Anda di halaman 1dari 35

Sejarah Ilmu Pengetahuan Islam

Karya Tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran PAI yang diamanah oleh
Bapak Hanif

Disusun oleh : Amiruddin .W .Faisa


No. Absen : 06
SMP KESATRIAN I SEMARANG

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya
pemerintah dalam hal ini Departemen Agama pada tahun 2008 memberikan hak cipta buku
teks pelajaran ini dari penulis / penerbit untuk disebarkan kepada masyarakat melalui situs
internet (website) jaringan pendidikan agama.
Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan
telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
34 Tahun 2008.

Semarang, Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Pendahuluan
Kata Pengantar
Pelajaran VI : Sejarah Ilmu Pengetahuan Islam
Daftar Isi
BAB I

Pendahuluan

BAB II

Pembahasan
A.
B.
C.
D.
E.

Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah SAW


Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah SAW
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Umayyah
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani

BAB III

Kesimpulan

BAB IV

Penutup

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta
dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa pikiran sehat (common sense),
sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode
dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti
semua ilmu adalah pengetahuan.
Pada hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia.
hasrat ingin tahu timbul oleh banyaknya aspek kehidupan yang masih samar atau bahkan
gelap. Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran tersebut selalu mengadakan penelitian
secara ilmiah. Penelitian secara ilmiah dilakukan manusia untuk menyalurkan hasrat ingin
tahu yang mencapai taraf keilmuan, disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat
ditelaah dan dicari sebab akibatnya (causalitas). Namun, pengetahuan pada awalnya masih
dikaitkan dengan mitos-mitos atau berbau mistik.
Proses berpikir manusia menuntut mereka untuk menemukan sebuah metode belajar
dari pengalaman dan memunculkan keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris,
serta dapat diukur. Dalam sejarah tercatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia
sebagai perintis terbentuknya ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis.
Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba merumuskan semua hal termasuk asalmuasal mitos-mitos karena mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asalusulnya dan kondisi sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang remang-remang -yang berupa
tahu

atau

pengetahuan-

dapat

dibuktikan

kebenaran

sementaranya

dan

dapat

dipertanggungjawabkan pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas
mitos-mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan bermula dari tahu, berulang-ulang
menjadi sebuah pengetahuan, namun masih dipengaruhi oleh mitos dan mistis yang masih

sulit untuk dirasionalkan dan belum dapat dipertanggungjawabkan. Dari proses berpikir
bukan hanya sekedar tahu itulah lahirnya sebuah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah
salah satu jembatan untuk mencapai kebenaran yang hakiki setelah berkolaborasi dengan
yang lain
Islam adalah agama besar yang disepanjang perjalanan sejarah telah berkali-kali
menorehkan catatan dengan tinta emas bagi kemajuan peradaban dunia. Tercatat dalam
sejarah bahwa dinasti Bani Abbasiyah yang memerintah setelah Dinasti Bani Umayyah
adalah dinasti terlama dalam sejarah peradaban Islam sekitar lebih dari 5 (lima) abad- juga
dinasti ini pula yang mengantarkan peradaban Islam pada masa golden age nya. Dimana
pada masa itu ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan Islam inilah yang kemudian diserap dan memicu
renaisans di Eropa, hal ini terjadi setelah sinar kejayaan Islam mulai meredup.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah SAW

Pada masa Rasulullah saw. Ilmu pengetahuan belum begitu pesat seperti pada masa
sekarang. Ketika itu, umat Islam masih terfokus pada penyebaran Islam. Al Quran dan Hadis
Nabi menjadi pedoman hidup umat Islam pada waktu itu. Ilmu pengetahuan langsung
bersumber dari Rasulullah melalui wahyu dari Malaikat Jibril. Setelah itu, para sahabat selalu
menghafal ayat-ayat yang telah mereka dengar dari Rasulullah saw.
Pertumbuhan ilmu pengetahuan telah terjadi sejak Rasulullah mendakwahkan agama
islam, wahyu pertamanya yaitu surat Al alaq ayat 1 5 bercerita tentang dasar dasar ilmu
pengetahuan, didalam wahyu tersebut terdapat perintah untuk membaca, Allah pun
menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak
mengetahui apa apa. Kata Iqra pada ayat ke-1 surat Al- alaq memiliki makna yang
beragam, seperti menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, membaca baik
teks maupun bukan teks.
Pada masa rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmuilmu pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi ilmu ilmu
lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak. Saat itu pun mulai
terjadi proses pengkajian ilmu yang lebih sistematis, diantaranya dasar dasar ilmu tafsir
yang dikembangkan oleh para sahabat rasulullah. Dengan ilmu pengetahuan, seseorang akan
menjadi mulia, terhormat, dan mampu menghadapai segala permasalahan yang terjadi di
dalam kehidupan. Allah SWT. Mengangkat derajat seseorang, karena mereka beriman dan
diberi ilmu pengetahuan. Sebagaimana di dalam firmannya di dalam surat Al Mujadilah ayat
58 yang berarti Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

Diantara ahli tafsir dimasa Rasulullah yaitu khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar,
Utsman dan Ali), Ibnu Masud, Ibnu Abbas, Ubay Ibnu Kaab, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa
Al-Asyari dan Abdullah bin Zubair. Dan dari kalangan khalifah empat yang paling banyak
dikenal riwayatnya tentang tafsir adalah Ali bin Abi Thalib r.a.
Ibnu Abbas adalah anak paman Rasulullah SAW, sekaligus murid dari Rasulullah. Ia
dikenal sebagai ahli bahasa/penterjemah Al-Quran. Dia adalah sahabat yang paling
pandai/tahu tentang tafsir Al-Quran. Dia mempunyai biografi yang menunjukkan kebolehan
ilmunya dan kedudukannya yang tinggi dalam hal penggalian secara mendalam tentang
rahasia-rahasia Al-Quran.
Selain Ibnu Abbas, sahabat nabi yang termasuk ahli tafsir ialah Ibnu Masud r.a.
Ia adalah salah seorang yang pertama masuk Islam pada usia 6 tahun. Dari segi hubungan
kenabian ia adalah seorang yang sangat baik dan terdidik. Karena pertimbangan itulah
sahabat lain memandangnya sebagai seorang sahabat yang lebih banyak mengetahui bidang
Kitabullah Al-Quran, mengetahui tentang muhkam dan mutasyabih, halal dan haram.
Selain para ahli tafsir, kaum yang berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman rasulullah yaitu kaum sufi (ahli ilmu). Kaum sufi yaitu kaum yang menyebarkan
ajaran
islam ke berbagai belahan dunia. Pada zaman rasulullah, mereka mempelajari al-Quran
secara langsung dengan Rasulullah s.a.w. mereka adalah orang-orang yang menyediakan
dirinya semata-mata untuk Allah s.w.t dan Rasul-Nya.
Al-Quran pada jaman Rasulullah SAW. Pengumpulan Al-Quran pada zaman Rasulullah
SAW ditempuh dengan dua cara:

Pertama : al Jamu fis Sudur yaitu Para sahabat langsung menghafalnya diluar kepala

setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu.


