Anda di halaman 1dari 9

Universitas Indonesia Fakultas Teknik

Kode Mata Kuliah : ENGE600008


KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN
LINDUNG LINGKUNGAN
Tugas No : 1
Tema:
Keselamatan Konstruksi dan Permesinan

Kelompok 5 :
1. (1406607893) Andika Putra B W
2. (1506800275) Adi Mulya Prawira
3. (1506800281) Cut Shafira Salsabila
4. (1406552843) M Rizki R
5. (1506800350) Yoga Wiranoto

Depok
Februari 2016

DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................. 3
Pembahasan......................................................................................................... 4
Kesimpulan............................................................................................................ 9

2 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

ABSTRAK
Sebagai negara yang berkembang, Indonesia telah melakukan pembangunan yang
sangat pesat baik dalam bidang konstruksi maupun bidang industri. Bahkan untuk
memenuhi kebutuhan negara dan masyarakat, Indonesia terus melakukan inovasi-inovasi
baru untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, modern tanpa melupakan aspek
aspek penting seperti green construction dan zero accident. Kebutuhan dan permintaan
pasar yang selalu meningkat menuntut manusia untuk selalu berpacu dengan waktu dalam
hal memproduksi suatu barang ataupun suatu fasilitas. Namun dalam pengerjaannya,
manusia harus tetap waspada terhadap resiko-resiko atau ancaman yang dapat ditimbulkan.
Resiko atau ancaman yang dapat ditimbulkan dari suatu pekerjaan tidak hanya
bersumber dari satu alat saja, kita juga harus meninjau lingkungan sekitar dalam area
pekerjaan kita. Contohnya dalam bidang industri. Kita tahu suatu industri terdiri dari berbagai
macam proses, unit dan alat yang mendukung terjadinya proses tersebut. Semakin banyak
alat, unit dan proses yang ada dalam suatu industri, maka akan semakin banyak pula
hazard yang dapat ditimbulkan dalam area tersebut. Maka untuk mendesain industri ini juga
perlu pertimbangan yang matang agar proses berjalan sesuai target namun tetap aman bagi
pekerjanya. Untuk ilustrasi bahaya dalam industri bisa dilihat pada permesinan industri
tersebut. Pada industri permesinan misalnya, banyak alat tajam terbuka yang berfungsi
untuk memotong bahan-bahan yang keras seperi logam. Pada alat ini ada beberapa hazard
yang dapat ditimbulkan seperti resiko terpotong, tergunting, tertusuk, maupun terjepit
kedalam.
Untuk itu, perlu dilakukan analisis resiko sebelum melakukan suatu pekerjaan pada
setiap proyek. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan dalam pekerjaan
sehingga karyawan atau buruh yang bekerja akan lebih waspada terhadap bahaya/hazard
yang ada. Setelah analisis akan suatu bahaya dikaji, perlu dicari solusi yang tepat untuk
menghindari bahaya tersebut. Analisis resiko ini juga harus disosialisasikan kepada setiap
orang yang berada dalam area pekerjaan tersebut agar mereka sadar akan pentingnya
kesehatan, keselamatan kerja, dan lindung lingkungan di sekitar mereka.

Keyword: resiko, hazard, kesehatan, keselamatan kerja, konstruksi, permesinan

3 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

PEMBAHASAN
Dalam pembangunan dituntut untuk terus menanamkan nilai-nilai pembangunan
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Adanya bangunan baru akan mempengaruhi
keadaan lingkungan sekitarnya. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut ILO dan WHO adalah upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan para pekerja baik secara fisik, mental dan sosial. Akan tetapi
secara umum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang cara penerapan dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
A. KONSTRUKSI
Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan yang
mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan barang/material keperluan
pekerjaan konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan (delivery) hingga ke pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil, arsitektural, mekanikal, elektrikal dan
tata lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lainnya sesuai dengan yang direncanakannya. Pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan tata lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Efek kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi dapat menyebabkan
rusaknya peralatan yang digunakan, rusaknya lingkungan sekitar proyek, serta hilangnya
nyawa pekerja (fatality). Efek-efek tersebut akan mempengaruhi schedule penyelesaian
proyek (project delay) dan pembengkakan biaya konstruksi secara keseluruhan. Kecelakaan
yang terjadi pada suatu pekerjaan konstruksi kebanyakan disebabkan oleh tenaga kerja
yang tidak berpengalaman terhadap apa yang dia kerjakan, peralatan yang sudah tidak
layak untuk dipakai, kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, perilaku karyawan yang
kurang peduli tehadap safety, serta manajemen perusahaan yang kurang peduli
sepenuhnya terhadap safety, serta metode kerja yang tidak aman.

4 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

Peran tahapan konstruksi pada aspek keselamatan

Procurement

Risiko Kecelakaan Kerja pada Proyek Konstruksi


Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
a. Kecelakaan umum
Adalah kecelakaan yang terjadi tidak ada hubungannya dengan pekerjaan seperti
kecelakaan pada waktu hari libur/ cuti, kecelakaan di rumah dll.
b. Kecelakaan akibat kerja
Adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja di perusahaan. Kecelakaan karena
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan di industri konstruksi termasuk kecelakaan akibat kerja. Industri konstruksi
sangat rawan terhadap kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat khusus
konstruksi yang tidak sama dengan industri lainnya yaitu:
a. Jenis pekerjaan/ kegiatan pada industri konstruksi pada setiap proyek sangat
berlainan (tidak standar), sangat dipengaruhi oleh bentuk/ jenis bangunan, lokasi,
kondisi dan situasi lingkungan kerja serta metode pelaksanaannya.
b. Pada setiap pekerjaan konstruksi terdapat berbagai macam jenis kegiatan yang
seringkali dilaksanakan secara simultan dengan tujuan untuk mencapai target waktu
yang tepat sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama antara pemilik dan
pelaksana proyek.
c. Masih banyaknya kegiatan konstruksi yang menggunakan tangan (manual), yang
mungkin tidak dapat dihindari.

