1. Struktur dan Fungsi Sel Darah Merah yang Sederhana
Fungsi utama sel darah merah relatif sederhana, yaitu menyalurkan oksigen ke jaringan dan membantu membuang karbon dioksida dan proton yang dibentuk oleh metabolisme jaringan. Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana dibandingkan kebanyakan sel pada manusia.1 Pada hakikatnya, sel darah merah merupakan suatu membran yang membungkus larutan hemoglobin (protein ini membentuk sekitar 95% protein intrasel sel darah merah), dan tidak memiliki organel sel, misalnya mitokondria, lisosom, atau apparatus golgi. 1 Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transport ion (misalnya oleh Na+ K+ ATPase dan protein penukar anion serta pengaturan air keluar masuk sel. 1 Bentuk bikonkaf ini meningkatkan rasio permukaan terhadap volume sel darah merah sehingga mempermudah pertukaran gas. Sel darah merah mengandung komponen sitoskeletal yang berperan penting dalam menentukan bentuknya. 1 2. Banyak Faktor Pertumbuhan yang Mengatur Produksi Sel Darah Putih Seperti eritropoietin, sebagian besar faktor pertumbuhan yang berhasil diisolasi merupakan glikoprotein yang sangat aktif, baik secara in vivo maupun in vitro, dan berinteraksi dengan sel sasaran melalui reseptor spesifik pada permukaan sel. 1 Pada akhirnya, faktor pertumbuhan ini, melalui sinyal intrasel, memengaruhi ekspresi gen untuk mendorong terjadinya diferensiasi. Banyak dari faktor ini telah berhasil diklon sehingga dapat diproduksi dalam jumlah relatif besar. 1 Dua faktor yang secara khusus menarik perhatian adalah granulocyte serta granulocyte- macrophage colony-stimulating factors (masing-masing G-CSF dan GM-CSF). G-CSF relatif spesifik dan menginduksi terutama granulosit. GM-CSF memengaruhi berbagai sel progenitor dan menginduksi granulosit, makrofag, dan eosinofil. 1 3. Hemostasis dan Trombosis Memiliki Tiga Fase yang Sama Hemostasis adalah penghentian perdarahan akibat pembuluh darah yang terpotong atau robek, sedangkan thrombosis terjadi jika endotel yang melapisi pembuluh darah mengalami kerusakan atau terlepas (misalnya akibat ruptur suatu plak aterosklerotik). 1 Proses-proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma yang menyebabkan pembentukan atau disolusi agregat trombosit. 1 Pada hemostasis, mula-mula terjadi vasokonstriksi pembuluh yang cedera sehingga aliran darah ke bagian distal dari tempat cedera berkurang. Kemudian hemostasis dan trombosis mengalami tiga fase yang sama : 1 a. Pembentukan agregat trombosit yang longgar dan sementara di tempat cedera. Trombosit berikatan dengan kolagen di bagian dinding pembuluh yang cedera, dan mengeluarkan ADP dan membentuk tromboksan A2 yang mengaktifkan trombosit lain yang mengalir di sekitar tempat cedera. Trombin, yang terbentuk sewaktu koagulasi di tempat yang sama, juga mengaktifkan trombosit. Jika diaktifkan, trombosit berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, akan bergumpal untuk membentuk sumbat hemostatik (pada hemostasis) atau trombus (pada trombosis). b. Pembentukan jaring fibrin yang mengikat agregat trombosit, membentuk sumbat hemostatik atau trombus yang lebih stabil. c. Disolusi sumbat hemostatik atau trombus secara parsial atau total oleh plasmin. Daftar Pustaka