PENDAHULUAN
Seorang
praktisi
medik
dalam
praktek
sehari-hari
sering
pertimbangan-pertimbangan
khusus,
seperti
misalnya
serta
menyusui.
Kehamilan,
persalinan
dan
menyusui
dilahirkan.
Obat
yang
sangat
terionisasi
seperti
misalnya
memungkinkan
konseling
seharusnya
dilakukan
untuk
seperti
asam
folat
sebaiknya
diberikan
selama
phenobarbital).
Obat
pada
ASI
secara
teoritis
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROSES KEHAMILAN
Proses kehamilan didahului oleh proses pembuahan satu sel telur
yang bersatu dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot.
Zigot mulai membelah diri satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi
empat sel dan seterusnya. Pada hari ke empat zigot tersebut menjadi
segumpal sel yang sudah siap untuk menempel / nidasi pada lapisan
dalam rongga rahim (endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya
proses nidasi ini. Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudah tersusun
menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi
sekelompok sel di bagian dalamnya.
Sebagian besar manusia, proses kehamilan berlangsung sekitar 40
minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan
yang berlangsung antara 20 38 minggu disebut kehamilan preterm,
sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm.
Menurut usianya, kehamilan ini dibagi menjadi 3 yaitu kehamilan
trimester pertama 0 14 minggu, kehamilan trimester kedua 14 28
minggu dan kehamilan trimester ketiga 28 42 minggu.
Gangguan pada kehamilan
1. Farmakokinetika
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi
farmakokinetika
obat.
Perubahan
tersebut
meliputi
hamil
yang
ditujukan
untuk
pengobatan
janin
walaupun
kelahiran
prematur. Contoh
lain
adalah
fenobarbital
yang
dapat
obat
pada
saat
perkembangan
janin
dapat
Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak
pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih
dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat
dinilai dengan mempertimbangkan :
1. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
2. Adanya metabolit aktif
3. Multi obat : adisi efek samping`
4. Dosis dan lamanya terapi
5. Umur bayi.
6. Pengalaman/bukti klinik
7. Farmakoepidemiologi data.
Farmakokinetika bayi.
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda
nyata dengan orang dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna
lebih rendah, misalnya absorpsi fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan
distribusi obat juga akan berbeda karena rendahnya protein plasma,
volume cairan tubuh yang lebih besar dari orang dewasa. Metabolisme
obat juga rendah karena aktivitas enzim yang rendah. Ekskresi lewat renal
pada awal kehidupan masih rendah dan akan meningkat dalam beberapa
bulan.
Selain banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga
kinetika obat pada bayi menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat.
Yang perlu diperhatikan adalah bila efek yang tidak diinginkan tidak
bergantung dari banyaknya obat yang diminum, misalnya reaksi alergi,
maka sedikit atau banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak
penting, tetapi apakah si bayi meminum atau tidak meminum ASI menjadi
lebih penting.
2. Farmakodinamika.
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak
berbeda. Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat
terbatas dipelajari. Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih
rendah, sebagai contoh, dari hasil penelitian bahwa sensitivitas dtubokurarin meningkat pada bayi.
D. OBAT YANG DIGUNAKAN PADA MASA KEHAMILAN
Peresepan obat pada wanita hamil menjadi pembicaraan luas
setelah krisis talidomid yang mengakibatkan penarikan obat tersebut pada
tahun 1961. (lihat BAB 7 Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki).
Kenyataan
bahwa
obat
dapat
menembus
sawar
uri
dan
bisa
penggunaan
obatnya
pada
ibu
hamil
dan
sering
diharapkan
dapat
memberikan
pengaruh
dalam
pelayanan
Bersifat teratogenik
Litium
Penisilamin
Fenitoin
Tetrasiklin
Talidomid
Vitamin
Warfarin
mengevaluasi
keamanan
obat
yang
digunakan
pada
lebih
besar
dapat
menyebabkan
ketidaknormalan.
Hal
ini
proses
kelahiran.
AINS
juga
dapat
menyababkan
Barbiturat
AINS
Tetrasiklin
Warfarin
Pada
beberapa
obat
terdapat
suatu
periode
waktu
yang
memerlukan
peningkatan
dosis
bagi
obat-obat
tertentu.
klirens bayi pada tahap awal kehidupannya sering kali lebih kecil secara
bermaka dibandingkan pada orang dewasa.
