Anda di halaman 1dari 18

AYAHKU , PAPA TEMENKU

Nama : DistaAyuDwi S
Kelas

: XII IPA-3

No.absen: 01

AYAHKU , PAPA TEMANKU

Suara ayam mulai berkokok ,membangunkan sepasang mata kecil


yang indah . Anak perempuan itu sudah terbangun dari kelelapannya . Ain
namanya , gadis kecil yang hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah
desa. Ibunya bernama Ani . Ia bekerja sebagai buruh pabrik , dan ayahnya
bernama Budi sebagai pegawai swasta. Hidup dengan berkecukupan tidak
membuat Ain bisa menikmati masa kecilnya yang indah. Ia sangat sayang
dengan

kedua

orang

tuanya,

itu

alasannya

mengapa

dia

lebih

mengutamakan membantu orang tuanya dibandingkan menikmati masa


kecilnya .
Pagi itu pukul setengah lima Ain terbangun dan bergegas mengambil
wudhu di belakang rumah untuk memenuhi kewajibannya sebagai umat
Islam Seperti yang diajarkan di Madrasah tempat dia mengaji. Dalam
doanya terdengar nama orang tuanya disebut dalam kepolosan hati.
Setiap hari ia lakukan seperti itu. Setelah sholat ia melipat sajadah dan
mukenah mungilnya , lalu ia berjalan menuju dapur rumahnya yang sudah
disinggahi oleh ibunya sejak Ain belum terbangun. Seperti biasa, Ain
langsung membawa ember dan mengisinya dengan air untuk kebutuhan
ibunya memasak. Dengan tangan mungilnya, ia berusaha menaikan air itu
agar tidak tumpah . Tak lama, bocah kecil itu segera menyalahkan tungku
dan mulai menanak nasi .
Kalau sudah selesai menanak nasi ,siap-siap berangkat sekolah , ini
sudah siang , ibunya menyuruh .
iya bu,jawabnya .
Kaki kecilnya langsung berdiri ,melangkah meninggalkan dapur dan
menuju ke kamarnya. Ain menyiapkan seragam dari lipatan di dalam
almari, ia letakan di atas kasur tempat tidurnya. Setelah itu Ain beranjak
menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Byarr byurr .. byarr ..byurr, terdengarsuara air yang membasuh
badannya .

Ain keluar dengan wajah yang segar dan berjalan memasuki kamarnya ,
setelah semua sudah siap Ain langsung menuju ke meja makan untuk
mengisi perutnya yang kosong.
Pagi itu tak ada yang menemaninya melahap nasi, ibunya sibuk
dengan pekerjaannya dan ayahnya belum pulang dari semalam ia bekerja.
Hal ini sudah dialaminya setiap hari, banyak alasan yang membuat orang
tuanya

tidak menduduki tempat duduk di meja makannya, apalagi

ayahnya, tidak tentu kapan pulang. Terkadang dua hari, tiga hari, bahkan
pernah empat hari kerja baru ia pulang. Padahal di tempat kerjanya hanya
memperkejakan karyawan selama 12 jam, sisanya entah kemana ayahnya
pergi. Pernah sesekali ia tanyakan hal itu kepada ibunya. Namun, ibunya
hanya terdiam dan wajahnya berubah sedih sampai meneteskan air mata,
Ain tak tega melihat ibunya begitu, setelah kejadian itu Ain mencoba
menahan dirinya untuk tidak menanyakan lagi keberadaan ayahnya.
Ibu aku berangkat sekolah dulu yaa? suara kecilnya.
Iya hati-hati jawab ibu.
Oh.. iyaa, jangan lupa makan yaa bu, terangnya peduli,

ibunya

mengangguk dan tersenyum.


