BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan yang sifatnya dinamis ini, manusia sebagai makhluk sosial tidak akan
pernah bisa lepas dari individu-individu yang lain. Sehingga mereka akan selalu bersentuhan
dengan indvidu lainnya, dengan kelompok individu, bahkan antara kelompok individu dengan
kelompok individu yang lain, atau dalam dunia sosial lebih dikenal dengan istilah Interaksi
Sosial. Interaksi sosial yang terbangun melahirkan gejala-gejala sosial (fakta sosial) dalam
kehidupan masyarakat. Ilmu sosial hadir dengan tujuan untuk membangun pemahaman atas
setiap fakta sosial yang terjadi ditengah masyarakat. Pemahaman tersebut dapat ditempuh
melalui pengamatan sosial. Pengamatan sosial tidak hanya dilakukan dengan satu cara dan dari
satu sudut pandang sosial saja, sehingga hal ini kemudian melahirkan banyak metodologi yang
dapat dipergunakan dalam melakukan pengamatan sosial. Diantara metodologi yang ada salah
satunya adalah Etnometodologi.
Pengamatan atas fakta sosial yang dilakukan oleh ahli ilmu sosial dewasa ini masih
terklasifikasi dalam dua wilayah objek kajian, yakni pengamatan yang dititikberatkan pada
persoalan-persoalan makro, dan pengamatan yang tertuju pada persoalan-persoalan mikro. Emile
Durkheim misalnya, adalah salah satu tokoh sosiologi yang menempatkan pengamatannya pada
persoalan makrososiologi (struktur sosial dan pranata sosial). Durkheim berangkat dari
pemahaman bahwa fakta sosial berada diluar dan bersifat memaksa individu untuk mengikuti
struktur dan peranata sosial yang ada. Kemudian adalah Max Weber salah satu tokoh termasyhur
dalam dunia sosiologi yang meletakkan pengamatan pada wilayah mikrososiologi seperti
Tindakan Sosial. Weber berangkat dari pemahaman bahwa individulah yang membangun struktur
sosial, sehingga mengamati persoalan sosial tidak bisa langsung tertuju pada struktur sosial
(makrososiologi) yang ada namun harus diawali dengan mengamati tindakan sosial individu
(mikrososiologi).
Berbeda dengan kedua tokoh ahli sosiologi diatas, Harold Garfinkel sebagai pencetus
teori Etnometodologi melihat fakta sosial sebagai sesuatu yang fundamental dalam kehidupan
sosial. Sehingga dalam penggunaannya Etnometodologi tidak terpaku pada hal-hal yang sifatnya
makro maupun mikro, namun memusatkan pengamatannya pada interaksi sosial yang dilakukan
manusia dalam kesehariannya, salah satunya melalui pengamatan Etnometodologi atas
percakapan sehari-sehari yang dilakukan manusia.
Etnometodologi meletakkan studi mengenai kegiatan manusia sehari-hari atas dasar
common sense. Realitas common sense dan eksisitensi sehari-hari manusia merupakan
kepentingan praktis dalam kehidupan sosial. kepentingan praktis kemudian dilawankan dengan
kepentingan ilmiah (teoritis). Teori ilmiah membangun pemahaman atas realitas sosial melalui
penelitian yang sisitematis dan teoritis. Bagi Alferd Schutzs (tokoh sosial yang mempengaruhi
Garfinkel dalam melahirkan teori Etnometodologi) manusia bergerak bukan berdasarkan teori
ilmiah melainkan atas dasar common sense atau kepentingan praktis. Pada wilayah inilah
(kepentingan praktis) etnometodologi hadir sebagai alat pengamatan pergerakan keseharian
manusia untuk membangun pemahaman utuh atas fakta sosial yang tengah tertebar di
masyarakat.
Diakui secara luas bahwa ketidakseimbangan dalam masyarakat sebagai masalah utama
perselisihan sosial yang mengenai sebuah aspek kehidupan sosial. Hal ini tidak mengurangi
masalah dalam hal kesehatan negara dan bentuk-bentuk cara penggunaan pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu penulis akan membahas tentang bagaimana pendekatan teori sosial dalam dunia
kesehatan khususnya.
B.
1.
2.
3.
Rumusan masalah
Gaya hidup dan kesehatan
Teori sosial dalam kesehatan
Pendekatan untuk mengubah perilaku
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tujuan
Menjelaskan Gaya hidup dan kesehatan
Menjelaskan Teori sosial dalam kesehatan
Teori Perilaku Individu
Teori Sosial Kognitif
Teori perilaku interpersonal
Teori motivasi untuk proteksi
Menjelaskan pendekatan untuk mengubah perilaku
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan
diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh
pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), Gaya
hidup adalah A mode of living that is identified by how people spend their time (activities),
what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves
and the world around them (opinions).
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini
khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup
merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya
akan membentuk pola perilaku tertentu.
B. Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut
WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi WHO
tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang
positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal
utama adalah zat kimia, nikotin, tar, timah hitam, dan gas karbonmonoksida.
Minum-minuman keras: Menurut WHO, mengonsumsi minuman keras dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Dampak negatif minuman beralkohol bahkan mengalahkan dampak
negatif narkoba (opium,
kokain,
dan
lain-lain). Dalam
majalah Medicine
Internasional,
disebutkan segudang efek buruk mengonsumsi minuman keras, berupa gangguan tenggorokan
dari mulai radang, pendarahan, hingga yang terburuk adalah kanker tenggorokan.Selain itu,
minuman beralkohol juga mengakibatkan radang pankreas, wasir, liver, gangguan pencernaan,
gangguan pernafasan, serta berbagai penyakit lain yang berujung pada kematian.
c. Terlalu banyak mengkonsumsi obat kimia: Sesungguhnya, obat bukanlah solusi untuk sehat.
Obat kimia dalam resep dokter maupun obat-obatan yang dijual bebas di warung sejatinya hanya
meredakan gejala, namun tidak mengobati penyakit. Jika dikonsumsi terus-menerus, obat-obatan
kimia dalam jangka panjang akan menimbulkan sejumlah efek samping seperti gangguan
hati, ginjal, dan jantung. Komplikasi berbagai penyakit ini dapat berujung pada kematian.
kebutuhan. Menurut Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis/
biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
(a) Faktor-faktor mempengaruhi Perilaku
Menurut Green (2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: faktor predisposisi (
predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor)
(Notoatmodjo, 2003; Green, 2000)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan
telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbetuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya
bersifat langgeng
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, baik yang bersifat
intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas
menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu ( Sunaryo, 2004; Purwanto,
1999 )
Tingkatan respon adalah menerima (receiving), merespon (responding), enghargai (valuing), dan
bertanggung jawab (responsible) (Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 )
Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau
norma yang telah melekat pada diri seseorang ( Green, 2000 )
Kepercayaan: Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan tertentu aka
mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu penyakit yang akan berpengaruh terhadap
kesehatannya
(b) Persepsi
Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu terhadap stimulus yang
diterimanya. Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang
yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan
merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu. Oleh karena itu dalam penginderaan
orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan
dengan obyek. Persepsi pada individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan juga
keadaan dirinya. Orang yang mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan
berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya
Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin movere, yang berarti mendorong
atau menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktifitas
dalam pencapaian tujuan. Motivasi itu bersifat alami dan kebutuhan, motivasi itu timbul karena
adanya kebutuhan seseorang yang harus segera dipenuhi untuk segera mencapai tujuan. Motivasi
sebagai motor penggerak, maka bahan bakarnya adalah kebutuhan
b. Teori Sosial Kognitif
Asumsi dasar dari Social cognitive theory adalah perilaku terjadi karena proses kognitif
dan interaksinya dengan orang lain serta lingkungan disekitarnya. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif mempunyai empat aspek:
lingkungan sosial
Ekulibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mamu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya
System yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi, Skema
berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisme yang
merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks sedangkan
Adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan
akomodasi . Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori
kognitif:
Intelegensi: suatu bentuk ekuilibriun kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi,
struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi
Skema, suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya
Asimilasi, proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya
c.
Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan Makan dan
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, JW memahami bahwa manusia adalah mahluk yang
sempurna, yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan. Sehingga dalam upaya mencapai
kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera, baik fisik, mental dan spiritual. Karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa. Sehingga untuk mencapai
keadaan tersebut, keperawatan harus berperan aktif dalam upaya meningkatkan status kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan upaya penyembuhannya, yang
fokusnya terdapat pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
d. Teori Motivasi untuk Proteksi
Teori Motivasi Perlindungan mengusulkan bahwa kita melindungi diri kita sendiri didasarkan
pada empat faktor: keseriusan dengan peristiwa yang mengancam, kemungkinan dirasakan
kejadian, atau kerentanan, efektivitas perilaku pencegahan yang disarankan, dan yang
dirasakan self efficacy.