Tabel 11.3
Klirens pada bayi baru lahir
Usia
2-3 bulan pertama
Term
1-2 bulan
3.6 Bulan
>6 bulan
Klirens
10
33
50
66
100
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 PENGARUH OBAT PADA JANIN
Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik,
teratogenik maupun letal, tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan
paga saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum
selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau
malformasi
anatomik
(pengaruh
teratogenik).
Berbagai
pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain :
Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya
baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat
kehamilan. Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester
pertama
kehamilan
terbukti
berkaitan
dengan
terjadinya
atau
pengaruh
buruk
lainnya
pada
janin.
Mengingat
disertai
malformasi
anatomic
semata-mata
karena
efek
prematur. Meskipun hal ini bersifat tidak menetap (reversibel) dan dapat
pulih kembali setelah proses remodelling, namun sebaiknya tidak
diberikan pada periode tersebut. Jika diberikan pada trimester kedua
hingga ketiga kehamilan, tetrasiklin akan mengakibatkan terjadinya
perubahan warna gigi (menjadi kekuningan) yang bersifat menetap
disertai hipoplasia enamel. Mengingat kemungkinan risikonya lebih besar
dibanding manfaat yang diharapkan maka pemakaian tetrasiklin pada
wanita hamil sejauh mungkin harus dihindari.
III.2.1.4. Aminoglikosida
Aminoglikosida
dimasukkan
dalam
kategori
obat
D,
yang
dalam
kategori
C,
yaitu
obat
yang
karena
efek
III.2.1.6. Sulfonamida
Obat-obat yang tergolong sulfonamida dapat melintasi plasenta dan
masuk dalam sirkulasi janin, dalam kadar yang lebih rendah atau sama
dengan kadarnya dalam sirkulasi ibu. Pemakaian sulfonamida pada
wanita hamil harus dihindari, terutama pada akhir masa kehamilan. Hal ini
karena sulfonamida mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya
dengan protein, sehingga mengakibatkan terjadinya kern-ikterus pada
bayi yang baru dilahirkan. Keadaan ini mungkin akan menetap sampai 7
hari setelah bayi lahir.
III.2.1.7. Eritromisin
Pemakaian eritromisin pada wanita hamil relatif aman karena
meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua jaringan (kecuali
otak dan cairan serebrospinal), tetapi kadar pada janin hanya mencapai 12% dibanding kadarnya dalam serum ibu. Di samping itu, sejauh ini belum
terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin.
Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
Chlamydia pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup
baik, meskipun bukan menjadi obat pilihan pertama. Namun ditilik dari
segi keamanan dan manfaatnya, pemakaian eritromisin untuk infeksi
tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika lain, misalnya tetrasiklin.
III.2.1.8. Trimetoprim
Karena volume distribusi yang luas, trimetoprim mampu menembus
jaringan fetal hingga mencapai kadar yang lebih tinggi dibanding
sulfametoksazol, meskipun kadarnya tidak lebih tinggi dari ibu. Pada uji
hewan, trimetoprim terbukti bersifat teratogen jika diberikan pada dosis
besar. Meskipun belum terdapat bukti bahwa trimetoprim juga bersifat
teratogen pada janin, tetapi pemakaiannya pada wanita hamil perlu
dihindari. Jika terpaksa harus memberikan kombinasi trimetoprim +
sulfametoksazol pada kehamilan, diperlukan pemberian suplementasi
asam folet.
III.2.2. Analgetika
pada
bayi-bayi
yang
dilahirkan
oleh
ibu
yang
sering
diberikan pada
kehamilan
memberi
gejala withdrawal
yang
III.2.2.2. Analgetika-antipiretik
Parasetamol:
Merupakan analgetika-antipiretik yang relatif paling aman jika diberikan
selama kehamilan. Meskipun kemungkinan terjadinya efek samping
hepatotoksisitas tetap ada, tetapi umumnya terjadi pada dosis yang jauh
lebih besar dari yang dianjurkan.
Antalgin:
Dikenal secara luas sebagai pengurang rasa nyeri derajat ringan. Salah
satu efek samping yang dikhawatirkan pada penggunaan antalgin ini
adalah terjadinya agranulositosis. Meskipun angka kejadiannya relatif
sangat jarang, tetapi pemakaian selama kehamilan sebaiknya dihindari.