Dengan sepeda sederhananya, ia pergi ke sekolah. Ain masih kelas 5
di Sekolah Dasar Binangun jauh di Pelabuhan Pantai Panggung, Pasuruan.
Di sekolah, Ain hanyalah murid seperti pada umumnya. Suka bermain dan
bercanda dengan temannya.
Pukul 12.30 bel sekolah mulai berbunyi, menandakan waktu belajar
sudah selesai. Ain segera pulang karena ia ingin segera bertemu dengan
ayah dan ibunya. Tetapi yang sangat diharapkannya bertemu dengan
ayahnya yang jarang sekali pulang. Dengan perasaan yang dihantui oleh
harapan Ain mengayuh sepeda kecilnya dengan cepat. Sesampainya di
rumah,
Ibuuu aku pulang teriaknya sambil mengusap keringat.

Kelegahan mulai terasa dalam hatinya, karena Ia melihat sepasang


sepatu kerja milik ayahnya tepat di depan pintu rumahnya. Tidak sabar
Ain langsung lari dan mencari ayahnya.
Ayaaah Ibuuuuuuu, panggilnya.
Ada apa kamu teriak-teriak nak? keluar ibu dari kamar dengan
heran.
Ayah mana buu?
Ayahmu? katanya pelan.
Iya bu aku lihat di depan ada sepatu kerja ayah, ayah pulang kan
bu ? jelasnya.
Iya ayahmu tadi memang pulang, tapi sudah pergi lagi , jawab ibu
dengan perasaan yang miris . Ain langsung terdiam dan menundukkan
kepala .
mengapa ayah tidak menungguku pulang bu? Apa ayah tak ingin
melihatku sebentar pun? tanya dengan wajah yang sedih
Mungkin ayahmu masih banyak urusan di luar sana, jangan terlalu
kau harapkan ayahmu pulang ke rumah atau menengokmu, tegas ibu
dengan kepala menunduk.
Melihat ibunya yang sedih Ain langsung mendekat dan memeluk eraterat tubuh ibunya dengan sedikit meneteskan air mata. Ain menatapa
wajah Ibunya dan menghapus air mata yang mengalir di pipi surganya
kelak. Tanpa Ia sadari Ain melihat pelipis mata Ibunya yang bengkak.
Pelipis mata Ibu kenapa ? tegasnya heran .
Tidak apa-apa, cuma bengkak sedikit, tadi nggak sengaja terpeleset
terus jatuh, jadinya begini Jawa Ibu mengelak.
Benar begitu buu?? Tidak percaya.
Iyaa pelan menegaskan.

Ain terdiam Ia tidak percaya dengan penjelasan Ibunya, pikiran negativ


mulai muncul dari angannya.
Apa ada hubungannya dengan kepulangan ayah tadi? tanya dalam hati
kecilnya.
Sudah kamu ganti baju sana, setelah itu sholat terus makan suruh Ibu.
Iyaa buu berpaling dari Ibunya.
Pertanyaan itu masih menghantui fikiran gadis kecil itu. Ain langsung
menggati seragam dan langsung pergi ke kamar wandi untuk mengambi
wudhu.
Yaa Tuuhaan buwatlah ibu bahagia dan pulangkan ayahku, harapannya
dalam kepolosan.
Setelah selesai berdoa Ain melipat mukenah dan sajadahnya. Ain berjalan
menuju meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Saat melahap makanan pertanyaan itu muncul lagi di fikiran bocah kecil
itu.
Apa Ibu dipukul oleh ayah? Tapi, mengapa ayah memukul Ibu?
Bocah kecil itu termenung di meja makan.
Hey.. Gendut ? kenapa kau melamun kasihan nasi dan lauk itu kau
biarkan kering? Ejek Dudu teman kecilnya sekaligus tetangga dekat .
haahhh . . . Ee tidak , aku tidak melamun , kau mengagetkanku
Dudu ! Ain geram.
Habis ku liat kau dari luar makan sambil melamun ,jawab Dudu.
Kebiasaan

mu

masuk

rumah

orang

tanpa

salam

tanpa

apa,Geramnya lagi.
Ehh eh .. aku tadi sudah salam dan memanggilmu , tapi karna kau
sibuk melamun, tidak kau dengarkan suaraku. Balasnya tegas.

Ah bisa saja kamu ngelesnya , nafsu makan ku jadi hilang setelah


kamu datang, Tegasnya mengejek.
Memang kau tadi memikirkan apa? Tanya Dudu.
Enggak aku tidak memikirkan apa-apa. Tanggapnya .
Jujur saja , aku tau kau sedang memikirkan apa?? tegas dudu
angkuh
Kamu oengen jadi dukun ya ? , sudah pintar baca pikiran orang
lain ? ejek Ain dudu menarik tangan ain dan berjalan menuju teras
depan rumah .
Eh Eh ngapain kamu tarik-tarik,Ain bingung.
Aku cerita di sini saja lebih aman , tidak ada yang mendengar
kecuali kita berdua, hahahaha, Dudu tertawa .
Memangnya mau cerita apa sampai-sampai tidak boleh ada yang
tau ? Tanya ain
dengan hati-hati Dudu perlahan menjelaskan kejadian dirumah ain
siang tadi sewaktuain sekolah.
Pasti kau tadi memikirkan pelipis mata mamak kau yang lebam, iya
kan ? Dudu bertanya.
Iya benar , tau dari mana kamu? Ain bingung .
Aku tadi tak sengaja liat mamak kau bertengkar dengan bapak
kau .Lirih Dudu
Iya kan? ain tak percaya.
Benarlah , rupanya tadi mamak kau marah pada bapak kau yang tak
pernah pulang , mamak kau membela mu gendut , dia tak tega melihat
kau yang terus menanyakan kapan bapak kau pulang .. jelas Dudu
Terus du? Ain tak sabar

Kau punya bapak pemarah , pelipis mamak kau dipukul , jadilah


seperti itu , kasian lah kau punya mamak, dengan logat batak campuran
Dudu menjelaskan .
Wajah Ain langsung berubah sedih dan kecewa. Ia sedih karena tidak
membayangkan ibunya dipukul , dan dia kecawa dengan kelakuan
ayahnya yang selama ini ia merindukan . Ain merasa bersalah kepada
ibunya keinginannya selama ini , membuat ibunya disakiti oleh ayahnya .
Padahal dulu Ain pernah berjanji tidak akan menanyakan kemana ayahnya
pergi kepada ibunya karena itu membuat ibunya menjadi sedih . Namun
rasa rindu pada ayahnya yang membuat Ain menayakan itu .
Tak disadari air mata Ain menetes .

Hei

gendut

sudah

jangan

menangis

jelek

kau

kalau

menangis,Ledek Dudu
Tak lucu kau . jawab Ain kesal
memang tak lucu, aku bukan pelawak , jadi pantas kalau aku tak
lucu , aku ini kan dukun bukan? jawabnya menghibur.
Ain tersenyum malu sambil mengusap air mata .
Sudahlah jangan kau menangis , sekarang yang penting kau harus
bisa buat mamakkau tersenyum bahagia,Dudu menasehati
Terima kasih kawan , kau memmang temanku yang paling baik , tapi
aku tak punya mamak yang ku punya ibu ledek Ain sambil tersenyum .
sama-sama, teruslah aku godai aku, Dudu sedikit jengkel .
Alamak . Mamakku !! teriak Dudu.
Kenapa mamak kamu? bingung.
Aku tadi disuruh mamak beli beras , tapi aku lupa malah bercerita di
sini , aku ke toko dulu ya .. ! tegasny bingung sambil lari tergesa-gesa.

Ain tertawa melihat Dudu yang kebingungan , Dudu memang anak


pelupa , namun Dudu adalah slah satu satunya teman yang paling bisa
membuat Ain tertawa dengan logat bahasanya yang medok .
Ain tersenyum mengingat Dudu lalu beranjak dari depan rumah dan
menuju kamar tidur . Ain ingin memperistrirahatkan otot-otot di badanya .
Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 .
Kring

kring

kring,

alarm

berbunyi

sangat

keras,

membangunkan Ain. Ain segera menyentakkan semua mimpinya , setelah


itu badannya akan melompat dari depan kamar tidunya. Dia bergegas
mengambil wudu di kamar mandi belakang . Dengan wajah ceria ain
bergegas memakai mukenah , mulut kecilnya bergoyang, membaca setiap
doa sholat . Ain bergegas untuk berangkat mengaji di Madarsah , tidak
jauh dari rumahnya ain harus berjalan sekitar lima menit untuk sampai ke
Madrasah AL-IKHLAS . Kaki kecilnya harus melewati gang-gang kecil dan
jembatan sungai .
Bu .. aku berangkat mengaji,pamitnya dengan menyodorkan
tangannya.
assalamuaalaikumm .
waalaikuMsalam , hati-hati ya nak .. sambil mengelus kepala Ain
yang

bertutup

oleh

kerudung

yang

sangat

cantik

Ain

segera

meninggalkan ibunya dirumah dan berjalan untuk menuntut ilmu akhirat .


Setiap hari Ain lakukan itu kecuali pada hari jumat Madrasah tempat ia
belajar libur .
Dalam perjalanan menuju tempat ia mengaji ingatan tentang
kepulangan ayahnya muncul lagi, kesedihan mulai muncul dari raut wajah
mungilnya . Dia sangat kecewa dengan perilaku ayahnya yang kasar
terhadap ibunya . Ayah yang selama ini ia kagumi malah mencotohkan
perilaku yang tak pantas untuk seorang kepala keluarga .

Matahari mulai turun tak menampakkan keutuhannya lagi . Senja


datang dengan kegelapan, waktunya Ain selesai mengaji .K kaki kecil
mulai berlarian muncul dari ruangan kelas tempat ain mengaji . Ain berlari
meninggalkan kelasnya.
Ain Ain teriak ibu guru memanggil.
Langkah Ain sontak terhenti mendengar ada yang memanggil
namanya .
Ia menoleh dan melihat bu guru melambaikan tangannya di depan
pintu kelas .
Ibu memanggil saya?sambil mengkela nafas.
Iya , ibu mau tanya sama kamu,Sambil duduk di kursi depan
kelas .
Tanya apa bu? jawabnya penasaran .
Kamu tahu mengapa Dudu tidak mengaji ? padahal selama ini ia
jarang sekali tidak masuk kelas , sekalipun ia tidak masuk ibunya atau
kakaknya akan mengantarkan surat , tapi sampai sekarang ibu belum
menerima surat jelas ibu guru.
Saya juga tidak mengerti bu, tapi tadi siang saya sempat bertemu
Dudu dan ngobrol lama sama dia, tapi dudu tidak membicarakan soal
mengaji ataupun izin kepada saya,Jawab ain sambil kebingungan .
Oh begitu ya nanti kalau ketemu tolong kamu tanyakan kenapa
ia tidak masuk hari ini ibu guru sambil memegang pundak Ain.
Baik bu akan saya tanyakan nanti,sambil menatap bu guru dan
tersenyum .
Ya sudah tertimakasih , sebaiknya kamu cepat pulang , hari sudah
mulai malam , nanti ibumu khawatir menunggumu suara bu guru
khawatir .

Iya bu , saya

pulang dulu, assalamuaalaikumm , sambil

menyodorkan tangannya .
Waalaikuumsalam , hati-hati ya,teriak bu guru .
Ain berlali dengan kencang , ia takut ibu menghawatirkannya, apalagi
hari mulai gelap .
Tak ia hiraukan ilalalng-ilalang dan rerumputan yang menyapa
dengan melambai-lambai di pinggiran jalan yang sepi akan kendaraan
bermotor .
Setelah sesampai dirumahnya langkahnya terhenti , kaget dari
kejauhan terlihat sosok lelaki laki berumur , tinggi dan kekar berdiri
didepan pintu bersama ibunya sekilas mirip ayahnya .
Ayah