Kedua : al Jamu fis Suthur yaitu menyuruh para sahabat untuk menuliskannya kembali
setelah dibacakan oleh Rasulullah. Biasanya sahabat menuliskan Al-Quran pada ar-Riqa
(kulit binatang), al-Likhaf (lempengan batu), al-Aktaf (tulang binatang), al-`Usbu
(pelepah kurma). Sedangkan jumlah sahabat yang menulis Al-Quran waktu itu mencapai
40 orang.

Pada zaman Rasulullah hadits tidak dituliskan sebab:

Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu yang diizinkan

beliau sebagai catatan pribadi.


Rasulullah berada di tengah-tengah ummat Islam sehingga dirasa tidak sangat perlu

untuk dituliskan pada waktu itu.


Kemampuan tulis baca di kalangan sahabat sangat terbatas.
Ummat Islam sedang dikonsentrasikan kepada al-Quran.
Kesibukan-kesibukan ummat Islam yang luar biasa dalam menghadapi perjuangan
dawah yang sangat penting.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Rasulullah terus berkembang sampai

sekarang, khususnya dalam bidang ekonomi. Banyak teori tentang ilmu pengetahuan yang
sudah ada sejak jaman Rasulullah dan digunakan didalam zaman yang modern seperti
sekarang

ini,

diantaranya

teori invisible hands yang berasal dari Nabi Saw dan sangat populer di kalangan
ulama. Teori ini berasal dari hadits Nabi Saw. sebagaimana disampaikan oleh Anas
RA, sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di kota Madinah. Dalam
hadits tersebut diriwayatkan sebagai berikut :
Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan
saran kepada Rasulullah dengan berkata: ya Rasulullah hendaklah engkau menetukan
harga.
Rasulullah SAW. berkata:Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang
menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku
menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman
dalam darah maupun harta. Ucapan Nabi Saw itu mengandung pengertian bahwa harga
pasar itu sesuai dengan kehendak Allah yang sunnatullah.
Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan Islam sudah mulai digalakkan, terbukti
seperti adanya ilmu memanah, ilmu naik kuda, dan ilmu berenang. Ilmu-ilmu tersebut
berkembang terus-menerus seiring dengan perkembangan waktu dan zaman dan puncak
perkembangannya pada masa Daulah Abbasiah.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Secara umum periode Khulafaur Rasyidin (pemimpin yang tercerahkan) dikenal


sebagai periode yang sangat penting bagi kelangsungan hidup umat Islam. Penting karena
pada periode ini terjadi perisiwa-peristiwa theologis dan politik yang sangat berpengaruh
bagi eksistensi Islam. Dalam sisi theologis berkembang satu persepsi tentang berakhirnya
masa kenabian Muhammad SAW dan juga ajarannya, dengan demikian fungsi kenabian
Muhammad SAW tidak dapat digantikan oleh siapapun, sedangkan ajarannya dapat
dikembangkan terus menerus sepanjang jaman, termasuk didalamnya adalah fungsi
kepemimpinan politiknya.
Zaman Khulafaur Rosyidin terdiri dari 4 Khalifah yaitu :
Abu Bakar Ash Shidiq
Naiknya Abu Bakar ke puncak pimpinan politik umat Islam diwarnai dengan
kedukaan yang luar biasa, dengan meninggalnya Rasulullah. Oleh sebab itu proses politik
terpilihnya Abu Bakar tidak banyak diketahui, dan ini kemudian menimbulkan
ketidakpuasan Politik di-kalangan umat Islam, namun ketidak puasan tersebut tidak banyak
menimbulkan permasalah-an. Permasalahan yang berkembang pada masa kepemimpinan
Abu Bakar adalah :
1. Politik
Adanya konflik-konflik politik antara umat Islam, yang kemudian melahirkan sektesekte politik dikalangan umat.

Sekte-sekte politik tersebut kemudian diikuti tindakan pengingkaran sebagian umat


Islam yang menolak kepemimpinan Abu Bakar terseubut diwujudkan dengan

penolakan mereka terhadap kewajiban Zakat.


Di samping memerangi mereka yang membangkang, Abu Bakar juga mengirim
pasukan untuk menaklukan negara lain seperti Syiria, Parsi dan Mesir.

2. Theologis dan Hukum

Penolakan terhadap kewajiban Zakat melahirkan problem theologis dan hukum baru,
yang intinya apakah mereka telah termasuk dalam spektrum Murtad dan wajib

diperangi atau tidak.


Berkembang sikap yang berlebihan dalam menyikapi peristiwa meninggalnya Rasul

dengan menyatakan diri sebagai pengganti Kerasulullah Muhammad (Nabi Palsu).


Meluasnya wilayah geografis umat Islam, yang diikuti dengan bertambahnya jumlah

umat, dengan latar belakang yang berbeda, melahirkan permasalahan hukum baru.
Peristiwa theologis dan hukum, terutama yang menyangkut penolakan kewajiban
Zakat dan permakluman sebagai Nabi Palsu menyebabkan ketegangan politik.
Ketegangan politik tersebut menyebabkan para Sahabat berketatapan untuk
memberantas orang-orang yang menolak Zakat dan mengaku sebagai Nabi palsu,
maka terjadilah pertempuran di Yamamah, yang menyebabkan umat Islam banyak
yang menjadi Syuhada terutama para Hafidz. Peristiwa pertempuran Yamamah
menyebabkan kekhawatiran umat terutama terhadap kelangsungan dan keberadaan al
Quran. Untuk mengatasi hal-hal yang mungkin lebih buruk, maka dilakukan proses
pengumpulan naskah al-Quran, atas usulan Umar bin Khattab. Perluasan daerah
yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah berusaha untuk menguasai Syiria dan Persia,
untuk itu diutus 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sofyan (Damaskus), Abu
Ubaidah bin Jarrah (di Hmos), Amru Bin Ash (Palestina) dan Surahbil bin Hasanah
(Yordania), namun di tengah berkecamuknya perang melawan Romawi tersebut,
Kholifah Abu Bakar meninggal dunia (Th 13 H.)

Umar bin Khattab


Dalam salah satu doanya, Rasulullah pernah memohon agar Allah menegakkan
agama Islam dengan salah satu dari dua Umar. Permohonan tersebut, memberikan nuansa
ketergantungan kepada sosok Umar. Kenyataan menunjukkan bahwa Umar mempunyai
kapasitas dan aksebilitas yang tinggi untuk membawa kemajuan Islam. Figur Umar menjadi
jaminan keamanan dan kemantapan Islam, terutama pada awal perkembangannya, karena
keberaniannya, kecerdasan dan ketegasan dalam memimpin umat Islam yang baru
berkembang dan rawan perpecahan.

Prestasi monomental telah dihasilkan oleh Umar, terutama dalam memperbaiki


kinerja birokrasi dalam hubungannya dengan rakyat dalam hal kepentingan politik dan
perlakuan hukum. Prinsip egaliter sebagai salah satu nilai dasar ajaran Islam, menjadi
kerangka dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasulullah. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, struktur dan nilai kehidupan yang
dikembangkan adalah konsep hidup yang humanis dan demokratis. Tidaklah heran, jika
dalam suatu kesempatan ia sempat diprotes oleh masyarakat karena perlakuan hukum/politik
yang dianggap tidak adil.
Dalam aspek theologis, tidak banyak timbul permasalahan setelah kelompok orang
yang menolak kewajiban Zakat dan Nabi Palsu di berantas pada masa Abu Bakar As- Shidiq,
akan tetapi timbul permasalahan baru dalam bidang theologis yaitu kemungkinan masuknya
sistem theologi lain dalam ajaran sistem lain, mengingat semakin meluasnya wilayah Islam
dengan latar belakang budaya nilai keagamaan yang berbeda. Sedangkan dalam aspek yang
lain dapat di lihat pada paparan berikut.
1. Politik

Semakin mantapnya kehidupan politik yang demokratis yang ditandai dengan

lancarnya komunikasi politik baik vertikal maupun horizontal.


