Anda di halaman 1dari 17

Diagnosis dan Penatalaksanaan Diare pada Anak

Claudia Marissa
102013281
Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta 11510. Telepon : (021)5694-2051
Email : marissa.claudia@yahoo.com

Abstrak
Manusia sebagai mahluk hidup membutuhkan makanan demi melangsungkan
kehidupannya. Makanan tersebut dibutuhkan nutrisi dan vitaminnya untuk dapat digunakan
tubuh sehingga tubuh dapat berkembang. Dari mulut sampai anus makanan diproses itulah
yang dinamakan sistem pencernaan. Tanpa sistem pencernaan, tidak ada yang memproses
makanan untuk dipakai dalam tubuh. Sistem pencernaan memiliki organ-organ yang bekerja,
organ-organ tersebut mensekresikan zat-zat yang membantu pencernaan, mencerna makanan
dari molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil dan menyerap sari-sari makanan yang
masuk. Seringkali manusia memakan makanan yang tidak baik bagi tubuh dan sistem
pencernaannya sehingga menimbulkan suatu masalah dalam sistem pencernaanya sendiri.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada sistem pencernaan kita adalah diare. Penyebab
diare banyak sekali pada sekarang ini, dan makalah ini akan membahas lebih detail lagi
mengenai itu. Oleh karena itu kita harus mengerti dan menjaga makanan apa yang semestinya
kita makan dan bergizi bagi tubuh kita sehingga sistem pencernaan dalam tubuh kita pun
dapat berjalan secara optimal.
Kata Kunci : Sistem Pencernaan, Diare
Abstract
Human beings as living beings need food for the sake of life establish. Food is needed
nutrients and vitamins to the body so that the body can use to grow. From the mouth to the
anus processed food is what is called the digestive system. Without the digestive system, no
food processing to be used in the body. The digestive system has a working organs, these
organs secrete substances that aid digestion, digest food from large molecules into smaller
molecules and absorb the juices of the food intake. Often humans eat food that is not good
for the body and digestive system, causing a problem in the system pencernaanya own. One
1

problem that often occurs in our digestive system is diarrhea. Diarrhea-causing a great deal
on this now, and this paper will discuss in more detail and more about it. Therefore, we must
understand and maintain what foods we should eat and nutritious for our body so that the
digestive system in our bodies may be optimized.
Keywords: Digestive System, Diarrhea
Pendahuluan
Diare merupakan salah satu penyakit yang di derita pada sistem pencernaan kita, diare
dapat menyerang siapa saja, dari anak sampai dengan orang tua. Definisi diare sangatlah
banyak salah satunya adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari, dapat diertai
dengan darah ataupun lendir. Banyak faktor penyebab diare terutama pada anak dari makanan
yang dia makan ataupun memang adanya masalah pada usus anak tersebut.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut lagi mengenai apa itu
diare, penyebab terjadinya diare, penyebaran diare, bagaimana gejala klinis yang terjadi,
pemeriksaan-pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengambil diagnosis
penyakit ini, bagaimana penatalaksanaan baik medikamentosa maupun non medikamentosa
yang dapat dilakukan, serta pencegahan yang dapat diambil agar tidak mengalami diare.
Dengan harapan agar makalah ini dapat diterima dengan baik oleh para pembacanya dan
memberikan dampak yang positif serta ilmu yang lebih mendalam lagi.

Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah awal yang dilakukan setiap dokter terhadap
pasiennya, anamnesis dapat ditanyakan secara langsung kepada pasien tersebut (autoanamnesis) maupun terhadap keluarga (allo-anamnesis) yang bersangkutan saat pasien
tersebut datang ke pusat pelayanan kesehatan. Teknik anamnesis yang baik disertai dengan
empati merupakan seni tersendiri dalam rangkaian pemeriksaan secara keseluruhan dalam
usaha untuk membuka saluran komunikasi. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan
diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya,
termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang.1
Anamnesis pada kasus ini dilakukan secara allo-anamnesis, yaitu menanyakan kepada
orangtua anak tersebut dikarenakan anak masih kecil dan terlihat lemas, anamnesis yang baik
terdiri dari identitas dan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit
dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK), riwayat pribadi dan sosial. Ada beberapa
2

