Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

BAKTERIOLOGI 3
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih
Enterobacter

Disusun oleh:
Lutviana dewi

(P27834114004)

Lia murdaningrum (P27834114005)


Kholisna Nur Iskadiriana (P27834114006)
D4 ANALIS KESEHATAN
SEMESTER 4

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan
tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya
tidak

memiliki

klorofil

dan

berukuran

renik

atau

mikroskopik

(http://makalah biologiku.com).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang
berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari
makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan
tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang
penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai
keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan
berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan
biasanya tumbuh bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus). Ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya
Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan
pembawa bakteri (Brooks, dkk 2005).
Bakteri adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat
melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting dalam kehidupan yaitu dapat
menguraikan makhluk hidup. Bisa kita bayangkan jika seandainya tidak ada makhluk hidup
yang dapat menguraikan maka dunia ini akan penuh dengan timbunan pepohonan, dedaunan
dan makhluk hidup karena tidak adanya proses penguraian oleh makhluk kecil ini.
Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup,
pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada
rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan
yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal.
Tapi kadang-kadang pula dalam keadaan tertentu, misalnya pada saat daya tahan tubuh
lemah bakteri komensal maupun bakteri mutualistik bisa menimbulkan penyakit. Bila suatu

jenis bakteri dilihat dengan mikroskop akan tampak jelas dengan melalui proses pewarnaan.
Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan satu atau lebih zat warna. Pewarnaan bakteri
dengan menggunakan lebih dari satu zat warna diberi nama sesuai dengan penemunya.
Enterobacter termasuk dalam family Enterobactericeae yang merupakan kelompok gram
negative berbentuk batang yang habitat umunya adalah di usus manusia dan
hewan. Enterobacter satu

family

dengan E.coli,

Klebsiella,

Salmonella,

Shigella,

Proteus, dan sebagainya. Pada keadaan tertentu jika terjadi perubahan pada inang atau bila
kesempatan memasuki tubuh yang lain, banayak diantara bakteri ini yang mampu
menimbulkan penyakit (Irianto,2006).
Enterobacter merupakan flora normal pada sistem pencernaan manusia dan hewan.
Bakteri ini tidak akan menimbulkan penyakit jika tidak bergabung dengan jenis bakteri lain.
Ini disebabkan bakteri Enterobacter bukan penyebab tunggal munculnya suatu penyakit.
Salah

satu

spesies

dari Enterbacter

yang

menimbulkan

penyakit

bagi

manusia

adalah Enterobacter sakazaki. Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal


pada saluran pencernaan hewan dan manusia. Habitat asli bakteri Enterobacter sakazakii tidak
diketahui secara pasti, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus, dan lalat
merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan
industry makanan pabrik susu, coklat, kentang, sereal, danpasta), lingkungan berair, sedimen tanah
yang lembab. Beberapa bahan makanan yang berpotensi terkontaminasi Enterobacter sakazakii antara
lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.
Proses pencemaran terjadinya kontaminasi Enterobacter sakazakii pada susu dapat
dimulai ketikasusu diperah dari putting sapi. Lubang putting sapi memiliki diameter kecil
yang memungkinkan baketeri tumbuh di sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawa dengan susu
ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada
tahap ini dengan penggunaan mesin pemerah susu,sehingga susu yang keluar dari putting tidak mengalami
kontak dengan udara. Pencemaran susu oleh mikroorganisme lebih lanjut dapat terjadi selama
pemerahan (milking ), penanganan (handling ), penyimpanan (storage), dan aktifitas prapengolahan ( pre-processing ). Produksi susu memerlukan proses yang steril dari awal samapi akhir,
sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam susu. Peralatan pemerahan yang tidak
steril dan tempat penyimpanan yang tidak bersih dapat menyebabkan tercemarnya susu oleh bakteri.
Susu memerlukan penyimpanan dalam temperature rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri.
Udara yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat
membawa bakteri untuk mencari susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan di
dalam ruangan tertutup. Manusia yang beradadalam proses pemerahan dan pengolahan dapat

menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya harus steril
dalam memerah dan mengolah susu. Sapi perah dan peternak yang berada dalam suatu peternakan harus dalam
kondisi sehat dan bersih agar tidak mencemari susu. Proses produksi susu di tingkat peternakan
memerlukan penerapan good farming practice seperti yang diterapkan di negara-negara maju.
Antisipasi dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa negara tersebut
sebenarnya WHO (World Health Organization), USFDA (United State Food and Drug
Administration) dan beberapa negaramaju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi
bukanlah produk komersial yang steril. Sedangkan susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai produk
komersial yang steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Sehingga di bagian perawatan bayi NICU ,
USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji untuk
penderita bayi premature yang rentan terjadi infeksi. Rekomendasi lain yang harus diperhatikan
untuk mengurangi risiko infeksi tersebut adalah cara penyajian yang baik dan benar. Diantaranya adalah
menyajikan susu hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya untuk setiap kali minum untuk
mengurangi kuantitas dan waktu susu formula terkontaminasi dengan udara kamar.
Meminimalkan waktu antara kontak susu dengan udara kamar hingga saat pemberian. Waktu yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 4 jam. Semakin lamawaktu tersebut akan meningkatkan risiko
pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut. Hal lain yangpenting diperhatikan adalah
memperhatikan dengan baik dan benar cara penyajian susu formula bagi bayi, sesuai instruksi
dalam kaleng atau sesuai petunjuk umum. Petunjuk umum cara penyajian susu formula yang baik adalah
dianjurkan menggunakan air yang dimasak sampai mendidih dan biarkan air selama 10-15
menit agar suhunya turun menjadi tidak kurang dari 70C. Bayi yang disusui ASI (asi eksklusif) tidak
pernah terkontaminasi Enterobacter sakazakii . Penelitian yang ada hanya menyebutkan bahwa 5080% kasus kontaminasi Enterobacter sakazakii terjadi karena susu formula bubuk.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui infeksi dan cara mengidentifikasi Enterobacter pada penderita
ISK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Enterobacter
Enterobacter sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam family
Enterobactericeae bersama dengan Shigella, Salmonella, Klebsiella, Proteus, E.coli dan
sebagainya. Habitat umum dari bakteri ini adalah di usus manusia dan hewan. Beberapa
spesies dari Enterobacter yaitu Aerogenes Enterobacter, E. amnigenus, E. asburiae, E.
cancerogenus, E. cloacae, E. cowanii, E. dissolvens, E. gergoviae, E. hormaechei, E.
intermedius, E. kobei, E. nimipressuralis; E. pyrinus , E. sakazakii,.
Bakteri Enterobacter merupakan

patogen

nosokomial

oportunistik

yang

menyebabkan lebih banyak infeksi termasuk sampai dengan 5% dari septicemias didapat di
rumah sakit, 5% dari pneumonia nosokomial, 4% dari infeksi saluran kemih nosokomial, dan
10% dari kasus peritonitis pascaoperasi (daftar dari Hoffmann dan Roggenkamp
2003 ). Bakteri ini juga memiliki beberapa kegunaan bagi manusia, namun, misalnya,
Enterobacter cloacae digunakan dalam kontrol biologis penyakit tanaman (Anaesthetist)
Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan
jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang
berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga
meningkatkan

jumlah

bakteri

patogen

seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio

cholera (Shuval, 1986).


Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah
beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan
nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotic
sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat melalui kultur organisme
pada media laboratorium standar (Jawetz, dkk. 2005).
2.2 Klasifikasi Enterobacter
Kingdom : Bakteri
Divisi

: Proteobacteria

Class

: Gammaproteobacteria

Ordo

: Enterobacteriales

family

: Enterobactericea

Genus

: Enterobacter

Spesies

: Aerogenes Enterobacter, E. amnigenus, E. asburiae, E. cancerogenus, E.

cloacae, E. cowanii, E. dissolvens, E. gergoviae, E. hormaechei, E. intermedius, E. kobei, E.


nimipressuralis; E. pyrinus , E. sakazakii,
2.3 Morfologi
Enterobacter merupakan

genus

umum Gram-negatif , anaerob

berbentuk batang , tidak membentuk spora bakteri dari keluarga

fakultatif,

Enterobacteriaceae.

Beberapa strain bakteri ini patogen dan menyebabkan infeksi oportunistik pada host yang
immunocompromised biasanya dirawat di rumah sakit dan pada mereka yang berada
pada ventilsi mekanik . Kemih dan saluran pernapasan adalah situs yang paling umum
dari infeksi. Genus Enterobacter adalah anggota dari kelompok bakteri koliform. Tetapi
bukan merupakan bakteri coliform tahan panasi, seperti halnya Escherichia coli , karena tidak
mampu tumbuh pada 44,5 C dengan adanya garam empedu. Dua spesies dari genus klinis
penting ini adalah E. aerogenes dan E. cloacae
Bakteri Enterobacter motil, sel-sel berbentuk batang, beberapa di antaranya
dibungkus kapsul. Mereka juga memiliki flagela peritrichous. Sebagai anaerob fakultatif,
beberapa bakteri Enterobacter memfermentasi

glukosa

dan

laktosa

sebagai

sumber

karbon. Menghasilkan gas dari proses metabolisme, tetapi mereka tidak menghasilkan
hydrogen sulfida. Enterobacter cloacae A-11 dan bakteri lain yang terkait erat adalah
prototrofik.
Genom Enterobacter belum diurutkan, namun, beberapa gen telah dipelajari
melalui mutan dan sarana lain seperti itu. Misalnya, mutasi pada pfkA di Enterobacter
cloacae menyebabkan perubahan dari pertumbuhan yang cepat pada karbohidrat tertentu
yang dideteksi dalam eksudat benih pertumbuhan jauh lebih lambat pada karbohidrat lain,
asam amino, dan asam organik (Roberts et al. 1999)
2.4 Ekologi
Enterobacter dapat ditemukan pada kulit manusia dan tanaman serta tanah, air,
limbah, saluran usus manusia dan hewan, dan beberapa produk susu (Health
Canada). Namun, beberapa spesies Enterobacter, seperti Enterobacter sakazakii, patogen
manusia oportunistik. Enterobacter cloacae A-11 dan bakteri yang sejenis dapat ditemukan
pada mentimun dan lobak biji serta kacang polong, kedelai, bunga matahari, dan biji jagung
manis.

2.5 Gejala Klinis


Beberapa gejala infeksi Enterobacter termasuk bakteremia, infeksi saluran
pernapasan bawah, infeksi kulit, infeksi jaringan lunak, infeksi saluran kemih, ISK,
endokarditis, infeksi intraabdominal, septic arthritis, osteomyelitis, dan infeksi mata. Mereka
adalah patogen oportunistik yang jarang menyebabkan penyakit pada orang yang
sehat. Virulensi bakteri ini tampaknya terutama disebabkan oleh suatu endotoksin yang
dihasilkan. Infeksi nosokomial paling sering disebabkan oleh infeksi Enterobacter. Bakteri
biasanya menginfeksi orang-orang yang tinggal di rumah sakit, terutama pada ICU, untuk
jangka waktu yang lama serta orang-orang yang telah menggunakan banyak agen
antimikroba (misalnya: diabetes, kanker, luka bakar, ventilasi mekanis, dll ), menggunakan
perangkat asing seperti kateter, intravena, dan infeksi immunosuppression. Dalam banyak
kasus, tangan penderita, pengambilan intravena, endoskopi, produk darah, perangkat untuk
memantau tekanan intra-arteri, dan stetoskop telah dianggap sumber untuk infeksi. (Sinave)
Salah satu spesies tertentu dari bakteri ini, Enterobacter sakazakii, terkenal karena
menyebabkan infeksi pada bayi yang diberi susu formula berbasis susu berenergi. Bakteri
Enterobacter cloacae sampai tahun 1980, karena telah menyebabkan beberapa wabah infeksi
di masa lalu, formula bayi kini secara efektif diseleksi sebelum dijual. Infeksi yang
disebabkan pada bayi adalah meningitis neonatal, sepsis, dan necrotizing enterocolitis,
tingkat fatalitas kasus dilaporkan bervariasi sekitar 40-80% di antara bayi yang terkena
infeksi bakteri ini (Health Canada).
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa kehadiran Enterobacter cloacae B29
dalam usus individu gemuk tdk sehat mungkin telah memberi kontribusi pada
pasien obesitas .Pengurangan beban bakteri dalam usus pasien, dari 35% E. cloacae B29 ke
tingkat tidak terdeteksi, dikaitkan dengan penurunan paralel dalam endotoksin beban pada
pasien dan secara bersamaan, penurunan yang signifikan dalam berat badan.