Terjadinya perluasan wilayah kekuasaan Islam, yang meliputi wilayah Jazirah Arab,
Parsi, Syiria dan Mesir. Dengan demikian wilayah kerajaan Klasik yang mempunyai

tradisi dan kebudayaan tinggi, menjadi sumber kebanggaan Islam.


Berkembangnya lembaga dan organisasi politik yang ternyata memberikan dampak
positif bagi perkembangan politik umat, terutama dengan adanya Ahlul Halli wa al

Aqdi (DPR).
Terjadinya pelembagaam organisasi kenegaraan (birokrasi) yang dapat mendukung

kinerja kepemimpinan Umar bin Khattab.


Pembagian wilayah negara menjadi dua pemerintahan, yaitu : Pemerintahan pusat
(Sentralisasi) yang dikepala oleh seorang Kholifah Dan pemerintahan daerah

(Desentralisasi) yang dipimpin oleh seorang Wali atau Gubernur.


Pembentukan organisasi-organisasi kenegaraan, misalnya Baitul Mal (Badan
Keuangan Negara), Badan pemeriksa keuangan dan Jizyah, Departemen kehakiman

(Dewan Qodhi pusat dan daerah), Organisasi/Lembaga ketentaraan (Katib al Jund),


Organisasi/Lembaga kepolisian (Katib al Syurthah)
2. Pemikiran Islam dan Hukum
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, Umar adalah seorang yang
mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik, maka pada masa Umar perkembangan
pemikiran dan Hukum Islam sangat baik. Di antara contoh tradisi berfikir tersebut adalah :

Berkembangnya tradisi berfikir rasional, yang kemudian disebut dengan Ijtihad.


Metode berfikir bebas yang pertama kali berkembang tersebut adalah Rayi (pendapat

pribadi) yang sering dikemukakan oleh Umar bin Khattab


Terjadinya rasionalisasi ajaran Islam, terutama pada pokok ajaran yang mengan-dung
makna ideal dan moral (ajaran yang mengandung makna ideal). Ketentuan hukum
dan nilai religiusitasnya tidak dipahami sebagaimana teks (bunyi) hukumnya atau
ketetapan legalnya, melainkan lebih mengarah pada pemahaman gagasan dan ide
yang terkandung di dalamnya, misalnya :
a) Pembatalan hukuman potong bagi pencuri yang kelaparan dan yang mengambil
hak dari tuan yang mempekerjakannya
b) Pembatalan pembagian harta rampasan bagi pelaku peperangan dan mendaya
gunakannya sebagai alat produksi dan pendapatan negara, setelah dibentuk
organisasi ketentaraan dan mereka mendapat gaji dari Negara.
c) Umar bin Khattab meninggal ole Fairuz budak dari Mughiroh bin Syibah budak
tersebut amat dendam kepada Umar, karena Umar lah yang menyebabkan Persia
hancur.

Utsman bin Affan


Utsman bin Affan adalah salah satu Sahabat Rasulullah yang mempunyai kelebihan
finansial. Ia dikenal sebagai Sahabat yang memiliki kemampuan bisnis dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Maka tidaklah berlebihan jika disebut sebagai seorang
konglemerat Islam zaman Rasulullah. Utsman naik kepuncak kepemimpinan Islam
bersamaan dengan makin besarnya interest dan konflik politik dikalangan umat Islam.
Melihat hal tersebut, ketika Umar akan meninggal dunia, ia memberikan 6 figur yang
dianggapnya representatif menggantikan dirinya seteleh dilakukan pemilihan nanti, di

antaranya adalah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Jatuhlah pilihan tersebut pada
Utsman bin Affan, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

Umat Islam menganggap Utsman lebih Tua dan lunak dalam mengelola pemerintahan
Umat Islam trauma dengan cara Umar memerintah yang keras dan disiplin, dan
nampak-nya sifat-sifat tersebut ada pada Ali bin Abi Thalib.
Secara umum, sedikit prestasi yang dapat kita temukan pada masa pemerintahan

Utsman bin Affan, apabila dibandingkan dengan masa pemerintahan Umar bin Khattab. Hal
tersebut boleh jadi disebabkan oleh kondisi politik dan masa kekhalifaan Utsman bin Affan
yang hanya sekitar 6 tahun. Walaupun demikian terdapat hal-hal yang menarik untuk
dikemukakan sebagai hasil karya gemilang kekhalifaan Utsman bin Affan, yaitu :
1. Di lanjutkkannya proses pembukuan al Quran, setelah dilakukan gerakan pengumpulan
naskahnya pada masa Abu Bakar Ash Shidiq, dalam satu musyhaf induk yang disebut
dengan Musyhaf Utsmani. Musyhaf tersebut dicetak sebanyak 8 Examplar dan
kemudian disebar ke kota-kota besar Islam. Program ini dilakukan dalam rangka :
Menyelematkan naskah dan sumber ajaran Islam dari kerusakan, pemalsuan dan

prilaku negatif lainnya.


Menyatukan tulisan dan bacaan al Quran (yang diakui bacaannya sebanyak 7

bacaan), yang selama ini menjadi salah satu sumber konflik keagamaan umat Islam.
Menghapus seluruh naskah yang dimiliki oleh umat Islam dan hanya mengakui

bacaan, bentuk dan tulisan dari musyhaf Utsmani.


2. Pembangunan kekuatan armada militer ummat Islam, dengan memanfaatkan Syiria
sebagai pangkalan militer
3. Perluasan daerah meliputi Daerah Persia, Azerbeizan, Armenia, Asia Kecill, Pesisir laut
Hitam, Cyprus dan Afrika Utara (Tunisia, Marokko dan Al Jajair).
4. Sedangkan perkembangan perpolitikan umat, berkembang satu kecenderungan yang
berbeda dengan praktek politik pada masa Rasulullah dan dua khalifah sebelumnya, yaitu
teerjadinya budaya Nepotisme dan pemborosan uang negara. Nepotisme adalah
pengangkatan orang dekat, keluarga dan suku mereka sendiri. Lebih lanjut, perubahan
visi politik Utsman adalah sebagai berikut :
Memberikan penghargaan yang lebih tinggi kepada pelaku politik yang berasal dari
keluarga atau suku mereka. Konsep politik tersebut sekarang dikenal dengan
Nepotisme. Dan ingat prilaku politik seperti itu tidak ada dalam ajaran Islam.

