PROGRAM KB
2.1. Pengertian
umum
adalah
sesuai
dengan
kekutan
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain
meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah:
Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,anak, keluarga dan bangsa
Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa
Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk
upaya-upaya
menurunkan
angka kematian
ibu, bayi,
2.
Keluarga sehat
3.
Keluarga berpendidikan
penanggulangan
4.
Keluarga sejahtera
5.
Keluarga berketahanan
6.
7.
kematian
dan kecacatan
akibat
penyakit
menular
dan
penyakit
tidak
menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam
berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular
yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan
kanker.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1; Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
Hasil Susenas 2004 menunjukkan bahwa 71,97% dari wanita yang berstatus kawin dan
berusia 15 49 tahun di Indonesia pernah memakai suatu alat/cara KB. Berdasarkan tempat
tinggal, persentase perempuan kawin usia 15 49 tahun yang pernah memakai suatu alat/cara
KB hanya sedikit lebih tinggi di wilayah perkotaan daripada di wilayah perdesaan, walaupun
tidak signifikan (73,15% versus 71,11%). Menurut propinsi, persentase perempuan kawin
usia 15 49 tahun yang pernah memakai suatu alat/cara KB bervariasi secara nyata antara
35,05% di Maluku dan 84,74% di Sulawesi Utara.
2;
adalah 56,71%. Artinya satu diantara dua pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2004
sedang memaki sesuatu cara KB. Perbedaan Angka Prevalensi Kontrasepsi di wilayah
perkotaan dengan wilayah perdesaan amat kecil, yang menunjukkan bahwa strategi
pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaaan hampir sama kuatnya. Menurut
propinsi, Angka Prevalensi Kontrasepsi bervariasi secara nyata antara 26,05% di Maluku dan
71,42% di Sulawesi Utara.
Kontraseptif mix
3;
Hasil SDKI 2002 2003 menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar PUS memakai
suntikan (46,1%) kemudian diikuti dengan pil (21,9%). Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar PUS memakai alat/cara KB modern jangka pendek yang sangat tergantung
pada ketersediaan dan juga pada kedisiplinan penggunanya. Sangat disayangkan bahwa
pemakai alat kontrasepsi pria (kondom dan sterilisasi pria) amat rendah. Hal ini menunjukkan
masih adanya bias gender dalam hal pemakaian KB. Persentase pemakai alat/cara KB
menurut alat/cara KB dan latar belakang karakteristik PUS (seperti umur isteri, pendidikan
suami dan isteri, tempat tinggal, jumlah anak lahir hidup, dan tingkat kesejahteraan) juga
dapat dihitung. Informasi seperti ini sangat bermanfaat dalam penajaman sasaran kebijakan
pengendalian kelahiran.
2.5.
Terhadap Program KB
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau yang
biasa disebut dengan BKKBN merupakan lembaga pemerintahan non
departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat masalah yang
sering dihadapi adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan
masih belum tercapai sasaran indikator kerja di beberapa wilayah.
Berdasarkan Program Pembangunan Nasional yang dituangkan dalam
Peraturan Presiden Nomor : 5 Tahun 2010 tentang rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), merupakan penjabaran dari Visi dan
Misi Pemerintah dalam penyelenggaraan negara selama kurun waktu
2010-2014
yang
salah
satunya
adalah
Program
Pembangunan
mendapat
perhatian
dari
masyarakat
maupun
tokoh-tokoh
masyarakat. Memang pada saat ini sebagian besar orang pada umumnya
sudah tidak berkeberatan lagi dengan program untuk mengontrol
kelahiran, tetapi masih kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya
dan dianggap sebagai hal yang tidak penting. Sebenarnya masalah
kependudukan ini adalah masalah yang penting karena berkaitan erat
dengan masalah ekonomi, hukum dan norma agama. Jadi, memang tidak
bisa
diabaikan begitu
saja.
Masalah ini sudah bisa diatasi dengan baik apabila sejak dulu sudah ada
pergerakan yang sungguh-sungguh dari pihak pemerintah maupun tokohtokoh masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Dahulu masih banyak
orang yang menentang program KB dan kalaupun sudah ada yang
menyetujuinya, umumnya mereka masih tidak mau melaksanakannya.
Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah pun tidak ada kesadaran
akan masalah ini padahal pada saat itu jumlah penduduk Indonesia masih
berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya
yang sungguh-sungguh tentunya tidak perlu penduduk Indonesia meledak
seperti sekarang ini.
Tingkat kematian menurun dengan cukup drastis sedangkan tingkat
kelahiran tetap bertambah, maka ruang kehidupan bumi kita semakin
sempit dan semakin sulit memenuhi kebutuhan pangan karena tingkat
pertumbuhan penduduk dunia yang sekitar 1,2 persen per tahun. Jumlah
lahan
ini
pun
semakin
hari
semakin
berkurang
karena
semakin
ada
pertempuran
antar
negara
untuk
memperebutkan
makin
memberi
kepercayaan
pada
pemerintah
bahwa
Indonesia,
karena
pembangunan
digagas
untuk
kesejahteraan
Banyak diantara masyarakat yang bersedia mengikuti program KB. Namun tidak
sedikit yang tidak menyetujui bahkan menolaknya. Salah satu alasannya adalah adanya
Tinggi rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan
mempengaruhi
perkembangan
dan
kemajuan
program KB di
Indonesia.
Kemajuan
program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga dengan
penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak
mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatau negara akan lebih baik
karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan
kesejahteraan dapat terjamin.
2; Budaya
resiko kehamilan dan status wanita., Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktorfaktor tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau
perubahan perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
3; Pendidikan
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang
dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).
2;
3;
4;
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
5;
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu
untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB
nasional.
Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).
6;
Strategi
tiga
dimensi
program
kb
sebagai
pendekatan
program
kb
nasional.
Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecenderungan respon pasangan usia subur
(PUS) di Indonesia terhadap ajakan (KIE) untuk berkb. Berdasarkan hasil survei tersebut
respon pus terhadap KIE kb terbagi dalam 3 kelompok
1)
2)
3)
Strategi 3 dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakkannya untuk scepatnya
menurunkaj TFR dan membudayakan NKKBS sebagai normaprogram KBN .
Selain itu, Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1;
2;
Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
Strategi operasional