Anda di halaman 1dari 5

Apa hubungan infertilitas dengan keluhan?

Jika seseorang memiliki endometriosis, mungkin lebih sulit untuk hamil. Sampai dengan 30%
sampai 50% dari wanita dengan endometriosis mungkin mengalami infertilitas.
Endometriosis dapat mempengaruhi kesuburan dalam beberapa cara: terdistorsi anatomi
panggul, perlengketan, bekas luka tuba falopi, radang struktur panggul, berubahnya fungsi
sistem kekebalan tubuh, perubahan lingkungan hormonal dari telur, gangguan implantasi
kehamilan, dan kualitas telur berubah.

Abdomen was flat, simetrically, uterine fundal within normal limit, mass (+) sized 5x6 cm,
cystic, mobile, superior border was 2 finger above sympisis, inferior border was simfisis,
right border was RMC, left border was LMC, pain (+) in left inguinal region, free fluid sign
(-).
Bagaimana Interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan luar?
Abdomen
Fundus uteri
Massa

Datar dan simetris


Kistik

5x6

cm,

Normal
Normal
mobile, Kista endometriosis

batasi atas 2 jari diatas


simfisis,

batas

bawah

simfisis batas kanan RMC,


batas kiri LMC
Nyeri inguinal kiri
Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak penganutnyaadalah teori Sampson.
Menururt teori ini, endometriosis terjadi karena darah haidmengalir kembali melalui tuba ke
dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwadalam darah haid terdapat sel sel
endometrium yang masih hidup. Sel sel inikemudian dapat mengadakan implantasi di
pelvis.
3
Teori lain mengenai histogenesis endometriosis dilontarkan oleh Meyer.Pada teori ini
dikemukakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan padasel sel epitel berasal dari
coelom yang dapat mempertahankan hidupnya didaerah pelvis. Rangsangan ini menyebabkan
metaplasia dari sel sek epitel itu,sehingga terbentuk jaringan endometrium.

3
Endometrium dan peritoneum adalahderivate dari dinding

epitel coelom yang sama. Mesotel peritoneum telahdikatakan menyisakan kemampuan


embriogeniknya untuk berubah menjadi selreproduksi. Perubahan ini dapat timbul secara
spontan atau karena difasilitasi oleh paparan iritasi kronik oleh cairan menstrual yang
retrograde.

Penelitian terbaru mengatakan adanya keterlibatan system imun pada pathogenesis


endometriosis. Wanita dengan endometriosis memperlihatkan peningkatan respon imun
humoral dan kativasi makrofag dan memperlihatkanhilangnya system imun yang diperantarai
sel dengan berkurangnya sel T danrespon sel
natural killer.

Gejala dismenorea disebabkan peningkatan tekanan dalam rongga endometrial yang


bergantung pada kekuatan kontraksi dan tekana intrauterin. Dimana menstruasi melibatkan
cetusan dari prostaglandin yang menimbulkan vasospasme dan kontraksi uterus untuk
meningkatkan tekanan intrauterine dan mengeluarkan isi uterus.

Gejala dispareuni dan nyeri pelvis disebabkan oleh olehimplantasi yang cukup dalam yaitu
>5mm, dimana endometriosis tersebut dilapisioleh material fibrotik kasar yang berisi jaringan
glandular endometriosis yangaktif cukup rapuh pada sentuhan.

Bagaimana epidemiologi pada kasus?


Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkanangka kejadian yang
meningkat. Angka kejadian antara 5 15% dapat ditemukandi antara semua operasi pelvic.
Yang menarik adalah bahwa endometriosis lebihsering ditemukan pada wanita yang tidak
menikah pada umur muda, dan tidak mempunyai banyak anak.

Di Amerika Serikat, endometriosis timbul pada 7 10% populasi, biasanya berefek pada
wanita usia produktif. Prevalensi endometriosis pada wanita infertileadalah sebesar 20 50%
dan 80% pada wanita dengan nyeri pelvis. Terdapatketerkaitan keluarga, dimana resiko
meningkat 10 kali lipat pada wanita dengankeluarga derajat pertama yang mengidap penyakit
ini.

Apa manifestasi klinis pada kasus?