pertanyaan yang mendukung diagnosis diare pada kasus ini diantaranya menanyakan sejak
kapan timbul diarenya? frekuensi diarenya, konsistensinya, apakah ada darah, lendir,
perubahan warna? Apakah ada gejala lain seperti mual, muntah, dan demam? Apa faktor
penyebabnya, apakah dari makanannya? Sudah diobati belum sebelumnya? Serta
menanyakan kapan terakhir kali pasien anak buang air kecil serta riwayat sosialnya. Hal ini
berguna untuk menilai tingkat dehidrasi yang ada jika terjadi komplikasi dehidrasi pada diare
cair akut.2
Anamnesis harus ditanyakan dengan cermat dan tepat untuk mendukung diagnosis
yang akan ditegakkan. Oleh karena itu pada kasus ini didapatkan Anak laki-laki berumur 7
tahun, diare sejak 2 hari yang lalu dengan demam 38,5 OC, sudah meminum obat penurun
panas, diare tidak disertai darah maupun lendir, anak tidak nafsu makan dan asupan cairan
berkurang, anak tersebut terakhir miksi 4 jam yang lalu.

Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik seorang dokter perlu memperhatikan beberapa
hal, yaitu keadaan umum pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital. Setelah semua itu dilakukan
barulah seorang dokter melakukan pemeriksan fisik dengan benar agar dapat menegakkan
diagnosis secara tepat.3 Pemeriksaan umum terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Yang pertama adalah inspeksi yaitu mengamati keadaan abdomen pasien, dari
bentuk apakah ada pembengkakan, warna dan lesi kulit, kadaan pembuluh darah, dan ada
atau tidaknya pulsasi dan peristaltik pada dinging abdomen.4
Pemeriksaan fisik yang kedua yang dilakukan adalah palpasi yaitu untuk mengetahui
ada atau tidaknya nyeri, dan massa yang abnormal, adapun beberapa palpasi organ yaitu
limpa, hati dan ginjal, dan palpasi khusus yaitu appendisitis, kolesisitis dan asites. 4
Pemeriksaan fisik yang ketiga adalah perkusi yaitu untuk membantu menentukan ukuran dan
lokasi organ serta mendeteksi akumulasi cairan dan udara yang berlebihan di abdomen.
Pemeriksaan terakhir adalah auskultasi yaitu untuk mendengarkan bising usus.5 Pemeriksaan
fisik dapat dilakukan dengan mengamati mata pasien, apabila mata, bibir, lidah, turgor
kulit,serta perabaan daerah akral. Jika mata pasien cekung, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah kering, turgor kulit berkurang, dan daerah akral teraba dingin maka dapat dipastikan
anak tersebut mengalami dehidrasi yang harus segera ditangani dengan baik.
Pada pemeriksaan fisik kasus ini ditemukan beberapa hasil yaitu anak tampak lemas,
tekanan darahnya 50/60 mmHg, denyut nadi 90x/menit, frekuensi nafas 20x/menit,

temperatur 39OC, kelopak mata cekung, bibir kering pecah-pecah, turgor kulit kembali lambat
dan akral hangat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengenali patogen diare sering tidak diperlukan
karena kebanyakan sembuh dengan sendirinya. Tetapi pemeriksaan penunjang yang
sederhana yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja selalu penting,
mula-mula di perhatikan apakah bentuknya cair, setengah padat, atau bercampur darah,
lendir. Harus segera diperiksa apakah ada amoeba, cacing/telur, leukosit, dan eritrosit.
Adanya gelembung lemak memberi dugaan kearah malabsorbsi lemak dan penyakit pancreas.
Adanya eritrosit menunjukan adanya infeksi, sedangkan jika ada leukosit kemungkinan ada
infeksi dan inflamasi usus. Pemeriksaan pH tinja perlu di lakukan bila ada dugaan
malabsorbsi karbohidrat, dimana pH tinja di bawah 6, disertai tes reduksi positif menunjukan
adanya intoleransi glukosa. Pewarnaan gram perlu di lakukan untuk mengetahui diare oleh
karena infeksi bakteri, jamur, dan sebagainya. Selain itu dapat diperiksa sifat tinja berupa
volume baik itu banyak dan berbau busuk menunjukan adanya infeksi dan bila terdapat
kelainan demikian, dapat langsung di lakukan kultur tinja. Bila terdapat minyak dalam tinja
menunjukan insufisiensi pancreas, tinja pucat (steathore) menandakan kelainan di proximal
ileosekal. Diare seperti air bisa terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari traktus
gastrointestinal. Adanya makanan yang tidak tercerna di saluran cerna adalah manifestasi dari
kontak yang terlalu cepat antara tinja dengan dinding usus. Sedangkan bau asam menunjukan
adanya penyerapan karbohidrat yang tidak sempurna. Perlu di bedakan perdarahan yang
disertai diare atau perdarahan yang menyertai tinja normal. Pada colitis infeksi dan colitis
ulcerosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan yang menyertai tinja normal sperti
adanya keganasan, hemoroid, polip dan lainya. Pemeriksaan fisik tinja normal tidak selalu
menyingkirkan kelainan organik.6,7
Spesimen tinja harus ditambahkan dengan NaCl 0.9%, lalu ditambahkan dengan regen
sesuai dengan objek yang akan dideteksi. Reagen eosin digunakan untuk semua pemeriksan
kecuali amilum dan lemak, reagen lugol dapat digunakan untuk mendeteksi amilum, reagen
sudan III untuk mendeteksi adanya globul lemak, reagen benedict untuk mendeteksi adanya
glukosa.8
Selain pemeriksaan tinja dapat juga dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap
(hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar leukosit serum, ureum dan
kreatinin, pemeriksaan ELISA untuk mendeteksi giardiasis dan tes serologic amebiasis dan
fotox-ray abdomen.1
4

