Anda di halaman 1dari 42

EPILEPSI

Epidemiologi
Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy
Sebuah studi di Indonesia melaporkan
0,5%-2%

Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun


pertama, menurun sampai umur 50 th, dan
meningkat lagi setelahnya terkait dg
kemungkinan terjadinya penyakit
cerebrovaskular

Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum


umur 18 th

DEFINISI

epilepsi :
- gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya
bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang
bersifat spontan (unprovoked) dan berkala
- kejadian kejang yang terjadi berulang
(kambuhan)
Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron
yang berlebihan di dalam korteks serebral
Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi
tergantung dari daerah otak fungsional yang
terlibat

Patogenesis

Neuron eksitatorik : GLUTAMAT,


aspartat, asetilkolin

Neuron inhibitorik : GABA (Gamma


Amino Butiric Acid), noradrenaline,
dopamine, serotonin (5-HT), peptida

Keadaan dimana fungsi

neuron penghambat
(inhibitorik) kerjanya
kurang optimal sehingga
terjadi pelepasan impuls
epileptik secara
berlebihan, disebabkan
konsentrasi GABA yang
kurang. Pada penderita
epilepsi ternyata
memang mengandung
konsentrasi GABA yang
rendah di otaknya (lobus
oksipitalis).Hambatan
oleh GABA ini dalam
bentuk inhibisi potensial
post sinaptik

Keadaan dimana fungsi

neuron eksitatorik
berlebihan sehingga
terjadi pelepasan impuls
epileptik yang
berlebihan. Disini
fungsi neuron
penghambat normal tapi
sistem pencetus impuls
(eksitatorik) yang terlalu
kuat. Keadaan ini
ditimbulkan oleh
meningkatnya
konsentrasi glutamat di
otak. Pada penderita
epilepsi didapatkan
peningkatan kadar
glutamat pada berbagai
tempat di otak

Dampak penyakit
Aspek psikososial (masalah medik,

psikologis, sosial, dan ekonomi


Aspek medik : meningkatnya biaya
perawatan, perlunya tenaga terlatih
yang terampil, fasilitas teknik dan
tersedianya obat antiepilepsi (OAE)
Aspek ekonomi : terbatasnya lapangan
kerja, meningkatnya pengangguran
Aspek psikologis : rasa cemas,
kehilangan kepercayaan diri
Aspek sosial : stigma negatif tentang
penyakit dan penderita

Prognosis
Prognosis umumnya baik, 70 80% pasien

yang mengalami epilepsy akan sembuh, dan


kurang lebih separo pasien akan bisa lepas
obat
20 - 30% mungkin akan berkembang
menjadi epilepsi kronis pengobatan
semakin sulit 5 % di antaranya akan
tergantung pada orang lain dalam
kehidupan sehari-hari
Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi,
mengalami retardasi mental, dan gangguan
psikiatri dan neurologik prognosis jelek
Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian
yg lebih tinggi daripada populasi umum

Etiologi
Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang

mempengaruhi otak
gangguan biokimia atau metabolik dan lesi
mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir
atau cedera lain
pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi
atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu
lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital
pada otak, atau infeksi
pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah
epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan
karena febril
pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi
idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor
otak (usia 30-50 th), penyakit serebro vaskuler (> 50
th)

Diagnosis
mengalami serangan kejang secara
berulang

Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain


dari gejala, diperlukan berbagai alat
diagnostik :

EEG
CT-scan
MRI

Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda

klinik dan data EEG,


kejang dibagi menjadi :
kejang umum
(generalized seizure)
jika aktivasi terjadi pd
kedua hemisfere otak
secara bersama-sama

kejang parsial/focal

jika dimulai dari daerah


tertentu dari otak

GENERAlized
SEIZURE
GRAND MAL (TPETIT MAL (A MYOCLONIC
onic-clonic)
bsence Attac
SEIZURE
k)
Bentuk paling
Jarang terjadi
Biasa terjadi
banyak terjadi
pagi hari saat
bangun tidur

Jatuh, kejang,
terengah2,
keluar air liur
tiba2
Bisa terjadi
sianosis,
ngompol,
menggigit
lidah
Terjadi
beberapa
menit, diikuti
kebingungan/

Biasa terjadi
Pasien
pada masa
mengalami
anak2 atau sentakan tiba2
awal remaja
Melotot, mata
berkedip2,
kepala terkulai