Menciptakan poros kekuasaan dengan meletakkan wilayah Syiria (Damaskus) yang


di-pimpin oleh Muawiyah bin Abu Sofyan sebagai representasi pemikiran dan
perlakuan politik.
Para ahli sejarah memperkirakan sebab perubahan visi politik Utsman bin Affan dari

demokratis menjadi nepotisme disebabkan oleh ketidakmampuan Utsman merangkul seluruh


komponen umat Islam, terutama pada umat Islam yang kontra dengan kebijakan Utsman
yang sangat lemah dan tidak berwibawa dibandingkan dengan Umar. Lemahnya dukungan
dari umat Islam, terutama sahabat yang terpilih, menyebabkan Utsman berpaling kepada
anggota keluarganya dan praktek politik nepotis seperti itu melahirkan gejolak politik yang
baru, mendorong penguatan opoisi dan penentangan terhadap Utsman.
Lebih lanjut, perlakuan politik tersebut mendorong lahirnya intrik politik dan
kecurigaan yang tidak terselesaikan antara umat Islam. Pada perkembangan berikutnya
lahirlah rekayasa untuk menghancurkan lawan atau yang disebut dengan konspirasi politik,
baik oleh pihak penguasa maupun mereka yang tidak suka dengan keputusan politik
penguasa. Puncak dari konspirasi politik tersebut adalah terbunuhnya khalifah Utsman bin
Affan, yang pada gilirannya menjadi pemicu pergantian (suksesi) kepemimpian yang tidak
mulus dan barangkali tidak di sadari adalah mengendapnya dendam politik para elit politik
umat Islam, yang sewaktu-waktu meletus dan menghanguskan integritas umat Islam secara
keseluruhan. Sekali lagi peristiwa pembunuhan Utsman menjadi bara politik yang terus
merenggut korban politik umat Islam berikutnya, termasuk Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib
Siapapun tahu siapa Ali bin Abi Thalib, seorang yang sejak muda telah bergelut
dengan perjuangan menegakkan Islam. Ia adalah Saifullah yang tidak pernah absen dalam
mengikuti peperangan membela agama Allah, ketika ia menjadi tumbal kebenaran dengan
mengganti tempat tidur Rasulullah. Ia adalah menantu tersayang dari Rasulullah, yang hidup
dan prilaku mirip Rasulullah, ia adalah ahlul bait yang berusahan membersihkan dari
perbuatan dosa. Namun nasib Ali bin Abi Thalib tidak lebih baik dari Utsman bin Affan, ia
meninggal dunia karena konspirasi politik yang sangat tidak manusiawi. Akhirnya dalam

catatan sejarah keluarga Umaiyah, Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kotoran yang harus
dibersihkan dari baju dan kemeja kesombongan Bani Umaiyah.
Ali bin Abi Thalib menggantikan kedudukan Utsman bin Affan dalam situasi politik
yang sangat tegang, menyusul kematian Utsman bin Affan dalam sebuah tragedi politik yang
memilukan. Tragedi politik tersebut memperkuat kelompok politik dengan kepentingan
politik yang berbeda, misalnya :
1. Kelompok pro Utsman, yang menyatakan bahwa pelaku pembunuhan Utsman adalah
kelompok Ali bin Abi Tholib. Kelompok ini dipelopori oleh Muawiyah.
2. Kelompok Ali yang merasa tidak mempunyai kaitan dengan persekongkolan
pembunuhan Utsman bin Affan.
3. Kelompok pro Aisyah dan Zubair, yang keduanya tidak suka dengan naiknya Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah.
Perseteruan politik tersebut melahirkan ketegangan politik, yang berujung dengan
peperangan, misalnya peperangan Berunta (Ali dengan Aisyah). Peperangan Hijaz antara
Ali dengan Zubair, dan yang paling menggemparkan adalah peperangan antara Ali bin Abi
Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sofyan (Perang Siffin). Peperangan antara Zubair bin
Awwam dengan Ali, dalam perspektif sejarah sangat sulit ditentukan oleh sebab-sebabnya,
apakah Zubair melakukannya karena membela Utsman atau karena kepentingan politik
pribadi, termasuk di dalamnya dengan Aisyah (mertua Ali). Aisyah sendiri merasa tida puas
atas kematian Utsman dan ingin menuntut balas pada Ali bin Abi Thalib.
Peperangan terakhir (Ali dengan Muawiyah), hampir-hampir dimenangkan oleh Ali
bin Abi Thalib, jika bukan karena kelihaian Amr bin Ash yang mengangkat al-Quran. Aksi
Amru tersebut telah memaksa Ali untuk menyelesaikan konflik di meja perundingan (Majlis
Tahkim) yang hasilnya justru membawa Ali pada posisi yang sangat lemah, kalau tidak boleh
dikatakan sebagai satu kekalahan Ali dari Muawiyah.
Peristiwa Majlis Tahkim tersebut mampu membawa pada situasi Colling Down
(penurunan suhu) politik dikalangan umat Islam, yang kemudian dikenal dengan Amul
Jamaah. Namun peristiwa-peristiwa politik yang lain telah membuyarkan Amul Jamaah
menjadi api konflik yang membuat umat memendam dendam yang tiada henti-hentinya, ter-

utama ketika mereka mengingat peristiwa Majlis Tahkim. Ada tiga kelompok politik pasca
Majlis Tahkim, yaitu :
1. Kelompok Muawiyah bin Abu Sofyan, yang diuntungkan dalam majlis Tahkim dan
merasa menjadi penguasa politik yang baru, dengan pusat pemerintahan di Damskus.
2. Kelompok Ali bin Abi Thalib yang telah diperdaya oleh petualang politik dalam majlis
tahkim. Kelompok ini disebut dengan Syiah
3. Kelompok orang yang tidak puas dengan Ali dan Muawiyah, kelompok ini disebut
dengan Khawarij. Kelompok ini beranggapan bahwa orang yang terlibat dalam Majlis
Tahkim telah keluar dari Islam dan harus dihukum bunuh. Maka disusunlah konspirasi
politik untuk membunuh mereka, diantara orang yang masuk dalam target operasi (TO)
pembunuhan oleh kelompok Khawarij adalah Ali bin Abi Thalib, Muawiya bin Abu
Sofyan dan Amru bin Ash. Ketiga orang tersebut menurut mereka adalah tokoh-tokoh
Majlis Tahkim, dan yang berhasil mereka bunuh adalah Ali bin Abi Thalib, maka dengan
meninggalnya Ali bin Abi Thalib, penguasaan politik umat Islam beralih ke Muawiyah
bin Abi Sofyan, yang memindahkan pusat kekuasaannya dari Madinah ke Damaskus
Syiria
C. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Umayyah
1. Sejarah Berdirinya Daulah Amawiyah
Namadaulah Amawiyah itu berasal dari namaUmaiyah ibnuAbdi Syam
ibnuAbdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman
jahiliyah. Umaiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi
Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyrakat bangsanya. Umayyah
dinilai memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati oleh
masyarakat. Ia berasal dari keluarga bangsawan kaya dan mempunyai sepuluh putra. Pada
zaman pra-Islam, orang yang memiliki ketiga kelebihan itu berhak memperoleh
kehormatan dan kekuasaan.
Sesudah datang agama islam berubahlah hubungan antara Bani Umayyah dengan
saudara-saudara sepupu mereka bani Hasyim, oleh karena persaingan-persaingan untuk
merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah sifatnya menjadi permusuhan yang
lebih nyata, bani umayyah dengan tegas menentang Rasulullah, baik mereka yang telah

