PENATALAKSANAAN
PERTUSIS PADA ANAK
Claudia Marissa
102013281
Skenario 8
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun
dibawa ibunya ke puskesmas karena batuk sejak
2 minggu yang lalu. Saat batuk anak menjadi
kesulitan bernafas karena batuk terus-menerus
yang tidak kunjung berhenti, wajah menjadi
merah-kebiruan, kadang disertai bunyi saat anak
berusaha menarik nafas. Diantara episode batuk,
anak tampak baik-baik saja. Selain itu anak juga
mengalami demam naik-turun tapi tidak terlalu
tinggi
Rumusan Masalah
Perempuan berusia 4 tahun dibawa ibunya ke
puskesmas karena batuk sejak 2 minggu yang
lalu
Hipotesis
Anak perempuan tersebut diduga mengalami
Pertusis (Batuk rejan, whoop, batuk 100 hari)
Anamnesis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Identitas Pasien
Perempuan, 4 tahun, batuk sejak 2
Keluhan Utama
minggu yang lalu. Saat batuk anak
Riwayat Penyakit
Sekarang
menjadi
kesulitan
bernafas karena batuk
terus-menerus
yang tidak kunjung
Riwayat
Penyakit Dahulu
berhenti,
wajah
menjadi merahRiwayat
Kesehatan
Keluarga
kebiruan, kadang disertai bunyi saat
Riwayat
Pribadi
menarik
nafas. Selain itu anak juga
menarik nafas. Selain itu anak juga
mengalami demam naik-turun,tidak
terlalu tinggi. Dan dapat diketahui
bahwa riwayat imunisasi anak tersebut
tidak lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
Radiografi toraks
Biakan
Uji serologis (antibodi)
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Asma Bronkial
1.
Diagnosis Banding
2. Tuberkulosis Paru
Diagnosis Banding
3. Laringotreakeitis (croup)
Gejala : malam hari, dengan stridor, anak menangis keras dan
batuk keras (croup) dan biasanya diiringi dengan influensa
Penyebabnya adalah virus
Inhalasi atau injeksi steroid
Usia 1-4 tahun
Epidemiologi
Etiologi
Bordetella pertussis
Gram negatif, batang, berkapsul, tidak dapat bergerak,
aerob murni
Transmisi aerosol
Etiologi
Faktor virulensi :
Patofisiologi
Hemaglutinin
filamentosa
(HAF),
beberapa
aglutinogen (terutama FIM2 dan FIM3), dan protein
permukaan pertaktin (PRN) perlekatan sel epitel
bersilia
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 7-14 hari
3 stadium :
Stadium Konvalesens
Berat dan frekuensi batuk berangsur-angsur
berkurang
Batuk paroksismal dapat berulang oleh karena
infeksi sekunder
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Eritromisin dengan dosis 40-50 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 dosis selama 14 hari
Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,
dibagi dalam 4 dosis.
Rovamisin, kotrimoksazol, kloramfenikol,
tetrasiklin, dan tromethoprim-sulfamethoxazole
Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa
Rawat inap
Isolasi
Memakai masker
Pencucian tangan yang baik
Minumlah banyak cairan
Makan sedikit dengan frekuensi yang
ditingkatkan
Biarkan rumah bebas dari bahan-bahan iritan
yang bisa menyebabkan batuk
Pencegahan (IMUNISASI)
Ada 2 yaitu:
a. Vaksin seluruh sel
b. Vaksin aseluler
Vaksin
a.
b.
c.
seluruh sel
Digabung dengan difteri dan tetanus
DTP
Efek samping lokal dan sistemik
Bakteri utuh yang dilemahkan
Pencegahan (IMUNISASI)
Vaksin aseluler
a. Hanya untuk dosis ke-4 dan/atau ke-5
b. Protein antigen bakteri
c. Kemanjuran vaksin sedikit berkurang
d. Efek samping berkurang
3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 5 tahun, dan 1012 tahun.( total 5x saat sudah sekolah dasar)
Komplikasi
Apnea
Infeksi
sekunder
(otitis
pneumonia)
Sekuele batuk fisik kuat
Pendarahan
Kelainan sistem saraf sentral
Kejang-kejang
media
dan
Prognosis
Kesimpulan
Dari gejala yang dialami, anamnesis dan
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut
mengalami Pertusis. Penatalaksanaan
penyakit ini dapat dilakukan secara
medikamentosa maupun nonmedikamentosa,
serta pencegahan seperti vaksin yang sudah
sangat maju pada sekarang ini membuat
prognosis dari penyakit ini semakin baik.
THANK YOU