II.2.2.3. Antiinflamasi non-steroid
Dengan dasar mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis
prostaglandin,
efek
samping
obat-obat
antiinflamasi
non-steroid
Jika
digunakan
selama
masa
kehamilan
aterm
dapat
menunjukkan
mengurangi
volume
plasma
juga
mengakibatkan
Dalam trimester
Trimester 1, 2 dan 3
Trimester 1 dan 2
Tidak berkaitan dengan efek samping pada janin
Trimester 1 dan 2
Dimenhidrat
Doksilamin
Antihipertensi :
Hidralazin
Propranolol
Atenolol, dan
Oksprenolol
Antibakteri :
Penisilin
Sefalosporin,
Eritromisin,
Linkomisin,
Klindamisin
Methenamin
Antifungi :
Nistatin
Mikonazol
Antiparkinson :
Bromokriptin
Asma :
Aminofilin, Teofilin
Beta-stimulan
(Oral)
Trimester 1 , 2 dan 3
Baik terhadap vaginitis monilial, dalam waktu pendek.
Trimester 1 dan 2
Dapat menghambat ukuran kadar prolactin, tapi bayi lahir normal
pada penggunaan terus-menerus selama hamil.
Trimester 1 dan 2
Dilaporkan terjadi iritabilitas dan apnoea, ketagihan dan
gangguan farmakokinetik sesuai dengan kadarnya.
Trimester 2
Takikardia,menghambat kelahiran,dan dilaporkan meningkatkan
anomaly minor. Hindari penggunaannya dalam
Kromoglikat
Kortikosteroid :
Betametason
Hipoglikemik :
Insulin
Laksan :
Laksan
Pembentuk
Gumpalan
(misalnyaPsilium)
Sediaan tiroid :
1- Tiroksin
Trimester 1 , 2 dan 3
Dengan dosis terapi, tidak dilaporkan terjadi efek samping pada
janin.
Trimester 3
Digunakan untuk mempercepat kesempurnaan paru janin dengan
sindroma susah bernapas, dan juga mempermudah metabolism
obat pada neonatus.
Trimester 1 , 2 dan 3
Aman jika dihindari terjadinya hipoglikemia pada ibunya. Insulin
monokomponen lebih menjadi obat pilihan.
Trimester 1 , 2 dan 3
Trimester 1 dan 2
Periksa fungsi tiroid dari neonatus
Golongan II
Golongan II meliputi obat-obatan yang dianggap aman bagi wanita dalam
trimester tertentu, dengan catatan data informasi yang didapat masih
terbatas, antara lain :
Nama Generik
Analgetika-Antiradang :
Antiradang
Non-steroid
Parasetamol
Antidepresan :
Amitriptilin
Dalam trimester
Trimester 1
Tidak ada bukti terjadinya efek organogenesis, penutupan premature dari
ductus arteriosus dan hipertensi paru pada waktu melahirkan.
Trimester 1 , 2 dan 3
Menjadi obat pilihan dibandingkan asetosal, waktu paruh pendek, dan
kadar dalam darah rendah. Dengan dosis terapi baik untuk mengatasi
sakit kepala ringan. Dosis 10-15 kali lebih besar dari dosis yang
dianjurkan, dapat menimbulkan hepatotoksisitas dan kerusakan ginjal.
Trimester 1
Gejala putus obat
Nortriptilin
Trimester 1
Dilaporkan terjadi 1 kasus urine pada neonates.
Imipramin
Trimester 1
Dilaporkan terjadi 1 kasus masalah yang terjadi pada pernapasan, saraf
dan peredaran darah, dan 1 kasus terjadi trombositopenia.
Trimester 1 , 2 dan 3
Diperlukan pengalaman lebih banyak. Tidak ada laporan terjadi anomaly.
Perbandingan risiko-keuntungan, baik bagi wanita hamil penderita
hipertensi. Dapat mempercepat kesempurnaan paru.
Antihipertensi :
Labetalol
Prazosin
Sedativa-Hipnotika
Oksazepam
Termazepam
Imunosupresif :
Siklosporin A
Trimester 1 , 2 dan 3
Pengalaman masih terbatas, tapi perbandingan risiko-keuntungan cukup
baik.
Trimester 3
Dilaporkan tidak menyebabkan sindroma bayi yang berat dan terkulai.
Trimester 3
Trimester 1
Dilaporkan terjadi hambatan pertumbuhan janin yang berat. Kemungkinan
terjadi efek langsung siklosporin A pada janin tidak dapat diabaikan.
Golongan III
Golongan III meliputi obat-obatan yang digunakan hati-hati pada wanita
hamil dalam trimester tertentu, dan mempertimbangkan dengan cermat
risiko-keuntungan yang didapat, antara lain :
Nama Generik
Anestetika :
Dalam trimester
Tidak terbukti membahayakan, asal hipotensi dan depresi pernapasan
pada ibu dihindari.
Dihirup
Trimester 2 dan 3
Dapat menekan pernapasan neonates, dsan kemungkinan terjadi
anomaly pada alat pendengaran. Kemungkinan terjadi efek abortif pada
wanita hamil dari tim bedah.
Secara IV
Trimester 3
Mungkin mempengaruhi pernapasan neonates.
Tripenton
Trimester 3
Dapat menyebabkan depresi system saraf pusat.
Lokal
Trimester 3
Dosis besar dapat menekan pernapasan neonates, selanjutnya hipotonia,
bradikardia setelah blockade paraservik/epidural, kemudian apnoea,
kunvulsi.
Prilokain,
Prokain
Trimester 3
Dilaporkan terjadi methemoglobin dan depresi sistem saraf pusat pada
noenatus.
Lignokain
Trimester 3
Dilaporkan terjadi methemoglobin, hipotensi, bradikardia dan depresi
sistem saraf pusat pada janin.
Mepivakain
Trimester 3
Dilaporkan terjadinya reaksi pada janin, termasuk methemoglobin,
hipotensi, bradikardia dan depresi system saraf pusat.
Analgetika-Antiradang
Opioid Kuat
Trimester 3
Ketergantungan pada golongan opioid, disebabkan oleh besarnya
kemungkinan terjadi komplikasi pada ibu dan janinnya. Gejala nya putus
obat yang tiba-tiba, dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan
atau kelahiran premature. Obat golongan opioid yang digunakan pada
waktu mendekati kelahiran, dapat menyebabkan depresi klinik dan
pernapasan pada neonates.
Metadon
Trimester 3
Dapat menyebabkan sindroma putus obat pada bayi.
Dekstropropoksifen
Trimester 3
Menimbulkan efek putus obat.
Pentazosin
Trimester 3
Penyalahgunaan, dapat menimbulkan efek langsung daripada efek
lingkungan.
Kodein
Trimester 3
Menimbulkan efek putus obat
Asetosal
Trimester 1 dan 2
Pada penyalahgunaan rutin dengan dosis terapi, tidak ada bukti
membahayakan, tapi selain dengan dosis dilaporkan terjadi
embriyotoksisitas.
Antiradang nonsteroid
Antikolinergik :
Atropin, Hiosin
Disiklomin
Antikolinesterase
Neotigmin,
Piridostigmin
Antikoagulan :
Heparin
Antikonvulsan :
Fenobarbital
Primidon
Karbamazepin
Sulthiame,
Klonazepam
Klobazam
Antidepresan :
Golongan trisiklik
Nortriptilin
Imipramin
Antidiare :
Sulfasalazin
Antimuntah :
Meklozin
Prometazin
Trimester 2
Lihat catatan antiradang non-steroid pada golongan II.
Trimester 1 , 2 dan 3
Meningkatkan kecepatan jantung janin dan menutupi bahaya yang terjadi.
Trimester 1 , 2 dan 3
Dapat terjadi reaksi ringan pada janin.
Trimester 3
Dapat menyebabkan kelemahan otot yang bersifat sementara.
Trimester 3
Dosis besar menyebabkan myasthesia pada neonatus
Trimester 1 , 2 dan 3
Antikoagulan pilihan, melintasi plasenta dalam jumlah kecil, tapi
dilaporkan terjadi osteoporosis setelah dalam waktu lama, aborsi dan
kejadian bayi lahir mati tinggi.
Trimester 2
Digital,facial abnormalitas, koagulopati, pendarahan neonates, tapi
digunakan untuk mempercepat konjugasi glukoronida bilirubin.