masuk islam ataupun yang belum. Dan dalam peperangan badr, kekuasaan Quraisy
hampir semuanya berpusat pada Bani ABdi Syam. Dan setelah ia mengetahui bahwa
kaum muslimin dimadinah mencegat iring-iringan untanya itu dalam perjalannya ke
Mekkah , maka ia meminta kepada orang-orang Quraisy untuk beramai-ramai
menolongnya.
Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak menemukan jalan
lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu
pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinannya, menyerbu
masuk kekota Mekah.
Bani Umayyah tergolong yang belakang masuk Islam. Setelah masuk Islam,
mereka memperlihatkan loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap agama tersebut. Dalam
setiap peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin misalnya, mereka tampil dengan
semangat kepahlawanan, seolah-olah ingin mengimbangi keterlambatan mereka masuk
Islam dengan berbuat jasa besar kepada Islam.
Karena sikap baik, ada diantara mereka yang dipercayakan untuk menduduki
jabatan penting. Muawiyyah bin Abu Sufyan (21 SH / 602 M 60 H / 600 M) misalnya
pada masa Nabi SAW diangkat menjadi penulis wahyu dan pada masa khalifah Umar bin
Khattab (42 SH / 581 M 23 H / 644 M) diangkat pada tahun 641 sebagai Gubernur di
Suriah. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (47 SH / 576 M 35 H / 656 M).
Bani Umayyah juga mendapat banyak keuntungan, pemberian hadiah dan jabatan,
kekuasaan yang membentang dari Suriah sampai Pantai Laut Tengah. Ia memanfaatkan
masa tersebut untuk mempersiapkan diri dan meletakkan dasar pendirian sebuah dinasti.
Harapan itu lebih besar terbuka setelah Utsman bin Affan di bunuh pada tahun 656 oleh
para pemberontak yang menentang kebijakan nepotisme dan penyalahgunaan harta baitul
mal untuk keperluan pribadi dan keluarga.
Ketika Ali bin Abi Thalib (603 M 40 H / 661 M), yang diangkat oleh sahabat
Nabi SAW di Madinah sebagai khalifah pengganti Utsman, memerintahkan Umayyah
untuk menyerahkan jabatan, ia menolak. Sebaliknya, ia malah menuduh Ali terlibat
dalam pembunuhan Utsman atau paling tidak melindungi pemberotak yang

melindunginya. Sikap Muawiyyah yang menentang Ali di pandang sebagai


pemberontakan terhadap pemerintah yang sah dan harus diperangi sampai taat kembali,
hingga akhirnya Ali dan pasukannya segera berangkat untuk memerangi Muawiyyah di
Suriah.
Kedua pihak setuju memilih seorang hakam (perantara) sebagai perunding dan
pencari jalan penyelesaian sengketa. Pihak Muawiyyah memilih Amr bin Ash dan dari
Ali, Abu Musa al-Asyari (sahabat Nabi SAW, w. 72/53 H) yang disetujui mayoritas
penduduk Irak. Tahkim tersebut berakhir dengan kekecewaan di pihak Ali. Ketika Abu
Musa mengumumkan turunnya Ali dari jabatannya, Amr bin Ash segera menyetujuinya
dan menetapkan Muawiyyah sebagai khalifah. Rencana tersebut ternyata tidak
sepenuhnya berhasil, Ibnu Muljam (pengikut khawarij) 661 hanya berhasil membunuh
Ali ketika Ali ke Masjid Kuffah. Adapun Muawiyyah dan Amr bin Ash selamat dari
rencana tersrbut.
Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
a. Perkembangan Pada Bidang Social, antara lain :
Terciptanya ketertiban kehidupan masyrakat karena sudah adanya peraturan dan
Perundang undangan Negara dan adanya lembaga penegak hukum, seperti

lembaga pengadilan dan kepolisian .


Terciptanya kemakmuran dan keadilan yang merata karena pemerintah telah

memberikan hak-hak dan perlindungan yang sama kepada warga.


Terpelihara dan terjaminnya masyrakat kelas bawah seperti anak yatim orang

lumpuh, buta dan lain-lain.


Dibangunnya rumah sakit, jalan raya, sarana dan olahraga (seperti gelanggang
pacuan kuda), tempat-tempat minum ditempat yang strategis, kantor pos,

pasar/pertahanan sebagai sarana prasarana umat.


b. Perkembangan Pada Bidang Budaya, antara lain :
Bahasa arab berkembang luas keberbagai penjuru dunia dan menjadi salah satu

bahasa resmi Internasional disamping bahasa Inggris.


Mencetak mata uang dengan menggunakan bahasa arab yang bertuliskan la ilaha

illallah dan disebelasnya ditulis kalimatAbdul Malik.


Mendirikan pabrik kain sutera, Industri kapal dan senjata, gedung-gedung
pemerintahan

Membangun irigasi-irigasi sebagai sarana pertanian


Membangun kata Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan ilmu dan adab
Membuat administrasi pemerintahan dan pembukuan keuangan Negara
Mengembangkan ilmu dan pertanian.
Adapun tokoh-tokoh yang berhasil dalam membangun dan mengembangkan

social budaya pada masa Daulah Bani Umayyah :


Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
Kalifah Walid bin Abdul Malik
(86-96 H/705-715M)
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(99-101H/717-720M)
Kalifah Hisyam bin Abdul Malik
(105-125H/724-743M)
c. Perkembangan/Prestasi Pada Bidang Politik Militer Yaitu Dengan Terbentuknya
Lima Lembaga Pemerintahan, antara lain :
lembaga politik
(An-Nizam As-Siyasi)
lembaga keuangan (An-Nizam Al-Mali)
lembaga tata usaha (An-Nizam Al-Idari)
lembaga kehakiman (An-Nizam Al-Qadai)
lembaga ketentraman (An-Nizam Al-Hardi)

Di samping itu juga di bentuk dewan sekretaris Negara ( diwanul kitabah ) yang
bertugas mengurusi berbagai macam urusan pemerintahan dewan ini terdiri dari lima
orang sekretaris, yaitu:

sekretaris persuratan
sekretaris keuangan
sekretaris tentara
sekretaris kepolisian
sekretaris kehakiman

( katib Ar Rasal )
( katib Al Kharraj )
( katib Al Jund )
(katib Al Jund )
(katib Al Qadi )

Langkah-Langkah politik militer bani umayah :

Memindahkan ibu kota pemerintahan bani umayyah dari kuffah ke damaskus


Menumpas segala bentuk pemberontakan yang ada demi terciptanya stabilitas

keamanan dalam negerinya.


