ISI
2.1.
tubuh sekitar 16% dari berat badan orang dewasa. Secara structural, kulit
adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari epidermis, dermis, dan
subkutis. Perubahan seperti keriput, atropi dan kendur ini pada prinsipnya
terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsic (alami) dan penuaan
ekstrinsik (lingkungan). Kulit berperan penting dalam termoregulasi dan
adaptasi terhadap lingkungan. Kulit juga bertindak sebagai organ eksresi,
sekresi, absorpsi, dan akumulasi (Stanley, 2006).
tetapi status barrier air tampaknya tetap terpelihara yang berakibat pada
penampilan kulit yang kasar dan kering (Balin & Pratt, 1989 dalam Stanley,
2006).
Bagian epidermis mengalami perubahan ketebalan seiring dengan proses
penuaan seseorang. Namun, terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel,
jumlah sel basal yang lebih sedikit, dan penurunan jumlah dan kedalaman
persimpangan dermal-epidermal yang dibentuk oleh penonjolan epidermal
dari lapisan basal yang mengarah ke dalam dermis. Pendataran dari
persimpangan dermal-epidermal mengakibatkan kulit dapat mengelupas akibat
penggunaan plester, kulit juga mudah terpisah dan mengalami kerusakan.
Selain itu, melanosit mengalami penurunan. Melanosit adalah sel epidermis
yang memberikan warna kulit dan memberikan lapisan pelindung terhadap
radiasi ultraviolet. Mulai sekitar usia 25 tahun, jumlah melanosit yang aktif
menurun sebesar 10% sampai 20% setiap decade (Miller, 2012). Penurunan
melanosit menyebabkan rambut manusia beruban, pigmentasi kulit yang tidak
merata, serta berkurangnya perlindungan dari sinar UV. Sel Langerhans yang
juga menurun menyebabkan respon terhadap pemeriksaan kulit berkurang
(Stanley, 2006).
Pada saat manusia mengalami proses penuaan, volume dermal mengalami
penurunan, dermis menjadi tipis, dan jumah sel biasanya menurun.
Konsekuensi fisiologis dari perubahan ini termasuk penekanan timbulnya
penyakit kulit, penutupan dan penyembuhan luka lambat, penurunan
termoregulasi, penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorpsi kulit
terhadap zat-zat topikal. Serabut elastik dan jaringan kolagen secara bertahap
dihancurkan
oleh
enzim-enzim,
menghasilkan
adanya
kantung
dan
dan dermis berisi lebih sedikit fibroblast, makrofag, dan sel batang. Secara
visual, kulit tampak pucat dan kurang mampu untuk melakukan termoregulasi,
berisiko mengalami hipertermia dan hipotermia.
Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan seiring penuaan, hal ini
turut berperan lebih lanjut terhadp kelemahan kulit dan penampilan kulit yang
kendur diatas tulang rangka. Penurnan lapisan lemak terutama dapat dilihat
secara jelas pada area wajah, tangan, kaki dan betis. Pembuluh darah jadi lebih
terlihat dan lebih jelas, serta jaringan menjadi lebih cenderung untuk
mengalami trauma. Tumpukan lemak cenderung meningkat pada abdomen
baik pria dan wanita, sama seperti halnya bagian paha pada wanita (Montagna
& Carlsile, 1990 dalam Stanley, 2006)
2.3.
paparan
sinar
matahari,
stress
emosional,
dan
untuk
bekerja
ataupun
menghabiskan
waktu
luang
naproxen,
neomycin,
penicillin,
pseudoephedrine,
2.4.1
thrombosispembuluhdarahkecil,penurunansuplaioksigenyanglebih
lanjut,danjaringanakanmulaimengalamiulserasi(Stanley,2006).
Ulkusdekubitusdibagimenjadiempattahap(Miller,2012).Tahap
pertama,kulitmasihutuhnamunkemerahandanpucatpadasatudaerah
terfokus.Tahapkedua,lukamulaiterbukanamunmasihdangkal,tidak
bernanah,danberwarnamerahhinggamerahmuda.Tahapketiga,luka
semakindalamditandaidenganhilangnyajaringankulityangtebalserta
dapatberairataubernanahtetapihaltersebuttidakmenutupikedalaman
luka. Tahap keempat, luka semakin dalam ditandai dengan terlihatnya
tulang, tendon, atau otot. Jika hingga pada tahap empat tidak segera
ditanganidapatmeningkatkanrisikoterkenaosteomyelitis.
2.4.2.2 Kanker Kulit
Kanker kulit, yang didefinisikan sebagai pertumbuhan abnormal
sel-sel kulit, adalah jenis yang paling umum yang dapat dicegah dari
kanker. Lansia sangat rentan terhadap dua jenis yang paling umum dari
kanker kulit, terutama karena efek kumulatif dari paparan sinar matahari.
Karsinoma sel basal, yang merupakan jenis yang paling umum dan jarang
bermetastasis, timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut,
kekambuhan umum terjadi, biasanya muncul di area tubuh yang sering
terpajan sinar matahari, seperti kepala dan leher, dan tampak sebagai
nodul kecil. Karsinoma sel skuamosa, jenis yang paling umum kedua,
biasanya terjadi pada kulit yang rusak akibat terbakar sinar matahari,
tampak sebagai tumor kulit yang kasar dan me-ngalami penebalan,
asimtomatik dan mungkin terjadi perdarahan, ditemukan pada area kepala,
leher, dan lengan bagian dorsal.