Dalam

hatinya

sambil

mengerutkkan

alisnya

langkahnya mendekati ibuya dan sosok kekar yan berharp itu ayahnya .
apa ayah datang lagi pikirnya dalam hati .
sepertinya itu ayah tersenyum dalam hatinya.
Ayah . Teriak dengan suara kecilnya dan sontak memeluk sosok
kekar itu . Wajahnya sumringan dalam rindu seorang anak . Sudah
beberapa hari tidak bertemu , tanpa kabar yang jelas.
Ia peluk erat-erat sosok kekar itu, seakan tidak ingin melepasnya .
Aku rindu ayah, jangan pergi lama-lama lagi ya yah ? harapan
muncul dari mulut kecilnya.
Ain hei ,ini om Budi suara muncul dari sosok kekar itu dan
ternyata itu Om Budi, bukan ayahnya . Om Budi adalah teman dekat
ayahnya sejak SMA .
Bahkan sampai sekarang masih berhubungan baik . Wajah ain
langsung berubah menjadi sedih . Perasaan rindunya bercampur dengan

kesedihan dan malu. Matanya mulai berkaca kaca . Tertunda lagi


keinginannya bertemu dengan ayahnya .
Ain kamu kenapa itu om budi bukan ayah kmau terang ibu
Maaf Om , saya salah orang , saya pikir Om itu ayah. Jelasnya
dalam suara lirih dan muka yang lesu .
Tidak masalah mungkin kamu terlalu kangen sama ayah kamu, lagi
pula

Om sudah menganggap kau sebagi anak sendiri, seperti Nina,

jawab om Budi dengan tersenyum sambil mengelus kepala Ain . Nina


adalah anak tunggal om Budi , dia seusia Ain .
Kamu dari mana saja jam segini kog baru pulang mengaji ? Tanya
ibunya.
Ibumu sangat mengkhawatirkan dari tadi dan menunggumu didepan
rumah, sahut om Budi .
Iya maaf bu aku membuatmu khawatir , tadi seusai mengaji aku
dipanggil bu Heni guru mengaji Ain . Bu Heni menanyakan Dudu yang
tidak masuk mengaji hari ini . jelas masih dengan wajah yang sedih ,
Oh ya sudah sekarang kamu masuk dan ganti baju langsung sholat
setelah itu belajar . suruh ibu .
Iya bu Ain
Om, Ain kedalam dulu ya? pamitnya

tertunduk sambil berjalan

meninggalkan ibunya dan om Budi .


Silahkan masuk di, ibunya mempersilahkan om budi sebentar aku
buatkan minumandulu. Tawar ibu.
Tidak usah repot-repot mbk, saya cuma sebentar saja . sela om
Budi
Ya sudah memangnya ada apa, mau mencari mas andri? Mas andri
sudah beberapa hari ini tidak pulang , entah kemana