-

Nuliparitas
Siklus menstruasi biasa dengan perdarahan selama 8 hari atau lebih.
Nyeri premenstruasi
Muncul massa pada bagian pertumbuhan kista
Nyeri pelvis
Nyeri perut atau punggung bawah
Dispareunia
Diskezia (nyeri ketika BAB)
Mual dan muntah
Nyeri inguinal
Nyeri miksi
Nyeri ketika berolahraga

Bagaimana penatalaksanaan pada kasus? (pencegahan)

Penatalaksanaan
Penanganan endometriosis terdiri dari terapi hormonal, pembedahan.
Terapi hormonal
Sebagai dasar pengobatan hormonal endometriosis ialah bahwa pertumbuhan dan fungsi
jaringan endometrios dikontrol oleh hormone steroid.Jaringan endometriosis umumnya
mengandung reseptor estrogen, progesterone,dan androgen. Progesterone sistetik umumnya
mempunyai efek androgenic yangmenghambat pertumbuhan endometriosis.Prinsip pertama
pengobatan hormonal adalah menciptakan lingkunganhormone rendah estrogen dan asiklik.
Keadaan yang asiklik mencegah terjadinyahaid yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan
endometrium yang normalsehingga dapat dihindari timbul sarang endometriosis yang baru

karena transportretrograde serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis


yangmenimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
a. Androgen
Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron sublingual dengan dosis 5-10 mg/hari.
Biasanya diberikan 10 mg/hari pada bulan pertama dilanjutkandengan 5 mg/hari
selama 2-3 bulan berikutnya. Keberatan pemakaian androgenadalah timbulnya efek
samping maskulinisasi, dan bila terjadi kehamilan dapatmenyebabkan cacat bawaan.
Keuntungannya

adalah

untuk terapi nyeri,dispareuni,

dan untk membantu

menegakkan diagnosis. Jika nyeri akibatendometriosis biasanya akan berkurang


dengan pengobatan androgen satu bulan.
b. Estrogen-progestogen
Kontrasepsi yang dipilih sebaiknya mengandung estrogen rendah dan progestogen
yang kuat atau yang mempunyai efek androgenic yang kuat. Terapistandard yang
dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol dan 0,3 mg norgestrel per hari. Bila terjadi
perdarahan, dosis ditingkatkan menjadi 0,05 mg estradiol dan 0,5mg norgestrel per
hari atau maksimal 0,08 mg estradiol dan 0,8 mg norgestrel per hari. Pemberian
tersebut setipa hari selama 6-9 bulan, bahkan 2-3 tahun.
c. Progestogen
Dosis yang diberikan adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 mg per hari atau
noretisteron asetat 30 mg per hari. Pemberian parenteral dapatmenggunakan
medroksiprogesteron asetat 150 mg setiap 3 bulan sampai 150 mgsetiap bulan. Lama
pengobatan yakni 6-9 bulan.
d. Danazol
Danazol adalah turunan isoksazol dari 17 alfa etiniltestosteron. Danazolmenimbulkan
keadaan asiklik, androgen tinggi, dan estrogen rendah. Kadar androgen meningkat
disebabkan oleh sifatnya yang androgenic dan danazolmendesak testosterone sehingga
terlepas dan kadar testosterone bebas meningkat.Kadar estrogen rendah disebabkan
karena danazol menekan sekresi GnRH, LH,dan FSH dan menghambat enzim
steroidogenesis di folikel ovarium sehinggaestrogen turun.Dosisnya 400-800 mg per
hari dengan lama pemberian minimal 6 bulan.Efek sampingnya berupa akne,

hirsutisme, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat badan, dan edema.
Kontraindikasi absolute yaitu kehamilandan menyusui, sedangkan kontraindikasi
relative yaitu disfungsi hepar, hipertensi berat, gagal jantung ongestif, atau gagal
ginjal.

Pengobatan dengan pembedahan


Pembedahan konservatif dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitulaparotomi dan
laparoskopi

operatif.Laparoskopi

opertaif

mempunyai

beberapa

keuntungan

jika

dibandingkanlaparotomi, yaitu lama tinggal di RS lebih singkat, kembali aktivitas kerja


lebihcepat, biaya lebih murah. Namun luas dan derajat perlekatan setelah laparoskopioperatif
lebih sedikit.Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yangumurnya
hamper 40 tahun atau lebih, dan yang menderita penyakit yang luas
diserta dengan banyak keluhan. Operasi yang paling radikal ialah histerektomitotal, salpingoooforektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang sarangendometriosis yang
ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahundapat dipertimbangkan untuk
meninggalkan sebagian jaringan ovarium yangsehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu
cepat timbul gejala premenopausedan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya
osteoporosis.

Daftar Pustaka

Kapoor,

Dharmesh.

Endometriosis.

2009.

Diunduh

dari

:http://emedicine.medscape.com/article/271899-print
Saol,

Turandot.

Endometriosis.

2010.

Diunduh

dari

:http://emedicine.medscape.com/article/795771-print
Wiknjosastro H. Endometriosis. Ilmu Kandungan edisi ke-2. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2007.

Anda mungkin juga menyukai