Anda di halaman 1dari 72

PERENCANAAN IMPELLER DAN CASING VOLUTE POMPA

SENTRIFUGAL ALIRAN RADIAL UNTUK KEBUTUHAN


RUMAH TANGGA
TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
Nama

: Uji Winarno

Nim

: 01302 075

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2007

LEMBAR PENGESAHAN
PERENCANAAN IMPELLER DAN CASING VOLUTE POMPA
SENTRIFUGAL ALIRAN RADIAL UNTUK KEBUTUHAN RUMAH
TANGGA

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Teknik ( S-1 )
pada Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik
Universitas Mercu Buana

Disetujui dan Diterima oleh :

Pembimbing Tugas Akhir I

Prof.DR.Candrasa

Pembimbing Tugas Akhir II

Nanang Ruhyat, ST.MT

ABSTRAK

Tujuan dari perencanaan penulis

ini

adalah

agar

mendapatkan

impeller dan casing volute yang lebih efisien.


Pada perencanaan pompa ini penulis merancang jenis impeller dan
casing volute pompa sentrifugal. Head total manometris yang terjadi sebesar
11,52 m .Kerugian Head pada pipa hisap sebesar 0,684 m. Kerugian head
pada pipa tekan sebesar 2,84 mHead statis sebesar 8 m. Diameter pipa
hisap sebesar pipa in atau 20,9 mmDiameter pipa tekan sebesar 15 mm.
Putaran spesifik sebesar 10,72 rpm. Berdasarkan putaran spesifik inilah
didapat impeller sentrifugal yang digunakan pada perencanaan ini dengan
bahan impeller yaitu bronze. Diameter dalam impeller pompa sentrifugal pada
sisi masuk sebesar 27 mm. Diameter impller sebesar sisi keluar

81 mm

dengan jumlah sudu sebanyak 5 buah. Daya yang dibutuhkan sebesar untuk
mengalirkan debit air sebesar 0,0055 m3/s adalah 73,99 Watt.Diameter poros
sebesar 13 mm dengan bahan poros SCM 2 JIS 4105.

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

iii

Kata Pengantar . iv
Daftar Isi . vii
Daftar Tabel .. xi
Daftar Gambar .. xii
Daftar Notasi
Abstrak
Bab I Pendahuluan I-1
1.1 Latar Belakang .. I-1
1.2 Pembatasan Masalah .. I-2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan I-3
1.4 Metode Penulisan .. I-3
1.5 Sistematika Penulisan .. I-4
Bab II Teori Dasar ... II-1
2.1 Dasar Pengertian Pompa . II-1
2.2 Klasifikasi Pompa .. II-2
2.3 Klasifikasi Pompa Sentrifugal .. II-7
2.3.1 Klasifikasi Menurut Desain Pompa II-7
2.3.2 Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller .. II-8
2.3.3 Klasifikasi Menurut posisi Porosnya . II-9
2.3.4 Klasifikasi Menurut Aliran Cairan .. II-10
2.3.5 Klasifikasi Menurut Susunan Tingkat II-10

vii

2.3.6 Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa .. II-10


2.4 Head Zat Cair . II-11
2.5 Putaran Spesifik . II-12
2.6 Kavitasi II-14
2.7 Daya Pompa .. II-14
2.7.1 Daya yang dibutuhkan . II-15
2.8 Ukuran-ukuran Utama Pompa . II-15
2.8.1 Diameter Poros Pompa ... II-15
2.8.2 Sisi Masuk Impeller .. II-16
2.8.2.1 Diameter Naaf Impeller .. II-16
2.8.2.2 Diameter Mata Impeller .. II-16
2.8.2.3 Kecepatan Keliling Sisi Masuk Impeller .. II-17
2.8.2.4 Sudut Sisi Masuk . II-18
2.8.2.5 Segitiga Kecepatan Sisi Masuk Impeller . II-18
2.8.2.6 Lebar Impeller Pada Sisi Masuk .. II-19
2.8.3 Sisi Luar Impeller . II-19
2.8.3.1 Diameter Luar Impeller .. II-19
2.8.3.2 Kecepatan Keliling . II-20
2.8.3.3 Kecepatan Radial ... II-20
2.8.3.4 Sudut Sisi Keluar II-21
2.8.3.5 Segitiga Kecepatan Sisi Keluar II-21
2.8.3.6 Lebar Impeller Pada Sisi Keluar .. II-22
2.8.4 Jumlah Sudu . II-22
2.8.5 Jarak Sudu Sisi Masuk .. II-22
2.8.6 Tebal Sudu II-23

viii

2.8.7 Melukis Bentuk Impeller .. II-23


2.8.8 Rumah Pompa Volute . II-23
2.8.8.1 Radius Lidah Tounge . II-24
2.8.8.2 Sudut Antara Teoritis Tounge dengan
Tounge Aktual . II-24
2.8.8.3 Lebar Rata-rata Tiap Ring . II-24
2.8.8.4 Sudut Rumah Pompa . II-25
Bab III Perhitungan Head Pompa III-1
3.1 Penentuan Diameter Pipa III-1
3.1.1 Luas Penampang Pipa Isap ... III-1
3.1.2 Luas Penampang Pipa Tekan III-3
3.2 Penentuan Sifat Aliran .. III-4
3.2.1 Pipa Isap III-4
3.2.2 Pipa Tekan III-4
3.3 Perhitungan Head Pompa III-5
3.3.1 Perhitungan Head Gesekan Pada Pipa Lurus III-5
3.3.2 Perhitungan Kerugian Head Pada Sisi Tekan III-7
Bab IV Perencanaan Dimensi Utama Pompa Sentrifugal IV-1
4.1 Pemilihan Jenis dan Tingkat Impeller Pada Pompa IV-1
4.2 Efisiensi Operasional Pompa .. IV-2
4.3 Perencanaan Poros .. IV-3
4.3.1 Perhitungan Daya Motor . IV-3
4.3.2 Perhitungan Diameter Poros . IV-4
4.4 Dimensi Sudu dan Impeller . IV-6
4.4.1 Dimensi Impeller Pada Sisi Pemasukan . IV-6

ix

4.4.2 Dimensi Impeller Pada Sisi Pengeluaran IV-10


4.4.3 Perhitungan Jumlah Sudu Impeller .. IV-14
4.4.4 Melukis Bentuk Sudu Impeller IV-15
4.4.5 Perhitungan Ketebalan Sudu . IV-17
4.5 Perhitungan Rumah Pompa IV-18
4.6 Perbandingan IV-20
Bab V Penutup V-1
5.1 Simpulan V-1
5.2 Saran . V-2