Diagnosis Kerja
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa anak
laki-laki 7 tahun yang mengalami diare sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi 6x/hari,
konsistensi cair dan tidak disertai darah maupun lendir serta tidak nafsu makan dan asupan
cairan yang berkurang, terakhir miksi 4 jam yang lalu. Dan anak tampak lemas, tekanan
darahnya 50/60 mmHh, denyut nadi 90x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, temperatur 39 OC,
kelopak mata cekung, bibir kering pecah-pecah, turgor kulit kembali lambat dan akral hangat.
Dapat didiagnosis bahwa anak tersebut mengalami diare cair akut dehidrasi ringan-sedang.
Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair,
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari,
dapat diertai dengan darah ataupun lendir.1
Diagnosis Banding

Disentri
Sindrom disentri terdiri dari kumpulan gejala diare dengan darah dan lendir
dalam feses dan adanya tenesmus. Darah biasanya dari dinding saluran cerna yang
luka dan sering dari sinding usus besar. Diare berdarah dapat disebabkan oleh
kelompok penyebab diare, seperti oleh infeksi virus, bakteri, parasit, Intoleransi
laktosa, alergi protein susu sapi. Tetapi sebagian besar disentri disebabkan oleh
infeksi. Penularannya secara fecal oral kontak dan orang ke orang atau kontak orang
dengan alat rumah tangga. Penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonela,
compylobacter jejui, Escherichia ( E. Coli) , dan Entamoeba histolytica. Disentri berat
ummunya disebabkan oleh shigellia dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan
oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasive E.coli (EIEC).9
Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan
biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi dan higiene perorangan yang buruk.
Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau
ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanda lendir, sakit perut yang diikuti
munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa
lemah.Pada saat tenesmus terjadi, pada kebanyakan penderita akan mengalami
penurunan volume diarenya dan mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Gejala
infeksi saluran napas akut dapat menyertai disentri. Disentri dapat menimbulkan
dehidrasi dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat, walaupun kejadiannya lebih

jarang jika dibandingkan dengan diare cair akut, Komplikasi disentri dapat terjadi

lokal di saluran cerna maupun sistemik.1,7


Intoksikasi Makanan
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai
akibat keracunan obat dan bahan kimia ). Mikroba yang menyebabkan keracunan di
antaranya Escherichia coli pathogen, Staphilococus aureus, Salmonella, Bacillus
Parahemolyticus, Clostridium Botulisme, Streptokkkus, bahan kimia ( peptisida
golongan organofosfat, organo sulfat dan karbonat), toksin, jamur, keracunan
singkong, tempe bongkrek, bayam beracun , kerang. Gejala yang paling menonjol
meliputi kram perut, demam, muntah-muntah, sering buang air besar bercampur
darah, nanah, atau lendir, rasa lemas dan menggigil, kehilangan nafsu makan.10

Epidemiologi
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang
berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes.
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 29. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di
Amerika Serikat.11
Pada negara-negara berkembang, diare banyak terjadi pada anak usia <5 tahun.
Rotavirus merupakan infeksi virus yang paling banyak didapat pada anak-anak di seluruh
dunia, dan mencatat angka 35% dari diare cair yang berat dan berpotensi fatal. Sementara
Salmonella bertanggung jawab atas seperduabelas dari total kematian pada anak usia <5
tahun akibat diare. Angka kematian akibat infeksi Shigella dysenteriae tipe 1 (bentuk paling

berat dari shigellosis) juga mengalami penurunan. Adanya penurunan tingkat kematian
merupakan akibat dari membaiknya penanganan diare dan membaiknya tingkat gizi anak dan
balita. Diare pada awal masa kanak-kanak yang terjadi berulang-ulang slema masa
pertumbuhan anak yang kritikal, terutama apabila berhubungan dengan malnutrisi, ko-infeksi,
dan anemia mungkin dapat memiliki efek jangka panjang terhadap pertumbuhan linear, fisik,
dan kognitif anak.1,12
Diare menyebar dengan cepat dalam komunitas tertutup seperti di rumah atau bangsal
perawatan rumah sakit, atau tempat penitipan anak, juga dapat banyak terjadi pada musimmusim tertentu. Faktor resiko mayor termasuk kontaminasi lingkungan dan paparan yang
banyak pada enteropatogen. Faktor resiko tambahan termasuk usia muda, imunodefisiensi,
campak, malnutrisi, dan penyapihan awal.1
Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :1
Faktor infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
a. Infeksi bakteri : Shigella sp, E.coli patogen, Salmonella sp, Vibrio cholera,
Yersinia enterocoytica, Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Proteus,
Kliebsiella, dll.
b. Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk like virus, Norwalk virus,
Cytomegalovirus (CMV), Echovirus, Virus HIV.
c. Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Cryptosporidium
parvum), Fungus (Candida)
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut (OMA), pneumonia, travellers diarrhea. Intoksikasi makanan,
makanan yang mengandung logam berat dan beracun. Alergi susu sapi atau makanan
tertentu. Dan faktor malabsorbsi atau maldigesti.
3. Adapun faktor lain yaitu imunodefisiensi, terapi obat antibiotik, kemoterapi, antasid,
dll, tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi
radiasi, dan lain-lain seperti sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik
(neuropati diabetik).

Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi atau patomekanisme sebagai
berikut :1
1. Osmolaritas intraluminal yang meninggi yang disebut diare osmotik, disebabkan
karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan
oleh obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik.
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi disebut diare sekrestorik, disebabkan oleh
meningkatnya sekresi air dan elektolit dari usus, menurunnya absorpsi. Pada diare ini
ditemukan volume tinja yang banyak sekali.
3. Malasobrsi asam empedu, malabsorpsi lemak, dikarenakan adanya gangguan
pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan
hati.
4. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit, disebabkan
adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+ K+ ATP ase di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal, disebabkan hipermotilitas dan iregularitas
motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebab gangguan motilitas antara lain diabetes melitus, pasca vagotomi dan
hipertiroid.
6. Gangguan permeabilitas usus, disebabkan permeabilitas usus yang abnormal karena
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik, disebabkan karena adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektolit kedalam lumen, gangguan absorbsi airelektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkam infeksi (disentri shigella)
atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Crohn)
8. Infeksi dinding usus disebut diare infeksi, yang sering disebabkan oleh bakteri.
Terbagi menjadi diare invasif dan non-invasif. Diare invasif disebabkan oleh bakteri
yang merusak mukosa seperti ETEC, Vibrio cholerae. Dan diare non-invasif
disebabkan oleh bakteri yang tidak merusak mukosa seperti EIEC, Salmonella,
Shigella.
Yang berperan dalam terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal
(agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari
faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain keasaman
lambung, motilitas usus dan imunitas serta lingkunga mikroflora usus. Faktor kausal yaitu
8

daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman.1
Gejala Klinis
Awalnya anak atau bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan kurang / tidak ada, timbul diare tinja cair mungkin mengadung darah / lendir,
warna menjadi kehijau-hijauan tercampur empadu, anus dan sekitarnya macet karena tinja
menjadi asam. Muntah terjadi sebelum/sesudah diare, bila banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi, berat badan turun. Pada bayi ubun-ubun besar dan cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering.13
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan
berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan
dehidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.7 Untuk lebih jelasnya mari melihat perbedaan
tingkat dehidrasi pada tabel 2 dibawah ini.13

Tabel 1. Derajat Dehidrasi


Gejala &

Keadaan

Tanda

Umum

Tanpa

Baik,

Mata

Mulut

Rasa Haus

Kulit

/Lidah

BB

cairan

<5

50 %

Dicubit

Dehidrasi Sadar

Normal,Tidak

kembali

Dehidrasi Gelisah

Haus
Tampak

cepat
Kembali

Kehausan

lambat

10

Cekung

Basah

Kering

Estimasi

turun def.

Minum

Ringan Rewel

Normal

50100
%
9

Sedang
Dehidrasi Letargik,

Sangat

Sangat

Sulit, tidak bisa Kembali

Berat

Kesadaran

cekung

kering

minum

Menurun

dan

>10

>100 %

sangat
lambat

kering
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam standar pelayanan medis kesehatan anak.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi


hiponatremia ( 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso natremia
(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.13
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul). Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.13
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada
keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.13
Penatalaksanaan
Non medikamentosa

10

Terapi rehidrasi oral


Dehidrasi harus dievaluasi secara teratur dan dikoreksi selama 4-6 jam
pertama berdasarkan derajat dehidrasi dan perkiraan kebutuhan cairan harian. Setelah
rehidrasi tercapai, terapi pemeliharaan dengan larutan rehidrasi oral harus terus
menggantikan pengeluaran yang terus berlangsung. Anak yang tidak dapat
menoleransi asupan oral atau anak dalam kondisi syok harus mendapat rehidrasi
intravena. Resiko yang berhubungan dengan dehidrasi berat dan harus mendapat
rehidrasi intravena diantara lain: usia, 6 bulan, prematur, sakit kronik, demam>38C
jika usia <3bulan atau > 39C jika usia 3-36 bulan, diare berdarah, vomitus persisten,
pengeluaran urine yang sangat sedikit, mata cekung dan tingkat kesadaran yang
menurun. Vomitus sering terjadi pada penyakit diare namun bukan merupakan
kontraindikasi bagi penggunaan rehidrasi oral dan tidak menurunkan angka
keberhasilan keseluruhan terapi rehidrasi oral.7,14,15
Penggunaan terapi rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak apapun
penyebab diare atau berapapun kadar natrium serum anak saat awitan terapi. Larutan
rehidrasi oral yang optimal harus dapat mengganti air, natrium, kalium dan
bikarbonat, dan laurtan tsb juga harus isotonik dan hipotonik. Penambahan glukosa ke
dalam larutan berguna meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan
kotransporasi natrium yang digabungkan dengan glukosa, bukan sebagi sumber
kalori. Meskipun secara umum larutan rehidrasi oral standar WHO (90mEq natrium
dan 111mmol glukosa per liter) sudah adekuat, namun cairan rehidrasi oral dengan
osmolalitas yang lebih rendah (75 mEq natrium dan 75 mmol glukosa per liter dengan
osmolaritas 245 mOsm per liter) dapat efektif untuk mengurangi kandungan
kandungan zat dalam tinja, vomitus dan kebutuhan cairan intravena tanpa menambah
resiko hiponatremia.7,14
Rehidrasi oral berbahan dasar sereal dapat diberikan pada anak yang
malnutrisi dan dapat disiapkan di rumah. Rehidrasi oral harus diberikan perlahan pada
anak dan batita terutama apabila terdapat vomitus, di mana pemberian awal dapat
sebanyak 5 ml dan semakin lama semakin banyak volumenya tergantung dari batas
yang dapat ditoleransi anak. Rehidrasi oral juga dapat diberian melalui nasogastric
tube, namun cara ini tidak lazim dilakukan. Rehidrasi oral jangan diberikan pada anak
dengan syok, ileus, intusussepsi, intoleransi karbohidrat, vomitus berat, dan volume
tinja yang banyak. Clear liquids, misalnya jus dan soda pop kuran gmengandung
natrium dan kalium untuk mengganti kehilangan akibat diare. Pencampuran larutan

