Barney Lehiste dan Peterson (5 Hehiste dan Peterson (1


pembicara

I
I
E

A
U

136
135
130
130
124
137
133

129
130
127
127
120
133
130

pembicara)
183
173
166
164
163
171
170

Peneliti seharusnya memperhatikan bahwa vocal tinggi seperti [i] dan [u] mungkin secara
intrinsic berhubungan dengan FO yang lebih tinggi daripada vocal rendah seperti [a] dan
bahwa factor ini mungkin memiliki dampak yang nyata pada rangkaian FO melebihi dari
ujaran, dampak tersebut mungkin tidak dapat dilihat dalam ujaran yang bersifat individu,
tetapi kemungkinan menjadi muncul ketika mengambil seseorang mengambil rata-rata lebih
dari jumlah besar item, diucapkan dengan garis bentuk intonasi yang sam, sebagaimana
penelitian tersebut.

Dampak dari Tipe Konsonan pada FO


Lehiste dan Peterson (1961) juga mengamati pengaruh dari konsonan yang mendahului dan
mengikuti FO yang bersesuaian dengan vocal. Mereka menemukan bahwa secara umum FO
yang lebih tinggi terjadi setelah konsonan yang tidak bersuara dan sebaliknya FO lebih
rendah terjadi setelah konsonan bersuara. Efek konsonan pada FO dari vocal yang mengikuti
sering bias dilihat apabila pada satu pasangan kontras yang minimal. Contoh:

Gambar 2.31
Implikasi dari efek konsonan pada FO mirip dengan efek dari vocal tinggi. Ketika kita
mempelajari kemungkinan intonasi kontras, satu hal yang diperhatikan adalah pengaruh
konsonan pada FO dari vocal yang mengikuti. Jalan terbaik untuk mengetahui efek tersebut
adalah membandingkan hanya pada item-item yang mempunyai persamaan tipe konsonan
pada posisi yang relevan.
Deklinasi/Penurunan
Secara luas, observasi fenomena bahasa di dunia bertendensi terhadap penurunan FO secara
berangsur-angsur pada sebuah ujaran. Tendensi ini dikenal dengan deklinasi. Deklinasi sering
terlihat ketika tekanan pada silabel saat pengucapan terjadi perubahan FO secara signifikan.
Pitch mungkin diharapkan tetap rendah/tinggi pada saat stretch yang di atas, tetapi pada
kenyataannya menurun secara perlahan. Contoh deklinasi terlihat pada gambar berikut yang
menunjukkan ujaran dalam bahasa Kalam Kohistani gelombang ujaran terlihat di panel atas
dan garis FO di panel bawah.

Gambar 2.32
Pembaca harus membandingkan gambar tersebut dengan gambar berikut yang menunjukkan
bentuk gelombang yang sama pada gambar yang sama. Garis horizontal lurus tergambar pada
level maksimum dan minimum dari nilai FO yang terjadi pada ujaran ini.

Gambar 2.33
Durasi dan Intensitas

Durasi
Dalam fonetik akustik, durasi waktu dari bagian ujaran, kapan mulai dan kapan berakhir.
Durasi dapat diketahui apabila awal dan akhir suatu unit diketahui. Langkah yang harus
dipersiapkan adalah mengetahui dan menentukan batas dari suatu unit dalam ujaran bahasa.
Langkah ini biasanya disebut segmentasi atau memecah suatu ujaran menjadi segmensegmen. Dalam suatu prosodi kita harus menganggap bahwa vocal dan konsonan mempunyai
durasi intrinsic.
Pada umumnya vocal [] (schwa) berhubungan dengan konfigurasi netral dari konfigurasi.
Vokal terbuka seperti [a] memerlukan durasi yang lebih lama daripada vocal tertutup dan
vocal daerah artikulasinya ada di tengah seperti [i] dan [u] lebih lama durasinya daripada
vocal-vokal sejenis yang tempat artikulasinya mendekati tengah seperti [I] dan [U].
Disamping itu, suatu vocal mempunyai durasi intrinsic. Durasi dari suatu vocal juga
dipengaruhi oleh tipe konsonan yang mengikutinya.
Durasi adalah akustik parameter yang penting dari prosodi. Walaupun demikian durasi pada
ucapan tidak hanya ada berhubungan dengan prosodi tetapi juga pada segmen-segmen. Tetapi
pada waktu kita membedah durasi prosodi pengeruh segmen pada durasi harus kita abaikan.
Intensitas
Intensitas, Tekanan Bunyi dan Decibel
Bunyi terdiri dari tekanan udara yang besar dan kecil, naik turunnya udara. Kenaikan ini
memiliki ukuran tertentu. Ukuran ini disebut amplitude, getaran tekanan udara yang
didefinisikan sebagai derivasi maksimal dari tekanan udara.
Secara alami, bunyi terjadi secara kompleks, tidak hanya getaran sederhana dari tekanan
udara tetapi terdiri dari getaran-getaran berbeda yang terjadi pada waktu yang sama. Semua
perbedaan getaran secara bersama-sama membentuk getaran kompleks yang memiliki
amplitude berbeda. Gelombang bunyi yang kompleks itu sendiri dapat dikatakan memiliki
amplitudo yaitu derivasi terbesar yang terjadi selama satu putaran gelombang.
Amplitudo rata-rata (atau tekanan suara) adalah alat ukur yang tidak hanya mengukur getaran
maksimal tetapi juga getaran lain ynag terjadi pada gelombang suara kompleks.