[3]

Selain itu,

strain bakteri yang sama, diisolasi dari pasien, menyebabkan obesitas dan resistensi
insulin pada hama tikus C57BL/6J yang diberi makan diet tinggi lemak. Studi ini
menyimpulkan bahwa E.cloacae B29 dapat menyebabkan obesitas pada host manusia melalui
suatu endotoksin diinduksi, peradangan -dimediasi mekanisme.

2.6 Media Pembiakan


a. Media Mac Conkay Agar (MCA)
Bakteri Enterobacter dapat tumbuh pada media MCA dengan ukuran koloni besar-besar,
berwarna putih sampai merah keruh, smooth, cembung dan berbentuk bulat. Mucoid dalam 2
x 24 jam.
b. Media Blood Agar Plate (BAP)
Bakteri Enterobacter pada media BAP membentuk koloni sedang-besar, sedikit cembung,
smooth dan bulat. Koloni berwarna putih sampai abu-abu. Tidak terbentuk zona disekeliling
koloni yang menandakan tidak terjadi hemolisis (anhaemolysis)
c. Uji biokimia
Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang
biasa dilakukan diantaranya:

TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)

Digunakan untuk identifikasi bakteri, untuk melihat kemampuan meragi glukosa dan sukrosa
atau laktosa. Media TSIA merupakan salah satu media differensial, yaitu media yang
digunakan untuk membedakan suatu bakteri yang satu dengan yang lain berdasarkan
kemampuannya menghasilkan H2S, gas dan menfermentasikan gula-gula.

Fermentasi karbohidrat/gula-gula

Uji gula-gula dilakukan untuk menentukan kemampuan dari bakteri untuk menfermentasikan
beberapa jenis gula-gula seperti glukosa, laktosa, maltose, manitol dan sukrosa.

MR/VP (methyl red /voges proskauer)

Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan
produk-produknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer
dan menentukan organisme yang menghasilkan produk netral (asetil metal karbinol atau
aseton) dari hasil fermentasi glukosa

SIM (sulfur, indol, motility)

Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H2S

Simon Citrate (SCA)

Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon.

NO

Media/t
est

E. cloacae

E. aerogenes

E. sakazaki

+g

+g

+g

+/(+)

+/(+)

Fermen
1

tasi
glucose

Fermen
2

tasi
lactose

Fermen
tasi
3

sorbitol
(sukros
a)

Voger
4

Proska
uer

Lysine
5

decarb

2.7 Metode Kerja


Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Enterobacter adalah sebagai berikut :
Hari pertama (I)
Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB
1) Masukkan sampel dalam tabung centrifuge. Centrifuge selama 15 menit.
2) Buang supernatanya. Dengan menggunakan ose steril ambil endapan pada tabung dan
tanam di media BHIB.
3) Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37C.
Hari Kedua (II)
Lakukan pewarnaan gram
1) Ambil suspensi bakteri dari media BHIB
2) Buat sediaan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi
3)
4)
5)
6)
7)

sediaan.
Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.

Penanaman pada media selektif BAP dan MCA


1) Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri dari media pemupuk lalu
goreskan dipermukaan media BHIB dan MCA.
2) Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37C.
Hari Ketiga (III)
1) Mengambil koloni yang sesuai pada media MCA dan BAP
2) Penanaman pada media TSIA. Dengan menggunakan ose lurus (nahl), tusuk media
TSIA sampai dasar tabung dan buat goresan pada daerah lereng.
3) Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan
suhu 37C.
Hari keempat (IV)
1) mengambil koloni dari media TSIA.
2) Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan koloni yang sama, ambil dan
tanam pada media biokimia (SIM, SCA, urea, dan MR/VP), dan gula-gula (glukosa,
sukrosa, maltose, manitol, dan laktosa)
Hari kelima (V)

Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, SCA, MR/VP, urea, glukosa, laktosa,
maltose, sukrosa, dan manitol.
1) Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covacs 2-3 tetes.
2) Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
3) Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan - naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.