DAFTAR TABEL
No. Tabel

Hal

4.1 Perhitungan Melukis Impeller

IV-16

4.2 Tabel Ketebalan Sudu

IV-17

4.3 Tabel Lebar Laluan

IV-18

4.4 Tabel Dimensi Rumah Volute

IV-20

4.5 Tabel Data Teknis Perbandingan Pompa

IV-21

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Hal

2.1 Pompa Aliran Radial

II-4

2.2 Aliran Fluida pada Pompa Sentrifugal

II-4

2.3 Pompa Sentrifugal Volute

II-6

2.4 Pompa Sentrifugal Duffuser

II-7

2.5 Impeller Jenis Radial

II-8

2.6 Impeller Jenis Francis

II-8

2.7 Impeller Jenis Aliran Campur

II-9

2.8 Impeller Jenis Aksial

II-9

2.9 Jenis-jenis Impeller Sesuai kecepatan spesifik

II-13

2.10 Hubungan Kecepatan sisi masuk ijin dengan


Kecepatan yang dibutuhkan dan Putaran pompa

II-17

2.11 Sgitiga Kecepatan Sisi Masuk

II-18

2.12 Segitiga Kecepatan Sisi Keluar

II-21

3.1 Pipa Isap

III-1

3.2 Head Pompa

III-5

4.1 Gambar Jenis-jenis Impeller

IV-2

4.3 Hubungan Koefisien dengan Putaran Spesifik

IV-6

xii

DAFTAR NOTASI

KETERANGAN

SIMBOL

Berat jenis air

kg/m3

Daya

Diameter

cm

Efisiensi pompa

Faktor Pemasukan

Gaya

Head Coefisien

derajat

Jarak

cm

Jumlah Sudu

Kapasitas Pompa

m3/s

Kecepatan Absulute

m/s

Kecepatan Tangensil

m/s

Kecepatan Aliran

m/s

Kecepatan Aliran Relatif

m/s

Lebar

cm

Luas Penampang Bahan

cm2

Luas penampang aliran

cm2

Moment Tahanan

cm3

Panjang

cm

SATUAN

Putaran

rpm

Putaran spesifik

ns

rpm

Suction/Delivery Head

Sudut Absolut

derajat

Sudut Lengkung Sudu

derajat

Sudut

derajat

Tebal

cm

Total Head

Radius

cm

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada era globalisasi sekarang ini mesin mempunyai peran yang penting
dalam kehidupan sehari-hari baik suatu industri besar maupun industri kecil.
Mesin- mesin konversi energi tersebut dibutuhkan untuk mengubah energienergi potensial yang tersedia dialam, menjadi suatu bentuk energi yang
dapat digunakan. Adapun peran serta mesin diantaranya sebagai alat angkut
atau transportasi, penggerak, mesin-mesin industri, dan lain-lain. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan maka jumlah mesin-mesin pun ikut
bertambah sesuai dengan perkembangannya. Meningkatnya pemakaian
mesin-mesin juga berpengaruh terhadap kebutuhan rumah tangga, untuk
memperingan kerja dan membuat nyaman kehidupan manusia

seperti :

I-1

mesin cuci, kulkas, alat pendingin ruangan, kompor, pompa air dan lain
sebagainya.
Dengan adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang ini terutama dalam bidang teknologi pengangkut baik yang berupa
benda padat, cair maupun gas, yang mana sangat dibutukan untuk kemajuan
dalam sektor industri, baik itu tergolong industri ringan maupun industri besar
kesemuanya sudah menggunakan peralatan yang serba modern.
Pompa ialah suatu mesin yang dapat memindahkan sejumlah zat cair
( fluida ) dari suatu tempat yang lain dan juga dapat memindahkan fluida dari
tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi. Pada umumnya pompa
terdiri dari impeller yang memutar fluida atau menghisap fluida dari pipa isap
kepipa tekan pada pompa, dan juga casing volute berfungsi untuk
mengarahkan fluida dari impeller, merubah energi kinetik fluida yang keluar
dari impeller menjadi head tekanan dan mengalirkan kedua pompa. Impeller
dan Casing volute ini sangat besar perannya untuk pompa.

1.2 PEMBATASAN MASALAH


Dalam penulisan ini, penulis memfokuskan permasalahan hanya pada
bagian pompa yaitu perencanaan impeller dan casing volute untuk jenis
pompa sentrifugal. Penulisan ini berjudul Perencanaan impeller dan

I-2

casing volute pada pompa sentrifugal aliran radial untuk kebutuhan


rumah tangga .

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


Tujuan dan manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara kerja dan fungsi impeller dan casing volute.
2. Untuk mengetahui cara perencanaan impeller dan casing volute
3. Untuk mengetahui dan dapat merancang bagian bagian dari
pompa secara teoritis dan analitis.

1.4 METODE PENULISAN


Metode yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas dua tahap
sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data
Mengumpulkan data adalah kegiatan untuk memperoleh data yang
diperlukan dari berbagai literature yang berkenaan.
2. Metode perhitungan data secara analitis
Hal ini menyangkut perhitungan bagian-bagian dari pompa yang akan
dirancang yaitu impeller dan casing volute pada pompa sentrifugal.

I-3

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Pada tahap ini dibuat laporan secara tertulis dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang permasalahan, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika
penulisan

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini memuat tentang konsep teori penjelasan impeller dan casing
volute.

BAB III PERHITUNGAN HEAD POMPA


Bab ini memuat tentang perhitungan head pompa.

BAB IV PERENCANAAN DIMENSI UTAMA POMPA SENTRIFUGAL


Bab ini memuat tentang perencanaan utama pompa sentrifugal.

I-4

BAB V PENUTUP
Bab ini adalah bab penutup atau bab terakhir dari keseluruhan bab
yang terdapat dalam penulisan tugas akhir ini. Pada bab ini juga
terdapat kesimpulan dan saran dari penulisan dimana nantinya
dapat menjadi acuan untuk pengembangan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Dasar Pengertian Pompa


Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan
dari suatu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media dengan cara
menambahkan energi pada cairan dan berlangsung secara kontinyu.
Pompa bekerja dengan mengadakan perbedaan tekanan antara bagian
masuk dan bagian keluar. Dengan kata lain pompa berfungsi mengubah tenaga
mekanis dari suatu sumber tenaga penggerak menjadi tenaga tekanan dari fluida ,
dimana tenaga ini dibutuhkan untuk mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan
yang ada disepanjang saluran pengair.
Pada prinsipnya pompa merupakan sebuah alat pemindah suatu fluida dari
suatu tempat ketempat lainnya dengan adanya suatu tekanan yang terjadi didalam
pompa, yaitu dari tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi. Fluida mengalir
dari suatu tempat yang tinggi ketempat yang rendah, sehingga bagaimana fluida
dapat mengalir dari tempat yang rendah ketempat yang tinggi,ada beberapa faktor
yang menyebabkan, diantaranya :

II-1

- Faktor ketinggian
Karena adanya gravitasi bumi yangmenyebabkan air mengalir dari tempat
yang tinggi ketempat yang rendah, artinya air dapat mengalir dari tekanan yang
rendah ketekanan yang tinggi.

- Faktor jarak
Oleh karena itu untuk mengatasi faktor diatas memerlukan suatu alat yang
dapat menaikkan tekanan dan menekan laju aliran dari fluida yang dibutuhkan,
alat itulah pompa.

2.2 Klasifikasi Pompa


Apabila

ditinjau

dari

cara

penambahan

energi

fluida

yang

akan

dipompakan, maka pompa dapat diklasifikasikan atas dua golongan yaitu :


1. Positive Displacement Pump
Positive displacemant pump merupakan pompa dimana penambahan
energi fluidanya berlangsung secara periodik, dengan memberi gaya kesuatu arah
atau lebih pada fluida dalam ruangan bervolume tertentu sehingga menghasilkan
penambahan tekanan pada fluida sampai mencapai batas yang diperlukan untuk
mendorong cairan melalui valve keluar pipa.pompa ini dapat dibagi dua macam,
yaitu :
a. Reciprocating pump
Reciprorating pump ( pompa torak )_merupakan pompa yang bagian
utamanya terdiri dari silinder dan torak. Pada pompa ini tekanan yang dihasilkan
adalah akibat gerrak bolak-balik dari torak.

II-2

b. Rotary pump
Bagian utama dari pompa ini adalah stator ( rumah pompa ) dan rotor
( bagian yang berputar ). Cara kerja pompa ini yaitu : mula- mula cairan yang akan
dihisap akan mengisi ruangan antara rotor dan stator karena perputaran rotor,
maka cairan akan terperangkap pada ruangan tertutup dan ditekan menuiju keluar
pompa.
2. Pompa Dinamik
Pompa dinamik merupakan suatu pompa dimana energi secara terus
menerus diberikan untuk menambah kecepatan aliran cairan didalam pompa
hingga mencapai kecepatan yang melebihi kecepatan pada bagian luar, lalu
kecepatan ini diturunkan untukmenghasilkan suatu tekanan.
Cara kerja pompa aliran radial
Pompa ini mempunyai impeller yang berfungsi memberi gaya sentrifugal
kepada fluida yang akan dipompakan. Cara kerjanya mula- mula daya dari luar
diberikan kepada poros poros pompa ( 1 ) untuk memutar impeller ( 2 ) Dengan
adanya putaran impeller tersebut, maka fluida yang berada pada sisi masuk
impeller ( 4 ) akan keluar melalui sisi saluran impeller mempunyai kecepatan yang
relatif tinggi.Fluida ini dikumpulkan didalam casing. Selanjutnya fluida tersebut
keluar melaliu sisi keluar pompa tersebut.