Hanya
beberapa
detik, sering
tidak disadari

Gejala bisa
terjadi pada
pasien normal
(bukan
epilepsi)

ATONIC
SEIZURE
Jarang terjadi

Pasien
mengalami
kelemahan
otot (jatuh)
Bisa recovery
segera dari
gejala

Petit mal

Partial seizure
PARTIAL= dimulainya epilepsi dari daerah
tertentu otak
SIMPLE PARTIAL SEIZUR
E
Tidak kehilangan kesadaran

COMPLEX PARTIAL SEIZ


URE
Pasien melakukan kegiatan2
tak terkendali: gerakan
mengunyah, meringis, dll
tanpa kesadaran

Terjadi sentakan bagian2


tertentu dari tubuh

no seizures, no
side effects,
and an optimal
quality of life.

Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan
meminimalisasi adverse effect of drug

Strategi Terapi
mencegah

atau menurunkan lepasnya


muatan listrik syaraf yang berlebihan
melalui perubahan pada kanal ion atau
mengatur ketersediaan neurotransmitter

Prinsip umum terapi epilepsi:


monoterapi lebih baik
minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika gagal baru
diberi sedatif atau politerapi

berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya


Memperhatikan risk-benefit ratio terapi
Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat
mungkin dalam jangka waktu pendek

mulai dengan dosis terkecil penting : kepatuhan pasien


ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi
jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan
pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn
politerapi)

monitoring kadar obat dalam darah jika mungkin, lakukan


penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien

Penatalaksanaan terapi
Non farmakologi:
Amati faktor pemicu
Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress,
OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal
tidur, terlambat makan, dll.

Farmakologi : menggunakan obat-obat


antiepilepsi

Anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na +:

Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf


untuk menghantarkan muatan listrik

Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin,


valproat

Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:

agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori


dg mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh:
benzodiazepin, barbiturat

menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA


meningkat contoh: Vigabatrin

menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA


contoh: Tiagabin

meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal


pasien mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari
non-vesikular pool contoh: Gabapentin

22/05/16

Ngatidjan, ANTICONVULSANTS

22

Action of AED

Stafstrom C, 1998

Action of AED

Stafstrom C, 1998

Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya


Kejang
parsial

Drug of
choice

Karbamaze
pin
Fenitoin
Valproat

Kejang Umum (generalized


seizures)
Tonicclonic

Abscense

Myoclonic,
atonic

Valproat
Karbamaz
epin
Fenitoin

Etosuksim
id
Valproat

Valproat

Alternati Lamotrigin Lamotrigin Clonazepa Klonazepa


ves
Gabapentin Topiramat
m
m
Topiramat
Primidon
Lamotrigi Lamotrigi
Tiagabin
Fenobarbit
n
n
Primidon
al
Topiramat
Fenobarbit
Felbamat
al

ALGORITMA
Diagnosa positif
TATALAKSANA
Mulai pengobatan dg satu AED
EPILEPSI
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping

Ya

Sembuh ?

Efek samping dapat ditoleransi ?


Ya

Tidak

Kualitas hidup Turunkan dosis


optimal ?
Ya

Tidak

Lanjutk
an
terapi
lanjut

Pertimbangka
n,
Atasi dg tepat

Tidak

Efek samping dapat ditoler


Ya

Tingkatkan
dosis
Hentikan
AED1
Tetap
gunakan
AED2

Tidak

Turunkan dosis
Tambah AED 2

Sembuh?
Ya

Tidak

lanjut

lanjutan
Tidak sembuh

Lanjutk
an
terapi

Efek samping dapat ditolera

Tidak kambuh
Selama > 2 th ?
ya

tidak

Hentikan Kembali ke
pengobatanAssesment
awal

Tidak

Ya

Hentikan AED yang tdk Tingkatkan dosis


efektif,
AED2, cek interaks
Tambahkan AED2 yang
Cek kepatuhan
lain
Sembuh ?
Y
a

Tidak

Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis,


Pertimbangkan pembedahan
Atau AED lain

Status epileptikus
= kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih
atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa pemulihan
kesadaran di antara dua kejadian tersebut

Merupakan kondisi darurat yg memerlukan pengobatan


yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik
permanen maupun kematian