BAB III
PEMBAHASAN
Hari kedua (II)
1) Terjadi kekeruhan pada media pemupuk BHIB yang menandakan adanya
pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
2) Bakteri berbentuk bacil dan streptobacil. Bakteri berwarna ungu artinya bakteri
mampu mengikat zat warna utama yaitu CGV dan tidak luntur pada pelunturan
dengan alcohol sehingga bakteri berwarna ungu.
Hari ketiga (III)
1) Mac Conkay Agar : koloni bakteri besar-besar, berwarna putih sampai merah keruh,
bulat dengan elevasi cembung, smooth, bersifat mucoid.
2) Blood Agar Plate :koloni bakteri berukuran sedang, berwarna abu-abu, cembung,
smooth dan tidak terbentuk zona disekeliling koloni (anhaemolytis)
Hari keempat (IV)
Hasil pada penanaman di media TSIA :
1) Terjadi perubahan warna pada seluruh bagian media, baik dasar maupun lereng. Hal
tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan semua gula-gula
dalam media (glukosa, laktosa dan sukrosa) sehingga terbentuk suasana asam.
2) Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri tidak memiliki
enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan
gugus samping SH sehingga akan menghasilkan H 2S yang bereaksi dengan
FeSO4 dan membentuk endapan hitam FeS.
3) Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri mampu
menghasilkan gas. Pada media ini gas bersifat positif karena terbentuk gas.

Hari kelima (V)

Gula-gula
Hasil positif didapatkan pada semua jenis gula-gula yang digunakan yaitu glukosa, sukrosa,
laktosa, maltose dan manitol. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna indicator
yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan warna tersebut
disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula
tersebut berupa produk asam. Selain perubahan warna, bakteri juga mampu menghasilkan
gas.

SIM :

(sulfur)

Bakteri tidak menghasilkan

sulfur.

Hal

ini

ditandai

dengan tidak terbentuknya endapan hitam pada media, karena bakteri tidak ini mampu

mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.


I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini
ditambahkan dengan reagen Covacs. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin
merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan
hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's.
Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan
asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol
negatif sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam

amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.


M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di
sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan
media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini

menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.


MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi kuning.
Berarti tidak terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam

formiat) oleh bakteri.


VP : setelah penambahan KOH 10 % dan -naftol 1 %, warna media mengalami

perubahan. Ini disebabkan bakteri mampu memfermentasikan butanadiol.


Urease : hasil yang didapatkan adalah negatif sebab tidak terjadi perubahan warna
(tetap berwarna kuning). Artinya bakteri tidak dapat menghidolisis urea yang
membentuk ammonia dengan perubahan warna merah muda karena adanya indicator
phenol red.

Simmons Citrate didapatkan hasil positif (+), sebab terjadi perubahan warna pada
media dari warna hijau menjadi biru. Ini disebabkan bakteri Enterobacter merupakan
salah satu spesies yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang
diperlukan untuk metabolisme dengan menghasilkan suasana basa.

Uji Sensitiviatas Antibiotika (Antibiotic Sensitivity Test)


Metode Cakram KIRBY-BAUER
Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)
Metode Cakram KIRBY-BAUER
Metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas saring yang tersedia secara
komersial, kemasan yang menujukkan konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia.
Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi dasar bagi spektrum sensitivitas
suatu organisme. (Harmita dan Radji, M., 2008).
Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media
biakan, kecepatan difusi antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media. (Harmita
dan Radji, M., 2008).
Caranya:
Dengan mengokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan antibiotik berdifusi
ke media agar.
Cakram yang telah mengandung antibiotik diletakakkan di permukaan pelat agar yang
mengandung mikroorganisme yang ingin diuji.
Konsentrasi sebanding dengan luas bidang difusi.
Pada jarak tertentu pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi sampai pada titik
antibiotik tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba.
Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan.
Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram
tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi.
Diameter zona dapat diukur dengan penggaris dan hasil dari eksperimen ini
merupakan satu antibiogram (Harmita dan Radji, M., 2008).
Metode Cakram KIRBY-BAUER

Gambar tersebut menunjukkan suatu hasil daripada metode cakram. Bakteri tersebut adalah
sensitif terhadap antibiotika C dan D, sementara resisten terhadap A, B, ,dan E.
Interpretasi sensitivitas antibiotic (diameter zona hambat dalam mm)

Metode Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)


konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan
organisme tertentu.

Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang masih efektif
untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang
efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien.
Caranya
Inokulum mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung
yang mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme
akan termonitor dengan perubahan kekeruhan.
Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme
in vitro dapat ditentukan (Harmita dan Radji, M., 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Jawet, Melnick, and Adelberg. 2014. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta

http://t3leporters.blogspot.co.id/2014/01/identifikasi-enterobacter.html
http://www.livestrong.com/article/194659-what-are-the-treatments-for-enterobactercloacae/#ixzz1fMh52tT9

Anda mungkin juga menyukai