II-3

Gambar 2.1 Pompa aliran radial

Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal


Prinsip kerja pompa sentrifugal didasarkan pada ukuran klekekalan energi.
Cairan yang masuk pompa dengan energi total tertentu mendapat tambahan
energi dari pompa sehingga setelah keluar dan pompa cairan akan mempunyai
energi total yang lebih basar.

Gambar 2. 2 Aliran Fluida pada pompa sentrifugal

Secara singkat cara kerja pompa sentrifugal dijelaskan sebagai berikut :


Fluida masuk kedalam rumah pompa disebabkan oleh gaya sentrifugal
yang terjadi akibat putaran impeller, sehingga energi mekanik yang masuk

II-4

ditransformasikan menjadi tekanan. Daya dari motor diberikan kepada poros untuk
memutarkan impeller didalam fluida. Maka fluida yang ada didalam impeller oleh
dorongan sudu- sudu ikut berputar karena adanya gaya sentrifugal, maka fluida
mengalir dari impeller keluar melalui saluran diantara sudu- sudu. Disini fluida
tekanan fluida menjadi lebih tinggi, demikian pula kecepatannya bertambah besar
karena zat fluida mengalami percepatan.
Fluida yang keluar dari impeller ditampung oleh saluran berbentuk volut
dikelilingi impeller dan disalurkan keluar pompa melalui nosel. Didalam nosel ini
sebagian kecepatan aliran diubah menjadi kecepatan. Jadi impeller pompa
berfungsi memberikan kerja kepada fluida sehingga energi yang dikandungnya
bertambah besar.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa pompa sentrifugal dapat merubah energi
mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang
menyebabkan pertambahan head tekanan, head kecepatan dan head potensial
pada fluida yang mengalir secara kontinyu.
Menurut caranya merubah tenaga kinetis cairan menjadi tenaga tekan,
maka pompa sentrifugal ini dapat dibagi dua cara :

Pompa sentrifugal volut


Jenis pompa ini banyak digunakan pada industri industri, tersedia dalam

instalasi vertikal dan horizontal, single atau multi stage untuk aliran besar. Pada
jenis ini, kecepatan fluida yang keluar dari impeller diperkecil dan tekanannya
diperbesar pada saluran spiral didalam casing.Saluran yang berbentuk spiral ini
disebut volut.

II-5

Gambar 2.3 Pompa sentrifugal Volut

pompa sentrifugal diffuser


Pompa jenis ini banyak digunakan dalam konfigurasi unit multistage

bertekanan tinggio. Pada awalnya mempunyai efisiensi yang lebih tinggi dari tipe
volut, namun kini bereferensi hampir sama. Pada pompa ini digunakan diffuser
yang mengelilingi impeller, guna dari diffuser ini adalah untuk menurunkan
kecepatan aliran yang keluar dari impeller sehingga energi kinetis aliran dapat
diubah menjadi tekanan secara efisien diffuser ini digunakan pada pompa yang
bertingkat, sehingga diffuser ini berfungsi sebagai pengaruh aliran discharge
impeller sebelumnya ke suction impeller sebelumnya.

II-6

Gambar 2.4 Pompa sentrifugal diffuser

2.3 Klasifikasi Pompa Sentrifugal


Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan menurut :
- Bentuk rumah pompanya
- Bentuk sudu impellernya
- posisi porosnya
- Aliran cairannya
- Jumlah tingkatannya
- Cara isapnya

2.3.1 Klasifikasi Menurut Desain Rumah Pompa


Dibedakan atas tiga ( 3 ) tipe :
o Pompa volute,dimana rumah pompanya berbentuk spiral volume
o Pompa diffuser, dimana rumah pompa terdapat diffuser yang mengelilingi
impeller.
o Pompa volute ganda, dimaksud agar beban radial pada porosnya tidak
terlalu besar

II-7

2.3.2 Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller


Dibedakan atas :

Impeller jenis radial

Gambar 2.5 Impeller jenis radial

Impeller jenis Francis

Gambar 2.6 Impeller jenis Francis

II-8

Impeller jenis aliran campur

Gambar 2.7 Impeller jenis aliran campur

Impeller jenis aksial

Gambar 2.8 Impeller jenis aksial

2.3.3 Klasifikasi Menurut Posisi Porosnya


o Pompa horizontal
Pompa ini mempunyai poros dengan posisi mendatar
o Pompa vertikal
Pompa ini mempunyai posisi tegak

II-9

2.3.4 Klasifikasi Menurut Aliran Cairan


Dibedakan atas :
o Pompa aliran aksial, dimana arah aliran cairan tegak sejajar dengan
sumbu poros.
o Pompa aliran radial, dimana arah aliran cairan tegak lurus dengan sumbu
poros.
o Pompa aliran campuran, dimana arah aliran tidak aksial maupun radial.
2.3.5 Klasifikasi Menurut Susunan Tingkat
Dibedakan atas :
o Pompa satu tingkat ( single stage )
Pompa ini hanya mempunyai satu impeller, head total yang ditimbulkan
berasal dari satu impeller, sehingga head pompa relatif rendah.
o Pompa bertingkat banyak ( multi stage )
Pompa ini menggunakan banyak impeller yang dipasang secara seri pada
satu poros.
Zat cair yang keluar dari impeller pertama dimasukkan ke impeller
berikutnya dan seterusnya hingga impeller yang terakhir. Head total pompa
merupakan penjumlahan dari head yang ditimbulkan oleh masing masing
impeller sehingga diperoleh head yang relatif tinggi.
2.3.6 Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa.
Dibedakan atas :
o Pompa isapan tunggal

II-10

Pada pompa jenis ini, zat cair masuk dari sati sisi impeller. Kontruksi
pompa sangat sederhana, sehingga umumnya banyak dipakai. Namun tekanan
yang bekerja pada masing masing sisi isap tidak sama sehingga akan timbul
gaya aksial yang gayanya menuju sisi isap.
o Pompa isapan ganda
Pada jenis pompa ini zat cair masuk melalui kedua sisi impeller tersebut,
dipasang saling bertolak belakang, sehingga gaya yang timbul akibat gaya yang
bekerja pada masing masing sisi impeller akan saling mengimbangi. Laju aliran
total sama dengan dua kali laju aliran yang masuk melalui masing masing
impeller. Dibandingkan dengan pompa isapan tunggal yang sama kapasitasnya,
pompa isapan ganda mempunyai kemampuan isap yang lebih baik.

2.4 Head Zat Cair


Aliran zat cair ( Fluida ) melalui suatu penampang saluran. Pada
penampang tersebut zat cair mempunyai tekanan statis P ( kg/m ), kecepatan
rata rata V ( m/s ), dan ketinggian Z ( m) diukur dari bidang referensi, maka zat
cair tersebut pada penampang yang bersangkutan mempunyai head total :
P
V2
+
Z

2g
Dimana :
H=

( II. 1)

p
= Head tekanan

V2
= Head kecepatan
2g

II.1) Sularso dan Haruo Tahara, Pompa dan Kompresor, hal.510

II-11

Z = Head potensial
Ketiga head tersebut diatas adalah energi mekanik yang dikandung oleh
satuan berat 1 kgf zat cair yang mengalir pada penampang yang bersangkutan
head total tersebut dinyatakan dengan satuan tinggi kolom air dalam meter.
Dalam satuan SI, head H dinyatakan sebagai energi spesifik y, yaitu energi
mekanik yang dikandung oleh aliran per satuan massa ( 1 kg ) zat cair, satuan y
adalah j/kg, maka energi spesifik tekanan P/ ,Kecepatan V/2 dan potensial gZ.
Maka persamaan energi spesifik total :

= g .H =

p V2
+
+ gZ

( II.2 )

Dimana :

= massa zat cair per satuan volume ( kg/m 3 )


2.5 Putaran spesifik
Komponen utama pada pompa antara lain adalah impeller dan rumah
pompa. Dimana pada impeller, zat cair mendapat percepatan sedemikian rupa
sehingga dapat mengalir keluar. Bentuk dari impeller pompa dapat ditentukan

dengan menggunakan satuan besaran yang disebut putaran spesifik ( n s ).