11

rehidrasi oral dengan clear liquids ini harus dihindari karen ahal ini akan
mengencerkan konsentrasi natrium dan/atau kalium pada sebagian besar kasusu akan
meningkatkan kadar glukosa melebihi kadar efektif, serta menyebabkan diare semakin

parah akibat hipertonisitas dan kadar glukosanya yang tinggi.7,14


Terapi rehidrasi intravena
Anak harus ditimbang berat badannya secara berkala untuk memprediksi
kehilangan cairan tubuh yang telah terjadi (1 kg dianggap setara dengan 1L air).
Namun apabila berat badan anak normal tidak diketahui sedangkan berat badan anak
sekarang diketahui dan derajat dehidrasi dapat diperkirakan, maka untuk menemukan
berat badan normal anak dapat dipergunakan persamaan:7,14

x = berat saat dehidrasi/ 1- persen dehidrasi


Anak yang tidak dapat minum harus mendapat terapi cairan rumatan (cairan
yang menggantikan volume-volume air yang hilang di urin dan tinja normal serta
insensible loss, dan mencegah perkembangan dari dehidrasi dan defisiensi natrium
atau kalium), dan apabila dehidrasi, kebutuhan cairan yang harus diberikan akan
bertambah dan akan semakin bertambah apabila anak febris atau terdapat insensible
atau gastrointestinal loss yang meningkat. Perhitungan kebutuhan cairan semuanya
menggunakan berat badan normal anak, dimana perhitungan untuk kebutuhan cairan
rumatan adalah sbb:7
Kebutuhan cairan rumatan per hari
Tabel 1. Kebutuhan cairan rumatan per hari7
Berat badan
Cairan per hari
0-10 kg
100mL/kg
11-20 kg
1000 mL+ 50mL/kg untuk setiap kg>10 kg
>20 kg
1500 mL+ 20mL/kg untuk setiap kg>20kg*
* Total cairan maksimum per hari biasanya 2400 mL

Kebutuhan cairan rumatan per jam


Tabel 2. Kebutuhan cairan rumatan per jam7
Untuk berat badan 0-10 kg; 4 mL/kg/jam
Untuk berat badan 10-20 kg; 4 mL/kg/jam + 2 mL/kg/jam x (berat-10kg)
Untuk berat badan > 20 kg; 4 mL/kg/jam + 1 mL/kg/jam x (berat -20kg)*
* Total cairan maksimum per jam biasanya 100 mL

Pemberian makanan enteral dan pemilihan diet


12

Terapi ini dilakukan setelah rehidrasi tercapai. Meskipun permukaan brush


border usus dan enzim luminal usus juga dipengaruhi oleh anak dengan diare
berkepanjangan, didapat hasil bahwa penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak
dapat mencapai taraf optimal melalui pemberian jenis diet tertentu. Akan tetapi,
meskipun demikian, pada mayhoritas anak penyerapan karbohidrat dari ASI dan susu
formula regular tanpa pengenceran tidak menunjukkan pernurunan sehingga dapat
tetap diberikan, namun pada anak yang lebih besar sebaiknya menghindari produkproduk yang mengandung laktosa selama beberapa minggu karena sering terjadi
intoleransi terhadap bahan makanan tertentu pasca gastroenteritis. Sedangkan pada
malnutrisi serta penyakit yang berat, penghindaran bahan-bahan yang mengandung
laktosa sering dianjurkan. Cara ini dapat juga dilakukan dengan menuangkan susu ke
dalam sereal guna mengurangi kandungan laktosa atau dengan mengganti susu
dengan yoghurt, buah, dan sayuran masih dapat ditoleransi namun makanan berlemak
serta makanan yang mengandung karbohidrat simpleks dalam jumlah besar sebaiknya
dihindari. Pengurangan asupan lemak selama masa pneyembuhan dapat mengurangi
nausea dan vomitus. Densitas energi yagn terkandung dalam makanan yang
digunakan dalam terapi diare setidaknya berkisar 1 kcal/g. Bertujuan untuk
menghasilkan energi minimal 100 kcal/kg/hari dan asupan protein sebesar 2 atau 3
g/kg/hari. Selain, itu, dianjurkan pyula suplementasi pisang hijau atau pectin dalam

diet pada diare persisten.7,14


Suplementasi zink
Terdapat bukti yang kuat bahwa suplementasi zink dapat mengurani durasi dan
tingkat keparahan dari diare dan mengurani angka kematian akibat diare, WHO dan
UNICEF menganjurkan suplementasi zink oral dalam 10-14 hari selama dan setelah
diare (10 mg/hari untuk batita <6 bulan dan 20 mg/hari untuk yang berusia >6

bulan).7,14
Terapi tambahan
Penggunaan probiotik yang mengandung bakteri non-patogen (lactobacillus,
bifdobacterium) terbukti berhasil di negara-negara maju. Sacharomyces boulardii
merupakan ragi nonpatogen yang dapat digunakan untuk mengobat dan mengurangi
angka kekambuhan enterokolitis C. Difficile dan lactobacillus GG dapat mengurangi
keparahan dehidrasi rotavirus.7,14