Etiologi : infeksi, tumor, overdosis, alkohol, trauma,


hemoragi, hipoksia

Terapi ?
Non-farmakologi:
Tanda-tanda vital dipantau
Pelihara ventilasi
Berikan oksigen
Cek gas darah utk memantau asidosis
respiratory atau metabolik

Kadang terjadi hipoglikemi berikan glukosa


Farmakologi : dengan obat-obatan

Algoritma tatalaksana pada status epileptikus

Pemberian obat antiepilepsi


pada anak
Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat :

bangkitan epilepsi, faktor etiologi, munculnya


bangkitan pada usia dini, sering mengalami
bangkitan, dan obat antiepilepsi
Pengaruh beberapa obat antiepilepsi :
Fenobarbital hiperaktif
Fenitoin (dosis tinggi)enselofati progresif,
retardasi mental dan penurunan kemampuan
membaca
Karbamazepin dan asam valproat gangguan
kognitif ringan
Valproat (dosis tinggi)mengganggu fungsi
motorik

Efek obat antiepilepsi


pada anak
Obat2 antiepilepsi (asam valproat,

carbamazepin, oxcarbazepin) dapat


menurunkan densitas tulang pada anak.

Perlu monitoring pemakaian jangka

panjang pada anak, di samping perlu


dipertimbangkan pemberian suplemen
utk tulang.

Penatalaksanaan epilepsi
pada lanjut usia
Perlu pertimbangan : penyakit lain yg

menyertai, polifarmasi yg menyebabkan


interaksi obat, perubahan fisiologi tubuh
(absorpsi obat, ikatan protein, metabolisme
dan eliminasi obat)
Prinsip terapi : dosis tunggal atau dua kali
sehari, tidak ada efek samping atau minimal,
tidak ada interaksi obat atau minimal, ikatan
protein rendah, farmakokinetik linier, tidak
berpotensi reaksi alergi atau idiosinkrasi,
dan ada ketersediaan dlm bentuk parenteral

Pertimb pemakaian pd wanita


Estrogen menghambat reseptor GABA,

mempotensiasi aktivitas glutaminergik


Progesteron efeknya berlawanan dg
estrogen dan mempotensiasi aktivitas
reseptor GABA
Obat2 antiepilepsi terutama induser enzim
metab hepatik juga pengaruhi hormon dg
peningkatan metab hormon steroid &
menginduksi produksi hormon seks terikat
globulin shg menyebabkan penurunan fraksi
hormon steroid yg tak terikat (unbond)
mengurangi efikasi hormon

Pada kehamilan
Akibat epilepsi pd kehamilan :
Kejang maternal 25 30% penderita
Komplikasi kehamilan
ES pd fetus meliputi penyakit dan obat
antiepilepsi
Efek obat antiepilepsi pd kehamilan
malformasi kongenital
Barbiturat & fenitoin congenital heart
malformation, orofacial clefts & malformasi lain
Valproat & carbamazepin spina bifida (neural
tube defect)

KIE pada wanita epilepsi yg


hamil
Intake asam folat (~0,4 1 mg/hari) pd

prenatalmencegah efek teratogenik


Obat antiepilepsi secara monoterapi,
dosis serendah mgk mengurangi efek
teratogenik
Obat2 antiepilepsi yg lebih baru punya
efek teratogenik <
Pemberian vit K pd bulan terakhir
kehamilan dg dosis 10 mg oral setiap
hari mencegah koagulopati

KIE pada ibu menyusui


Meski distribusi obat antiepilepsi
dilaporkan rendah pada air susu, namun
perlu diperhatikan efek pada bayi
(sedasi, iritabilitas, poor feeding)
terutama pada pemakaian barbiturat &
benzodiazepin

Penghentian pengobatan
epilepsi
Tergantung jenis bangkitan / kejang dan

prognosis epilepsi
Jenis bangkitan untuk memperkirakan
tingkat kekambuhan, misalnya :
Epilepsi absence atau petit mal tingkat
kekambuhan rendah
Berturut-turut makin tinggi tingkat
kekambuhan : klonik atau mioklonik,
kejang tonik-klonik, parsial sederhana
dan parsial kompleks, selanjutnya kejang
yang terdiri dari lebih dari satu jenis

MONITORING

Frekuensi kejang
Efek samping obat/ADR
Interaksi obat
Jika memungkinkan TDM
Skrining terhadap gangguan
neuropsikiatrik

Kapatuhan pasien

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai