Nama : DistaAyuDwi S
Kelas
: XII IPA-3
No.absen: 01
kedua
orang
tuanya,
itu
alasannya
mengapa
dia
lebih
Ain keluar dengan wajah yang segar dan berjalan memasuki kamarnya ,
setelah semua sudah siap Ain langsung menuju ke meja makan untuk
mengisi perutnya yang kosong.
Pagi itu tak ada yang menemaninya melahap nasi, ibunya sibuk
dengan pekerjaannya dan ayahnya belum pulang dari semalam ia bekerja.
Hal ini sudah dialaminya setiap hari, banyak alasan yang membuat orang
tuanya
ayahnya, tidak tentu kapan pulang. Terkadang dua hari, tiga hari, bahkan
pernah empat hari kerja baru ia pulang. Padahal di tempat kerjanya hanya
memperkejakan karyawan selama 12 jam, sisanya entah kemana ayahnya
pergi. Pernah sesekali ia tanyakan hal itu kepada ibunya. Namun, ibunya
hanya terdiam dan wajahnya berubah sedih sampai meneteskan air mata,
Ain tak tega melihat ibunya begitu, setelah kejadian itu Ain mencoba
menahan dirinya untuk tidak menanyakan lagi keberadaan ayahnya.
Ibu aku berangkat sekolah dulu yaa? suara kecilnya.
Iya hati-hati jawab ibu.
Oh.. iyaa, jangan lupa makan yaa bu, terangnya peduli,
ibunya
mu
masuk
rumah
orang
tanpa
salam
tanpa
apa,Geramnya lagi.
Ehh eh .. aku tadi sudah salam dan memanggilmu , tapi karna kau
sibuk melamun, tidak kau dengarkan suaraku. Balasnya tegas.
Hei
gendut
sudah
jangan
menangis
jelek
kau
kalau
menangis,Ledek Dudu
Tak lucu kau . jawab Ain kesal
memang tak lucu, aku bukan pelawak , jadi pantas kalau aku tak
lucu , aku ini kan dukun bukan? jawabnya menghibur.
Ain tersenyum malu sambil mengusap air mata .
Sudahlah jangan kau menangis , sekarang yang penting kau harus
bisa buat mamakkau tersenyum bahagia,Dudu menasehati
Terima kasih kawan , kau memmang temanku yang paling baik , tapi
aku tak punya mamak yang ku punya ibu ledek Ain sambil tersenyum .
sama-sama, teruslah aku godai aku, Dudu sedikit jengkel .
Alamak . Mamakku !! teriak Dudu.
Kenapa mamak kamu? bingung.
Aku tadi disuruh mamak beli beras , tapi aku lupa malah bercerita di
sini , aku ke toko dulu ya .. ! tegasny bingung sambil lari tergesa-gesa.
kring
kring,
alarm
berbunyi
sangat
keras,
bertutup
oleh
kerudung
yang
sangat
cantik
Ain
segera
Iya bu , saya
menyodorkan tangannya .
Waalaikuumsalam , hati-hati ya,teriak bu guru .
Ain berlali dengan kencang , ia takut ibu menghawatirkannya, apalagi
hari mulai gelap .
Tak ia hiraukan ilalalng-ilalang dan rerumputan yang menyapa
dengan melambai-lambai di pinggiran jalan yang sepi akan kendaraan
bermotor .
Setelah sesampai dirumahnya langkahnya terhenti , kaget dari
kejauhan terlihat sosok lelaki laki berumur , tinggi dan kekar berdiri
didepan pintu bersama ibunya sekilas mirip ayahnya .
Ayah
Dalam
hatinya
sambil
mengerutkkan
alisnya
langkahnya mendekati ibuya dan sosok kekar yan berharp itu ayahnya .
apa ayah datang lagi pikirnya dalam hati .
sepertinya itu ayah tersenyum dalam hatinya.
Ayah . Teriak dengan suara kecilnya dan sontak memeluk sosok
kekar itu . Wajahnya sumringan dalam rindu seorang anak . Sudah
beberapa hari tidak bertemu , tanpa kabar yang jelas.
Ia peluk erat-erat sosok kekar itu, seakan tidak ingin melepasnya .
Aku rindu ayah, jangan pergi lama-lama lagi ya yah ? harapan
muncul dari mulut kecilnya.
Ain hei ,ini om Budi suara muncul dari sosok kekar itu dan
ternyata itu Om Budi, bukan ayahnya . Om Budi adalah teman dekat
ayahnya sejak SMA .
Bahkan sampai sekarang masih berhubungan baik . Wajah ain
langsung berubah menjadi sedih . Perasaan rindunya bercampur dengan
berjalan
mengendap
ngendap
menujuruang
makan
yang
menjaga
ibu,Ketabahan
muncul
dari
hati
seorang
anak
menenangkan ibunya .
Aku mencintai ibu ikhlas karena Allah ,
Ketulusan muncul dari hati seorang anak yang belum dewasa namun
dipaksa harus menjadi dewasa karena ketidak tanggung jawaban seorang
ayah .
Mbak jangan terlalu bersedih , kasihan Ain dia sudah kuat karena
memikirkan perasaan mbak , anak sekecil itu ,saran om Budi
Ain
adalah
melihat
mbak
tersenyum,
jelasnya
menenangkan.
Iya,
sekarang
nyawaku
hanya
kamu
nak,
nafasku
adalah
butuh
sesuatu
jangan
sungkan-sungkan
menelponku
atau
tidur
lelapnya.
Dilihatnya
matahari
yang
sudah
menyinari
mengapa
tidak
membangunkanku
untuk
sholat
subuh?