Medika mentosa

Terapi adsorben dan pembentuk massa


13

Adsorben yang banyak digunakan adalah suspensi tanah liat atau silikat yang
tersedia dalam banyak preparat yang terdiri hanya dari tanah liat atau tanah liat
tersedia dalam banyak preparat yang terdiri hanya dari tanah liat atau tanah liat
dicampur dengan pektin dan/atau opiat antimotilitas. Contoh lain adalah magnesium
aluminium silikat aktif. Senyawa-senyawa ini jelas mengubah konsistensi tinja.
Senyawa pembentuk massa (polikarbofil, metilselulosa, benih psilium, serat kedelai
yang ditambahkan ke dalam formula bayi) juga efektif sebagai zat penormal tinja
hidrofilik. Namun pada kenyataannya penggunaan kedua senyawa ini tidak

menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehilangan air tinja total.7,14


Terapi antimotilitas
Loperamid dan difenoksilat dikontraindikasikan pada anak dengan disentri dan
tidak memiliki peranan untuk mengendalikan diare cair yang terjadi pada anak yang
sehat, juga karena efek sampingnya yang menyebabkan sedasi dan ileus serta depresi
pernafasan. Ileus yang ditimbulkan dapat memperparah infeksi yang sudah ada
terutama disentri dan penimbunan cairan sekresi di usus sehingga dapa menyesatkan

pemeriksa karena menimbulkan perasaan aman palsu terkait potensi dehidrasi.7,14


Terapi antisekretorik
Somatostatin dan analog kreotid adalah peptida inhibitorik yang merangsang
penyerapan natrium dan klorida serta menghambat sekresi klorida. Sangat efektif
dalam membasmi diare sekretorik yang berkaitan dengan tumor penghasil hormon
dan dalam mengurangi volume diare akibat AIDS. Bismut subsalisilat memilii efek
sebagai antimikroba dan antisekretorik yang efektif dalam mengurangi durasi diare
akut namun penggunaannya harus hati-hati karena kemungkinana salisilisme akut dan
kronik serta ensefalopati bismut kronik akibat pemberian yang berlebihan atau pada
penderita insufisiensi ginjal. Tinja hitam yang merupakan salah satu efek sampingnya

sering disalahartikan sebagai melena.7,14


Terapi antiemetik
Fenotiazin kurang berguna dan justru malah lebih menunjukkan efek
sampingnya seperti letargi, distonia, hiperpireksi maligna. Ondansentron merupakan
agen antiemetik yagn lebih aman dan efektif. Akibat dari vomitus persisten yang
dapat membatasi terapi oral, gunakan dosis sublingual tunggal (2 mg pada anak 8-15
kg, 4 mg pada anak lebihdari sama dengan 15-30 kg, 8 mg pada anak lebih dari 30 kg)
ondansentron yang dapat larut. Namun kebanyakan anak tidak memerlukan terapi

antiemetik, dan biasanya rehidrasi oral saja sudah cukup.7,14


Terapi antimikroba

14

Terapi antimikroba pada kasus tertentu mungkin dapat mengurangi durasi dan
tingkat keparahan dari diare dan mencegah komplikasi. Namun penggunaannya secara
berlebih dan tidak rasional dapat menyebabkan resistensi terhadap antimikroba.
Nitaxozanide, suatu antiinfektif, terbukti efektif dalam terapi berbagai jenis patogen
termasuk cryptosporidium parvum, giardi lamblia, entamoeba histolytica, blastocystis
hominis, c. difficile, dan rotavirus.7,14
Pencegahan

Mempromosikan pemberian ASI ekslusif


ASI ekslusif harus diberikan pada 6 bulan pertama kehidupan anak karena
selain mengandung semua nutrisi yang diperlukan, juga dapat memberikan kekebalan
pasif pada anak. Pemberian secara ekslusif juga berguna untuk menghindari konsumsi
makanan yang terkontaminasi. ASI juga berguna untuk meminimalisir kelainan status

nutrisi apabila diberikan pada saat diare.7,14


Meningkatkan kualitas makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI harus mulai diberikan saat anak berusia 6 bulan,
sementari ASI tetap diberikan sampai usia 1 tahun (lebih lama lagi apabila negara
berkembang). Selain itu, makanan pendamping ASI dinegara berkembang cenderung
banyak terkontaminasi sehingga dapat menyebabkan diare. Karena itu diperlukan
edukasi bagi caregiver dan juga perlu meningkatkan kebersihan penyimpanan
makanan. Suplementasi vitamin A pada masa kanak-kanak dapat mengurangi angka

