Belt Conveyor
Belt Conveyor
4. 4. Gambar Komponen belt conveyor1. Belt Belt merupakan pembawa material dari
satu titik ke titik lain dan meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller
sehingga dapat bergerak dengan teratur.2. Head pulley Head pulley pada belt
conveyor dapat juga dikatakan sebagai pulley penggerak dari sistem BC. Pada head
pulley dipasang sistem penggerak untuk menggerakkan belt conveyor. Head pulley
juga dapat dikatakan sebagai titik dimana material akan dicurahkan untuk dikirim ke
BC selanjutnya.
5. 5. Gambar Head Pulley3. Tail pulley Merupakan pulley yang terletak pada daerah
belakang dari sistem conveyor. Dimana pulley ini merupakan tempat jatuhnya
material untuk dibawa ke bagian depan dari conveyor. Konstruksinya sama dengan
head pulley, namun tidak dilengkapi penggerak.4. Carrying roller Merupakan roller
pembawa karena terletak dibawah belt yang membawa muatan. Berfungsi sebagai
penumpu belt dan sebagai landasan luncur yang dipasang dengan jarak tertentu agar
belt tidak meluncur ke bawah. Gambar carrying roller
6. 6. 5. Return roller Merupakan roller balik atau roller penunjang belt pada daerah yang
tidak bermuatan yang dipasang pada bagian bawah fram. Gambar Return roller6.
Drive (penggerak) Berfungsi untuk menggerakkan pulley pada BC. Sistem penggerak
ini biasanya terdiri dari motor listik , transmisi, dan rem.7. Take-up pulley Perangkat
yang mengencangkan belt yang kendur dan memberikan tegangan pada belt pada start
awal.8. Snub pulley Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan belt pada drive
pulley.9. Chute/ hopper Merupakan corong yang terletak diujung depan dan belakang
conveyor belt untuk memuat dan mencurahkan material.10. Skirt rubber
7. 7. Berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tertumpah keluar dari ban berjalan
pada saat muat. Gambar Skirt Rubber11. Chip cleaner Berfungsi sebagai pembersih
material yang terbawa oleh belt conveyor setelah dicurahkan. Gambar chip
cleaner2.2.2 Sistem Kerja Belt Conveyor Bahan dihisap oleh unloader dari kapal dan
bahan akan jatuh ke beltconveyor, kemudian belt conveyor akan mengirim bahan ke
stasiunpenampungan. Belt diletakkan di atas pulley yang digerakkan oleh motor
8. 8. penggerak. Pulley bergerak akibat adanya putaran yang ditransmisikan oleh
motorpenggerak. Gambar Sistem kerja belt conveyor Belt conveyor mentransport
material yang ada di atas belt, dimana umpanatau inlet pada sisi tail dengan
penguatnya hanya terdiri dari satujenis saja, yaitu kawat sling baja. Disamping jenis
lapisan penguat yang telahdisebut di atas, terdapat juga konstruksi khusus yang
dirancang untuk melindungi
14. 14. lapisan penguat dari sobek yang memanjang. Lapisan ini disebut dengan
RipGuard. Ada beberapa konstruksi dari Rip Guard, yaitu : 1. Belt fabric dengan
carcass di dalam top cover yang disusun melintang 2. Nylon cord yang disusun
melintang pada top cover 3. Nylon cord yang disusun melintang pada top dan bottom