, tapi tadi siang

sempat pulang, hanya mengambil sesuatu terus pergi lagi entah


kemana, terang ibu .
Tidak kok mbak , malah saya mau mengasih tau tentang kenapa
Andri belakangan ini jarang pulang , om Budi lirih , takut jika Ain
mendengarkan pembicaraannya .
Memang kamu tau ya? Tanya ibu.
Mbak jangan kaget ya , saya sih pertamanya dikasih ta oleh teman
kerjanya Andri tentang dia yang jarang pulang , lalu saya sempat cari
tahu sendiri , dan ternyata andri sudah punya istri lagi selain mbk, Jelas
om Budi dalam keprihatinan .
Ibu Ain langsung terdiam . Tak ada yang bisa ia katakana , hatinya
sangat hancur mendengar semua itu , hanya air mata yang bergerak
membasahi pipinya . tidak percaya namun semua itu terlihat memang
kenyataan .
saya tau ini memang membuat hatia mbak hancur tapi saya harus
memberi tahu mbag tentang semua ini, mesti pahit tapi ini memang
kenyataan jelas om budi lagi dengan nada lirih dan sedih
Ibu hanya terdiam , dan berkali-kali mengusap air matanya, ibu tidak
membayangkan jika ain mengerti semua ini, bocah sekicil itu sudah harus
menanggung kehancuran keluarganya . apalagi selama ini ia sangat
merindukan ayahnya .
Andri menikah dengan seorang janda yang mempunyai dua anak ,
yang saya tahu anak pertamanya cewek seumuran Ain dan Nina . Anak
keduanya laki-laki sekitar umur lima tahunan . om Budi tak tega.
Lagi-lagi ibu hanya terdiam , keheningan mulai muncul dari ruang
tamu .
Di kamar ain sedang belajar , tiba-tiba ia penasaran ingin tahu
maksud kedatangan om Budi . Ain kebingungan . dengan niat ingin tahu
Ain

berjalan

mengendap

ngendap

menujuruang

makan

yang

bersebelahan dengan ruang tamu untuk mendengarkan pembicaraan


ibunya dan om Budi . Ia berdiri tepat di balik tembok ruang tamu.
Sudah berapa lama Mas Andri menikah lagi dengan perempuan
itu? suara ibu tertatih tatih .
Ain mendengarkan pembicaran itu sontak mengeluarkan air mata
dan tubuhnya terjatuh dan lemah , ia terduduk dan melirihkan tangisanya
yang bisa membuatnya ketahuan bila dia menguping pembicaraanya di
balik tembok .
Yang saya tahu sudah dua bulan yang lalu, itu sih dari tetangga
perempuan itu, om Budi
Aku tak bisa membayangkan bagaimana

perasaan ain jika

mengetahui semua ini


Ibu dengan mengusap air matanya .
Ibbuu , teriak ain sambil menangis dan keluar dari balik tembok
dan berlari memeluk ibunya .
Ibunya dan Om Budi kaget melihat kemunculan Ain. Ain memeluk
ibunya dengan erat-erat , perasaannya sangat sedih .
Ibu jangan sedih . . . aku disini menemani ibu , mencintai ibu dan
akan

menjaga

ibu,Ketabahan

muncul

dari

hati

seorang

anak

menenangkan ibunya .
Aku mencintai ibu ikhlas karena Allah ,
Ketulusan muncul dari hati seorang anak yang belum dewasa namun
dipaksa harus menjadi dewasa karena ketidak tanggung jawaban seorang
ayah .
Mbak jangan terlalu bersedih , kasihan Ain dia sudah kuat karena
memikirkan perasaan mbak , anak sekecil itu ,saran om Budi

Ibu jangan menangis , sambil mengusap airmata ibunya yang terus


mengalir .
Ibu sayang kamu, maafkan ibu yang tidak bisa menjaga ayahmu
untukmu nak terang ibu dalam kesedihan .
Tidak bu , bukan ibu yang salah , semua ini karna aku yang tidak
bisa menjadi anak yang baik untuk ayah , sebab itu yang membuat ayah
mencari anak laki yang lebih baik dari aku, merendahnya dalam
kepolosan berusaha menenangkan perasaan ibunya. Kerendahan itu
membuat hati ibunya bertambah miris dan terus meneteskan air mata.
Sudah katakan semua tidak bersalah, semua ini memang karena
kelakuan Andri yang bejat dan tidak bertanggung jawab terhadap kalian,
jelas Om Budi dalam emosi karena tidak tega.
Melihat ibu dan anak yang terlantarkan oleh kelakuan seorang suami
ataupun ayah mereka.
Saya mohon sama mbak jangan terus-terusan bersedih, kasihan Ain,
kebahagiaan

Ain

adalah

melihat

mbak

tersenyum,

jelasnya

menenangkan.
Iya,

sekarang

nyawaku

hanya

kamu

nak,

nafasku

adalah

kebahagiaanmu, kamu harapanku. Ibu mencoba tegar.


Iya bu, kita lewati semuanya berdua, aku dan ibu, tanpa ayah,
kedewasaan itu muncul lagi dari mulut mungilnya, ketenangan mulai
muncul dalam ruangan itu.
Yasudah, ini sudah malam sepertinya. Saya harus pulang dulu mbak,
jika

butuh

sesuatu

jangan

sungkan-sungkan

menelponku

atau

menemuiku, terang Om Budi peduli.


Iya, terimakasih, Di. Kamu sudah peduli dengan keluarga kami, ibu
dalam sedihnya.

Saya sudah menganggap mbak sebagai kakak saya. Keluarga mbak


adalah keluarga saya, Om Budi.
Terimakasih, Di, hati-hati ibu bersalaman.
Saya pulang dulu, Assalamualaikum pamitnya.
Waalaikumsalam ibu.
Hati-hati, Om Ain. Dengan sedikit senyum Om Budi melangkah
meninggalkan rumah dengan motornya.
Di dalam kamar ibu memeluk ain lagi, ibu tak tega melihat ain yang
sangat mengharapkan kasih sayang dari ayahnya malah mendapatkan
kenyataan yang seperti ini. Apalagi ia masih kecil, masih belum pantas
menanggung masalah yang sekejam ini.
Sekarang tinggal kita berdua jangan berharap kepada ayahmu lagi,
Ibu akan menyayangimu dan ibu juga cinta kamu ikhlas karena Allah
ucap ibu dengan pelukannya.
Suasana di kamar malam itu sangat terasa haru dalam dinginnya
angin malam yang menyentuh kulit dan dalam kelelahan mereka terlelap
dengan hati yang terluka.
Matahari sudah mulai muncul dari peristirahatannya, Ain terbangun
dari

tidur

lelapnya.

Dilihatnya

matahari

yang

sudah

menyinari

penglihatannya. Ia pergi mencari bunya yang semalam tidur dalam


pelukannya.
Ibu Ibu suara Ain lemas.
Iya ibu dengar, nak jawab ibu lantangnya. Ain berjalan menuju
dapur sambil mengusapi matanya yang masih merasa ngantuk.
Ibu
tanyanya.

mengapa

tidak

membangunkanku

untuk

sholat

subuh?

Ibu lihat kamu sangat capek, tidurmu pulas dan tidak tega
membangunkanmu, jadinya ibu biarkan, Allag mengerti kok, jawab ibu
menjelaskan.
Sudah, sekarang kamu mandi, siap-siap sekolah perintah ibu.
baik bu, sambil berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk.
Tidak lama kemudian
Sayang, ibu berangkat kerja dulu ya, sarapannya sudah siap di meja
makan. Jangan lupa mengunci pintu. Lantang di depan kamar mandi.
iya bu, hati-hati jawabnya di dalam kamar mandi.
Asslamualaikum Ibu.
Waalaikumsalam, Ain di dalam hati.
Setelah selesai semua Ain sudah siap berangkat sekolah dengan
sepeda sederhana. Waktu pukul 9.0), kring kring... kring Bel sekolah
berbunyi tiga kali, menandakan waktu istirahat datang. Ain dan temannya
berjalan menuju kantin untuk membeli minuman dan kue. Saat melewati
ruang guru terlihat sosok seperti ayahnya, namun Ain tidak mau ketiga
kalinya salah menebak orang karena perasaaan rindunya, lagipula
perasaan Ain kepada ayahnya sudah berubah menjadi sedikit kecewa dan
benci. Langkahnya terhenti.
Ah tidak mungkin itu ayah, pasti ini perasaanku saja, karena rindu
dengan ayah. Lagi pula ngapain ayah ke kantor sekolah membatin.
Eh kenapa? temannya menoleh ke arah Ain melihat.
Oh kamu melihat orang itu? Itu ayahnya Karin teman sekelas kita,
jelas asalah satu temannya.
Memang kenapa ain? Tanya temannya.
Ah tidak apa-apa, ayo kita ke kantin keburu ramai, Ain mengelak.