Pada gambar tekanan bunyi dan intensitas nilai normal dihitung dengan menggunakan skala
desibel (dB). Skala desibel adalah skala logaritma dimana dapat memberikan perkiraan lebih
baik tentang bagaimana telinga manusia menangkap perbedaan intensitas skala garis linear
sederhana.
Sering terjadi nilai desibel terhitung dari berbandingan referensi bunyi. Biasanya bunyi
referen ini adalah suara lembut, yang biasanya orang sehat masih dapat mendengarnya.
Biasanya hal ini ditunjukkan dengan 0 dB. Walaupun demikian, ketika bunyi itu diucapkan
mempunyai level tekanan bunyi atau level intensitas 0 dB tidak berarti bunyi itu benar-benar
tidak ada. Biasanya bunyi seperti itu hanya ada pada level threshold of audibility.
Perlu diingat bahwa skala desibel biasanya digunakan untuk menunjukkan skala bunyi dan
intensitas. Sesuai kesepakatan tekanan bunyi dan intensitas bunyi yang lembut seseorang
dapat dengar berada dinilai 0 dB. Sebaliknya tekanan dan intensitas dari bunyi paling keras
dimana manusia bias mendengarnya tanpa rasa sakit ada pada level 120 dB.
Intensitas Vokal Intrinsik
Penelitian prosodi perlu memperhatikan fluktuasi intensitas yang disebabkan oleh pengaruh
segmen. Tabel berikut mempresentasikan intensitas rata-rata untuk vocal tertentu dalam
bahasa Inggris Amerika.
Tabel intensittas rata-rata vocal-vokal Bahasa Inggris Amerika (Lehiste dan Peterson 1959)
Vokal
Intensitas rata-rata

i
75.1

u
78.2

E
79.3

Q
79.4

80.6

A
80.2

Intensitas rata-rata mulai 75.1 dB untuk [i] hingga 80.6 untuk [ ] dalam hal ini terdapat
perbedaan 5.5 dB. Perbedaan terkecil yang bias kita dengar adalah 1 dB sehinga kita
simpulkan bahwa kualitas vocal memberikan efek auditoris pada intensitas vocal yang mana
juga sangat berpengauh terhadap prosodi.
Analisis Prosodi
Pada bagian ini akan dibahasa analisa fenomena prosodi. Analisa akustik tidak mengganti
prosedur

analisa

linguistic.

Analisa

akustik

bias

menjadi

berguna

karena:

(1)

mengonfirmasikan apa yang telah kita dengar dengan indera pendegaran kita, (2)
menyediakan data untuk mengetahui permasalahan dalam analisis, (3) menemukan kembali

apa yang hilang dalam pendengaran. Analisa akustis berfungsi sebagai suplemen analisa
linguistic bukan menggantikannya.
Aksen (Tekanan)
Accent merujuk pada kekuatan silabel dalam ujaran yang diucapkan seperti seorang
pembicara asli yang sedang mempelajari bahasanya. Accenting adalah suatu yang dilakukan
penutur agar silabel tertentu berada diantara silabel yang lain. Sebagai hasil accenting adalah
sebuah silabel dapat dikatakan menjadi ditekan (accent bearing). Silabel yang tidak dapat
ditekan disebut sebagai tak tertekan (unaccented).
Menurut Bolinger (1958) istilah stress (tekanan) dapat diartikan sebagai property abstrak
sebuah kata yang mengkhususkan sisi penekanan. Tekanan kebanyakan terjadi pada tempat
tertentu dalam ujaran yang digunakan untuk memusatkan maksud dan perhatian pendengar
terhadap suatu informasi penting. Tekanan tambahan juga terjadi sebagai konsekuensi
pemusatan perhatian pendengar terhadap suatu informasi penting. Tekanan tambahan juga
terjadi sebagai konsekuensi pemusatan perhatian pendengar pada informasi penting. Tekanan
tambahan terjadi sebagai konsekuensi susunan ritmis suatu ujaran. Semua penekanan ini
memerlukan sekuens tempat (landing site).
Dalam beberapa bahasa, tekanan dapat bersifat kontrastif. Hal yang menarik adalah fenomena
netralisasi tekanan dalam posisi post-nukleus (di belakang inti silabel).
Frekuensi Dasar
Banyak diyakini bahwa Aksen dan FO berhubungan, tetapi tidak semuanya benar. Contoh:
A