cover Gambar Lapisan belt2.2.4 Kekuatan Belt2.2.4.1 Kekuatan Tarik Belt (Tensile
strength) Tensile strength adalah kekuatan tegangan tarik suatu belt conveyor
yangdinyatakan dalam Kg/cm/ply. Kekuatan tarik suatu belt tergantung dari jumlah
plyyang di gunakan. Contoh pembacaan tegangan tarik pada sebuah belt : 1. NN-50 x
4 P (fabric) NN-50 = kekuatan per ply jenis Nylon tersebut adalah 50Kg/cm/ply. Total
kekuatan tarik pada belt tersebut adalah 50Kg/cm/ply x 4 ply = 200Kg/cm 2. EP-500 /
4 (fabric)
15. 15. Adalah kekuatan tarik total per ply jenis polyester / polyamide. Sehingakekuatan
tarik per ply adalah : 500Kg/cm : 4 ply = 125 Kg/cm/ply3. 4-EP 125Angka 4
menunjukan jumlah ply, sedangkan angka 125 menyatakan tegangantarik dalam
Kg/cm/ply. Jadi total dari tegangan tarik adalah 4 x 125 = 500Kg/cm.4. Selain itu
untuk steel cord contoh pembacaan tegangan tarik adalah ST-2500. Yang artinya
Tensile strength = 2500 Kg/cm. pada steel cord tidakterdapat ply, yang dipakai adalah
unit sling baja.Besarnya tarikan belt pada tiap titik dapat dihitung dengan rumus
(Zainuri,2006):Titik 1 (S1) = belt meninggalkan pulley pengerakTitik 2 (S2) = S1 +
W1,2 (belt mendekati tail pulley)Titik 3 (S3) = 1.07 S2 (belt meninggalkan tail
pulley)Titik 4 (S4) = S3 + W3,4 + Wpl (belt mendekati pulley pengerak)Dari hukum
Euler, belt tidak akan slip pada pulley jika :St Ssl eSt adalah tegangan kerasSsl
adalah tegangan kendore adalah bilangan logaritma dasar, e 2.718 adalah sudut
sentuh belt pada pulley = 210 o, radian ( 1rad 57.3 o)
16. 16. 2.2.4.2 Pembacaan dan penulisan spesifikasi fabric belt Pembacaan dan penulisan
spesifikasi belt conveyor harus diusahakansejelas mungkin. Karena pembacaan yang
tidak jelas akan mengakibatkankesalahan dalam pemakaian jenis belt conveyor dan
akan memberikan data yangtidak akurat, baik untuk penggantian belt barumaupun
penyambungan. Pembacaandan penulisan spesifikasi belt conveyor yang benar adalah
:1. Pembacaan spesifikasi fabric beltSpesifikasi Fabric Belt 200 m RMA-2 NN-150
900 x 4P x 6 x 2 mmPembacaan200 m : panjang beltRMA-2 : Grade cover rubberNN150 : Tensile Strength 150 Kg/cm/ply900 : Lebar belt4P : jumlah ply = 46 mm : tebal
top cover = 62 mm : tebal bottom cover = 22. Pembacaan spesifikasi steel
cordSpesifikasi steel cord 1000 m DIN-M ST-3150 1600 x DIA. 7 x 101 x 12 x 6
mmPembacaan1000 m : Penjang belt = 1000 mDIN-M : Grade cover RubberST3150 : Tensile strength = 3150 Kg/cm1600 : Lebar belt = 1600 mm
17. 17. DIA. 7 : Diameter kawat sling = 7 mm/Pcs101 Pcs : Terdapat 101 buah sling
berjejer selebar belt disusun dengan jarak titksumbu (pitch) yang sama12 mm : tebal
top cover = 12 mm6 mm : tebal bottom cover = 6 mm2.2.4.3 Penentuan jumlah ply
Pemikiran awam untuk menghadapi masalah belt yang sering putus adalahdengan
menambah jumlah ply, tanpa mempertimbangkan stress yang akan terjadipada saat
belt berjalan melewati pully (pada titik momen) yang akan berakibatfatal. Disamping
factor stress, belt akan berjalan mengambang tidak dudukdengan baik diatas roller.
Karena denganpenambahan jumlah ply, maka akanmenambah kekakuan belt secara
keseluruhan. Jumlah minimum ply ditentukanoleh berbagai faktor, yaitu: 1. Kapasitas
2. Lebar belt conveyor 3. Jenis carccas 4. Diameter pully Jumlah ply yang banyak
mengharuskan pemakaian diameter pully yangbesar untuk menjaga fleksibilitas belt
conveyor. Hubungan antara jenis carccasdan jumlah ply dengan diameter pulley yang
di sarankan dapat dilihat di bawah ini
18. 18. Gambar Hubungan diameter pulley dengan jumlah ply: 2.2.4.4 Nilai mulur
(Elongation) Belt conveyor akan mengalami mulur sewaktu beroperasi sebagai
akibatdari sifat serat dan stress yang dialaminya. Mulur adalah pertambahan
panjangbelt dari panjang semula. Dalam pemilihan jenis reinforcement, yang harus
diperhatikan adalah jumlah kemuluran yang akan terjadi pada waktu belt
beroperasibeberapa saat. Nilai mulur dapat di pakai sebagai pedoman dalam
menentukanposisi take-up (counter weight), agar posisi counter weight tidak
menyentuh tanahdalam waktu singkat. Pemilihan nilai mulur yang tidak tepat dapat
menyebabkanpenyambungan berulang-ulang karena counter weight menyentuh tanah,
sehinggamenyebabkan jadwal produksi menjadi terganggu. Besar nilai mulur pada
beltdapat dilihat pada tabel berikut : Tabel2.1 Perbandingan nilai mulur belt conveyor
Belt type Take-Up (%) c-c Elongation Distance Elastic PermanentSteel cord (ST) 0.1
0.2 0.03 0.06 0.08 0.13Nylon fabric (NN) 1.5 2.5 0.30 0.60 1.30
1.80Vynylon fabric (VN) 0.7 1.1 0.20 0.30 0.50 0.80Polyester fabric (EP) 1.0
1.5 0.20 0.50 0.50 1.00
19. 19. Pada tabel diatas diperlihatkan perbandingan nilai mulur dari berbagai
jenisreinforcement yang umumnya dipakai dalam belt conveyor. Nilai mulur
dinyatakandalam % dari jarak center to center conveyor (pully depan ke pully
belakang).Nilai mulur elastic adalah nilai mulur yang akan terjadi pada saat belt start
atauberoperasi. Disamping itu juga belt mengalami mulur permanent. Perhitungan
mulurdari sebuah belt conveyor dapat dihitung sebagai berikut: Nilai mulur belt =
L(c-to-c) x M(max)/ 100 .(lit. 7)Dimana : L = panjang
belt M = nilai mulur permanen2.5 Metode Penyambungan belt Belt conveyor adalah
salah satu komponen dari belt conveyor sistem yangberfungsi untuk membawa
material dan meneruskan gaya putar. Di pilihnya beltconveyor system sebagai sarana
transportasi material adalah karena tuntutanuntuk meningkatkan produktivitas,
menurunkan biaya produksi dan jugakebutuhan optimasi dalam rangka mempertinggi
efisiensi kerja. Keuntungan daripenggunaan belt conveyor adalah: 1. Menurunkan
biaya produksi pada saat memindahkan material 2. Memberikan pemindahan yang
terus menerus dalam jumlah yang tetapsesuai dengan keinginan 3. Membutuhkan
sedikit ruang 4. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan material
5. Menurunkan polusi udara
20. 20. Oleh karena belt adalah merupakan salah satu komponen utama, makasangat
diperlukan perawatan khusus pada bagian tersebut. Salah satunyaadalahbagaimana
cara melakukan penyambungan belt jika terjadi kerusakan padasaat operasi/ produksi
sedang berlangsung.2.5.1 Jenis Penyambungan Belt Penyambungan belt conveyor
adalah proses menyatukan dua sisi belt,sehingga belt dapat digunakan sebagai alat
tranportasi produk. Padapenyambungan belt conveyor terdapat dua jenis (Metode)
penyambungan, yaitu : a. Penyambungan mekanis (Mechanical Joint) Penyambungan
mekanis adalah penyambungan yang terdiri dari bahan baja berbentuk engsel untuk
menghubungkan kedua bagian belt. Penyambungan ini digunakan hanya dalam
keadaan darurat saja. Pada saat belt tiba-tiba putus saat beroperasi dan perusahan
dalam keadaan kejar produksi(Shipping). Karena penyambungan mekanis ini sifatnya
hanya sementara. Keuntungan dari mechanical joint : 1. Cepat dalam penyambungan
2. Investasi awal sedikit, karena hanya perlu tool portable 3. Pergeseran take up
sedikit karena panjang belt berkurang sedikit Kerugian dari mechanical joint : 1.
Kekuatannya berkurang
21. 21. 2. Pada ujung potongan terbuka. Sehingga carccas lembab dan dapat merusak
carccas 3. Permukaan sambungan biasanya tidak rata sehingga belt cleaner tidak
berfungsi efektif 4. Material halus dapat lolos ke bawah melalui celah sambungan 5.
Untuk material yang panas, splice dapat merambatkan panas ke carccas, sehingga
carccas rapuh setempat Cara penyambungan mechanical joint adalah ; belt
ditempatkan berhadapan dengan potongan lurus yang tegak lurus terhadap garis tenah
belt, selanjutnya dilakukan pelubangan belt untuk memasang boltsplice dan terakhir
dilakukan pemasangan aligator / mechanical splice dengan menggunakan bolt.b.
