Anda di halaman 1dari 4

Setyawati Dwi K

13680038

1. Regulasi ekspresi gen merupakan proses pengaturan dalam penterjemahan informasi


genetik. Regulasi ekspresi gen adalah suatu pengendalian gen yang berfungsi untuk
memunculkan fenotipe dari genotipe. Proses pengaturan ini dilakukan dengan cara
menghentikan produksi enzim, melalui penghentian gen penyandinya. Regulasi
ekspresi gen pada bakteri dimulai dari proses transkripsi. Ini artinya jika suatu protein
(yang dikodekan oleh gen) diperlukan, protein akan ditranskripsi. Sedangkan jika
suatu protein (yang dikodekan oleh gen) tidak diperlukan, maka protein tidak akan
ditranskripsi. Pengendalian ekspresi gen merupakan aspek penting bagi jasad hidup.
Tanpa sistem pengendalian yang efisien, sel akan kehilangan banyak energi yang
justru merugikan jasad hidup.
2. Tahap yang dijumpai pada mekanisme pengaturan ekspresi gen pada sel eukariota
adalah:
Transcriptional control = sel mengontrol protein yang dibuat dengan cara

mengontrol waktu dan intensitas seberapa sering gen tertentu ditranskripsikan.


RNA Processing control = mengontol bagaimana RNA hasil transkripsi di-

splicing atau diproses.


RNA Transport and Location Control = memilih atau menyortir mRNA
spesifik yang akan ditrasfer ke sitoplasma dan menentukan letaknya didalam

sitoplasma.
Translation Control = memilih mRNA spesifik disitoplasma yang akan

ditranslasi oleh ribosom.


mRNA degradation controlprotein activity control = Menentukan secara

selektif mRNA mana yang tetap stabil dan mana yang harus didegradasi.
protein activity control = Mengaktifkan, mentidak-aktifkan, mendegradasi,

atau mengemas molekul protein tertentu setelah protein tersebut dibuat.


Menurut Yuwono (2008), ekspresi gen pada eukariot meliputi regulasi pada level pretranskripsi, transkripsi, pasca transkripsi, dan translasi. Sedangkan menurut Gardner
dkk (1991) regulasi kerja gen eukariot diperkirakan terjadi pada level transkripsi,
pemrosesan pre-RNAd, transport RNAd, stabilisasi RNAd, translasi, pemrosesan
protein post-translasi, stabilitas protein, dan fungsi enzim. Namun data-data yang ada
pada saat ini menunujukkan bahwa ekspresi gen pada dasarnya diregulasi pada level
transkripsi dan pemrosesan pre-RNAd, karena keduanya memiliki efek terbesar
terhadap fenotip suatu makhluk hidup. Gen-gen eukariotik diregulasi oleh elemenelemen promoter yang terletak upstream (5') dari tapak inisiasi transkripsi dengan

pola yang mirip dengan regulasi gen-gen prokariotik. Gen-gen eukariotik juga
diregulasi oleh elemen-elemen cis-acting yang lebih jauh yang disebut enhancer dan
silencer. Enhancer meningkatkan transkripsi dan silencer menurunkan transkripsi gengen yang diregulasi.
3. Gen regulator adalah sebuah gen yang dapat memulai atau memblokir fungsi gen lain.
Regulator gen mengontrol waktu produksi dari berbagai bahan kimia pada manusia
dan organisme lainnya. Berfungsi sebagai pengatur ekspresi gen struktural. Produk
gen regulator ada dua macam yaitu : aktivator dan represor. Aktivator berperan dalam
pengendalian secara positif, dan represor berperan dalam pengendalian secara negatif.
Produk gen regulator bekerja dengan cara menempel pada sisi pengikatan protein
regulator pada daerah promoter gen yang diaturnya. Pengikatan aktivator atau
represor pada promoter ditentukan oleh keberadaan molekul efektor yang biasanya
berupa molekul kecil seperti asam amino, gula dan metabolit serupa lainnya. Molekul
efektor yang mengaktifkan ekspresi gen disebut induser. Sedangkan yang bersifat
menekan ekspresi gen disebut represor.
4. Sistem pengendalian positif pada gen operon, operon diaktifkan oleh produk gen
regulator, yaitu aktivator. Aktivator dapat bekerja (diaktifkan) bila ada induser.
Kemudian aktivator yang telah berikatan dengan induser akan menempel pada
operator. Dengan demikian transkripsi dapat berjalan. Transkripsi dapat dihentikan
kembali bila ada ko-represor. Ko-represor dapat berikatan dengan aktivator dan
menonaktifkan kerja aktivator. Secara skematis pengendalian positif operon dapat
digambarkan sebagai berikut :

Berdasarkan gambar dapat dijelaskan bahwa pengendalian positif operon diaktifkan


oleh produk ekspresi gen regulator. Pada gambar pertama menjelaskan bahwa gen
regulator menghasilkan suatu aktivator yang belum aktif, sehingga transkripsi tidak
bisa berjalan. Pada gambar kedua menjelaskan bahwa aktivator yang dihasilkan oleh
gen berikatan dengan protein induser sehingga aktivator akan mengalami reaktivasi
dan transkripsi pun berjalan. Pada gambar ketiga gen regulator yang menghasilkan
aktivator yang sudah aktif dan transkripsi pun berjalan. Pada gambar ke empat

menjelaskan bahwa aktivator akan berikatan dengan ko-represor sehinggan menjadi


tidak aktif, sehingga tidak akan terjadi transkripsi.
5. Pengendalian secara negatif pada operon artinya operon dinoaktifkan oleh produk gen
regulator (represor), sehingga bila represor ini menempel pada operator akan dapat
menghambat transkripsi. Operon dapat diaktifkan dengan cara diinduksi. Induksi
operon terjadi apabila ada molekul efektor dalam sel. Molekul efektor merupakan
molekul yang mengikat protein dan dapat merubah aktivitas protein. Molekul efektor
yang dapat meningkatkan aktivitas protein disebut dengan induser. Dalam hal ini
induser akan berikatan dengan represor, untuk kemudian mengubah struktur dari
represor. Hal ini mengakibatkan represor tidak dapat lagi berikatan dengan operator.
Dengan demikian transkripsi dapat berjalan. Secara skematis sistem pengendalian
negatif dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari gambar dapat dijelaskan bahwa pada pengendalian negatif dilakukan oleh protein
represor yang dihasilkan oleh gen regulator. Pada gambar satu, represor ini menempel
pada operator. Penempelan menyebabkan RNA polimerase tidak dapat melakukan
transkripsi gen-gen struktural, sehingga operon mengalami represi (penekanan).
Proses ini akan terjadi secara terus menerus selama tidak ada induser di dalam sel. Ini
disebut dengan mekanisme efisiensi seluler karena sel tidak perlu mengaktifkan
operon jika memang tidak ada induser sehingga energi seluler dapat dihemat. Pada
gambar dua, menjelaskan

jika ada induser maka, induser melekat pada bagian

represor dan mengubah struktur dari represor, sehingga mengubah allosterik


konformasi molekul represor. Hal ini mengakibatkan represor tidak dapat menempel
lagi pada operator dan represor tidak mampu menghambat transkripsi, sehingga RNA
polimerase akan terus berjalan. Pada gambar ketiga, represor yang dihasilkan pada
gen regulator tidak berikatan dengan ko-represor akan menjadi tidak aktif dan
transkripsi pun akan tetap berjalan. Terakhir pada gambar ke empat represor yang
berikatan dengan ko-represor pada sisi allosteriknya akan menghambat transkripsi.

6. Protein folding adalah proses pelipatan perotein yang termasuk dalam struktur
sekunder protein, di mana pada struktur ini terdapat struktur dua dimensi protein
sehingga dapat terjadi lipatan (folding) yang beraturan seperti -helix, -sheet, turn
dan random karena adanya ikatan hidrogen di antara gugus-gugus polar dari asam
amino dalam rantai protein tersebut. Protein yang merupakan rangkaian dari asamasam amino ini harus mengalami pelipatan (folding) untuk dapat mencapai struktur
aslinya, karena protein hanya dapat berfungsi jika mempunyai struktur asli tersebut.
7. Mutasi gen yang terjadi pada gen regulator dapat menyebabkan kinerja gen regulator
tidak optimal atau bahkan tidak dapat bekerja sama sekali. Ketika kinerja gen
regulator tidak maksimal maka gen tersebut tidak dapat memicu aktifnya gen
penyandi A. Gen regulator yang mengalami mutasi, tidak dapat di transkripsikan di
dalam ribosom, yang berakibat pada gagalnya transkripsi gen penyandi A. Dengan
demikian, sifat dari gen A tidak dapat diekspresikan.

Anda mungkin juga menyukai