: there is an elephant walking down the street!

: An elephant???

Van Katwijk (1974) menyatakan bahwa isyarat yang paling kuat pada penekanan silabel
akan ditemukan menjadi sebuah puncak. Jika hal ini dibentuk pada intonasi dasar yang
spesifik, aksen yang kemudian berkorelasi paling tinggi dengan tipe spesifik dari perubahan
FO, kemudian disebut sebagai aksen lending pitch movement.
Bentuk yang tepat pada accent lending FO movement adalah perubahan dari satu bahasa ke
bahasa lain. Accent lending FO movement diasumsikan menjadi sebuah control aktif yang

dilakukan oleh pembicara. Menurut Van Heuven dan Sluijter (1996) menanggapi bahwa ada
juga yang disebut perubahan FO dalam bentuk pasif yang berkorelasi dengan aksen.
Durasi
Ketika sebuah kata yang tidak focus dan tidak sejawat atau sama dengan accent lending FO
movement maka akan menyebabkan memiliki durasi yang berbeda yang ditandai dengan
sebuah silabel yang diaksenkan. Pengaruh perpanjangan silabel mungkin tidak jelas pada
durasi intrinsic, pengaruh yang mengikuti konsonan pada durasi vocal, strategi yang baik
adalah bagaimana kita mempelajari tentang minimal pair seperti import dan import.
Intensitas
Sering diketahui bahwa aksen atau stress yang ada di dalam non kebahasaan tidak
membedakan adanya pengerasan atau energi yang berkorelasi dengan signal akustik dengan
intensitas yang berbeda. Diketahui bahwa durasi dan FO melihat adanya persepsi aksen,
stimulus dari percobaan ini menggunakan tipe minimal pair (convict can convict). Hasilnya
menunjukkan bahwa intensitas adalah isyarat yang paling lemah dan mudah diatur oleh
manipulasi dan durasi silabel dan FO.
Teori akustik menunjukkan bahwa adanya korelasi aksen dan peningkatan intensitas,
terutama dalam hal ini aksen yang sama dengan accent-lending FO movement. Perbedaan
intensitas sebagai perasaan yang diungkapkan oleh pendengar sangat mudah berubah yang
taka da hubungannya dengan factor luar. Ketika pembicara menolehkan kepalanya, atau ada
hal yang menghalangi secara pelan antara bibir si pembicara dengan telonga pendengar,
intensitas signal sangatlah menurun. Jarak intensitas menurun mungkin sama dengan
perbedaan aksen.
Keseimbangan Spektral
Ketika si pembicara berusaha lebih memperluas upaya jasmaninya, upaya ini bukan saja
meningkatkan ukuran amplitude pada gelombang bunyi yang menghasilkan bunyi glottal,
tetapi juga perubahan yang terjadi pada komposisi bunyi dalam analisis spektral, perubahan
ini menunjukkan sebagai dorongan yang tinggi.
Spektrum bunyi yang diproduksi oleh celah suara cenderung menurun, frekuensi yang rendah
memiliki intensitas yang tinggi dan frekuensi yang tinggi selalu memiliki intensitas yang
rendah.

