LP CVA Trombus
LP CVA Trombus
DI RUANG 26 STROKE
RUMAH SAKIT UMUM dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners
Disusun oleh:
NIRMALA KS
150070300113001
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Nirmala KS
NIM: 150070300113001
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Mengetahui
Kepala Ruang 26 Stroke
ANATOMI FISIOLOGI
Susunan anatomi sistem saraf secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu: Sistem saraf
pusat dan sistem saraf perifer.
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terbagi menjadi dua yaitu: encephalon, batang otak dan medula
spinalis.
Encephalon terdiri dari: cerebrum dan cerebelum. Cerebrum berdasarkan lobusnya
terbagi menjadi: lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, lobus occipital.
Enchepalon dilindungi oleh tiga lapisan yaitu: duramater, araknoidmater, dan
piamater. Batang otak terdiri dari: mesenchepalon, pons, dan medula oblongata.
2. Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer terbagi menjadi: 12 pasang nervi cranialis dan 31 pasang nervi
spinalis.
12 pasang nervi cranialis : N. olfactoris, N. opticus, N. occulomotoris, N.
trochlearis, N. trigeminus, N. abducens, N. facialis, N. vestibulochoclearis, N.
glossopharingeus, N. vagus, N. accesorius, N. hypoglossus. 31 pasang nervi spinalis
terdiri dari 8 pasang nn. cervicales, 12 pasang nn. thoracici, 5 pasang nn. Lumbales,
5 pasang nn. Sacrales, 1 pasang nn. Coccygeus.
Neuron:
1. Badan sel/soma/perikario
2. Cabang neuroplasma dendrit dan neurit (akson)
Dendrit adalah cabang yang pendek dan berfungsi untuk mengantarkan
rangsang dari luar ke dalam sel saraf. Neurit (akson) adalah cabang
neuroplasma yang panjang dan berfungsi untuk mengantarkan rangsang keluar
dari sel saraf/ Ada akson memiliki selubung mielin dan ada yang tidak
bermielin. Daerah yang tidak terlindungi selubung mielin disebut Nodus
Ranvier. Mielinisasi berfungsi untuk meningkatkan kecepatan hantaran
potensial aksi dan menghemat energi. Pada sistem saraf pusat, selubung mielin
dibentuk oleh oligodendroglia dan pada sistem saraf perifer dibentuk oleh Sel
Schwann.
Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan arteri serebral khususnya
distribusi arteri carotis interna. (Fransisca, 2008; Price & Wilson,2006).
B. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
1. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
b. Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabangcabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
2. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
1. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam
atau beberapa hari.
3. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA
berulang
(Muttaqin, 2008)
C. Etiologi
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setetah thrombosis. Beberapa keadaan yang menyebabkan
trombosis otak:
1. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
a. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
c. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
d. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek danterjadi
perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )
Faktor Resiko CVA Thrombosis
Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya. Faktor risiko
stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasidengan perubahan
gaya hidup atau secara medic. Menurut Sacco 1997, Goldstein2001, faktor-faktor risiko
pada stroke adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi
stroke bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tensi dapat
4.
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti
MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
5.
dari hemoragik
EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
6.
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak
Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
Bronco pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu, kontraktor,
deformitas, infeksi traktus urinarius, dekubitus dan atropi otot.
H. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia, dan
hipertensi arterial.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang
e. Makanan/caitan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di
muka
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing,
ronchi
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi
dan orientasi. Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur
kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
j. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
4. Pemeriksaan Neurologi
a. Fungsi serebral
Terdiri dari status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status emosional,
persepsi, kemampuan motorik, dan bahasa.
b. Pengukuran GCS
- Eyes ( membuka mata )
Spontan
: 4
Terhadap rangsangan suara : 3
Terhadap rangsangan nyeri : 2
Tidak ada respon
: 1
- Motorik
Sesuai perintah
: 6
Karena nyeri local
:5
daerah nyeri
:4
Fleksi abnormal
:3
Ekstensi abnormal
:2
Tidak ada respon
:1
- Verbal
Orientasi waktu
:5
Bicara kacau (kalimat)
:4
Kata kata tidak tepat
:3
Tidak bermakna (bergumam): 2
Tidak berespon
:1
c. Saraf cranial
Besar pupil tidak sama, ptosis kelopak mata
Nervus : Defisit dari Nervus
a.
N. I.
: Olfactory
b.
N. II.
: Optic
c.
N. III. : Oculomotor
d.
e.
N.V
f.
N.VI
g.
N.VII : Facial
h.
i.
N. IX : Glosofaringeal
j.
N.X
k.
N.XI
l.
d. Pemeriksaan motorik
Meliputi pengkajian motorik kasar, tes keseimbangan, dan pengkajian motorik
halus.
e. Pemeriksaan sensorik
Meliputi sensasi taktil, sensasi suhu dan nyeri, vibrasi dan propriosepsi, dan
merasakan posisi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risk. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak,
gangguan pada N.VIII dan N.XII
serebral/
peningkatan TIK
3) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan (30 dari bidang anatomis)
dan dalam posisi anatomis
R/ menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral.
4) Pertahankan tirah baring
R/ mencegah pendarahan dalam kasus stroke hemoragik
berdarah, bau aseton sebagai ciri khas penderita DM, serta adanya tumor
Bantu klien mandi
R/ Dengan memandikan klien, perawat akan menemukan berbagai
kelainan pada kulit seperti tanda lahir, luka memar, kulit pucat karena
dingin, kutil, bentuk kuku, dekubitus, ruam kulit, ulkus atau borok.
Bantu klien berpakaian
R/ Beberapa rumah sakit menyediakan pakaian khusus untuk klien .
Namun ada yang tidak. Klien yang mengenakan pakaian RS harus dirawat
dalam keadaan imergensi, tidak ada keluarga yang mengurus cucian
pakaian, menderita penyakit menular, menderita inkonteinesia urine, atau
memberikan bantuan.
Motivasi keluarga untuk membantu dalam pemenuhan ADL pasien.
R/ ADL pasien dapat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F.B.(2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta :
EGC.
Carpenito, L.J. (2006). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (Edisi 10).
Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Muttaqin,A.(2008).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta :
Salemba Medika
Rendy, M.Clevo, Margaret. (2012) .Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika
Disusun oleh:
NIRMALA KS
150070300113001
Disusun oleh:
NIRMALA KS
150070300113001
Disusun oleh:
NIRMALA KS
150070300113001
RESUME KEPERAWATAN
DI RUANG 26 STROKE
RUMAH SAKIT UMUM dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners
Disusun oleh:
NIRMALA KS
150070300113001