Penyambungan tak berujung (Endles splicing) Penyambungan tak berujung adalah
penyambungan yang dilakukan dengan menyatukan/melekatkan lapisan penguat
dengan proses vulkanisasi. Hasil dari penyambungan ini tidak menonjol melebihi
permukaan belt conveyor. Apabila proses penyambungan dilakukan dengan sempurna
maka hasil penyambungan tidak akan terlihat. Keuntungan yang didapat dari dari
penyambungan tak berujung ini, antara lain: 1. Menghemat belt 2. Tidak terdapat
material yang tertumpah, sehingga kapasitas produksi tidak berkurang. 3. Tidak
merusak pully dan roller 4. Tidak merusak system screape
22. 22. Penyambungan tak berujung ini mempunyai dua jenis penyambungan, yaitu: 1.
Penyambungan panas (Hot splicing) Penyambungan panas adalah proses
penyambungan belt conveyor dengan proses vulkanisasi pada prosesnya
menggunakan alat pemanas yang disebut heating solution. 2. Penyambungan dingin
(cold Splicing) Penyambungan dengan sistim dingin adalah proses penyambungan
belt conveyor yang proses vulkanisasinya dengan cara kimiawi. Yaitu dengan
menggunakan lem yang menyatu dengan karet. Penyambungan sistem dingin dan
sistem panas adalah penyambungan yangmengalami proses vulkanisasi. Vulkanisasi
adalah proses konversi bentuk karetdari bentuk plastis menjadi elastis karena reaksi
kimia.Vulkanisasi akan terjadi apabila ada :1. Kimia, yaitu Sulfur dan Accelelator2.
Temperatur3. TekananPada Vulkanisasi panas1. Kimia : Terdapat didalam karet dan
lem2. Temperature : 140 s/d 170 oC3. Tekanan: 5 kg/cm2 s/d 12 kg/cm2Sedangkan
pada Vulkanisasi dingin adalah:1. Kimia, sulfur, accelelator terpisah. Sulfir terdapat di
dalam lem dan bonding layer
23. 23. 2. Temperature : Temperatur ruang3. Tekanan : Tenaga manusia Penyambungan
sistem dingin adalah penyambungan paling ekonomis,efisien dan praktis serta
memiliki kekuatan/ketahanan yang sama dengan sistempanas. Apabila penyambungan
dilakukan dengan sempurna, maka belt tersebuttidak akan pernah putus pada
sambungan. Sambungan akan terputus dan terlepasapabila :1. Apabila ada lapisan
penguat yang terpotong pada saat penyambungan karena pemakaian pisau yang tidak
tepat atau tersodok alat pemisah ply.2. Sambungan lem tertutup pada saat lem masih
basah atau pada saat sebagian lem sudah kering.3. Kurang rapatnya cover strip,
sehingga ada material yang masuk kedalam sambungan.4. Waktu vulkanisasi terlalu
lama.5. Kurang control pada saat melakukan roll, ada udara yang terjebak6.
Penempatan cover strip yang menonjol. Pada belt conveyor dengan 1 ply, biasanya
penyambungan dilakukan dengan Finger Joint dan cara Tip-Top. Sedangkan untuk
penyambungan steel cord belt hanya dapat digunakan dengan system panas (Hot
Splicing). Terdapat beberapa metode yang dipakai dalampenyambungan steel cord
belt yaitu : Metode 1 step, metode 2 step, metode 3 step,metode 4 step danmetode 5
step.
24. 24. Gambar Metode step steel cord belt2.5.2 Beban yang dialami Sambungan
Belt2.5.2.1 Kekuatan Tarik Sambungan Menurut Niemann, 1986 dalam bukunya
Elemen Mesin menerangkanbahwa besarnya gaya tarik yang dialami oleh sambungan
perekat tergantungkepada panjangnya belt yang direkatkan. Dalam hal ini besarnya
gaya tarik yangdialami oleh sambungan dapat dihitung dengan rumus :F = b Ls
izinDimana : F = gaya tarik belt b = panjang belt yang direkatkan Ls = panjang
langkah penyambungan izin = tegangan tarik izinBesarnya panjang langkah
penyambungan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :Tabel 2.2 Panjang langkah
carccasKonstruksi carcass Panjang langkah (mm)EP 250/5 100EP 200/2EP 500/4
150EP 300/3
25. 25. EP 400/3EP 250/2PNN 300/3NH 300/3EP 630/4 200NN 630/4EP 630/3 250EP
1250/4 350