5 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

d. Teknologi yang menunjang kegiatan konstruksi selalu berkembang dan bervariasi


mengikuti laju perkembangan kegiatan konstruksi dan tergantung dari jenis-jenis
pekerjaanya.
e. Banyaknya pihak-pihak yang terkait/ ikut ambil bagian atau berperan aktif untuk
f.

terlaksananya kegiatan konstruksi.


Banyaknya tenaga kerja informal yang terlibat pada kegiatan konstruksi dengan turn

over yang tinggi sehingga membutuhkan sistem penanganan yang khusus.


g. Tingkat pengetahuan (knowledge) dari pekerja konstruksi yang beragam/ tidak
merata, baik untuk pengetahuan teknis praktis maupun tingkat manajerial khususnya
dalam pengetahuan peraturan/perundangan yang berlaku.
9 potensi bahaya mekanis:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Terbelit (entanglement)
Gesekan dan abrasi
Terpotong (cut)
Tergunting (shear)
Tertusuk (stab/puncture)
Tertumbuk (impact)

7) Tergencet (crushing)
8) Terjepit kedalam (drawing in)
9) Terkena
semburan
udara
bertekanan tinggi, atau semburan
material padat lain

10)
11)
12) Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi
13) Manajemen risiko adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang digunakan di dalam
suatu organisasi, atau perusahaan, yang pada dasarnya merupakan suatu proses
atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (continue), untuk
mengendalikan

kemungkinan

timbulnya

risiko

yang

membawa

konsekuensi

merugikan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan


14)
15) Proses Identifikasi Resiko
16) Secara garis besar thapan identifikasi resiko adalah merinci resiko-resiko yang ada
sampai level yang detail dan kemudian menentukan signifikasinya dan penyebabnya
melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada.

6 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

17)

18)
19) Tingkatan (hierarchy) dalam pengendalian bahaya

20)
21) Penanggulangan Resiko
22)
Resiko bahaya dapat dikelola sendiri oleh perusahaa dengan
melakukan usaha pencegahan dan pengendalian bahaya (safety management
system) yang baik. Resiko dapat dikelola dengan melakukan berbagai teknik dan
pilihan teknologi yang tersedia, biaya, efektivitas dan efisiensi terhadap operasi
menyeluruh. Berikut adalah teknik-teknik pengendalian resiko:

23)
a) Teknik Eliminasi
24) Sumber bahaya dihilangkan sama sekali sehingga tidak ada lagi potensi bahaya

7 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

b) Substitusi
25) Sumber bahaya diganti (substitusi) dengan bahan/sistem/alat lain yang sifat
bahayanya lebih rendah. Sumber bahaya masih ada tetapi intensitasnya berkurang
c) Isolasi
26) Sumber bahaya diisolir. Sumber bahaya masih ada tetapi intensitasnya berkurang
atau hilang sama sekali
d) Engineering
27) Bahaya dikelola secara teknis seperti: menjaga jarak yang aman, penggunaan
sistem pengaman dan pelindung, proses tertutup. Sumber bahaya dijauhkan sampai
batas yang aman. Semakin jauh dari sumber bahaya maka akan semakin kecil
paparan bahaya yang diterima
e) Administrative Control
28) Bahaya dikelola melalui pendekatan administratif seperti: pengaturan waktu kerja
(shift), prosedur kerja/SOP aman, rotasi, dan seleksi pekerja
f)

Alat Pelindung Diri (APD)


29) Alat pelindung diri merupakan alat perlindungan bagi pekerja yang bertujuan untuk
mencegah atau meminimalisir dampak yang terjadi apabila kecelakan kerja terjadi

30)

8 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

31) KESIMPULAN
32)

Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak

diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan.
Kegiatan proyek konstruksi memiliki karakteristik antara lain : bersifat sangat
kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan
berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas kerja yang tinggi, tempat
kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu, kotor), menggunakan
peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan beragam berpotensi bahaya,
mobilisasi yang tinggi, peralatan, tenaga kerja, material dll. Berbagai peristiwa
kegagalan konstruksi, salah satu penyebabnya adalah tidak mengikuti prosedur
teknis konstruksi secara benar. Selama proses pembuatan konstruksi, kegagalan
konstruksi dapat pula dikategorikan sebagai kecelakaan kerja.

33)

Kecelakaan kerja konstruksi masih merupakan masalah besar yang

memerlukan perhatian lebih oleh para partisipan proyek, karena angka kecelakaan
yang masih tinggi. Teori penyebab kecelakaan kerja konstruksi telah berkembang,
tidak hanya memandang dari aspek pekerja (personal) saja, tetapi juga memandang
dari aspek manajemen dan organisasi. Yang berperan dalam meminimalkan
kecelakaan tidak hanya dari pihak kontraktor saja, tetapi semua pihak (partisipan)
proyek harus ikut berperan. Perencanaan keselamatan kerja konstruksi sebaiknya
dilakukan jauh sebelum tahap pelaksanaan, misalnya pada tahap disain atau bahkan
pada tahap konsepsi.

9 | Peran Tahapan Konstruksi terhadap Aspek Keselamatan dan Konsep Pengembangan,


Keselamatan serta Pengendalian Risikonya Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai