Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN KARTOGRAFI


Hari/Tanggal : Senin, 2 Mei 2016
Waktu

: 15.00-18.00

Dosen

: Ibu Nina W. D.

Asisten

: 1. Yusep Jalaluddin

(A14120013)

2. Triawan Wicaksono H

(A14120060)

3. Sarliyanti S

(A14120095)

ANALISI TERRAIN 2: KEMIRINGAN LERENG DAN RECLASSIFY

Oleh
Jalu Prayoga
A14130038

BAGIAN PENGINDERAAN JAUH DAN INFORMASI SPASIAL


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bentuk penyajian data spasial dalam Sistem Informasi Geografis adalah peta.
Ilmu yang mempelajari khusus tentang peta adalah kartografi, yaitu ilmu, teknologi dan seni untuk
menyampaikan data atau informasi tentang objek atau area di permukaan bumi dalam bentuk peta.
Kartografi disebut pula sebagai kartografi adalah teknik memperkecil (reduksi) karakteristik
keruangan dari daerah yang luas (dari permukaan bumi) dan membuatnya lebih mudah diamati.
Peta merupakan media komunikasi dalam sistem informasi dan geografis, sehingga keberadaannya
sangat penting dalam transfer informasi spasial.
Salah satunya yaitu peta kemiringan lereng. Untuk membuat peta kemiringan lereng kita
harus mengetahui klasifikasi kelas lereng dari lahan yang kita amati. Pengklasifikasian kelas
kemiringan lereng diperlukan suatu informasi geografis. Informasi geografis merupakan infor mas i
mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana
suatu objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut)
yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diketahui. Dengan fitur yang dimiliki Sistem
Informasi Geografis (SIG) akan lebih mudah untuk mengklasifikasikan kelas kemiringan lereng
dan memberi informasi mengenai penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lereng. Untuk
menginterpretasikan hasil dapat dilakukan melalui visualisasi 3D.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat membuat dan menganalisis peta kemiringa n
lereng dan menampilkan peta tersebut dalam bentuk 3D.

TAHAPAN ANALISIS
1. Mask

ArcToolboxSpatial
Analyst Tool

ExtractionExtract by
Mask

Input
raster=astgtm2
-___dem.tif,

feature mask =
parsial_bogorok

Raster
SurfaceContour

input= hasil
extract mask,
interval= 25,

base
conotour=0, z
factor=
0.3048. - ok

Raster
Surface-Slope

input=extract,
output=percent
_rise,

Z Factor=
0.3048 - Ok

ReclassReclassify

input=slope, classifymethod=equal
interval,
classes= 6

klik break
values %ganti value
3,8,15,25,45,
100- OK

Generalization
- Majority
Filter

input=reclass_
slope, number
of neighbors =
eight,

replacement=
majority - OK

2. Peta Kontur

ArcToolbox3d Analyst
Tool-

3. Peta Lereng

ArcToolbox3d Analyst
Tool-

4. Reclassify

ArcToolboxSpatial
Analyst Tool

5. Majority

ArcToolboxSpatial
Analyst Tool

6. Hillshade

ArcToolbox3d Analyst
Tool

Raster
SurfaceHillshade

input=extract,
azimuth=315,

altitude=45, z
factor=0.3048
- OK

Raster to
Polygon

input=Majorit
y , field=value,

OK

7. Convert to Polygon

SearchConvert

HASIL

Gambar 1. Hasil Extract

Gambar 2. Contour

Gambar 3. Slope

Gambar 4. Reclass Slope

Gambar 5. Majority 1

Gambar 6. Majority 2

Gambar 7. Majority 3

Gambar 8. Hillshade

Gambar 9. Hasil Convert to Polygon

Gambar 9. Attribut Luas

PEMBAHASAN
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh tentang suatu objek,
daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak
langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Sutanto, 1994).
Kemiringan lereng dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %), landai (8-15 %), agak
curam (15-25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam ( 45 %). Lahan yang diperbolehkan untuk
berdirinya

kawasan permukiman

adalah lahan

yang memiliki

topografi

datar sampai

bergelombang yakni lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-25 % (Kastaman, 2007).
Fungsi Hillshade digunakan untuk menentukan hasil penyinaran secara hipotesis dari
suatu bentuk permukaan yang merupakan bagian dari langkah analisis dan tampilan. Untuk
keperluan analisis, fungsi Hillshade dapat digunakan untuk menentukan lama waktu dan
intensitas sinar matahari pada lokasi tertentu. Sedangkan untuk tampilan, dapat digunakan
untuk mempertajam relief permukaan. Fungsi dari Majority untuk pengelompokan suatu area
yang lebih kecil menjadi kedalam luasan area terdekat yang luasannya lebih besar.

Berdasarkan hasil praktikum terdapat 6 kelas lereng dengan interval 3, 8, 15, 25, 45, dan
100 % pada peta kontur. Pada kenampakan DEM Hillshade warna yang relative sama memilik i
kelas lereng yang sama, sebaliknya warna yang berbeda kontras memiliki kemiringan lereng yang
berbeda. Warna yang lebih cerah relative memiliki nilai kemiringan lereng yang tinggi. Pada peta
kontur dengan interval 25 m terdapat beberapa bentuk permukaan bumi yang ada yaitu gunung,
perbukitan, lembah, persawahan dan pemukiman. Pada majority 1 area yang lebih kecil Nampak
jelas terlihat, pada majority 2 area kecil mulai tidak terlihat, majority 3 kenampakan area kecil
sudah mulai sedikit masuk ke dalam pengelompokan area terdekat yang lebih besar.

PENUTUP
Kesimpulan
Hillshade untuk mempertajam kenampakan permukaan bumi. Kemiringan lereng
mempengaruhi kenampakan permukaan bumi. Majority untuk pengelompokan area terkecil ke
dalam area terdekat yang lebih besar. Praktikan dapat membuat dan mengklasifikasi peta
kemiringan lereng.

DAFTAR PUSTAKA
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Kastaman, R., Kendarto, D. R., dan Nugraha, S. 2007. Penggunaan Metode Fuzzy Dalam
Penentuan Lahan Kritis Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Daerah
Subdas Cipeles. Bandung (ID) : Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai