Anda di halaman 1dari 3

2.

3 Alur Penegakan Diagnosis sesuai Skenario


A. Anamnesis
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan tanda vital (detak
jantung, suhu tubuh, dan pernapasan), panjang dan berat badan, serta organ
tubuh bayi. Selain itu dilakukan jua pemeriksaan Antropometri. Pemeriksaan
ini termasuk penghitungan berat badan, panjang badan, lingkar kepala, bentuk
kepala, leher, mata, hidung, dan telinga bayi. Pemeriksaan ini penting
dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan pada bentuk kepala atau
anggota tubuh bayi baru lahir.1
Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan gangguan pertumbuhan
seperti: 1
a. Anak tampak kurus
b. Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti
c. Berat badan tidak bertambah, adakalanya bahkan turun
d. Ukuran lingkar lengan atas lebih kecil dari normal.
e. Maturasi tulang terlambat
f. Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal/menurun
g. Tebal lipatan kulit normal atau berkurang
h. Anemia ringan
i. Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak
sehat

Setelah melakukan Pemeriksaan Fisik, maka dapat ditentukan jenis


malnutrisi yang terjadi pada pasien tersebut. Malnutrisi yang paling sering
terjadi pada anak yaitu Kwasiorkor dan Marasmus.
a. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama
akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama
tahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah: 2
1. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
ototototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Iga gambang dan perut cekung
4. Otot paha mengendor (baggy pant)
5. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
defisiensi asupan kalori, dan protein yang biasanya juga mengalami
defisiensi berat. Kwashiorkor terjadi terutamanya karena konsumsi protein
yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan
mengalami gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitubiasanya
penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian
besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami
gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena
gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita
skwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit. 2
c. Marasmic-Kwashiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan
penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya
dehidrasi. Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala
klinis kwashiorkor dan marasmus. 2

C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap disertai apusan darah tepi: penting
untuk melihat jenis anemia yang terjadi, mengetahui bila terjadi defisiensi
zat besi (ditemukan sel target) atau defisiensi vitamin B12 dan asam folat.3
b. Pengukuran status protein darah melalui pemeriksaan kadar albumin
serum, retinol-binding protein, transferrin, kreatinin, dan blood urea
nitrogen (BUN). Kadar albumin serum dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu indikator gizi buruk, baik pada saat awal kejadian malnutrisi maupun
saat perbaikan mulai terjadi. Meskipun demikian, faktor-faktor bukan gizi
yang dapat mempengaruhi kadar albumin seperti peningkatan cairan ekstra
sel, trauma, sepsis, pembedahan, penyakit hati dan ginjal tetap harus
dieksklusi. Pemeriksaan kreatinin dan ureum darah dapat membantu
menilai fungsi ginjal pasien malnutrisi. 3
c. Pemeriksaan laju endap darah (LED), elektrolit, urine lengkap maupun
feses lengkap dapat dilakukan bila dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan indikasi, misalnya pada pasien dengan riwayat diare akut.3

Sumber :
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hendryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009.
2. Anggraeny O, Dianovita C, Putri EN, Sastrina M, Dewi RS. Korelasi
Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas,
Hemoglobin, dan Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan. Indones J Hum Nutr
[Internet]. 2016;3(2):25–22. Available from:
https://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/download/160/166
3. Shasidar HR, Grigsby D, Windle ML, Bhatia J. Malnutrition. Medsacpe.
[Internet]. 2017;1(3):7-4 Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/985140-overview#a1

Anda mungkin juga menyukai