Dengan kata lain harga n s dipakai sebagai parameter untuk menentukan jenis
impeller pompa, jadi apabila harga putaran spesifik pompa sudah ditentukan maka
bentuk impeller dapat ditentukan pula.

II.2 ) Sularso & Haruo Tahara Pompa dan Kompresor, hal.10

II-12

Gambar 2.9 Jenis jenis Impeller sesuai kecepatan spesifik


n s = n.Q

( II.3 )

3
H4

Dimana :
n s = Putaran spesifik
n = Putaran pompa ( rpm )
Q = kapasitas pompa ( m 3 /menit )
H = Head total pompa
Kecepatan spesifik yang didefinisikan dalam persamaan diatas adalah sama untuk
pompa pompa yang sebangun atau sama bentuk impellernya, meskipun ukuran
dan putarannya berbeda, ada empat ( 4 ) jenis impeller berdasarkan putaran
spesifiknya adalah sebagai berikut :
n s = ( 100 250 ) = Impeller jenis radial
n s = ( 100 780 ) = impeller jenis francis
3

II.3) Frithz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, hal 248

II-13

n s = ( 320 1400 ) = Impeller jenis aliran campuran


n s = ( 890 2500 ) = Impeller jenis aksial
2.6 Kavitasi
Bila tekanan pada sembarang titik didalam pompa turun menjadi lebih
rendah dari tekanan uap pada temperatur cairannya, cairan itu akan menguap dan
membentuk suatu rongga uap. Gelembung gelembung akan mengalir bersama
sama dengan aliran sampai pada daerah yang mempunyai tekanan lebih tinggi
dicapai dimana gelembung gelembung itu akan mengecil lagi secara tiba tiba,
yang mengakibatkan tekanan yang besar pada dinding didekatnya. Fenomena ini
disebut kavitasi.
Masuknya cairan secara tiba tiba kedalam ruangan yang terjadi akibat
pengecilan gelembung gelembung uap tadi akan menyebabkan kerusakan
kerusakan mekanis, yang kadang kadang akan menyebabkan terjadinya erosi,
yaitu terjadinya lubang- lubang. Sifat sifat lain yang terjadi akibat kavitasi dapat
berupa bunyi ketukan yang kuat dan akan mengakibatkan getarkan pada bagian
bagian pompa.

2. 7 Daya Pompa
Adalah daya dari pompa sentrifugal yang bisa digunakan dan dipindahkan
ke fluida, yaitu:
Pv = g H Q

( II.4 )

Dimana :
4

II.4) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, hal 242

II-14

P v = Daya pompa teoritis ( kW )


H = Head

= Kerapatan fluida ( kg /m 3 )
g = Gravitasi ( m/det 2 )
Q = Kapasitas ( m 3 /det )

2.7.1 Daya Yang Dibutuhkan


Adalah daya yang harus disediakan oleh penggerak pompa, yaitu :
P=

Pv
o

( II.5 )

Dimana :
P = Daya yang dibutuhkan ( kW )
P V = Daya pompa ( kW )

o = efisiensi overall

2.8 Ukuran Ukuran Utama Pompa


2.8.1 Diameter poros pompa
d s = 3 T / 0,2

( II.6 )

Dimana :

II.5) Austin H Chruch, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 35


II.6) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, hal 260

II-15

d s = Diameter poros ( m )
T = Torsi
= P/
P = daya yang dibutuhkan ( kW )

= kecepatan putar ( m/det )


= 2 n / 60

i = 20 N/mm 2 ( pompa satu tingkat )


= 10 15 N/mm 2 ( Pompa tingkat banyak )

2.8.2 Sisi Masuk Impeller


2.8.2.1 Diameter naaf impeller ( Dn )
Dn = ( 1,2 1,4 ) d s

( II.7 )

Dimana :
Dn = diameter naaf ( in )
d s = diameter poros ( in )

2.8.2.2 Diameter mata impeller


Do =

4Q
+ Dn
Vo

( II.8 )

Dimana :
7

II.7) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, hal 260


II.8) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, hal 261

II-16

Q = kapasitas ( ft 2 /det )
Vo = kecepatan sisi masuk ijin ( ft 2 /det )
Dn = dimeter naaf ( m )

(m/det)

V0

n = 3000

n = 750

n = 1500 menit

0,003

6
0,01

0,02

0,03

3 4
0,1

0,2

0,6

Q (m3/det)
Gambar 2.10 Hubungan kecepatan sisi masuk ijin dengan kecepatan yang
Dibutuhkan dan putaran pompa

2.8.2.3 Kecepatan keliling sisi masuk impeller ( U I )


U1 =

D!n
60

( II.9 )

Dimana :
U 1 = kecepatan keliling sisi masuk ( m/det )
D 1 = diameter mata impeller ( m )
n = putaran poros ( rpm )
2.8.2.4 Sudut Sisi Masuk ( 1 )

II.9) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 108

II-17

Fluida dianggap masuk impeller secara radial, sehingga sudut masuk absolute (

1 ) = 90 o , maka sudut ( 1 ) dihitung dengan :


Tan 1 =

Vr1
U1

( II.10 )

Dimana :

1 = sudut sisi masuk


Vr1 = kecepatan aliran radial ( diperhitungkan terhadap faktor penyempitan dan
kecepatan aliran masuk ijin )
= ( 1,1 1,3 ) Vi
V i = kecepatan aliran masuk ijin

U 1 = kecepatan keliling sisi masuk

2.8.2.5 Segitiga Kecepatan Sisi Masuk Impeller


Segitiga kecepatan dapat digambarkan sebagai berikut :

Vr1

V1
1

U1
Gambar 2 11 Segitiga kecepatan sisi masuk

Dimana :
U 1 = kecepatan keliling sisi masuk ( m/det )
1

II.10) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, 262

II-18

Vr1 = kecepatan aliran radial ( m/det )

1 = sudut sisi masuk


V1 = kecepatan relatif ( m/det )

2.8.2.6 Lebar Impeller Pada Sisi Masuk ( b1 )


b1 =

Q
.D1Vr1 1

( II.11 )

Dimana :
b1 = lebar impeller pada sisi masuk ( m )
Q = kapasitas ( m 3 /det )
D1 = diameter sisi masuk ( m )
Vr1 = kecepatan arah alian radial ( m/det )

= 0,8 0.9 ( factor kontraksi )

2.8.3 Sisi Luar Impeller


2.8.3.1 Diameter Luar Impeller ( D 2 )
D2 = 1840 H
n

( II.12 )

Dimana :
D2 = diameter luar impeller ( in )
1

II.11) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 94


II.12) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 34

II-19

= koefisien tinggi tekan ( 0,9 1,2 )

H = head pompa ( ft )
n = putaran poos pompa ( rpm )

2.8.3.2 Kecepatan Keliling ( U 2 )


U2 =

.D2. n
60

( II.13 )

Dimana :
U 2 = kecepatan keliling impeller sisi luar ( m/det )
D2 = diameter luar impeller ( m )
n = putaran poros ( rpm )

2.8.3.3 Kecepatan Radial ( Vr 2 )


Kecepatan radial sisi keluar diperhitungkan dari radial sisi masuk yaitu :
Vr2 = Vr1 - 15 % Vr1

( II.14 )

Dimana :
Vr2 = kecepatan raduial keluar ( m/det )
Vr1 = kecepatan radial masuk ( m/det )

2.8.3.4 Sudut Sisi Keluar (

Besarnya sudut sisi keluar dibuat lebih besar dari sudut sisi masuk untuk
mendapatkan aliran yang lancar.
1

II.13) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 35


II.14) Austin H Chrunch, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 98

II-20

( II.15 )

= ( 15 o - 40 o )

2.8.3.5 Segitiga kecepatan Sisi Keluar


Untuk mendapatkan besarnya kecepatan relative ( w2 ) dan kecepatan air
keluar ( V 2 ) dapat dibuat segitiga kecepatan sisi keluar impeller dengan bantuan
besar besaran yang telah didapat terlebih dahulu.
Keterangan gambar :
V`

V
Vr

'2

VuVu2

U2
Gambar 2.12 Segitiga kecepatan sisi keluar
U 2 = kecepatan impeller sisi keluar ( m/det )
Vu 2 = kecepatan keluar tangensial ( m/det )

= sudut sisi keluar

' 2 = sudut sisi keluar actual


Vr 2 = kecepatan radial keluar ( m/det )
Vu 2 = kecepatan keluar tangensial absolute ( m/det )
2.8.3.6 Lebar Impeller Pada Sisi keluar ( b 2 )
b2 =

Q
Vr2. .D2.

