Proposal Penelitian Revisi
Proposal Penelitian Revisi
PENDAHULUAN
edukasi.
Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman berharga dan menjadi
motivasi untuk dapat melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Kalkulus Gigi
Kalkulus gigi merupakan plak gigi yang termineralisasi yang kemudian
mengeras dan melekat erat pada permukaan gigi asli atau protesa gigi, dimana bagian
eksternalnya dilapisi oleh plak bakteri yang tidak termineralisasi. Kalkulus dibentuk
oleh deposisi dari kalsium dan garam fosfat dalam bakteri plak.1,2,3
Kalkulus dapat juga didefinisikan sebagai suatu massa kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam mulut. 4
Tartar adalah nama umum untuk kalkulus gigi. Istilah ini seringkali digunakan
pasien pada saat menunjukkan kalkulus. Istilah tersebut diperkenalkan oleh
Paracelsus, seorang dokter dari Swiss-Jerman, pada abad ke 16.3 Kalkulus merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal seperti gingivitis.
sedangkan permukaan lingual gigi anterior rahang bawah merupakan muara dari
duktus Wharton dan duktus Bartholin dari kelenjar submaksila dan kelenjar
sublingual.1,2,10 Kalkulus supragingiva juga dapat ditemukan di mahkota dari gigi yang
berada diluar lengkung oklusi, di gigi yang tidak digunakan (nonfunctioning teeth),
atau di gigi yang tidak terkena sikat waktu menyikat gigi.3
Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva terletak lebih ke apikal dari tepi gingiva, meluas ke arah
dasar sulkus gingiva atau ke dasar poket periodonsium 11 dan bila poket semakin
dalam akibat penyakit periodontal, maka kalkulus akan terbentuk pada permukaan
akar yang terbuka.3 Kalkulus subgingiva terletak dibawah puncak tepi gingiva
sehingga tidak akan terlihat pada pemeriksaan klinis. 1,2,7 Lokasi dan perluasan dari
kalkulus subgingiva dapat diperiksa dengan menggunakan sonde yang dimasukkan ke
dalam sulkus secara perlahan lahan
1,2
terjadi resesi gingiva, kalkulus subgingiva dapat terlihat dan diklasifikasikan menjadi
kalkulus supragingiva.1,2
Konsistensi kalkulus subgingiva lebih keras dan lebih padat serta lebih
melekat erat ke permukaan gigi dibandingkan dengan kalkulus supragingiva.1,2
Kalkulus subgingiva biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijauan. 1,2,7 Kalkulus
subgingiva dibentuk oleh mineralisasi plak subgingiva, eksudat inflamasi, dan cairan
gingiva (gingival crevicular fluid) sebagai sumber mineral utama pembentukan.5
Komponen organik dari kalkulus terdiri dari campuran dari proteinpolysaccharide kompleks, desquamated sel epithelial, leukosit, dan bermacam-macam
tipe dari mikroorganisme. 1,2
Menurut Hinrichs1,2,6, komposisi kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir
sama. Kalkulus supragingiva terdiri dari komponen anorganik sekitar 70-90% dan
sisanya merupakan kompononen organik. Kalkulus supragingiva maupun subgingiva
memiliki kandungan hidroksiapatit yang sama dengan lebih banyak kandungan
magnesium whitelockite serta kandungan brushite dan octacalcium phosphate yang
lebih sedikit. Rasio kalsium dengan fosfat lebih besar pada kalkulus subgingiva, dan
kandungan sodium yang ada meningkatkan kedalaman poket periodonsium,
sedangkan protein saliva hanya ada di kalkulus supragingiva.2,3
kompleks dari matrix oganik dan lapisan endapan yang terdiri dari kristal garam
kalsium fosfat. Pembentukan awal kristal terjadi di matrix interseluler diatas
permukaan bakteri dan akhirnya sampai pada bakteri tersebut.
Kalsifikasi dimulai pada permukaan terluar plak supragingiva dan plak
subgingiva yang melekat pada permukaan gigi. Foci yang tidak terkalsifikasi
membesar dan bersatu dengan plak membentuk massa dari kalkulus yang padat.
Kalsifikasi dapat disertai perubahan pada jenis bakteri dan kualitas dari plak.
Inisiasi dari kalsifikasi dan presentase akumulasi kalkulus bervariasi dari
orang ke orang, untuk gigi yang berbeda, dan pada waktu yang berbeda pada orang
yang sama. Seseorang dapat dikalsifikasikan berdasarkan pembentukan kalkulus yang
banyak, sedang/moderate, dan yang sedikit atau pembentukan non kalkulus. Waktu
yang diperlukan untuk mencapai level maksimum pembentukan kalkulus adalah 10
minggu sampai 6 bulan. Kemunduran dari akumulasi maksimum kalkulus disebut
sebagai reversal phenomenon, disebabkan sifat mudah terserangnya kalkulus bulky
terhadap mekanisme mekanik dari makanan dan dari pipi, bibir, dan lidah.1,2
II.5 Hubungan Kalkulus Dengan Penyakit Periodontal
Kalkulus merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal
seperti gingivitis, dimana faktor utamanya adalah bakteri plak. Kalkulus timbul akibat
pembentukan garam yang disebabkan oleh bertemunya air liur yang bersifat basa
dengan sisa-sisa makanan yang bersifat asam. Orang yang memiliki pH air liur yang
tinggi atau bersifat basa, perlu usaha yang lebih untuk menjaga kebersihan gigi
karena kalkulus akan lebih mudah terbentuk.
Umumnya kalkulus paling sering timbul di daerah gigi depan bawah dan
molar atas kiri dan kanan karena area-area tersebut berdekatan dengan muara kelenjar
air liur,8 diawali dengan terbentuknya kalkulus di bagian permukaan dalam gigi,
kalkulus lalu menjalar ke bagian depan gigi, bahkan juga bias meluas pada gigi
bagian depan atas.
Adanya kalkulus dapat menimbulkan bau nafas. Semakin banyak kalkulus
tentu akan semakin bau nafasnya. Ini dikarenakan sisa makanan pada permukaan
kalkulus yang kasar yang melekat dan sulit dibersihkan, sehingga sisa makanan akan
membusuk dan membasi dan menghasilkan bau yang tak sedap bila dicium.
Penekanan yang terus menerus akibat kalkulus pada jaringan lunak gusi di
sekitar leher gigi juga akan mengakibatkan iritasi dan peradangan. Jika kalkulus
dibiarkan lama, kalkulus akan membesar dan akan mendesak masuk kedalam sulkus
gusi yang kemudian akan terjadi peradangan akibat rusaknya jaringan pelekat antara
gusi dan gigi, dengan tanda-tanda peradangan yaitu gusi sering berdarah, gusi
bengkak, dan bisa sakit tetapi bisa juga tidak terasa sakit. Jika masalah ini dibiarkan,
lama-kelamaan gusi akan semakin longgar atau tidak melekat lagi pada gigi
kemudian gigi terasa sakit bila dipakai makan dan gigi akan goyang bahkan dapat
tercabut dengan sendirinya saat makan makanan yang keras.
permukaan gigi.
Skor 2: jika terdapat kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3
permukaan gigi tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa atau
Skor KI:
Gambar 3.
Mineralisasi
10
KALKULUS
Kalkulus
Supragingiva
Kalkulus
Subgingiva
Skor Indeks
Kalkulus
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
III.1 Kerangka Konsep
PASIEN BKGN 2014
Pemeriksaan IntraOral
III.2 Identifikasi
Rend
ah
Tinggi
11
Variabel
Variabel bebas
Variable terikat
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1 Jenis dan Desain Penelitian
12
13
Moestopo (Beragama) dalam rangka acara Bakti Sosial Bulan Kesehatan Gigi
Nasional 2014.
Subjek penelitian dipilih tidak berdasarkan kriteria tertentu dengan catatan
tidak menolak untuk dijadikan pasien.
14
PASIEN
BKGN
Laboratorium Pedodonsia
Laboratorium Konservasi
Laboratorium OS
Laboratorium OM
Laboratorium
Periodonsia
Skor Indeks Kalkulus dari
Greene dan Vermillion
Skor 1
Skor 2
Skor 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Hinrichs JE. The Role of Dental Calculus and Other Predisposing Factors In:
Carranzas Clinical Periodontology. Edisi ke 9. Philadelphia. Saunders. 2003: Hal.
182-88.
2. Hinrichs JE. The Role of Dental Calculus and Other Predisposing Factors In:
Carranzas Clinical Periodontology. Edisi ke 11. Philadelphia. Saunders. 2012: Hal.
217-22.
3. Perry, D.A, Beemsterboer, P.L. Periodontology For The Dental Hygienist. Edisi ke
3, St. Louis: Saunders Elsevier; 2007: Hal. 82-99.
15
16