Coba kalau itu ayahku yang ingin bertemu aku, betapa senangnya
hatiku, tapi tidak mungkin dalam hati Ain sambil berjalan menuju kantin.
Setiap harinya ain sudah mulai terbiasa hidup tanpa ayahnya begitu pula
ibunya.. Sudah lima hari berlalu sejak Ain dan ibu mengetahui ayah sudah
menikah lagi, sejak itu pula ayah tidak pernah menengoknya atau pulang.
Malah om Budi yang menyempatkan untuk menengok Ain dan ibunya di
rumah bersama istri dan anaknya, Nina.
Siang itu hari Rabu, tanggal 22 November 2012. Matahari sangat
terik. Tanpa disangka Ain bertemu dengan ayah nya di depan Pos sekolah.
Itu memang ayah iya, itu memang ayah. Dalam hatinya.
Papa.. papa, Karin berteriak dan berlari menuju ayah Ain dan
mereka berpelukan. Ain terkaget dalam berdirinya. Ia terdiam dan
berubah meyakinkan dirinya bahwa itu bukan ayahnya, tapi itu papanya
Karin. Namun itu berlawanan dengan kenyataan, itu memang ayah Ain.
Ain menghampiri Karin dan orang tua itu, ternyata benar itu ayah Ain.
Hatinya bertanya-tanya.
Ayah Ain lirih.
Ain sahut ayahnya terbengong.
Ini benar ayah? Ain tidak percaya.
Papa kenal dengan Ain? Karin bingung.
Kenalkan ini papa aku ain, dan aku memanggilnya papa bukan ayah
jelas Karin dengans sedikit bingung mendengar perkataan Karin, Ain
langsung tertunduk lesu dan meneteskan air mata sambil berlari
meninggalkan Karin dan papa barunya yaitu ayah Ain.
Ain Ain Ain teriak ayahnya.
Papa papa kenal dimana dengan ain? Tanya Karin bingung.
Karin, ain itu anak papa bersama isrtri papa yang dulu. Jelas ayah
dengan lirih.

Apa !! jadi Kari kaget dan tidak percaya Ain yang mengetahui
semua ini langsung berlari ke kelas dan mengambil tas tanpa takut
dengan guru pengawas karena jam pelajaran masih berlangsung, namun
Ain tidak kuat dengan kenyataan yang ia ketahui, ayahnya yang selama
ini ia tunggu dan meninggalkannya tanpa kabar, lalu ternyata ayahnya
sudah menikah dan mempunyai anak dan anaknya adalah Karin teman
sekelasnya. Betapa mirisnya hati anak sekecil itu , mengerti semua
masalah itu .
Jadi ternyata ayahku adalah papa temanku? Ain membatin.
Sesampainya di rumah Ain langsung menceritakan semua kejadian di
Sekolah kepada ibunya ,ibunya menangis melihat ain yang harus
menerima imbas dari kegagalan rumah tangganya .
Ain dengar ibu, kita lupakan sumua tentang ayah ,tapi jangan
membenci ayahmu , bagaimanapun juga dia adalah ayahmu, yang
membesarkanmu, jelas ibu. Sekarang ain adalah nafas ibu ,Ain harus
bias menjalani semua ini dengan ikhlas , masih ada ibu disini ,ibu cinta
kamu karena Allah, ibu mencoba tegar di depan Ain, Ain juga mulai
menerima penjelasan ibunya .
Ibu sudah bercerai dengan ayahmu, sekarang kamu harus ikhlas bila
ayahmu adalah papa teman kamu, Karin, jelas ibu lagi.
Iya bu .. aku cinta ibu ihklas karena Allah , sambil mengusap air
mata , memeluk ibunya dengan erat dan berharap semua masalah
keluarganya sudah berakhir.

Anda mungkin juga menyukai