( II.16 )
2

II.15) Austin H Chrunch, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 98


II.16) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 98

II-21

Dimana :
Q = jumlah aliran total ( m 3 /det )
Vr2 = kecepatan radial keluar ( m/det )
D 2 = diameter luar impeller ( m )

2 = faktor koreksi yang disebabkan ketebalan sudu


= ( 0,9 0,95 )

2.8.4 Jumlah Sudu ( z )


Jumlah sudu dihitung dengan :
z = 6,5

D2 + D1
sin
D2 D1

( II.17 )

Dimana :
D2 = diameter luar impeller ( m )
D1 = diameter dalam impeller ( m )

1+
2

2.8.5 Jarak Sudu Sisi Masuk ( t 1 )


t1 =

.D1
z

( II.18 )

Dimana :
D1 = Diameter dalam impeller ( m )
z = jumlah sudut
2.8.6 Tebal Sudu ( s )
1

II.17) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, 255


II.18) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor, 266

II-22

S = ( 3 6 mm ), untuk bahan perunggu, logam ringan, dan baja tuang


= ( 2 10 mm ), untuk bahan besi tuang kelabu
2.8.7 Melukis Bentuk Impeller
Melukiskan bentuk impeller dapat dilakukan dengan metode arkus tangen
yaitu dengan rumus :

R 2b R 2 a
2( Rb cos b Ra cos a )

( II.19 )

Dimana :
Ra = jari jari knsenrtis lingkaran dalam
Rb = jari jari konsentris lingkaran luar
a

dan b = indek yang menunjukkan bagian dalam dan luar lingkaran konsentris.

2.8.8 Rumah Pompa ( Volute )


Fungsi rumah pompa ( volute ) adalah untuk mengkonversi tinggi
kecepatan ( velocity ) dari fluida menjadi tinggi tekan. Untuk perencanaan rumah
pompa dimulai dari suatu garis dasar yang dinamakan lidah ( tongue )

2.8.8.1 Radius Lidah Tongue ( R t )


Dapat menggunakan rumus :
Rt = ( 1,05 1,10 ) R2

( II.20 )

II.19) Austin H Chrunch, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 98


II.20) Austin H Chrunch, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 119

II-23

2.8.8.2 Sudut Antara Tongue Teoritis Dengan Tongue Aktual.

132 log10 ( Rt / R2 )
tan ' 2

( II.21 )

2.8.8.3 Lebar Rata Rata Tiap Ring ( Bave )


Bave = b3 + 2 tan / 2

( II.22 )

Dimana :
b3 = lebar rumah pompa
b2 = lebar impeller pada sisi keluar
R2 = jari jari luar impeller
R = jarak antara dua radius R dan R2
= Rave - R
Rave = jari -=jari rata rata rata
Penampang rumah pompa berbentuk trapesium dengan sudut antara dinding
dengan garis horizontal 30 o . Rencana rumah pompa ditentukan oleh sudut yang
dihitung.

2.8.8.4 Sudut Rumah Pompa ( o )

360 R2Vu 2
=
Q

R2

R
R

( II.23 )

II.21) Austin H Chrunch, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 120
II.22) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 121
2
II.23) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentri Fugal, hal 118
2

II-24

BAB III
PERHITUNGAN HEAD POMPA

3.1 PENENTUAN DIAMETER PIPA


Dalam perencanaan ini diameter pipa ditentukan berdasarkan jenis
cairan yang akan dialirkan. Apabila diameter pipa terlalu kecil, maka laju
aliran akan tinggi dan sebaliknya jika diameter pipa terlalu besar maka laju
aliran akan rendah. Laju aliran yang akan menimbulkan kerugian gesekan
yang besr pada pipa. Sedangkan kecepatan aliran cairan yang akan diizinkan
pada pipa discharge adalah 1 3 m/s.
3.1.1 Luas Penampang Pipa Isap
Kecepatan yang diizinkan dalam pipa hisap adalah 1,2 5,4 m/s . Dalam
perencanaan ini kecepatan aliran dalam pipa hisap direncanakan 2 m/s.

Gambar 3.1 Pipa Isap

III-1

Q=V.A

( III.1 )

III

Dimana :
Q = Kapasitas pompa, m/s
= Direncanakan untuk mengisi tangki atas sehingga penuh
dalam 30 menit.
V = Volume tangki air
= 0,9 m
t = Waktu yang diperlukan untuk mengisi tangki dengan air sampai
penuh.
= 30 menit = 1800 detik.
V

Q=

0,9 m / s

1800

Q = 0.5 10-4 m3/s


Q = 0,5 I / s
Vs = Kecepatan masuk aliran 2 m / s.
As = Q
Vs
As = 0,5 10
2
As = 0,25 10 m
Luas penampang pipa isap :
AS =

d 2S

4
dS = 0.0178 m
dS = 0.702 m
Dalam perencanaan ini diambil pipa dengan diameter inci dengan
ukuran pipa sebagai berikut :

III

Diameter luar pipa

= 0,02667 m

III.1) Sularso & Harao Tahara,Pompa & Kompresor hal 5

III-2

Diameter dalam pipa

= 0,0209296 m

Kecepatan aliran dalam pipa isap sebenarnya :


vs

A
vs =

4Q
d s

4 0.5 10-3
2

( 0.0209296 )
vs = 1.45 m/s
3.1.2 Luas Penampang Pipa Tekan
Luas penampang pipa tekan dapat dihitung dengan menggunakan cara :
vd = Kecepatan keluar air 3 m/s
Ad =

Q
Vd

0.5 X 10 3
-4
3
= 1.6610 m
3

dd = 0.0147567 m
Dalam perencanaan ini diambil pipa dengan diameter inci dengan
ukuran pipa sebagai berikut :

Diameter luar pipa

Diameter dalam pipa : 0.0157988 m

: 0.021336 m

Kecepatan aliran air dalam pipa discharge adalah :


Q
4 X 0.5 X 10 3
vd =
.=
Ad
(0.0157988 2 )
vd = 2.25 m/s.
Dalam perhitungan diatas, ternyata kecepatan aliran cairan dalam pipa
isap dan pipa tekan masih dalam batas yang diizinkan sehingga pipa
dalam perencanaan ini dapat digunakan.
3.2 PENENTUAN SIFAT ALIRAN
Penentuan sifat aliran dapat dihitung dengan :
III-3

3.2.1 Pipa isap


Perhitungan pada pipa isap dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Re =

v ds

( III.2 )

IV

v
Dimana :
vs = Kecepatan aliran dalam pipa isap
= 1.45 m/s
ds = Diameter dalam pipa isap
= 0.0209296 m
v = 0.804 10-6 m2/s
Re = 1.45 (0.0209296)
0.804 10-6
Re = 37.746,17 aliran yang terjadi adalah Turbulen
3.2.2 Pipa Tekan
Perhitungan pada pipa tekan dapat dihirung dengan menggunakan rumus:
Re = vd dd
v
Dimana :
vd = kecepatan aliran dalam pipa keluar
= 2.55 m/s

Re =

2.55 (0.0157988)
0.804 10-6

Re = 50.108,13 aliran yang terjadi adalah Turbulen


Untuk Re <2000, aliran dalam pipa adalah aliran laminar
Re = 2000 : 4000, aliran dalam pipa adalah peralihan laminar ke
turbulen
Re > 4000, aliran dalam pipa adalah aliran turbulen

IV

III.2.) Alan L. Prashun, Fundamental of Fluid Mechanics hal 233

III-4

Sehingga dari hasil perhitungan di atas maka, aliran dalam pipa pipa
tersebut adalah aliran turbulen.
3.3 PERHITUNGAN HEAD POMPA
Jika zat cair mengalir melalui suatu instalasi pompa, maka zat cair
akan mengalami hambatan pada pipa. Dengan demikian menimbulkan
kerugian-kerugian pada hisap dan tekan.

Gambar 3.2 Head Pompa

3.3.1 Perhitungan Head Gesekan Pada Pipa Lurus


a. Kerugian Head gesekan pada pipa lurus (hls)
Kerugian head gesekan pada pipa yang lurus dapat dihitung dengan
menggunakan Rumus :
2
hls = f Is vs
ds 2g
Dimana :

.(

III.3 )

= factor gesekan pipa

Is = panjang pipa hisap


= 4.5 m
ds = diameter pipa hisap
V

III.3.) Frank M. White Fluid Mechanics hal 340

III-5

= 0.0209296 m
vs = kecepatan aliran pada hisap
= 1.45 m/s
g = percepatan grafitasi
= 9.81 m/s2
Dari mody diagram di dapat :
f = 0.00225
hls = 0.00225

pada Re = 37.746,17

4.5
(1.452)
0.0209296 29.81

hls = 0.518 m
b. Kerugian Head Akibat Sambungan 900 (hls )
2
hl1 = nk1 v
2g
Dimana :
n = jumlah sambungan 900
= 1 buah
k1 = factor kelengkungan pipa lekuk 900
= 0.55
sehingga didapat :
(1.45 2 )
2 X 9.81

hl1 = 0.55

= 0.518m
c. Kerugian head pada kutub isap dengan saringan (hl2 )
hl2

v2
2g

Dimana :
k = factor akibat adanya katub hisap dengan saringan
= 1
2
hl2 = 1 (1.45 )
29.81

hl2 = 0.1072 m
Jadi kerugian head pada sisi isap seluruhnya adalah :
hsl

= hls + hl1 + hl2

III-6

hsl

= 0.518 + 0.0589 + 0.14072

h2l = 0.684 m
3.3.2 Perhitungan Kerugian Head Pada Sisi Tekan
Pada perhitungan kerugian head pada sisi tekan

dicari dengan

menggunakan cara :
a. kerugian head gesekan pada pipa lurus
Kerugian head gesekan pada pipa lurus dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
=

hl2

( III.4 ) VI

I v2
D 2g

Dimana :
f = factor gesekan pipa tekan
ld = panjang pipa tekan
= 5m
d = diameter pipa tekan
= 0.0157988 m
v = kecepatan aliran pada pipa tekan
= 2.55 m/s
dari mody diagram di dapat :
f = 0.0205

dari Re = 50.108,13

sehingga didapat :
hld = 0.0205

5 (2.552)
0.0157988 29.81

hld = 2.15 m
b. Kerugian head akibat adanya belokan 900 ( hl1 )
hl1

VI

2
= nk v
2g

III.4) Ronald V. Gikes Mekanika Fluida & Hidrolika, hal 103

III-7

Dimana :
n = jumlah belokan
= 1 buah
k = factor kelengkungan pipa siku 900
= 0.55
sehingga didapat :
(2.552)

hl1 = 20.55

29.81
hl1 = 0.36 m
c. Kerugian head akibat kecepatan pada ujung pipa buang
2
= n v
2g

hl2

(III. 5)

VII

Dimana :
n = jumlah kutub buang
= 1 buah
hl2 = 1

(2.552)
2 9.81

hl2 = 0.33 m
Jadi kerugian head pada sisi tekan pompa adalah :
hld

= hls + hl1 + hl2

hld

= 2.15 + 0.36 + 0.33

hld

= 2.84 m

Dengan demikian head total pompa adalah :


Htotal = hld

+ hls + Ztotal

= 2.84 + 0.6841 +8
= 11.5241m
Dimana :
Ztotal = tinggi total
=8
VII

III.5) Ronald V. Gikes Mekanika Fluida & Hidrolika, hal 256

III-8

BAB IV
PERENCANAAN DIMENSI UTAMA
POMPA SENTRIFUGAL

4.1 Pemilihan Jenis dan Tingkat Impeler pada Pompa


Dalam menemtukan tipe impeller dari suatu pompa harus diketahui
dahulu putaran spesifik dari pompa tersebut. Kecepatan spesifik adalah
suatu istilah yang dipakai untuk memberikan klasaifikasi impeller yang
berdasarkan prestasi dan proporsinya tanpa memperhatikan ukuran
actual dan kecepatan dimana pompa itu beroperasi. Untuk menghitung
kecepatan pada pompa yang akan direncanakan dapat menggunakan
persamaan rumus ( II. 3 )
ns = n

Q
H

Dimana :
n

= putaran motor, rpm ( n =3000 rpm )

= debit pada pompa, m

(Q = 0,0055 m )
IV-1

= tinggi manometris ( H

ns = 3000

= 11,52 m )

5.10 4
11,52

= 10,72
Dengan melihat gambar 4.1 dibawah ini, maka ditentukan jenis
impellera yaitu low speed impeller. Dengan baik isapan tunggal dan satu
tingkat pompa sudah dapat bekerja dengan baik.

Gambar 4.1 Gambar jenis-jenis impeller


4.2 Effisiensi Operasional Pompa
a. Effisiensi hidrolis

Effisiensi hidrolis

= 0,750-0,85

Untuk efisiensi hidrolis diambil = 0,85


b. effisiensi Mekanis
Effisiensi hidrolis

= 0,9-0,95

Untuk efesiensi mekanis diambil = 0,95

IV-2

c. Effisiensi Volumetris
Effisiensi hidrolis

= 0,94 0,995

Untuk effisiensi volumetric diambil = 0,98


Sehingga untuk effisiensi operasionalnya :

op

= 0,85 x 0,95 x 0,98


= 0,79

Effisiensinya operasionalnya pompa

op

= 0,63 0,84 ini berarti

op

yang direncanakan memenuhinya persyaratan.

4.3 Perencanaan poros


4.3.1 Perhitungan Daya Motor
Untuk menggerakan pompa dipilih motor listrik yang dihubungkan
langsung dengan kopling. Daya motor dihitung dengan menggunakan
persamaan rumus ( II. 4 ) :
P=

.Q p .H man

Dimana :
P

= daya motor

op

= overall efficiency dari pompa

Qp

= kapasitas pompa m

op

= masa jenis fluida pada temperatur

= berat jenis fluida

IV-3

= .g

Qth

= Q/

Qth = Q/0,95
= 5.10-4 / 0,95
= 5,2.10-4 m3/s
995,7.9,8.5,2.10 411,52
P =
0,79
= 73,99 watt
4.3.2 Menghitung Diameter Poros
Perhitungan poros ini adalah pada beben torsi, untuk poros pompa
perencanaan ini dipilih bahan poros SCM 2 JIS 4105 dengan

85 kg/mm
Dengan faktor keamanan Sf =8. maka perhitungan adalah sebagai
berikut :

max

3.sf

( IV.I )

85
3.8

= 6,13 kg/mm2
Sehingga
Torsi poros
T=

60.P
2. .n

IV.1) Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompresor, hal 267

IV-4

60.73,99
2.3,14.3000

= 0,23 Nm
= 23,46 kgmm
Diameter poros
ds = 3

16.23,46
.6,13

= 2,69 mm
3 mm
Pada perencanaan diameter poros bertingkat, dan untuk
keseimbangan

dan

memperhatikan

faktor

kekuatan,

maka

diameter poros terkecil ds diambil 6 mm


Diameter naaf ( dn)
Dn = (5-10) + ds
= 10 + 3
= 13 mm

Gambar 4.2 Sketsa Impeller


IV-5

4.4

Dimensi Sudu dan Impeler

4.4.1 Dimensi Impeller pada sisi pemasukan


a.

Kecepatan radial pada sisi masuk ( Vr i )


Untuk nq= 10,72 maka didapat KV m l = 0,11
Vrl = KVml 2.g .H man

( IV.2 )

= 0,11 2.9,8.11,52
= 1,65 m/s

Grafik 4.3 Grafik hubungan koefesien dengan putaran spesifik


b.

Kecepatan masuk
Dalam perencanaan Vo adalah :
Vo = 0,8 Vrl
= 0,8.1,65
= 1,32 m/s

IV.2) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentrifugal hal 108

IV-6

c.

Diameter mata impeller


=

4.Qth
2
+ dn
.Vo

4.5,2.10 4
+ 0,014 2
.1,32

do

= 0,027 m
= 27 mm
d.

Diameter sisi masuk impeller


Untuk diameter sisi masuk (d1) besarnya adalah :
D1 = D2
Diameter masuk dibuat sama dengan diameter mata
impeller dikarenakan asumsi fluida memasuki impeller
adalah radial dan membentuk sudut 90o.

e.

Kecepatan keliling paa sisi masuk (U1)


Untuk kecepatan keliling pada sisi masuk dapat
menggunakan rumus dengan persamaan ( II.9 )

.d1 .n
60

U1 =
=

.0,027.3000
60

= 4,24 m/s

IV-7

f.

Sudut sisi masuk


Fluida biasanya dianggap masuk ke sudu-sudu secara
radial, sehingga sudut sisi masuk ( =90o) karena Vr = V.
Dapat menggunakan persamaan ( II.10 )
tan =

Vri
U1
1,6
4,24

arc tan =0,37


= 20,67
= 21o
Harga = 21o masih berada dalam batasan yang yang
diijinkan yaitu 15 o s/d 30o.
g.

Jarak antara sisi masuk


Untuk menentukan jarak sudu masuk, kita asumsikan
banyak sudu adalah 5 buah
Maka besarnya t =

.d1
Z
3.14.27
5

= 16,95 mm

IV-8

h.

Koefesien penyempitan masuk ()


Koefesien penyempitan sisi masuk dapat ditentukan jika
dapat menentukan harga Su1 , kita asumsikan besarnya
tebal sudu 2 mm
Su1 =

S1
sin

4
sin 21

= 11,16 mm
Dengan demikian besarnya koefesien penyempitan sisi
masuk 1 :
t1
t1 S u1

1 =

16,59
16,59 11,16

= 3,0
i.

Lebar sisi masuk impeller


b1 =

Qth
.d1 .Vr1 . 1
5,2.10 4
.0,027.1,6.0,86

= 0,00445 m
= 4,4 mm

j.

Segitiga percepatan

Merupakan bagian mencari harga V (kecepatan relative fluida


terhadap impeller) yaitu dengan menggambar vector gaya yang bekerja
IV-9

pada sisi masuk.

Dari grafik diatas didapat kecepatan rekatif air meninggalkan impeller v =


m/s

4.4.2 Dimensi impeller pada sisi pengeluaran


a. Perhitungan diameter luar impeller
Dengan mengambil referensi dari Khertagurov bahwa ns= 10
maka perbandingan antara d2/d1 = 2,5-3,5 sehingga dalam
perencanaan digunakan:
d2
= 3
d1
d2 = d1.3
d2 = 3 . 27
= 81 mm
b. Kecepatan keliling Pengeluaran
Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (II.13)
U2 =

.d 2 .n
60

c. Sudut sisi Keluar


Besarnya sudut keluar 15o-40o maka untuk = 33o

IV-10

d. Kecepatan radial sisi keluar


Kecepatan radial sisi keluar diperoleh dengan persamaa
( II.14 )
Vr2 = (0,85-1).Vr1
= 0,85. 1,65
= 1,4 m/s
e. Kecepatan Tangensial
VU2 =U2-

Vr 2
tan

1,4
tan 33

= 12,72 -

= 10,56 m/s
f. Kecepatan Absolut Tangensial

Tinggi tekan yang diberikan impeller ke fluida


Hvir =

H man
th

11,52
0,85

=13,5

Tinggi tekan untuk jumlah sudu tak terhingga

H vir
=

U 2 .Vu 2
9,8
=

12,72.10,56
9,8

= 13,7 m

IV-11

Koefesien alliran sirkulasi ()

H vir

H vir

13,5
13,7

= 0,98

Kecepatan absolute tangeensial (Vu2)

Vu2 = .Vu 2

= 0,98.10,56
= 10,34 m/s

Sudut sisi keluar aktual (2)

= arctan

Vr 2
Vu 2

= arctan

1,4
10,56

= 7,5o

Kecepatab absolute sisi keluar


V2 = Vr 2 2 + Vu 2 2
=

1,4 2 + 10,56 2

= 10,6 m/s
g. Jarak bagi antara sudu sisi masuk
Untuk menentukan jarak sudu masuk, kita asumsikan banyak
sudu adalah 5 buah

IV-12

Maka besarnya t2 =

.D2
Z
=

.81
5

= 50,86 mm
h. koefesien penyempitan sisi masuk
Koefesien penyempitan sisi masuk dapat ditentukan jika
kitadapat menentukan harga Su2

,kita asumsikan besarnya

tebal sudu = 4 mm maka


Su2 =

S2
sin

4
sin 33o

= 7,34 mm
Dengan demikian besarnya koefeien penyempitan sisi masuk

2=

t2
t2 Su2

50,86
50,86 7,34

= 1,16
i. Lebar impeller sisi keluar
Lebar impeller sisi keluar dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan ( II.16 )
b2 =

Qth
.d 2 .Vr .

IV-13

5,2.10 4
.0,081.1,4 x 0,9

= 1,6 .10-3 m
= 1,6 mm
j. segitiga kecepatan v2
Merupakan bagian mencari harga V2 (kecepatan relative fluida
terhadap impeller) yaitu dengan menggambar vector gaya yang bekerja
pada sisi keluar
Dari grafik diatas didapat kecepatan rekatif air meninggalkan impeller v =
m/s

4.4.3

Perhitungan Jumlah Sudu Impeler


Dengan mengambil referensi dari Khertagurov halaman 106,

jumlah sudu yang biasa digunakan adalah 5 -13 buah. Jumlah sudu
haruslah sesuai enga ketentuan yang telah diberikan sehingga
memberikan pengarahan yang baik pad zat cair yang dipompa. Jumlah
yang makin banyak akan menyebabkan semakin banyak kerugian akibat
gesekan.
Dari perhitungan sebelumnya, jumlah sudu yang diasumsikan
adalah 5 buah. Untuk itu kita harus memeriksa kembali ketepatannya
dengan menggunakan persamaan rumus ( II.17 )
Z = 6,5 x

d 2 + d1
+
sin 1
d 2 d1
2

IV-14

Z = 6,5

81 + 27
21 + 33
sin
81 27
2

= 4,2

4.4.4 Melukis Bentuk Sudu Impeler


Untuk merencanakan bentuk kelengkungan sudu impeller
digunakan metode Tangen Circular Arc dengan menggunakan
persamaan ( II.19 ) :

Rb2 Ra2
2( Rb cos b Ra cos

Dari perhitungan telah didapat:

Untuk inlet
Vri = 1,66 m/s
1 = 21o
d2 = 27
Untuk outlet
Vr2 = 1,44 m/s
2

= 33 o

d2

= 81 mm

Sebelum menghitung dengan persamaan diatas terlebih dahulu


dibuat grafik :
Agar mempermudah melukis bentuk sudu dibuat tabel berdasarkan
grafik.
IV-15