Menyusun organisasi pemerintahan agar roda pemerintahannya dapat berjalan
lancar

Mengubah sistem pemerintahan demokrasi menjadi system monarki


Menetapkan bahasa arab sebagai bahasa nasional bani umayyah yang dapat

berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa


Demi keselamatan khalifah dibentuk al-hijabah (ajudan) dengan tujuan agar tidak
terjadi pembunuhan pada khalifah

Tokoh-Tokoh yang berperan dalam pengembangan politik dan militer antara lain :
Khalifah muawiyah
Khalifah abdul malik bin marwan
Khalifah wahid bin abdul malik
Khalifah sulaiman bin abdul malik[2]
2. Tokoh Ilmuwan Muslim Dan Perannya Dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban
Islam Pada Masa Bani Umaiyah
Sejak masa Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan
islam yang bersumber dari Al.Quran dan Hadist Nabi menjadi sumber pertumbuhan dan
perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama islam yang sempurna
inilah yang menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat menyebar dikalangan
umat islam baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa cahaya islam maupun
non-arab sebagai penerima atas kehadiran islam.
Salah satu pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah, karena
keturunan Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah memiliki
prestasi disegala bidang baik social, politik, militer, kebudayaan/kesenian dan utamanya
kemajuan dibidang keilmuan islam. Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
a. Bidang Ilmu Hadits
1) Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama
pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan Abu
Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang
tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan
perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist
nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan
dibukukan. Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama

pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad,
diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku
hadist terkenal Muwatha, imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap
selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan serius dari tokohtokoh islam, seperti:
Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
An Nasai, terkenal dengan Sunan An-Nasai
At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.

b. Dibidang Ilmu Tafsir


Untuk memahami Al-Quran para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru
yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Quran.
Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui
malaikat Jibril. Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib,
Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud. Ubay bin Kaab mulai menafsirkan ayat-ayat
Al-Quran bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih
hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam
telah berkembang luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat nonArab mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil
bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w.
310).
c. Dibidang Ilmu Fiqih
Al Quran sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi
umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada masa

Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah dilakukan


sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya pengertian
yang
Sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan
dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada tahap perkembangan pemikiran islam, lahir sebuah ilmu hukum yang
disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu
perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan
memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para
tokoh ahli fiqih, antara lain :

Said bin Al-Musayyid (Madinah)


Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
Rabiah bin Abdurahman (Madinah)
Az Zuhri (Madinah)
Ibrahim bin Nakhaai (Kufah)
Al Hasan Basri (Basrah)
Thawwus bin Khaissan (Yaman)
Atha bin Rabah (Mekah)
Asy Syuaibi (Kufah)
Makhul (Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil meletakkan dasar-dasar hukum

islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam menetapkan keputusan yang berdasar


Al-Quran dan pemahaman nalar/akal.
d. Bidang Ilmu Taswuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw,
tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan
ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia,
sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi,
terkadang hidupnya tak terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh
tokoh dalam hal tasawuf antara lain sebagai berikut :

a) Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena
tasawufdapat melatih jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya tidak terpengaruh dengan
harta benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja(harta benda, anak-anak, jabatan tidak
bisa menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt) dan sifat
khouf(sifat takut kepada Allah swt yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
b) Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah
Sufyan bin SAid Ats-Tsauri. Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai berikut:

Manusia dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya menghampirinya, karena
kelezatan dunia telah diambil Allah swt, maka manusia baru ingat makna

kehidupannya.
Manusia dalam menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar hidupnya

tercukupi, dengan kerja manusia dapat terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
c) Rabiah AlAdawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran dan kecintaannya kepada Allah.
Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabiah menjalani hidup kesufian, setiap hari air
mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan dzikir dan laparnya nestapa setiap
harinya.
d) Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari
kerajaan Persia yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk
menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan Ibrahim
kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang indah:doa-doa kalian tidak
didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati.
D. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Abbasiyah

Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan dikalangan kaum muslimin, dimulai sejak


masa Rasulullah saw karena beliau mewajibkan umat islam untuk menuntut ilmu, baik itu
ilmu yang berhubungan dengan agama maupun ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan
umum. Sebagaimana sabda rasulullah Saw:
Artinya: menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslimin dan muslimah (HR. Ibnu Abdil
Barr)
Dengan diwajibkannya menuntut ilmu itulah kemudian lahirlah ulama-ulama, antara
lain: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah
Rasulullah wafat, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang kenegara-negara lain, mulai
dari semenanjung Arab, Eropa, bahkan sampai ke Cina.
Daulah islamiyah yang telah berjasa mengembangkan islam dimulai pada masa
Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Daulah Abbasiyah (750M-1258M). Pusat
perkembangan ditimur adalah dikota Bagdad yaitu di negeri Irak dan berpusat di Kordoba
yaitu negeri spanyol. Sebagai tanda kejayaan umat islam, mendirikan perpustakaan terbesar
didunia yaitu Baitul Hikmah tahun 830 M.
Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyyah
Pada masa Daulah Abbasiyyah kehidupan peradaban Islam sangat maju, sehingga pada
masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam, karena kaum muslim sudah sampai pada
puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi dan keuangan lebih
lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun
pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal
ini dikarenakan antara lain :

Penerjemahan buku berbahasa asing seperti halnyaYunani, Mesir, Persia, India dan

lain-lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.


Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri. Bukubuku yang diterjemahkan antara lain : Ilmu kedokteran, Kimia, Ilmu Alam, Mantiq
(logika), Filsaft Al Jabar, Ilmu Falaq, Matematika, Seni dan lain-lain

Penerjemahan dan penelitian tersebut pada umumnya dilakukan pada masa


pemerintahan Abu Jafar, Harun ar Rosyid Al Makmum dan Mahdi. Lebih-lebih pada
masa pemerintahan Harun Ar Rosyid, beliau sangat serius dalam memajukanpengetahuan
tersebut,

sehingga

didirikanlah

lembaga

ilmu

pengetahuan

yang

diberi

nama

BAITUL HIKMAH sebagai pusat penerjemahan penelitian dan pengkajian ilmu


perpustakaan serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi).
Dengan begitu kaum muslimin dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab.
Dan hasilya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang
sangat terkenal juga ulama-ulama besar yang sangat tersohor seperti halnya iman Abu Hanafi
Imam Malik Imam Syafii Imam Hambali, Imam Bukhori dan imam muslim dan lainlain. Kemajuan demikian tidak lain karena kepemimpinan dijalankan para kholifah/Sultan
yang mempunyai kharisma, professional disamping kaum muslim juga mempunyai
kesadaran yang tinggi dalam memperjuangkan islam ke tempat yang paling atas. Akhirnya
terjadilah perpaduan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan peradaban Islam.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para
khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang seluas-luasnya untuk kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama
yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana dan memuliakan para pujangga. Mereka
benar-benar menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mereka mempraktekkan syareat islam :
bahwa tinggi rendahnya derajat dan martabat seseorang tergantung pada banyak sedikitnya
pengetahuan yang ia miliki disamping ketakwaannya pada Allah SWT., sebagaimana firman
Allah SWT QS. Al Mujadalah [58] : 11
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al Mujaddalah.11).
Para kholifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan
memuliakannya. Oleh karena itu mereka membuka peluang seluas-luasnya terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh mahasiswa baik dari kalangan islam
maupun kalangan lainnya. Para khalifah sendiri pada umumnya seorang ulama yang
mencintai ilmu, menghormati sarjana dan para pujangga. Kebebasan berfikir sangat

dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk berijtihad mengembangkan daya
intelektualnya dan bebas dari belenggu taqlid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum
atau agama berkembang sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain :
1. Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan, peneliti dan pengkajian
ilmu pengetahuan baik agama maupun umum.
2. Didirikan Majelis Munazarot yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjana muslim,
untuk membahas ilmu pengetahuan, para sarjana muslim untuk membahas ilmu
pengetahuan, para sajarna muslim diberi kebebasan berfikir dari ilmu pengetahuan
tersebut.
3. Dibentuk Korps Ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama
yang bertugas menterjemahkan, membahas dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno,
sehingga pada masa itu muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama
Islam dan menghasilkan karya-karya yang besar antara lain
a. Imam Abu Hanifah ( 700 767 M ). Imam Malik ( 713 765 M ) Imam Syafii ( 767
820 M ) Imam Ahmad bin Hanibal ( 780 857 M ). Para mujtahiq yang
mencurahkan segala kemampauannya untuk mendapatkan ilmu praktis dan syareat
Islam yang digali dari Quran dan hadist yang terkenal dengan ilmu fikih. Sehingga
ajaran islam mudah untuk diamalkan.
b. Imam Sibawaih, is bin Umar as Saqofi sebagai tokoh bahasa Arab, Nahwu shorof
Balaghoh dan lain-lain. Imam bukhori dengan hasil karyanya shoheh Bukhari.
Imam Muslim dengan hasil karyanya shoheh muslimnya
Imam Abu dawud dengan hasil karyanya Sunan Abu Dawudnya.
Imam bin Majah dengan hasil karyanya Sunan ibnu majahnya
Imam Tirmidhi dengan hasil karyanya sunan Tirmidhinya
Rabiah al Adawiyah ahli tasawuf dengan ajarannya mahabbah.
Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Ghozali dengan hasil karyanya ihya
ulumudin
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Kebudayaan Di Masa Bani Abbasiyyah.
Kemajuan yang dicapai pada masa kejayaan Islam, yakni terjadi pada masa
pemerintahan Daulah bani Abbasiyyah, dalam segala bidang, khususnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan dll. Pada masa itu kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesatnya,
baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


a. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir yaitu ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al
Quran, sebab-sebab turunnya ayat / Azbabun nuzulnya, hukumnya dan lain-lain.
Adapun ahli tafsir yang termasyur ketika itu antara lain :

Ibnu Jarir At Thabari dengan tafsirnya Al-Qurannul Azim sebanyak 30 juz


Abu muslim muhammad bin Bahr isfahany (mutazilah), tafsinya berjumlah 14

jilid.
b. Ilmu Hadist
Ilmu hadist adalah ilmu yang mempelajari tentang hadist dari sanat, perawinya,
isi dll. Pada masa itu bermunculan ahli-ahli hadist yang besar dan terkenal beserta
hasil karyanya, antara lain :

Imam bukhari, lahir di Bukharo 194 H di Baghdad, kitabnya yang termasyur

adalah al-Jamius shohih dan terkenal dengan shohih Bukhori.


Imam Muslim wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jaimus Shohih dan

terkenal dengan Shahih Muslim


Abu Dawud dengan kitab hadistnya berjudul Sunan Abu Dawud.
Ibnu majah dengan kitab hadistnya Sunan Ibnu majah.
At-Turmizi dengan kitabnya Sunan Turmidhi
c. Ilmu Fikih
Ilmu fikih, yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala
sesuatu yang diwajibkan, dimakruhkan, dibolehkan dan yang diharamkam oleh
agama Islam.
Beberapa tokoh fikih yang termasyur ialah :

Imam Abu Hanifah ( 80 150H / 700 767M ) beliau menyusun

madzhabnya yaitu madzhab Hanafi.


Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H / 788 M dan meninggal di
Hijaz. Pada tahun 170 H / 788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.

Imam Syafii nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin Syafii ( 150
204H / 767 820M ), sewaktu berumur 7 tahun sudah hafal Al-Quran dan

menyusun madzhabnya yaitu madzhab Syafii.


Imam Hambali ( 164 241H / 780 855M ), beliau menyusun madzhabnya,
yaitu madzhab Hambali. Para mujtahidin mencurahkan segala kemampuannya
untuk mendapatkan ilmu-ilmu praktis dalam syariat Islam sehingga umat Islam

dengan mudah dapat melaksanakan.


d. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati.
Pikiran dan ucapan dari sifat yang tercela, sehingga tumbuh rasa taqwa dan dekat
kepada Allah. Untuk dapat mencapai kebahagiaan abadi (bersih lahir dan bathin).
Orang muslim yang menjalani kehidupan tasawuf disebut Sufi. Tokohnya antara
lain :

Rabiah Adawiysah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya

dinamakan Mahabbah .
Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059 111 M) hasil

karyanya yang terkenal adalah Ihya Ulumuddin


Abdul Farid Zunnu Al Misri, lahir tahun 156 H / 773 M 245 H / 860 M),

beliau dapat membaca Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun (Mesir).


e. Filsafat Islam
Filsafat islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakekat segala sesuatu yang ada, sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya
berdasarkan al-Quran dan hadist.
Manfaat filsafat islam adalah untuk menemukan hakekat segala sesuatu sebagai
ciptaan Allah dan merupakan bukti kebesaranNya. ( QS Ali Imran 190 )
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinyamalam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal(QS. AliImron 190).
Adapun tokoh filsafat Islam antara lain :

Al-Kindi ( 185 252H / 805 873M ), terkenal dengan sebutan Filosof


Arab beliau menerjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa arab.
Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat. Al Kindi bukan
hanya Filosof, tetapi juga ahli ilmu matematika, astronomi, formakologi dan

sebagainya.
Al Farabi ( 180 260H / 780 863M ) beliau menerjemahkan buku-buku asing
kedalam bahasa Arab. Al Farabi banyak menulis buku mengenai logika,
matematika, fisika, metafisika, kimia, etika dan sebagainya. Filsafatnya
mengenai logika antara lain dalam bukunya Syakh Kitab al Ibarah Li Aristo,
menjelaskan logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat menegakkan
pikiran dan dapat menunjukkannya kepada kebenaran. Dia digelari sebagai guru
besar kedua, setelah Aristoteles yang menjadi guru besar pertama, buah

karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.


Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) ( 370 480H / 980 1060M ), Di Eropa dikenal
dengan nama Avicena. Sejak kecil ia telah belajar bahasa arab, geometri, fisika,
Logika, Teologi Islam, Ilmu-ilmu Islam dan Kedokteran. Beliau seorang dokter
di kota Hamazan Persia menulis buku-buku kedokteran dan mengadakan
penelitian tentang berbagai macam jenis penyakit, beliau juga seorang filosof
yang terkenal dengan idenya mengenai faham serba wujud atau Wahdatul
wujud, juga ahli fisika dan ahli jiwa.
Pada usia 17 tahun ia sangat terkenal. Karangan Ibnu Sina lebih dari dua
ratus buku, yang terkenal antara lain :
a) ASY SYIFA, buku ini adalah buku filsafat, terdiri atas empat bagian yaitu
logika, fisika, matematika dan metafisika.
b) AL-QONUN atau CANON OF MEDICINE.

Menurut

penyebutan

orangorang barat, buku ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan
pernah menjadi buku standar untuk Universitas-universitas Eropa sampai

akhir abad ke 17.