Ibu lihat kamu sangat capek, tidurmu pulas dan tidak tega
membangunkanmu, jadinya ibu biarkan, Allag mengerti kok, jawab ibu
menjelaskan.
Sudah, sekarang kamu mandi, siap-siap sekolah perintah ibu.
baik bu, sambil berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk.
Tidak lama kemudian
Sayang, ibu berangkat kerja dulu ya, sarapannya sudah siap di meja
makan. Jangan lupa mengunci pintu. Lantang di depan kamar mandi.
iya bu, hati-hati jawabnya di dalam kamar mandi.
Asslamualaikum Ibu.
Waalaikumsalam, Ain di dalam hati.
Setelah selesai semua Ain sudah siap berangkat sekolah dengan
sepeda sederhana. Waktu pukul 9.0), kring kring... kring Bel sekolah
berbunyi tiga kali, menandakan waktu istirahat datang. Ain dan temannya
berjalan menuju kantin untuk membeli minuman dan kue. Saat melewati
ruang guru terlihat sosok seperti ayahnya, namun Ain tidak mau ketiga
kalinya salah menebak orang karena perasaaan rindunya, lagipula
perasaan Ain kepada ayahnya sudah berubah menjadi sedikit kecewa dan
benci. Langkahnya terhenti.
Ah tidak mungkin itu ayah, pasti ini perasaanku saja, karena rindu
dengan ayah. Lagi pula ngapain ayah ke kantor sekolah membatin.
Eh kenapa? temannya menoleh ke arah Ain melihat.
Oh kamu melihat orang itu? Itu ayahnya Karin teman sekelas kita,
jelas asalah satu temannya.
Memang kenapa ain? Tanya temannya.
Ah tidak apa-apa, ayo kita ke kantin keburu ramai, Ain mengelak.
Coba kalau itu ayahku yang ingin bertemu aku, betapa senangnya
hatiku, tapi tidak mungkin dalam hati Ain sambil berjalan menuju kantin.
Setiap harinya ain sudah mulai terbiasa hidup tanpa ayahnya begitu pula
ibunya.. Sudah lima hari berlalu sejak Ain dan ibu mengetahui ayah sudah
menikah lagi, sejak itu pula ayah tidak pernah menengoknya atau pulang.
Malah om Budi yang menyempatkan untuk menengok Ain dan ibunya di
rumah bersama istri dan anaknya, Nina.
Siang itu hari Rabu, tanggal 22 November 2012. Matahari sangat
terik. Tanpa disangka Ain bertemu dengan ayah nya di depan Pos sekolah.
Itu memang ayah iya, itu memang ayah. Dalam hatinya.
Papa.. papa, Karin berteriak dan berlari menuju ayah Ain dan
mereka berpelukan. Ain terkaget dalam berdirinya. Ia terdiam dan
berubah meyakinkan dirinya bahwa itu bukan ayahnya, tapi itu papanya
Karin. Namun itu berlawanan dengan kenyataan, itu memang ayah Ain.
Ain menghampiri Karin dan orang tua itu, ternyata benar itu ayah Ain.
Hatinya bertanya-tanya.
Ayah Ain lirih.
Ain sahut ayahnya terbengong.
Ini benar ayah? Ain tidak percaya.
Papa kenal dengan Ain? Karin bingung.
Kenalkan ini papa aku ain, dan aku memanggilnya papa bukan ayah
jelas Karin dengans sedikit bingung mendengar perkataan Karin, Ain
langsung tertunduk lesu dan meneteskan air mata sambil berlari
meninggalkan Karin dan papa barunya yaitu ayah Ain.
Ain Ain Ain teriak ayahnya.
Papa papa kenal dimana dengan ain? Tanya Karin bingung.
Karin, ain itu anak papa bersama isrtri papa yang dulu. Jelas ayah
dengan lirih.
Apa !! jadi Kari kaget dan tidak percaya Ain yang mengetahui
semua ini langsung berlari ke kelas dan mengambil tas tanpa takut
dengan guru pengawas karena jam pelajaran masih berlangsung, namun
Ain tidak kuat dengan kenyataan yang ia ketahui, ayahnya yang selama
ini ia tunggu dan meninggalkannya tanpa kabar, lalu ternyata ayahnya
sudah menikah dan mempunyai anak dan anaknya adalah Karin teman
sekelasnya. Betapa mirisnya hati anak sekecil itu , mengerti semua
masalah itu .
Jadi ternyata ayahku adalah papa temanku? Ain membatin.
Sesampainya di rumah Ain langsung menceritakan semua kejadian di
Sekolah kepada ibunya ,ibunya menangis melihat ain yang harus
menerima imbas dari kegagalan rumah tangganya .
Ain dengar ibu, kita lupakan sumua tentang ayah ,tapi jangan
membenci ayahmu , bagaimanapun juga dia adalah ayahmu, yang
membesarkanmu, jelas ibu. Sekarang ain adalah nafas ibu ,Ain harus
bias menjalani semua ini dengan ikhlas , masih ada ibu disini ,ibu cinta
kamu karena Allah, ibu mencoba tegar di depan Ain, Ain juga mulai
menerima penjelasan ibunya .
Ibu sudah bercerai dengan ayahmu, sekarang kamu harus ikhlas bila
ayahmu adalah papa teman kamu, Karin, jelas ibu lagi.
Iya bu .. aku cinta ibu ihklas karena Allah , sambil mengusap air
mata , memeluk ibunya dengan erat dan berharap semua masalah
keluarganya sudah berakhir.