C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap disertai apusan darah tepi: penting
untuk melihat jenis anemia yang terjadi, mengetahui bila terjadi defisiensi
zat besi (ditemukan sel target) atau defisiensi vitamin B12 dan asam folat.3
b. Pengukuran status protein darah melalui pemeriksaan kadar albumin
serum, retinol-binding protein, transferrin, kreatinin, dan blood urea
nitrogen (BUN). Kadar albumin serum dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu indikator gizi buruk, baik pada saat awal kejadian malnutrisi maupun
saat perbaikan mulai terjadi. Meskipun demikian, faktor-faktor bukan gizi
yang dapat mempengaruhi kadar albumin seperti peningkatan cairan ekstra
sel, trauma, sepsis, pembedahan, penyakit hati dan ginjal tetap harus
dieksklusi. Pemeriksaan kreatinin dan ureum darah dapat membantu
menilai fungsi ginjal pasien malnutrisi. 3
c. Pemeriksaan laju endap darah (LED), elektrolit, urine lengkap maupun
feses lengkap dapat dilakukan bila dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan indikasi, misalnya pada pasien dengan riwayat diare akut.3
Sumber :
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hendryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009.
2. Anggraeny O, Dianovita C, Putri EN, Sastrina M, Dewi RS. Korelasi
Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas,
Hemoglobin, dan Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan. Indones J Hum Nutr
[Internet]. 2016;3(2):25–22. Available from:
https://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/download/160/166
3. Shasidar HR, Grigsby D, Windle ML, Bhatia J. Malnutrition. Medsacpe.
[Internet]. 2017;1(3):7-4 Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/985140-overview#a1