Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi


pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negaranegara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan
kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya
menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.
Hampir

100%

kasus

Tromboangitis

Obliterans

(kadang

disebut

Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok


pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia,
India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur. Prevalensi
penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade terakhir,
hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan
kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di
Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru,
prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 20% kasus per 100.000
populasi.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada
pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu
atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember
tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian
dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis
kelamin (International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah
dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans,
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam
adalah 8:1.

1.1 Tujuan Penulisan


1. melengkapi syarat kepanitraan klinik senior (KKS) di rumah sakit umum
daerah (RSUD) solok.
2. untuk memenuhi tugas kepanitraan klinik senior (KKS) dibagian neurologi
RSUD Solok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Pembuluh Darah


Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.
2.1.1 Arteri

Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan


tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1
mm, dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis.
Pada arteri tidak terdapat katup.
Dan arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya
tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang memperdarahi
daerah yang berdekatan. End arteri fusngsional adalah pembuluh darah yang cabangcabang terminalnya mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri
yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk mempertahankan
jaringan tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.
2.1.2 Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantng;
banyak vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang
lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang
seringkali bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe
sedang sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan
venae cominantes.

2.1.3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang
menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada
ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
diperantai

kapiler.

Tempat

hubungan

seperti

ini

dinamakan

anastomosis

arteriovenosa.

Gambar 1. Anatomi pembuluh darah


2.1.4 Histologi struktur pembuluh darah secara umum
1. Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah.
Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
2. Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia,
disebut juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos
3.

dan and jaringan elastic.


Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh
jaringan ikat.

Gambar 2. Histologi Pembuluh Darah

2.2 Defenisi
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit
oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang.
Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior.
Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak
dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali
terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah
mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan
bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.

Gambar 3. Buerger Disease


2.3 Epidemiologi
Tingkat kejadian TAO lebih besar di Asia dibandingkan di Amerika atau
Eropa utara dan Afrika. Sedangkan India, Korea, Jepang, Israel, Yahudi mempunyai
insiden penyakit yang paling tinggi. Juga sering pada asia selatan dan asia tengah.
Sering terjadi pada orang yang merokok. Banyak pasien dengan penyakit
buerger adalah perokok berat, tetapi beberapa kasus terjadi pada pasien perokok
sedang. Disebutkan bahwa penyakit ini merupakan reaksi autoimun yang dipacu oleh
bahan didalam rokok.bagaimanapun faktor risiko kardiovaskuler lain selain rokok
juga penting ,khususnya intoleransi glukosa.
5

75-90% terjadi pada pria kurang dari 45 tahun. 10-25% terjadi pada pasien
wanita. Paling sering pada umur 20-40 tahun, jarang di atas 50 tahun,
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada
pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu
atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian.
2.4 Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak
ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini
umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang
pada usia sekolah . Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada
penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang
erat dengan penggunaan tembakau. Penggunaan maupun dampak dari tembakau
berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Penderita
penyakit ini umumnya perokokberat yang kebanyakan mulai mrokok pada usia muda,
kadang pada usia sekolah, Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab
mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun
adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun.
2.5 Patofisiologi
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi
beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang
mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien
dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak
tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan
III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel

terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9,


HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic
memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi
perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang
mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang
berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi
atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai
dari ujung jari.
2.6 Gejala Klinis
Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia.
Gejala (symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam
tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri
terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan
dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan
nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit
Raynaud. Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri
sangat hebat dan menetap.
Manifestasi terdini klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki yang
patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit
oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat
iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari
tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda (sign) sianosis atau rubor,
bila bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark
kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut menjadi
gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.

Tanda (sign) dan gejala (symptom) lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal
dan bebal pada tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas
distal : jari, tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan
gangren pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger (gambar 4). Sakit
mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.

Gambar 4. Manifestasi Klinis Buerger Disease


Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang
nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditanda (sign)i dengan campuran pucatsianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit
Raynaud, serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering
terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda
(sign) fisik yang penting.
Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun
sebelum tampaknya gejala (symptom) sumbatan penyakit Buerger. Fase akut
menunjukkan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang
mengeras sepanjang beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan
ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung
selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda
(sign) ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik
untuk tromboangitis obliterans.

Gejala klinis (Symptoms) Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup


beragam. Ulkus dan gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului
dengan udem dan dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas
yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi
sekunder mulai dari kemerahan sampai ke tanda (sign) selulitis.
Gambar dibawah merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah
terjadi gangren. Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan
amputasi pada daerah yang tersebut.

Gambar 5. Ujung jari pada Buerger Disease


Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari
demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat
diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin
keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu
oleh nyeri iskemia.
2.7 Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi
penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria

diagnosis walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu
dengan yang lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger :
1. Adanya tanda (sign) insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda (sign) arterosklerosis di tempat lain
7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami
nyeri iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau
jari-jari kaki.

10

Gambar. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada jari kaki
pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal,
dengan angiographi aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya.

Gambar. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan penyakit


buerger.
Penyakit Buergers juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih
tanda (sign) klinis berikut ini :
1. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa muda
dengan riwayat merokok yang berat.
2. Klaudikasi kaki
3. Tromboflebitis superfisialis berulang
4. Sindrom Raynaud
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti
angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah
normal.

11

Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya


vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati;
determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka
sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor rematoid, tanda (sign)-tanda (sign)
serologi pada CREST (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, sklerodaktili and
telangiektasis) sindrom dan scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi,
screening ini meliputi pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada
pasien buerger sangat dianjurkan.
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam
mendiagnosis penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran
corkscrew dari arteri yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri
tersebut pada bagian pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat
menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari
tangan dan kaki.

Gambar. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan


merupakan angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya
gambaran khas corkscrew pada daerah lengan. Perubahannya terjadi pada bagian
kecil dari pembuluh darah lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri ulna).

12

Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.

Gambar 9. hasil angiogram abnormal dari tangan


Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus
terjadi pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ
lainnya , tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada
jari, organ lain sperti paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak
terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi belum diketahui.
Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis
penyakit ini, yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.
Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah
oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding pembuluh
darah secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit
dengan rekanalisasi.

13

Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan


Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari
penyakit Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien dengan ulkus
kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk
mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Terapi secara umum
Pasien dengan penyakit buerger dianjurkan untuk berhenti merokok secepatnya
dan total. Ini cukup efektif dalam sebagai terapi. Selain itu terapi lain belum disetujui
sbagai konsesus sebagi pilihan terapi. Terapi suportif antara lain meliputi:

Pemijatan lembut dan penghangatan untuk meningkatkan sirkulasi

Menghindari kondisi yang mengurangi sirkulasi perifer, seperti kondisi dingin

Menghidari duduk atau berdiri pada satu posisi dalam waktu lama

Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki
dan panas atau juga luka karena kimia lainnya.

Menghindari pakaian yang ketat

Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis
untuk menghindari infeksi

2.9.2 Terapi medikametosa

Cilostazol, suatu inhibitor fosfodiester dengan efek vasodilatasi


dan anti platelet, dapat memperbaiki klaudikasio hingga 40-60%
melalui mekanisme yang belum sepenuhnya jelas.
14

Statin, juga memperbaiki klaudikasio intermiten

Pentoxifylline, bekerja menurunkan viskositas darah

Amlodipin

atau

nifedipin

sebagai

vasodilator

jika

terjadi

vasospasme

Aspirin dosis rendah dan obat iloprost (analog prostasiklin)

Antibiotic diindikasikan untuk infeksi sekunder.

Masih dalam tahap penelitian penggunaan stem sel terapi untuk mengobati gejala
yang berhubungan dengan iskemik yang mana terapi konvensional gagal.

Pengobatan lain yang diusulkan meliputi: carperitide ( atrial peptide natriuretic),


limaprost dan analog prostaglandin lainnya

jika dicurigai penyakit ini disebabkan sensitifitas dari komponen nikotinn dari
rokok maka nicotine replacement therapy (NRT) dapat digunakan, bagaimanapun,
penemuan saat ini mendukung adanya hubungan pengurangan rokok dengan
pengurangan iskemik progresif dan oleh karena itu semua produk tembakau
seharusnya dihentikan.

2.9.3 Terapi Bedah


Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan
nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan panjang
maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi
telapak tangan atau simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfat
1

Revaskullarisasi Arteri

15

Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai
terjadi penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung
(bypass) pada arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka
kegagalan pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa
iskemik pada pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog
sebaiknya dipertimbangkan.
2.

Simpatektomi
Dikatakan simpaktektomi dapat mencegah amputasi. Simpatektomi dapat

dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit Buerger. Melalui
simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu dan penyembuhan luka
ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu yang lama
keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3
buah ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan
dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga kaki atau
tangan dirasakan lebih hangat.
3. Amputasi
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang
terus mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan ulcers,
gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan
penanganan lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika
dibutuhkan, lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak
mungkin.
2.10 Diagnosis Banding

16

Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik


aterosklerotik. Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi
aterosklerotik diabetes timbul dalam distribusi yang sama seperti Tromboangitis
Obliterans, tetapi neuropati penyerta biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi
kaki.
Diagnose banding dari penyakit buerger seperti DM tipe I, DM tie II,
sclerodema, penyakit Raynaud.
2.11 Prognosis
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami
amputasi;

apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangrene,

angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali
dengan pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus
diamputasi selama periode waktu 7 sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka
harus dilakukan multiple amputasi. Pada pasien ini selainUmumnya dibutuhkan
amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan)
atau fenomena raynauds walaupun sudah benar-benar berhenti mengkonsumi
tembakau.

BAB III
PENUTUP

17

3.1 Kesimpulan
Penyakit buerger desease merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah
arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang, terutama mengenai pembuluh darah
perifer ekstremitas inferior dan superior.
Penyakit tromoboangitis obliterans merupakan kelainan yang mengawali
terjadinya obstruksi pada pembuluh darah di tangan dan kaki. Pembuluh darah
mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenaka oleh inflamasi dan
bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. Penderita penyakit ini
umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang
pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada
penyakit ini.

Daftar Pustaka

18

Doherty GM. Current Surgical Diagnosis And Treatment. USA : McGraw


Hill.2006.
Reksoprodjo Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1994.
Schwartz, Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2000.
Sjamsuhidajat.R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.

19

Anda mungkin juga menyukai