Melanoma merupakan jenis kanker kulit yang paling serius atau
parah berasal dari melanosit. Kejadian melanoma telah secara bertahap
meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dengan laki-laki yang lebih
tua yang menjadi proporsional peningkatan (Tucker, 2009 dalam Miller,
2011). Melanoma adalah kanker kulit yang paling mungkin untuk
bermetastasis dan menyebabkan kematian, dengan hampir tiga perempat
dari seluruh kematian melanoma terjadi pada orang berusia 55 tahun dan
lebih tua (Geller, 2009 dalam Miller, 2011). Deteksi dini dan pengobatan
penting untuk meningkatkan hasil dari semua jenis kanker kulit, dan
perawat memiliki peran penting dalam menilai dan mengajarkan lansia
tentang kanker kulit. Usia lanjut meningkatkan risiko untuk semua jenis
penyakit kulit termasuk kanker kulit. Paparan sinar UV, merupakan faktor
risiko yang sangat berhubungan dengan kanker kulit. Penelitian
menunjukkan bahwa paparan sinar matahari yang kronis, merupakan
jenis risiko untuk melanoma dari paparan berlebihan intermiten (Berwick
& Erdei, 2009 dalam Miller, 2011).
2.5 Pengkajian Kulit Lansia pada Masalah Ulkus Dekubitus
Pengkajian pada integument pada lansia dapat diawali dengan
pengkajian anamnesis. Pengkajian ini dilakukan untuk melihat sejauh pada
lansia memahami tentang persepsi masalah integument yang dialaminya,
faktor-faktor yang berkontribusi pada gangguan integument, dan kebiasaan
perawatan diri yang biasa dilakukan oleh lansia. Beberapa informasi penting
untuk diketahui perawat dalam anamnesis ini, diantaranya ialah pemenuhan
cairan, status nutrisi, serta mobilitas dan keamanan lansia (Miller, 2012).
Pengkajian selanjutnya ialah observasi kulit, rambut, dan kuku. Saat
mengobservasi kulit lansia, perawat perlu memerhatikan warna kulit, turgor
kulit, kelembapan kulit, kondisi kulit secara menyeluruh, dan tanda-tanda
kemungkinan adanya kondisi patologis pada lansia. Pada pengkajian ini,
perawat juga perlu memerhatikan kultural pada klien, misalnya pada lansia
Asia atau Afrika biasa terdapat tanda-tanda kebiruan pada tangan, paha, dan
abdomen yang dapat disalah artikan perawat sebagai memar (Miller, 2012).
Jika saat pengkajian kulit pada lansia terdapat lesi, perawat perlu
mengkaji lesi karakteristik lesi tersebut. Tanda-tanda bahwa lesi pada kulit
lansia membutuhkan pengkajian tambahan ialah jika terdapat adanya
kemerahan, pembengkakan, kehitaman, nyeri, dan berkembang secara
irregular. Selain itu, perlu dikaji juga besarnya lesi, warna, lokasi, bentuknya
macular (datar) atau popular (timbul), di superfisial atau penetrating,
memiliki tepi atau tidak, serta apakah ada tanda-tanda inflamasi. Hal ini
dikarenakan lesi pada lansia memiliki ciri-ciri khusus yang dapat merujuk
pada penyakit tertentu (Miller, 2012)
Salah satu gangguan pada kulit yang sering diderita pada lansia ialah
dekubitus. Pada umumnya, dekubitus banyak diderita pada lansia dengan
riwayat diabetes meilitus. Namun, menurut Zaine et.al (2016), dekubitus
pada lansia banyak diderita oleh lansia laki-laki dengan BMI normal dan
tanpa riwayat diabetes meilitus. Pada penelitian yang dilakukannya pada
tahun 2011 di Foot Wound Clinic, Australia, menemukan bahwa penyebab
dekubitus pada lansia berumur lebih dari 78 tahun tanpa riwayat diabetes
meilitus disebabkan karena riwayat hipertensi dan terjadi pada lansia dengan
status sosioekonomi yang rendah dengan kebersihan diri yang kurang (Zaine
et.al, 2016). Hal ini terindikasi bahwa dekubitus pada lansia ini dikarenakan
perawatan yang kurang, sehingga diperlukan pengkajian untuk deteksi dini
dekubitus pada lansia.
ataupun otot belum terlihat dengan luka terlihat seperti terowongan. Tingkat
4 dekubitus memiliki ciri-ciri luka pada jaringan lebih dalam dengan
terlihatnya tulang, tendon, atau otot dan luka tanpa memburuk. Pada tingkat
terakhir atau unstageable, dekubitus terlihat dengan luka berwarna tan,
coklat, atau hitam dengan jaringan mati berwarna kuning,tan,abu-abu,hijau,
atau coklat (Riechel, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., dan Erb, G. (2008). Kozier & Erbs
fundamentals of nursing: concepts, process, and practice 8th ed. New
Jersey: PearsonEducation Inc.
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice (6th
Ed.)Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Price, A. S., Wilson M. L,. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Rao, S., Banerjee, S., Ghosh, S. K., Gangopadhyay, D. N., Jana, S., & Mridha, K.
(2010). Nail Changes and Nail Disorders in The Elderly. Indian J
Dermatol.