Fonetik Lain yang Berhubungan dengan Aksen


Van Heuen dan Sluitjer menyebutkan bahwa studi bahasa Inggris yang menunjukkan durasi
dari peningkatan intensitas pada awal sebuah suku kata merupakan hubungan akustik yang
dapat diandalakan dari aksen. Peningkatan intensitas akan lebih cepat jika sebuah silabel
mendapat tekanan.
Dalam berbagai kasus, karena distorsi banyak dipengaruhi factor lain, nilai parameter akustik
biasanya tidak berarti. Pengukuran satu item pembicaraan seharusnya dibandingkan dengan
pengukuran untuk item-item lain dengan cara yang cerdas. Cara yang paling sederhana untuk
menyelesaikannya adalah dengan mempergunakan pasangan minimal.
Titi Nada
Bahasa-bahasa di dunia dapat dibagi dalam bahasa tonal dan non tonal. Perbedaan
karakteristik bahasa tonal adalah kata mungkin memiliki fitur melodi intrinsic. Salah satu
cara menguji kehadiran tone dalam sebuah bahasa yaitu dengan menggunakan fixed carrier
sentenceatau disebut juga dengan istilah framing, misalnya could you show me ____ once
more? Dan mengganti bagian kosong dengan banyak kata-kata yang berbeda. Dalam bahasa
inggris, kontur FO yang sama dapat digunakan pada masing-masing kalimat yang dihasilkan.
Dalam bahasa tonal, akan ditemukan bahwa jika diletakkan pada fixed carrier sentence,
beberapa pergantian kata biasanya membawa kontur FO yang berbeda daripada kata-lata
yang lain di dalam slot. Mungkin akan ditemukan, misalnya, banyak kata membawa FO
turun, sementara beberapa kata seacra konsisten diucapkan dengan FO naik hal ini
merupakan bukti bahwa bahasa itu merupakan bahasa tonal.
Jika terdapat tone dalam sebuah bahasa, kemungkinannya adalah perbedaan tone bersifat
kontrastif dan mungkin dapat digunakan sebagai perbedaan tunggal diantara perbedaan katakata atau elemen-elemen gramatikal.
Parameter akustik utama dari tone adalah frekuensi fundamental. Sebagai perbedaan mungkin
ada perbedaan kualitas suara (register) mengikuti perubahan tone. Kita mungkin menemukan
korelasi dari tone dan struktur segmental. Korelasi seperti itu terjadi karena efek tipe
konsonan terhadap vocal yang mengikutinya.
Beberapa bahasa dikatakan sebagai pitch accent language dari pada bahasa tonal. Istilah
pitch accent, seperti istilah accent dan stress diberikan sebagai definisi dalam literature.

Dalam bahasa tonal prototype, kontras tonal dapat terjadi pada semua silabel kata. Dalam
bahasa pitch aksen prototype, bahasa ini hanya memiliki sebuah tone leksikal (atau melodi
tonal), yang dapat dihubungkan dengan satu atau beberapa silabel sebuah kata, tergantung
pada lokasi aksen. Backman (1968) menemukan bahwa durasi dan intensitas berkorelasi
dengan aksen dalam bahasa non tonal seperti bahasa Inggris, tetapi tidak dalam bahasa pitchaksen seperti bahasa jepang, yang hanya FO-nya berkorelasi dengan aksen.
Intonasi
Intonasi melibatkan penggunaan fitur-fitur prosodic untuk mengungkapkan ekpresi fungsi
komunikatif yang tidak dikaitkan dengan kata-kata, tetapi berhubungan dengan struktur yang
lebih luasmisalnya frasa dan kalimat. Didalam kerangka Cruttenden (1997) analisis tentang
intonasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu frase intonasional (intonational phrasing),
penempatan nucleus (nucleus placement), dan pemilihan tone inti (selection of the nuclear
tone).
Intonational phrasing berkenaan dengan segmentasi pembicaraan kedalam grup-grup intonasi
(intonation group). Didalam grup-grup intonasi, satu silabel yang berkenaan biasanya dapat
dipilih sebagai yang paling menonjol yang disebut dengan nucleus yang biasanya suku kata
yang bertekanan terakhir dalam intonation group. Nucleus dan juga suku kata yang
bertekanan lainnya ditandai dengan perubahan FO yang mencolok. Penempatan nucleus pada
satu atau kata yang lain dalam grup-grup intonasi penting dalam menentukan focus.
Kontur FO yang dimulai pada silabel nucleus dan berlanjut sampai akhir grup-grup intonasi
disebut dengan tone inti (nucleus tone) dalam kerangka Cruttenden. Dalam bahasa tonal,
jumlah fitur intonasional yang digunakan mungkin lebih sedikit dibandingkan dengan bahasa
non tonal.
Penempatan nucleus dalam bahasa tonal mungkin merupakan masalah range FO yang lebih
luas atau lebih sempit. Atau masalah realisasi tone leksikal yang lengkap atau tidak lengkap.
Penemuan nada inti sangat berkurang dalam bahasa tonal, karena bentuk melodi kata
ditetapkan secara leksikal, meninggalkan sedikit ruangan bagi intonasi untuk menambahkan
fitur-fitur melodis.

Anda mungkin juga menyukai