Tabel 4.1 .Perhitungan Melukis Impeller


Ring

R2

cos

Rcos

1
B
C
D
2

13.5
20.25
27
33.75
40.5

182.25
410.0625
729
1139.063
1640.25

21
24
27
30
33

0.933
0.914
0.891
0.866
0.838

12.5955
18.5085
24.057
29.2275
33.939

Rcos2Rcosb1
0
5.913
5.5485
5.173
4.7115

R22-R12

0
227.8125
318.9375
410.0625
501.1875

0
19.2637
28.74088
39.63488
53.18768

Langkah-langkah melukis sudu dengan jari-jari : R = 1.b,c,d, 2


1. Buatlah Lingkaran jari-jari R = 1, b,c,d,2
2. Buatlah lingkaran dari 1a dibuat garis sudut 1 =21o
3. Kemudian dari titik 1,ukur panjang = 19,26 sehigga didapat
titik A
4. Dengan titik pusat A, dibuat lingkaran dari 1 sampai memotong
lingkaran di 1b dan didapat titik B
5. Kemudian ukurlah panjang 2 = 14,37 mm dari titik B melintasi
titik A sehingga didapat titik C
6. Denga titik pusat di C, dibuat lingkaran dari titik B hingga
memotong lingkaran 1c dan didapat titik D.
7. ukurlah panjang 3 = 39,63 mm dari titik D yang melintasi C dan
didapat titik E
8. Demikian seterusnya dengan titik pusat E, dibuat lingkaran dari
titik d sampai memotong lingkaran 1d didapat titik F
9. Kemudian ukur 4 = 53,18 mm dari titik F melewati titik E dan
diperoleh titik G

IV-16

10. Dengan titik G sebagai pusat, Dibuat lingkaran dari F sampai


memotong lingkaran 2 sehingga di peroleh titik H

4.4.5 Perhitungan Ketebalan Sudu


1. Ketebalan Sudu
tabal Sudu dapat dihitung berdasarkan pada jari-jari lingkaran yang
relah dipilih Persamaan untuk menentukan ketebalan sudu
diperoleh dengan persamaan untuk menentukan kontraksi yaitu :
t=

sin ( .D D )
Z

Untuk harga kontraksi diambil 0,86-0,9, yang secara konstan akan


naik mulai dari 0,86 sebanyak 0,01. Berdasarkan rumus di atas
maka didapat tebal sudu pada table berikut ini:
Tabel 4.2 Ketebalan sudu

21
22
23
24
25

D
27
40.5
54
67.5
81

E
0.86
0.87
0.88
0.89
0.9

t
0.830844
1.223375
1.587082
1.86516
2.136456

Jumlah sudu(Z) adalah 5


2. Lebar Laluan
Lebar laluan impeller pada jari-jari yang akan dipilih diperoleh
dengan menggunakan rumus :

IV-17

b=

Qth
.D. .Vr

( IV.3 )

Tabel 4.3 Tabel Lebar Laluan


D
0.027
0.0405
0.054
0.0675
0.081

0.86
0.87
0.88
0.89
0.9

Vr
1.6
1.56
1.52
1.48
1.4

B
0.004458
0.003013
0.002293
0.001863
0.001623

4.5 Perhitungan Rumah Pompa


Rumah pompa berbentuk spiral yang bertujuan merubah velocity
head dari air yang meninggalkan impeller menjadi pressure head
seefesien mungkin
1. Jari-jari kelengkungan volute bagian dalam
R3 = (1,02-1,05).R2
= 1,05.40,5
= 42,525
2. Lebar Volute pada lidah Casing (b3)
b3 = b2 + (0,025.R2)
= 1,6 + (0,025.81)
= 3,625

IV.3) Austin H Church, Pompa dan Blower Sentrifugal hal 106

3. Jari-jari lingkaran penampang Volute (v)


v =

2. .R3
x

Dimana = Sudut pembagi, dipilih 45o sebagai interval pertama


IV-18
x = faktor kontanta
= (0,72/Q).ku.
ku = Vu2 x R2
= 11,8 .
= 0,478
x = (0,72/0,0005)x0,478x3,14
= 2160,8
maka
v =

45
45
2.
.0,0425
2160,8
2160,8

= 8,76.10-4m
= 0,87 mm
4. Jari-jari Volute bagian luar
Ra = R3 + (v)
= 42,5 + 0,87
= 43,37 mm
Untuk sudut-sudut pada interval yang lain dapat dihitung dengan
rumus diatas dan kemudian diamsukkan ke dalam table.

IV-19

Tabel 4.4 Tabel Dimensi Rumah Volute

0
45
90
135
180
225
270
315
360

v
0
0.876206
2.478286
4.552902
7.00965
9.796284
12.87755
16.22757
19.82629

Ra
42.5
43.37621
44.97829
47.0529
49.50965
52.29628
55.37755
58.72757
62.32629

5. Sudu lidah Volute


Sudu Lidah Volute dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(II.21) :
L =

132.Log ( R3 / R2 )
tan 2
132.Log (0,0425 / 0,0405)
tan 7,5 0

= 20,9o
4.6 Perbandingan
Untuk membandingkan hasil pompa perencanan penulis membandingkan
dengan pompa Panasonic GA-200 JBE

IV-20

Tabel 4.5 Data Teknis Perbandingan Pompa


Panasonic
Daya
Kapasitas /debit
Total head
D. Pipa suction
D. Pipa discharge
D. Impeller

200 Watt
35 l/s
20 m
25,4 mm
25,4 mm
120 mm

Perencanaan
Daya
Kapasitas /debit
total head
D. Pipa suction
D. Pipa disharge
D. Impeller

73,99 watt
30 l/s
11 m
15 mm
20 mm
81 mm

Pompa Perencanan ini mempunyai watt kecil cocok untuk daerah mata
airnya tidak terlalu dalam.

IV-21

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pada perencanaan pompa ini berfungsi untuk memindahkan fluida
berupa air di bawah permukan air ke tanki penampungan. Dalam
perencanaan ini digunakan jenis pompa sentrifugal.
1. Head total manometris yang terjadi sebesar 11,52 m .
2. Kerugian Head pada pipa hisap sebesar 0,684 m
3. Kerugian head pada pipa tekan sebesar 2,84 m
4. Head statis sebesar 8 m.
5. Diameter pipa hisap sebesar pipa in atau 20,9 mm
6. Diameter pipa tekan sebesar 15 mm
7. Putaran spesifik sebesar 10,72 berdasarkan putaran spesifik inilah
didapat impeller sentrifugal yang digunakan pada perencanaan ini
dengan bahan impeller yaitu bronze.

V-1

8. Diameter dalam impeller pompa sentrifugal pada sisi masuk


sebesar 27 mm.
9. Diameter impller sebesar sisi keluar 81 mm dengan jumlah sudu
sebanyak 5 buah
10. Daya yang dibutuhkan sebesar untuk mengalirkan debit air
sebesar 0,0055 m3/s adalah 73,99 Watt.
11. Diameter poros sebesar 13 mm dengan bahan poros SCM 2 JIS
4105

5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan ukuran impeller yang sesuai dengan
kapasitas dan daya hisap dan tekan diperlukan daya yang sangat
besar. sesuai dengan rumus bantuan yaitu rumus putaran spesifik
2. Untuk mengurangi laju karat dipilih bahan impeller dari bahan
perunggu yang mempunyai laju korosi yang kecil.
3. Untuk menjaga agar tidak terjadi macet pada mata impeller yang
diakibatkan sampah untuk itu diperlukan filter pada ujung pipa
hisap. Contoh : Muffler filter.
4. Untuk menentukan tipe impeller harus diketahui dahulu putaran
spesifik dari pompa tersebut.

Daftar Pustaka
1. Church, Austin H, Pompa dan Blower Sentrifugalditerjemahkan oleh Zulkifli
Cetakan ketiga, Erlangga, Jakarta, 1993.
2. Dietzel, Fritz, Turbin, Pompa dan Kompresor diterjemahkan Dakso, Erlangga,
Jakarta, 1980.
3. Edwards, Hicks, Teknologi Pemakaian Pompa, Cetakan pertama, Erlangga,
Jakarta, 1996.
4. Giles, Ranald V., Mekanika Fluida dan Hidrolika, diterjemahkan Herman
Widodo Soemitro, Erlangga, Jakarta.
5. Prashun, Alan L., Fundamental of Fluid Mechanics, Prentice Hall. Inc,
Englewood cliffs, New Jersey, 1980.
6. Tahara, Haruo Sularso&, Pompa dan Kompresor, Cetakan kedelapan, Jakarta,
2004.
7. White, Frank M., Fluid Mechanics, Fouth Edition, Mc. Graw Hill Co, New
York.

Anda mungkin juga menyukai