Trimester 2
Lihat fenobarbital
Trimester 1 , 2 dan 3
Terapi alternative logis untuk fenitoin, lingkar kepala bayi dapat lebih kecil
tapi pertumbuhan normal.
Trimester 1 , 2 dan 3
Tidak terdapat informasi
Trimester 3
Kadang-kadang terjadi iritabilitas, takikardia, spasme otot, konvulsi,
retensi urine, dan efek putus obat. Dilaporkan terjadi reaksi pada janin jika
menggunakan golongan trisiklik dalam waktu lama dan tidak terdapat
informasi dari penggunaan obat baru non-trisiklik.
Trimester 3
Dilaporkan 1 kasus retensi urine.
Trimester 3
Dilaporkan 1 kasus yang berkaitan dengan pernapasan, peredaran darah,
dan saraf, selain 1 kasus trombositopenia.
Trimester 1, 2 dan 3
Potensial terjadi risiko hemolysis, kernicterus dan jaundice pada
neonates.
Lihat obat antihistaminika.
Trimester 1 dan 2
Tidak berkaitan dengan anomaly pada janin, tapi menekan reaksi bayi
pada waktu kelahiran.
Proklorperazin
Metoklopramid
Vitamin B-6
Antihistaminika :
Meklozin
Antihipertensi :
ACE Inhibitor
Trimester 1
Laporan terjadinya efek samping pada janin, belum dapat dibuktikan.
Trimester 1,2 dan 3
Tidak dilaporkan terjadi efek samping pada janin, tapi tidak banyak
digunakan pada wanita hamil.
Trimester 3
Tidak dikaitkan dengan efek samping pada janin.
Trimester 3
Dugaan terjadinya embriotoksisitas, tidak terbukti.
Trimester 1, 2 dan 3
Kemungkinan anuria neonates, dan monitor ductus arteriosus pada
pasien bayi.
Klonidin
Trimester 1, 2 dan 3
Tidak ada informasi
Diazoksida
Trimester 1, 2 dan 3
Penggunaan dalam waktu lama dapt menyebabkan alopecia,hipoglikemia
yang jarang terjadi, menghambat aktivitas Rahim pada waktu melahirkan,
hipotonia, dan apnoea. Hindari hipotensi pada si ibu.
Beta-Bloker
Antibakteri :
Sulfonamida
Ko-trimoksazol
Asam nalidiksat
Nitrofurantoin
Trikomoniasida :
Golongan Nitroimidazol
Antifungi :
Ketokonazol
Trimester 1, 2 dan 3
Hipotensi pada bayi, hipoglikemia pada neonates dan dilaporkan terjadi
bradikardia, tapi hubungan penyebab efek tidak jelas.
Trimester 1 dan 2
Hemolisis pada neonates yang kekurangan G6PD, dan mempercepat
terjadi jaundice dan kernicterus.
Trimester 1 dan 2
Dalam batas terapi normal tidak dilaporkan terjadi reaksi pada janin,tapi
waspada terhadap sensitasi dalam Rahim. Penggunaannya perlu hati-hati
karena risiko terjadi kernicterus pada neonates yang menderita jaundice.
Trimester 1
Dapat menyebabkan penyimpanan kromosom
Trimester 2
Dapat menyebabkan hemolysis pada kasus kekurangan G6PD,kecuali
dosis yang tepat mungkin aman.
Trimester 1, 2 dan 3
Dilaporkan efek tumorigenic pada binatang, tapi tidak dilaporkan terjadi
malformasi pada janin.
Trimester 1, 2 dan 3
Jika dosis tinggi menimbulkan tumorigenic pada binatang. Dosis tinggi
INH
Antimalaria :
Primakuin
Klorokuin
Trimester 1, 2 dan 3
Teoritis menyebabkan risiko malformasi, tapi tidak terjadi kerusakan.
Trimester 1, 2 dan 3
Umumnya tidak menimbulkan efek samping pada ibu maupun janinnya.
Penambahan 10 mg vitamin B-6 pada setiap dosis, untuk mencegah
kerusakan syaraf.
Trimester 2
Kurang toksik dibandingkan dengan kina, pada neonates yang
kekurangan G6PD dapat terjadi hemolysis dan methemoglobinemia.
Trimester 1, 2 dan 3
Dengan dosis yang dianjurkan, tidak menimbulkan efek samping pada
janin.
