Anda di halaman 1dari 12

PENCEGAHAN ANCAMAN KONFLIK ANTAR SUKU DENGAN

PENANAMAN PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas UTS
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Disusun oleh :
Sanya Nabiela Nuraida

145150407111014

Dosen Pengampu

Ngesti D. Prasetyo, S.H, M.H.

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................

1.3 Tujuan ...............................................................................................

1.4 Manfaat .............................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Peraturan persatuan dan keutuhan Bangsa.........................................

2.2 Persatuan bangsa menurut pancasila sila ke-3...................................

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Faktor-faktor penyebab konflik antar suku........................................

3.2 Dampak konflik bagi keutuhan bangsa..............................................

3.3 Pencegahan konflik dengan penananman pendidikan pancasila.......

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................

12

4.2 Saran .................................................................................................

12

Daftar Pustaka .........................................................................................

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki keanekaragaman baik ras,
agama, bahasa, suku maupun adat istiadat, kondisi ini merupakan kekayaan bangsa
yang membedakan dari bangsa lainnya. Keanekaragaman juga mengandung potensi
konflik yang jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan ketidakpuasan dan
perbedaan kepentingan dan berujung pada perpecahan bangsa.
Tak jarang konflik yang berlangsung tersebut menyebabkan terjadinya
pertumpahan darah pada pihak-pihak yang bertikai. Meski pun seringkali sumber
penyebab konflik itu sendiri hanya berawal dari masalah sepele. Fanatisme kesukuan
yang tinggi membuat permasalahan sepele tersebut berubah menjadi konflik massal.
Rasa solidaritas sempit dan pola pemikiran yang dangkal membuat mereka tidak
berpikir panjang dalam menyikapi permasalahan yang timbul tersebut. Oleh karena
itu, proses penyelesaian masalah pun seringkali dilakukan dengan cara kekerasan
tanpa mengedepankan dialog dari pihak yang bertikai.
Permasalahan antara suku di Indonesia ini terjadi sejak masa penjajahan
Belanda. Hal ini disebabkan oleh keadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam suku bangsa. Masing-masing suku memiliki tata budaya yang berbeda satu
sama lain. Tidak semua suku yang ada di Indonesia memiliki pemikiran yang sama.
Banyak dari suku-suku tersebut yang masih meninggikan kepentingan sukunya,
sehingga tingkat toleransi terhadap suku yang lain hanya sedikit.
Penanaman pancasila yang kurang juga menyebabkan sedikitnya pengetahuan
terhadap pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sudah baran tentu
oleransi antar suku akan sulit dilakukan jika penanaman pancasila tidak terapkan oleh
semua suku di Indonesia. Konflik antar suku tidak hanya akan meugikan suku yang
saling berseteru namun, juga akan merugikan orang-orang yang takbersalah maupun
negara yang akan menyebabkan kerugian materil, korban luka maupun tewas dan
guncangan bagi psikis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja factor-faktor penyebab konflik antar suku?
1.2.2 Apa dampak konflik antar suku bagi keutuhan bangsa dan Negara?
3

1.2.3

Bagaimana solusi pencegahan konflik antar suku dengan penanaman


pendidikan pancasila?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui factor-faktor pngyebab konflik antar suku.
1.3.2 Untuk mengetahui dampak konflik bagi keutuhan bangsa.
1.3.3 Upaya pencegahan konflik antar suku dengan pendidikan pancasila.
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah konfik anatar suku di Indonesia
dengan penanaman pendidikan pancasila dan bagaiman penanganannya jika telah
terjadi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Peraturan persatuan dan keutuhan Bangsa
Menurut ketetapan mpr nomor V/MPR/2000 tentang pemantapan persatuan
dan kesatuan nasional. Ketetapan MPR ini berisi :
a. Bahwa atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 mempunyai
ciri khas, yaitu kebinekaan suku, kebudayaan, dan agama yang menghuni dan
tersebar di belasan ribu pulau dalam wilayah Nusantara yang sangat luas,
terbentang dari Sabang sampai Merauke, dan disatukan oleh tekad: satu tanah
air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan, yaitu Indonesia, serta dilandaskan
pada Pancasila sebagai dasar Negara.

