Hipertensi Fix
Hipertensi Fix
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah di
mana tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan / atau tekanan
darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih yang dapat menyebabkan infark
miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak cepat dideteksi dan diterapi
adekuat. 1,2
B. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Pengendalian tekanan darah dalam dekade terakhir ini hanya mencapai 34% dari
seluruh pasien hipertensi.2
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,
insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat
58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES III tahun 1988-1991 dari seluruh kasus hipertensi, 95% merupakan
kasus hipertensi primer atau hipertensi esensial (tidak diketahui sebabnya).2
C. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer
atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Sebanyak 90% merupakan
hipertensi esensial dan hanya 10% yang penyebabnya diketahui seperti penyakit
ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal.3
1.
Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial didefinisikan jika penyebab
hipertensi tidak dapat diidentifikasi. Ketika tidak ada penyebab yang dapat
diidentifikasi, sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks antara
genetik dan interaksi lingkungan. Biasanya hipertensi primer terjadi pada usia
2.
h. Sindroma Metabolik
Sindroma metabolik didefinisikan bila terpenuhi tiga kriteria berikut:1
1) Obesitas sentral
2) Gula puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl).
3) Peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150
mg/dl, atau kolesterol HDL (pria <40 mg/dl , wanita <50 mg/dl).
Di hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin merupakan patofisiologi
terjadinya sindroma metabolik.1
F. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang
dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (cardiac output) dan tonus dari arteri
(peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac output dan resistensi perifer.
Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah faktor tersebut.9
perubahan pada persamaan tekanan darah karena adanya perubahan salah satu
faktor yaitu resistensi pembuluh darah perifer maupun curah jantung.2
Ada beberapa hipotesis tentang patofisiologi peningkatan darah berkaitan
dengan konsep bahwa hipertensi sebagai sesuatu yang bersifat kondisi
multifaktorial. Beberapa hipotesis tersebut antara lain menyebut bahwa hipertensi
merupakan akibat dari:2
1. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik berhubungan dengan kerusakan
dari sistem saraf otonom.
2. Peningkatan reabsorbsi natrium, klorida, dan air oleh ginjal, berhubungan
dengan variasi genetika bagaimana ginjal mengatur sodium.
3. Peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron yang menyebabkan
ekspansi cairan ekstravaskular dan meningkatkan resistensi sistemik.
4. Penurunan vasodilatasi dari arteriola berkaitan dengan kerusakan endotel
pembuluh darah.
5. Resistensi terhadap aksi insulin mungkin merupakan faktor yang berkait
dengan hipertensi pada diabetes tipe 2, hipertrigliseridemia, obesitas, dan
intoleransi glukosa.
meningkat), kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya
menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.
G. Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar hipertensi tanpa disertai gejala yang
mencolok. Onset hipertensi yang bertahap sering disebut silent killer. Hipertensi
dapat muncul setelah setahun atau ditemukan saat sudah terjadi komplikasi.
Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan akan merusak pembuluh darah
yang ada di sebagian besar tubuh. Pada beberapa organ seperti jantung, ginjal,
otak dan mata, akan mengalami kerusakan. Gagal jantung, infark miokard, gagal
ginjal, stroke dan gangguan penglihatan adalah konsekuensi yang umum dari
hipertensi.9
Ketika gejala spesifik muncul hal ini berhubungan dengan kerusakan
vaskuler pada organ yang mendapatkan aliran darah dari pembuluh darah
tersebut. Sebagai contoh, adanya angina adalah dampak dari hipertensi terhadap
jantung. Perubahan patologi pada ginjal akan ditandai dengan nokturia. Gejala
serebrovaskuler dapat timbul berupa:9
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
Akibatnya pasien sering terjaga pada malam hari.
5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
6. Kelemahan anggota gerak, bicara pelo, atau penurunan kesadaran akibat
kerusakan pembuluh darah otak.
H. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin karena hasil terapi
tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita
sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi. Menurut Slamet Suyono,
evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu sebagai berikut:8
9
g.
h.
i.
j.
paru).
Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pielonefritis.
Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsia.
Riwayat hipertensi dalam keluarga.
Perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan,
riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-
lain).8
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan
tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua
lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri
untuk mengevaluasi hipotensi postural. Palpasi denyut nadi di keempat
ekstremitas. Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid
dan penilaian terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada
pembuluh darah dapat dilakukan dengan funduskopi, auskultasi untuk mencari
bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan yang arteri dan
arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan
derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan
funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik,
10
penanganan
awal
sebelum
karena
berperan dalam
11
12
beban.
Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
latihan.
Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan
tekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat
hipertensi.
Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada
kaitannya dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping
olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian
(pengurangan).
c. Perubahan pola makan11
1) Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya
penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal
pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan
jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan
asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari
makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang
bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan
13
keluar dari kegiatan rutin), istirahat (tidur yang cukup, bebaskan diri
dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan), mengubah pola pikir,
menyederhanakan jadwal (bekerja dengan lebih santai), membina
hubungan sosial yang baik, menyiapkan cadangan keuangan, serta
beribadah.
3) Tertiary prevention, untuk menangani dampak stress yang terlanjur
ada. Jika perlu meminta bantuan profesional.
Gaya hidup yang sehat merupakan prevensi terhadap peningkatan
tekanan darah dan termasuk dalam pengobatan hipertensi. Perubahan gaya
hidup dapat menurunkan atau menunda insiden dari hipertensi, dan
meningkatkan
efek
dari
obat
antihipertensi,
kardiovaskular.5
2. Penatalaksanaan Farmakologis
15
dan
penurunan
risiko
J. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi yaitu keterlibatan target organ tubuh sebagai berikut:6
16
a. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian
pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari
perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri
disfungsi diastolik, dan gagal jantung.
b.
Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada
hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.
c. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi
pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah
harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Habermann TM, Ghosh AK. Hypertension. In: Mayo Clinic Internal Medicine Concise
Textbook, 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education and Research.
2008; 1552-67.
2. Jan SA, Wang J, Bianchi G, Birkenhager WH. Essential hypertension. The Lancet J Med.
2003; 1629-35.
3. Arieska SA. Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi
Indonesia. 2006; 5-7.
4. Cowley AW. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet. 2006;
7(11): 829-40.
5. Chobanian AV. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report.
JAMA. 2003; 289(19): 2560-72.
6. James, Paul A. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood
Pressure in Adults Report from the Panel Members Appointed to the Eighth Joint
National Committee (JNC 8). JAMA. 2014;311(5)
7. McPhee, Stephen J. Hypertension. Current Medical Diagnosis and Treatment. New York:
McGraw and Hill. 2009; 341-56.
8. Gunawan. Hipertensi, Jakarta: Gramedia. 2001; 10-5.
9. Kaplan NM. Hypertension. In: Kaplan's Clinical Hypertension, 9 th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006; 219-27.
10. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and potassium in the pathogenesis of hypertension. N
Engl J Med. 2007; 356: 1966-78.
11. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension: Diagnosis and
Treatment. Bloomington (MN): Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). 2008;
10: 23-33.
12. World Health Organization (WHO). International Society of Hypertension (ISH).
Statement on management of hypertension. J Hypertens 2003; 21: 1983-92.
13. The Harvard Medical School. Guide to Lowering Your Blood Pressure. USA: The
Harvard Medical School. 2003; 1-45.
14. Nafrialdi. Antihipertensi. In: Gunawan SG, ed. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007; 341-60.
BAB II
LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
18
terakhir.
Keluhan sesak nafas disangkal. Keluhan mual muntah disangkal.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan
Keluhan mata kabur dan gangguan penglihatan tidak ada
Keluhan jantung berdebar-debar, nyeri dada, sesak, dan bengkak di
kaku disangkal
Pasien biasanya rutin kontrol ke Puskesmas dalam 3 tahun terakhir dan
mengkonsumsi Captopril 2x 12,5 mg, namun tidak pernah kontrol
dalam 2 bulan ini karena kesibukannya.
19
Kepala
: normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
membesar
Dada
: Paru
Palpasi
Perkusi
: sonor
20
: RIC II
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
lemak.
Menghindari faktor resiko yang dapat memperburuk kondisi pasien
21
senam atau jalan cepat) setiap pagi minimal selama 30 menit selama 3-
4 kali seminggu, dan beristirahat yang cukup 6-8 jam per harinya.
Menghindari kelelahan dan faktor stress yang dapat memperburuk
kondisi pasien.
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien bahwa pasien menderita penyakit kronik yang
tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dan penyakit tersebut
mengharuskan pasien untuk selalu mengontrol tekanan darahnya
minimal setiap 10 hari (walaupun tidak memiliki keluhan) dan selalu
-
d. Rehabilitatif :
- Kontrol ulang setelah 10 hari atau lebih cepat jika keluhan tidak
mengalami perbaikan.
22
Dokter
: Rido
Tanggal
: 21 November 2014
Pro
: tn. N
Umur : 42 tahun
Alamat : Bungus
23
24