Perlindungan motivasi berasal dari kedua penilaian ancaman dan penilaian coping. Penilaian
ancaman menilai keparahan situasi dan meneliti bagaimana seriusnya situasi ini. Penilaian
mengatasi adalah bagaimana seseorang merespons situasi. Penilaian mengatasi terdiri dari
kedua keberhasilan
melaksanakan
dan
efektivitas
rekomendasi
dapat
diri. Keberhasilan
menghapus
adalah
ancaman
harapan
individu
tersebut. Self-efficacy
yang
adalah
masalah
kesehatan. (Misalnya,
mengendalikan
berat
badan
untuk
mencegah tekanan darah tinggi) dan pencegahan sekunder yaitu mengambil langkah untuk
mencegah kondisi menjadi lebih buruk. (Misalnya, mengingat untuk mengambil obat setiap hari
untuk mengontrol tekanan darah)
(a) Mengatasi-Penilaian Proses
Penilaian mengatasi terdiri
dari
efektivitas
tanggapan,
self-efficacy,
dan
biaya
respon. Kemanjuran Respon adalah efektivitas dari perilaku yang dianjurkan dalam
menghilangkan atau mencegah bahaya yang mungkin. Self-efficacy adalah keyakinan bahwa
salah satu berhasil dapat menetapkan perilaku yang direkomendasikan. Biaya respon adalah
biaya yang berkaitan dengan perilaku yang direkomendasikan. Jumlah mengatasi kemampuan
yang satu pengalaman adalah kombinasi khasiat respon dan efektivitas diri, minus biaya
respon. Proses penilaian koping berfokus pada respon adaptif dan kemampuan seseorang untuk
mengatasi dan menangkal ancaman tersebut. Penilaian mengatasi adalah jumlah dari penilaian
dari efektivitas tanggapan dan self-efficacy, dikurangi fisik atau psikologis "biaya" mengadopsi
respon pencegahan yang direkomendasikan. Mengatasi Penilaian melibatkan penilaian individu
terhadap efektivitas respon perilaku yang direkomendasikan (yaitu dianggap efektivitas tabir
surya dalam mencegah penuaan dini) serta satu yang dirasakan self-efficacy dalam melaksanakan
tindakan yang direkomendasikan. (Yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menggunakan tabir
surya secara konsisten).
Ancaman dan variabel penilaian mengatasi menggabungkan dengan cara yang cukup mudah,
meskipun penekanan relatif dapat bervariasi dari satu topik ke topic yang lain dan dengan
populasi target. Dalam bukunya, "Stres, Penilaian, dan Coping," Richard Lazarus menyatakan
bahwa, "menyarankan studi untuk mengatasi bahwa gaya yang berbeda untuk mengatasi terkait
dengan hasil kesehatan tertentu; kontrol kemarahan, misalnya, telah terlibat dalam hipertensi
Tiga rute. Mengatasi dapat mempengaruhi kesehatan meliputi frekuensi, intensitas, durasi, dan
pola reaksi stres neurokimia; menggunakan zat berbahaya atau melakukan kegiatan yang
menempatkan orang pada risiko, dan menghambat kesehatan adaptif / penyakit yang
berhubungan dengan perilaku
(b) Khasiat Respon
Kemanjuran Respon menyangkut keyakinan yang mengadopsi respons perilaku tertentu akan
efektif dalam mengurangi ancaman penyakit', dan self-efficacy adalah keyakinan bahwa salah
satu berhasil dapat melakukan respon coping. Sejalan dengan cara tradisional untuk mengukur
konsekuensi dari perilaku, keberhasilan respon yang dioperasionalkan dengan menghubungkan
konsekuensi dengan perilaku yang dianjurkan serta apakah subjek dianggap sebagai konsekuensi
yang dihadapi
Menciptakan koalisi pengerahan, membentuk kelompok kerja sebagai tim.
Membangun visi dan strategi, yaitu menciptakan visi untuk mengarahkan usaha perubahan dan
Membangkitkan kemenangan jangka pendek, yaitu perlu segera memberikan bukti keberhasilan
dan kemenangan.
Mengkonsolidasikan keuntungan dan menghasilkan perubahan lebih lanjut, dengan
menggunakan peningkatan-peningkatan kredibilitas-kredibilitas merubah semua sistem, struktur,
memang diperlukan pemeliharaan dari sukses program ini untuk mencegah kambuhnya lagi
perilaku yang tidak sehat.
Peningkatan public health advocacy disadari menjadi cara yg paling paling efektif
meningkatkan perilaku sehat dengan cara melibatkan seluruh masyarakat dalam meningkatkan
lingkungan sosial dan fisik yg kondusif untuk berperilaku sehat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di era moderenisasi Teori pendekatan social dalam masyarakat bermanfaat sekali untuk di
pelajari untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas, dan dapat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari . Terlebih lagi sebagai seorang perawat yang professional kita di tuntut agar bias
melakukan pendekatan bersosialisai dengan individu itu sendiri , dan masyarakat yang luas agar
dapat mewujudkan pola hidup sehat.
B. Saran
Semoga wacana yang kami sajikan ini dapat diimplementasikan sebagaimana mestinya
mengingat kita adalah calon-calon tenaga kesehatan
Daftar pustaka
http://resosialita.blogspot.com/2012/05/makalah-teori-sosial-etnometodologi.html
http://faisalahmadfani.blogspot.com/2012/10/mengenal-sosiologi-kesehatan.html
http://muhammadsyamsuddin.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-sosial-historis.html
http://e-medis.blogspot.com/2013/01/sub-bidang-keilmuan-dalampendidikan.html#.UaqjQ9hCYbs