Ibnu Rusyd
Dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H / 1126 M dan meninggal tahun
675 H / 1198 M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averroes. Dia adalah ahli

filsafat yang dikenal dengan sebutan bapak Rasionalisme, dia juga hali ilmu
hayat, ilmu fisika, ilmu falak, ilmu akhlaq juga ilmu kedokteran, ilmu fikih.
Karyanya antara lain :
o
o
o
o

Fasul Maqol fima Baina al Hikmati Wasyariat Minal Ittisal.


Bidayatul Mujtahid
Tahafutut Tahafud
Fikih
Karangan beliau hingga kini masih banyak dijumpai di perpustakaan

Eropa dan Amerika .


f. Kedokteran
Pada masa daulah bani Abbasiyyah kedokteran mengalami perkembangan
dan kemajuan, khususnya tatkala pemerintahan Harun ar Rosyid dan khalifahkhalifah besar sesudahnya.
Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi kedokteran didirikan, sehingga banyak
mencetak sarjana kedokteran.Diantara dokter-dokter muslim tersebut yang terkenal
antara lain :
1) Hunain Ibnu Iskak, lair pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M.
beliau adalah dokter spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang
berbagai penyakit, dan banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang
berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab.
2) Ibnu Sina, disamping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang
sangat terkenal dibidang kedokteran adalah Al-Qonun Fi Al-tib dijadikan buku
pedoman kedokteran di Universitas-universitas Eropa maupun negara-negara
Islam.
g. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan dan
bintang-bintang dan planet-planet yang lain(ilmu perbintangan).
Tokoh-tokohnya antara lain :
Abu Mansur Al Falaqi
Jabir Al Batan, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama
h. Matematika
Para tokohnya antara lain :

Al-Khawarizmi (194 266 H)


Beliau telah menyusun buku Aljabar, dan yang menemukan angka nol (0). Angka
1-9 berasal dari Hindu, yang telah dikembangkan oleh umat Islam (Arab).
Umar Khayam
Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah diterjemahkan

kedalam bahasa Perancis .


i. Sejarah
Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau
yang meliputi waktu dan tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya dan
disusun secara sistimatis.
Dengan mempelajari sejarah seseorang dapat mengambil pelajaran dan
manfaatnya dan hikmahnya dari peristiwa tersebut.
Firman Allah dalam QS Yusuf [12] : 111
artinya : Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat Pengajaran bagi orang
orang yang mempunyai akal. (QS. Yusuf 111)
Tokoh Sejarah antara lain :

Ibnu Qutaibah (828 M 889 M0 dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang

berisi sejarah politik negeri-negeri islam.


At Thabari (839 M 923 M) menulis tentang sejarah para rasul dan raja-raja.
Ibnu Khaldun 1332 M 1406 M hasil karyanya Al-Ihbar banyaknya 7 jilid dan

setiap jilidnya berisi 500 halaman.


2. Perkembangan Kebudayaan
Kemajuan yang dicapai Daulah bani Abbasiyyah, disamping ilmu pengetahuan,
berkembang pula bidang kebudayaan yang ditandai dengan munculnya berbagai karya
seni. Dalam bidang seni rupa telah mengalami kemajuan yang pesat antara lain pahat,
ukir, sulam, seni lukis, kaligrafi dan lainlain. Hal ini bisa dilihat di dinding-dinding istana
kholifah, masjid, gedung yang indah dan megah.

Seni ukir, kaligrafi, hasil karyanya bisa diliha di Masjid-masjid, istana kholifah
dan gedunggedung yang megah. Seni sulam menghiasi permadani, pakaian, hiasan
dinding dan sebagainya.
Demikian juga dengan seni lainnya diantaranya :
Seni Lukis mengalami kemajuan dan lahirlan pelukis terkenal yang bernama Abdul
Karim mansur yang nama aslinya Firdaussi. Beliau yang pertama kali membuat buku
bergambar di dunia ini dengan judulnya Syah Nama. Buku ini telah disalin kedalam
bahasa Perancis, Inggris dan Jerman.
Seni Bangunan, berdiri gedung-gedung yang kokoh dengan arsiteknya yang indah
dan megah, antara lain : istana Raja, Masjid, dan lain-lain.
Seni Suara, Seni Musik dan Seni Tari juga mengalamii kemajuan sebagai bukti
muncullah penyanyi-penyanyi terkenal, sekolah, sekolah musik dan pabrik-pabrik alat
musik. Demikian juga dengan seni bahasa bermunculan sastrawan-sastrawan terkenal.

BAB III
KESIMPULAN
1. Masa Nabi Muhammad SAW
Beberapa hal yang melandasi pengembangan ilmu pengetahuan pada zaman
Rasulullah adalah;
a. Wahyu pertama yang diawali dengan perintah membaca, membaca adalah
kemampuan awal dalam menggali ilmu pengetahuan.
b. Bangsa Arab pada umumnya mempunyai daya hafal yang tinggi.
c. Rasulullah membangun tradisi menulis dengan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai
penulis wahyu Al-Quran yang merupakan sumber ilmu pengetahuan.
d. Disamping itu, didalam Al-Quran pun terdapat dorongan untuk menuntut ilmu
(QS. Al-Mujadalah : 11)
2. Masa Khulafaurrasyidin
Dengan bimbingan Rasulullah munculah para sahabat yang memiliki kempampuan
dalam bidangnya. Seperti :
a. Umar bin Khattab ahli dalam bidang hukum dan management lembaga
pemerintah.
b. Abdullah bin Umar merupakan salah satu pengumpul hadits.
c. Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Masud dan Ubay bin Kaab menguasai bidang
tafsir.
d. Abdullah bin Abbas mahir dalam asbabun nuzul, faroid, dan sejarah peperangan
Rasulullah.
e. Pada masa Khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan berkembang pesat terutama masa
Umar bin khattab, saat itu wilayah Islam sampai ke Syiria, Mesir, dan Palestina.

3. Masa Daulah Umayyah


a. Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah dikelompokan sebagai berikut.
b. Ilmu Pengetahuan Agama (Ulumuddin) yang bersumber pada Al-Quran dan
hadits nabi.
c. Ilmu Sejarah (Ulum Al-Tarikh) membahas perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.
d. Ilmu Bahasa (Ulum Al-Lughah) mempelajari nahwu dan sharaf.
e. Ilmu Filsafat (Ulum Al-Falasifa) ilmu yang berasal dari bahasa asing seperti ilmu
mantik (logika), kedokteran, kimia, astronomi, dan ilmu hitung.
4. Masa Abbasiyah
a. Perkembangan ilmu pengetahuan islam mencapai puncak kejayaan pada masa
abbasiyah, meliputi ilmu naqli (tafsir, hadits, kalam, tasawwuf, bahasa, fiqh) dan ilmu
naqli (filsafat, kedokteran, optik, astronomi, matematika, kimia, sejarah, geografi,
seni, dan mekanik)
b. Ilmuwan muslin menjadi peletak dasar perkembangan ilmu-ilmu modern pada saat
ini.

BAB IV
PENUTUP

Demikian hasil diskusi kelompok kami yang dapat kami paparkan mengenai
pandangan islam terhadap daging hewan yang di jual di swalayan atau di mall , tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan pengetahuan kami.
Kami harap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap
makalah ini demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalan di kesempatan
berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua .
Amiin.

Anda mungkin juga menyukai