b. Bahwa kebinekaan tersebut di atas menjadi faktor yang sangat menentukan


dalam perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia, masa lalu, masa kini, dan
masa depan.
c. Bahwa perjalanan bangsa Indonesia telah mengalami berbagai konflik, baik
konflik vertikal maupun horizontal, sebagai akibat dari ketidakadilan,
pelanggaran hak asasi manusia, lemahnya penegakan hukum, serta praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
d. Bahwa globalisasi yang digerakkan oleh perdagangan dan kemajuan
teknologi telah melancarkan arus pergerakan orang, barang, jasa, uang, dan
informasi, serta telah memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, tetapi jika tidak
diwaspadai dapat menjadi potensi yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
e. Bahwa untuk itu perlu ada kesadaran dan komitmen seluruh bangsa untuk
menghormati

kemajemukan

bangsa

Indonesia

dalam

upaya

untuk

mempersatukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi


tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Menuju masa depan
yang lebih baik.
f. Bahwa sehubungan

dengan

itu

perlu

adanya

Ketetapan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang Pemantapan Persatuan


dan Kesatuan Nasional.
2.2 Persatuan bangsa menurut pancasila sila ke-3
Sila

ke-3

yang

berbunyi,

persatuan

Indonesia

mempunyi

maksud

mengutamakan perstuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang


mempunyai perbedaan agaa, suku, bahasa dan budaya. Sehinga dapat disatukan
melali sila ini, berbeda-beda tetapi tetap satu jua yang biasa disebut Bhineka Tunggal
Ika. Persatuan Indonesia menutamakan kepentingan dan keselamatan Negara
dibandingkan kepentingan golongan pribadi ataupun kelompok. Sila ke-3
mengnginkan kita ntk menciptakan kerukunan kepada rakyat.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor-faktor penyebab konflik antar suku
Faktor penyebab dari koflik antar suku sebagai berikut :
1. Sejarah masa lalu.
Dimana pada masa lalu kehidupan antar suku diwarnai persaingan yang
berujung pada konflik untuk memperebutkan status dan juga gengsi. Hal ini
terbawa hingga ke masa kini karena pengaruh budaya di masa lalu. Banyak suku
yang mengganggap sukunya lebih baik karena pada masa lampau nenek moyang
mereka merpakan penguasa pada suatu daerah.
2. Kecemburuan ekonomi.
Biasanya, suku pendatang yang mampu meraih keberhasilan di bidang
ekonomi akan menimbulkan kecemburuan pada penduduk asli. Akibatnya, terjadi
gesekan karena menganggap bahwa suku pendatang merebut potensi ekonomi
yang seharusnya mampu menyejahterakan suku asli. Kebanyakan suku pendatang
sudah emiliki pengetahuan yang lebih disbanding suku asli dalam mengolah
sumber daya pada daerah tertentu.
6

3. Rasa fanatisme sempit.


Ini menyebabkan ada perasaan bahwa kepentingan kelompok harus dibela,
terlepas dari posisi benar atau salah.
4. Perbedaan kepentingan antara individu.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang
orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.
Para tokoh masyarakat menanggap

hutan

sebagai

kekayaan

budaya

yang

menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang .

Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai

penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha
kayu, pohon- pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan
uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah
bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga
akan

mendatangkan

konflik

sosial

di

masyarakat.

Konflik

akibat

perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok
dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang
terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan
pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta
volume usaha mereka.
5. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan
itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
7

nilai-nilai

lama

pada

masyarakat

tradisional

yang

biasanya

bercorak

pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai


yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak
kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan

bergeser

menjadi

hubungan

dalam organisasiformal perusahaan. Nilai-nilai

struktural

yang

kebersamaan

disusun
berubah

menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung


tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat
atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

3.2 Dampak konflik bagi keutuhan bangsa


Dampak konflik antar suku bagi keutuhan bangsa :
1. Menimbulkan hilangnya rasa aman.
Masyarakat yang tinggal di kawasan konflik akan selalu dihantui ketakutan
apabila konflik kembali muncul, ini dikarenakan konflik akan menyebabkan tindakan
criminal yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
2. Hilangnya persatuan bangsa.
Dengan konflik antar suku tersebut, maka persatuan bangsa akan hilang
karena masing-masing pihak enggan untuk diajak bersatu. Dengan perbedaan yang
terjadi akan menyebabkan perselisihan pendapat antar suku.
3. Rusaknya tata kehidupan.
Konflik membuat masyarakat kehilangan kesempatan untuk bekerja, mencari
nafkah atau mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan sebagaimana

mestinya. Keadaan lingkungan yang tidak mendukug karena hilangnya rasa aman
menyebabkan kurangnya kehidupan sosial antar individu.
4. Kegiatan ekonomi terhambat.
Ketika terjadi konflik akan otomatis kegiatan ekonomi terhenti, ini akan
membuat aspek-aspek kehidupan lain terhenti, seperti jual-beli.
3.3 Pencegahan konflik dengan penananman pendidikan pancasila
Bangsa Indonesia yang bersifat majemuk, terdiri atas berbagai agama, suku
bangsa, adat istiadat, bahasa daerah,

menempati wilayah dan kepulauan yang

sedemikian luas, maka tidak mungkin berhasil disatukan tanpa alat pengikat. Tali
pengikat itu adalah cita-cita, pandangan hidup yang dianggap ideal yang dipahami,
dipercaya dan bahkian diyakini sebagai sesuatu yang mulia dan luhur.
Perbedaan itu tidak akan mungkin dapat dipersamakan. Apalagi, perbedaan
itu sudah melewati dan memiliki sejarah panjang. Akan tetapi, masing-masing
individu yang berwarganegara Indonesia haruslah sudah berjanji dan berekrar akan
membangun negara kesatuan berdasarkan Pancasila itu. Mereka yang berbeda-beda
dari berbagai aspeknya itu dipersatukan oleh cita-cita dan kesamaan idiologi bangsa
ialah Pancasila.
Sekarang ini banyak orang yang meninggalkan pancasila, bukan hanya tidak
menerapkannya, ingat apa saja pancasilapun sudah dikatakan bagus. Ini lah yang
mendasari adanya perpeahan antar individu, karena mereka tiak memiliki visi dan
misi yang sama demi membangun ngara Indonesia tercinta. Visi dan misi yang hanya
mementingkan beberapa kelompok maupun golongan tertentu ini pastnya dapat
menyebabkan ketidak seimbangan kebutuhan antar individu.
Disini pendidikan pancasila sangat dibutuhkan, pancasila mengajarkan
bagaimana seorang warga Negara harus bertindak agar tidak menimbulkan
perpecahan dan saling iri antar kelompok maupun individu. Pancasila adalah sebagai
tali pengikat bangsa yang harus selalu diperkukuh dan digelorakan pada setiap saat.
Bagi bangsa Indonesia melupakan Pancasila, maka sama artinya dengan melupakan
kesepakatan dan bahkan janji bersama itu.
9

Oleh sebab itu, Pancasila, sejarah dan filsafatnya harus tetap diperkenalkan
dan diajarkan kepada segenap warga bangsa ini, baik lewat pendidikan formal
maupun non formal. Pancasila memang hanya dikenal di Indonesia, dan tidak dikenal
di negara lain. Namun hal itu tidak berarti, bahwa bangsa ini tanpa Pancasila bisa
seperti bangsa lain. Bangsa Indonesia memiliki sejarah, kultur, dan sejarah politik
yang berbeda dengan bangsa lainnya. Keaneka-ragaman bangsa Indonesia
memerlukan

alat

pemersatu,

ialah

Pancasila.

Penanaman moral melalui seruan agama sudah banyak dilakkan oleh guru
disekolah maupun para dai, namun penanaman melalui pancasila yang merupakan
dasar Negara masih kurang diserukan, ini juga menyebabkan berbai kelompok
mementingkan golongannya sendiri dibandingkan kepentingan besama. Pengalaman
para pahlawan membentuk pelajaran yang tak kalah besar peranannya dalam
pembentukan moral telah teruang pada pancasila.
Pembentukan moral siswa melalui penanaman semangat nasionalisme
merupakan tanggung jawab semua kalangan masyarakat. Tidak hanya di bangku
sekolah sebagai lembaga pendidikan, penanaman rasa nasionalisme dapat dimulai dari
lingkungan tempat tinggal mereka. Misalnya, sering kali memperdengarkan lagu-lagu
nasional di rumah atau lingkungan masyarakat dapat mempertebal rasa nasionalisme.
Upaya mempertebal rasa nasionalisme juga dapat dilakukan dengan
penayangan film sejarah perjuangan bangsa di televisi. Karena ternyata media televisi
lebih menarik anak dari pada ceramah yang dilakukan guru dan pemuka masyarakat.
Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak mengerti betapa berat perjuangan bangsa ini
untuk mencapai kemerdekaan.
Upaya lain misalnya dengan mengajak siswa dan memperkenalkan tempattempat bersejarah seperti museum, mengakrabkan nama-nama dan gambar pahlawan
pejuang bangsa, atau mengajak siswa berziarah ke taman makam pahlawan. ziarah ke
makam pahlawan perlu dilakukan agar anak-anak menghargai jasa pahlawan dan
menumbuhkan jati diri mereka sejak dini. Jadi sebenarnya penanaman pendidikan
pancasila idak harus serta merta diberikan oleh guru dirumah, namun juga didukung
leh lingkgan sekitar agar menjadi kebiasaan yang melekat pada setiap individu.
Sehigga dapat mencegah adanya konflik antar individu maupun kelompok.

10

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembentukan moral siswa melalui penanaman semangat nasionalisme
merupakan tanggung jawab semua kalangan masyarakat. Tidak hanya di bangku
sekolah sebagai lembaga pendidikan, penanaman rasa nasionalisme dapat dimulai dari
lingkungan tempat tinggal mereka. Misalnya, sering kali memperdengarkan lagu-lagu
nasional di rumah atau lingkungan masyarakat dapat mempertebal rasa nasionalisme.
Pendidikan pancasila dapat mencegah perbedaan pendapat antar kelompok dan
individu karena setiap WNI memiliki pemikran dasar yang sama yaitu tetap menjaga
kesatuan bangsa.
4.2 Saran
Pendidikan pancasila dapat dilakukan oleh siapapun dan kapanpun, pembeian
pendidikan pancasila sejak dini dapat menanggulangi konflik maka pendidikan dapat
dimuali dari lingkungan terkecil seperti keluarga.
Jika konflik sudah terjadi diharakan bukan hanya penyelesaian hokum yang
dilakukan namun juga pembinaan baaimana hal tersebut agar tidak terjadi lagi.
11

DAFTAR PUSTAKA
https://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2013/04/22/pancasila-sebagai-perekat-persatuan-dankesatuan-bangsa/ diakases 3 Mei 2016
https://yudhislibra.wordpress.com/2010/11/16/pencegahan-dan-penanggulangan-ancamandisintegrasi-bangsa-sebagai-rasa-persatuan-indonesia-atas-dasar-bhinneka-tunggal-ika/

diakases 13

Mei 2016
http://www.slideshare.net/enoeno1/pancasila-dan-konflik-suku diakases 13 Mei 2016
http://tugassekolahbermanfaat.blogspot.co.id/2014/12/pancasila-dapat-mengatasi-konflik.html

diakases 13 Mei 2016


https://nindisabrina.wordpress.com/2014/05/28/konflik-antar-suku-bangsa/ diakases 13 Mei 2016
http://www.pusakaindonesia.org/kembali-ke-pancasila-sebagai-pemersatu-bangsa/ diakases 14 Mei

2016

12

Anda mungkin juga menyukai