kematian sebesar 34% dan mengurangi tingkat keparahan dari diare. 7,14
Imunisasi rotavirus
Dianjurkan penggunaan vaksin bovine-based pentavalent rotavirus oral secara
rutin pada batita usia 2, 4, 6 bulan. Vaksin lain yang mungkin dapat mengurangi
beban diare berat dan kematian pada anak-anak kecil adalah vaksi terhadap Shigella

dan ETEC. 7,14


Meningkatkan sanitasi air dan sarana serta mempromosikan kebersihan pribadi
Dapat dilakukan misalnya dengan mencuci tangan dengan sabun secara rutin. 7
Meningkatkan penanganan diare
Dilakukan dengan identifikasi serta terapi yang tepat. 7

Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik), hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
15

bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram), hipoglikemia, malnutrisi energi protein,


karena selain diare dan muntah, penderita mengalami kelaparan, hiponatremi, syok
hipovolemik, dan asidosis.10
Prognosis
Prognosis diare sebaiknya jangan ditentukan pada hari-hari pertama. Pengalaman
membuktikan bahwa penderita pada hari pertama digolongkan ringan, namun pada hari-hari
berikutnya dapat saja terjadi asidosis. Sebaliknya, dengan penggantian cairan yang adekuat,
perawatan yang mendukung, dan terapi antimikroba jika diindikasikan, prognosis diare
hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.10
Penutup
Diare merupakan penyakit pada sistem pencernaan yang sering terjadi pada anak-anak
maupun orang tua. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya diare. Dari skenario kasus ini
dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami diare, diagnosis didapat dari anamnesis,
gejala dan pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan. Karena diketahui bahwa anak tersebut
sudah 2 hari buang air besar dengan frekuensi 6x perharinya. Dan diketahui bahwa anak
tersebut terakhir miksi 4 jam yang lalu sebelum dibawa ke rumah sakit. kelopak mata anak
tersebut juga cekung, bibir kering pecah-pecah, turgor kulit kembali lambat dan akral hangat.
Oleh karena itu dapat didiagnosis bahwa anak tersebut mengalami diare cair akut dehidrasi
ringan-sedang. Penatalaksanaan diare dapat dilakukan secara medikamentosa dan nonmedikamentosa, serta pencegahan pun harus segera dilakukan. Apabila penatalaksanaan pada
pasien yang mengalami diare secara cepat dan tepat, dapat terhindarnya morbiditas dan
mortalitas yang minimal. Oleh karena itu, baiklah kita menjaga kebersihan lingkungan dan
diri kita, agar sistem pencernaan kita tetap sehat dan berfungsi secara optimal.

Daftar Pustaka
1. Setiati S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I-II. Ed 6. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.h.125-33, 1899-1902.
2. Wiku A. Faktor resiko diare pada bayi dan balita di Indonesia. Jakarta : Universitas
Indonesia; 2007.h.1-10.
3. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes
Indonesia; 2004.h.1-4.
16

4. Rubenstein D, et al. Lecture notes : kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2007.h. 38-40.
5. Morton PG. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Ed 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.h.264.
6. Welsby. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC;2008.
7. Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. Ed 18. Philadelphia: Elesevier
Saunders; 2007.
8. World Health Organization. Hospital care for children : Guidelines for the
management of common illness with limited resources. Geneva: WHO; 2013.
9. Yatim F. Macam-macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor; 2001.h.39.
10. Smith, Walker JA. Masalah pediatri di bidang gastroenterologi tropis dalam problem
gastroenterologi daerah tropis. Jakarta: EGC; 2008.h.113-41.
11. Nelson. Gastroenteritis dalam nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. USA:
Saunders an Imprint of Elsevier Science; 2008.h.53-64
12. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam volume 1. Edisi 13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG;2000.
13. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam standar pelayanan medis kesehatan
anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011.h.85-7.
14. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD, editor. Buku ajar pediatric rudolph. Edisi
ke-20. Jakarta: EGC;2007.
15. Corinaldesi R, Stanghellini V, Barbara G, Tomassetti P, De Giorgio R. Clinical
approach to diarrhea. Internal and Emergency Medicine 2012 10;7:255-62.

17

Anda mungkin juga menyukai