Anda di halaman 1dari 1

Desentralisasi dan akselerasi kemakmuran

Satu tahanpan besar dalam perjalanan demokrasi bangsa ini telah dilewati
dengan baik, Pilkada serentak pada 9 Desember 2015 yang lalu merupakan
terobosan penting dalam agenda pematangan demokrasi bangsa Indonesia.
Pilkada serentak memang masih di warnai dengan berbagai kegaduhan dan
gugatan di Mahkamah Konstitusi serta penundaan pilkada di beberapa wilayah,
namun secara keselurahan dari rencana pemilihan kepala daerah di 261 wilayah
yakni 8 provinsi serta 170 kabupaten dan 26 kota secara substansi
permasalahan tersebut tidak mengurangi substansi agenda pelaksanaan pillkada
serentak di negeri ini.
Februari ini kepala daerah yang menjadi pemenang dalam kontestasi pilkada
serentak akan di lantik, sebelumnya Jumat 12 Februari 2016 7 Gubernur terpilih
sudah terlebih dahulu di lantik oleh presiden joko Widodo di istana negara.
Kepala daerah yang menjadi pemenang dalam kompetisi politik lokal sebagai
bagian dari desentralisasi, tidak boleh hanyut dalam euforia kemenangan, tugas
besar menanti seorang kepala daerah dalam mewujudkan cita cita dari
desentralisasi yakni persoalan peningkatan kemakmuran masyarakatnya.
Dengan semakin besarnya wewenang yang didapatkan oleh seorang kepala
daerah dari legitimasi pemilihan langsung seharusnya yang dibangun dalam pola
pelaksanaan pemerintahaan adalah untuk menciptakan pemerataan ekomoni
dan mengangkat warga daerahnya dari garis kemiskinan.
Pemimpin Komunikatif
Kepala dearah dalam bingkai bernegara merupakan perpanjangan tangan dari
pemerintah pusat, namun keadaan ini tidak serta merta menjadikan kepala
daerah terjebak dalam logika sebagai distribusi kekuasaan birokratif dan
kekuatan politik dari pusat ke tingkat lokal.
Saat ini Kota dan Kabupaten bisa langsung menerima dana alokasi umum (DAU) ,
dana alokasi khusus (DAK) dan dana tugas pembantuan dari pemerintah pusat
dan juga pemerintah kabupaten / kota bisa dengan langsung kepada pemerintah
pusat mengajukan usulan perencanaan pembangunan daerahnya ke pemerintah
pusat, kewenagan ini tentu saja menjadi modal penting bagi akselerasi
pembagunan di daerah.
Kepala daerah dituntut kejeliannya dalam hal membangun komunikasi dan
jaringan ke pusat, tentu hal ini bukanlah hal yang mudah apalagi ketika kepala
daerah terpilih berasal dari partai politik yang berbeda dari pemerintah pusat,
perbedaan partai politik tentu saja mengakibatkan kepentingan politik yang
berbeda, untuk itu diperlukan suatu forum yang memfasilitasi pertemuan antara
kepala daerah dan pemerintah pusat agar terjadi sinkron antara pemerintah
pusat dan daerah.
Pemimpin pendobrak

Anda mungkin juga menyukai