Golongan IV
Golongan IV meliputi obat-obatan yang harus digunakan sebagai pilihan
kedua dalam trimester tertentu, jika tidak tersedia obat golongan I, Ii dan
III yang lebih aman. Pemilihan obat dari golongan ini perlu hati-hati.
Nama Generik
Antikonvulsan :
Dalam trimester
Resiko terjadi malformasi janin pada ibu penderita epilepsy, 2-3 kali
dibandingkan dengan ibu non-epilepsi. Biasanya terjadi facial cleft, gernia
diafragmatik, dan abnormalitas jantung. Pertimbangan keuntungan yang
didapat si ibu, menambah risiko pada janin. Dalam 2-15 hari setelah
dilahirkan, efek putus obat mencapai 20-60% pada neonates. Selama
hamil, kebutuhan obat antikonvulsan meningkat dan dengan cepat
kembali normal setelah melahirkan. Dosis disesuaikan selam masa
kehamilan.
Fenitoin
Trimester 1, 2 dan 3
Telah diketahui fenitoin mempunyai efek embriotoksik ringan (sindroma
fetal hidantoin). Anomali yang serius masih diperdebatkan, tapi kasus
anomaly bawaan mencapai 10%. Gangguan pertumbuhan atau
kekurangan mental dapat mencapai 30%. Kemungkinan terjadi
pendarahan dan timbul efek putus obat pada janin.
Fenobarbital
Trimester 1 dan 3
Lihat catatan fenobarbital dalam golongan III.
Primidon
Trimester 1 dan 3
Lihat catatan Primidon dalam golongan III
Trimester 1, 2 dan 3
Perlu hati-hati karena dapat menembus plasenta, terutama dapat
menyebabkan cacat tube saraf. Disarankan untuk dilakukan diagnose
prenatal.
Antibakteri :
Sulfonamida
Trimester 3
Trimester 3
Lihat catatan ko-trimosazol dalam golongan 3
Trimetoprim
Trimester 1, 2 dan 3
Menginaktifkan obat kontrasepsi oral, dan meningkatkan risiko
pendarahan pada neonates. Pada binatang percobaan merupakan
embriotoksik, kematian dalam Rahim dan malformasi.
Antituberkulosa :
Rifampisin
Antimalaria :
Dapson
Trimester 1, 2 dan 3
Menginaktifkan obat kontrasepsi oral, dan meningkatkan risiko
pendarahan pada neonates. Pada binatang percobaan merupakan
embriotoksik, kematian dalam Rahim dan malformasi.
Trimester 1, 2 dan 3
Hemolisis dan methemoglobinemia pada neonates. Tidak ada bukti
menyebabkan dismorfogenitas.
Kina
Trimester 1, 2 dan 3
Dosis sangat tinggi merupakan embriotoksik
Primakuin
Trimester 3
Lihat catatan primakuin dalam golongan III
Primetamin
Trimester 1, 2 dan 3
Antagonis folat, mungkin bersifat embriotoksik meskipun belum pernah
dilaporkan terjadi pada manusia.
Sulfadoksin
Trimester 1, 2 dan 3
Dapat menyebabkan jaundice dan kernicterus. Terjadi sensitisasi silang
dengan golongan sulfon.
Proguanil
Trimester 1, 2 dan 3
Antagonis folat, kemungkinan timbul risiko seperti pada penggunaan
primetamin.
Antipsikotika/
Antimaniak
Golongan
Fenotiazin
Antiarithmia :
Amiodaron
Stimulan system syaraf
pusat :
Amfetamin
Diuretika :
Golongan Tiazida
Hipnotika-Sedativa :
Barbital
Trimester 1 dan 2
Lihat catatan golongan fenotiazin dalam gol.III
Trimester 2 dan 3
Risiko timbul pada neonates. Monitor fungsi tiroid dari neonates
Trimester 1, 2 dan 3
Kemungkinan bersifat embriotoksik, dan timbul gejala putus obat pada
neonates.
Trimester 2 dan 3
Trombositopenia, depresi susmsum tulang, hipobilirubinemia dan asidosis,
dapat terjadi pada neonatus.
Trimester 2 dan 3
Dikaitkan dengan cleft palate bibir, dapat menyebabkan pendarahan
Trimester 1, 2 dan 3
Tidak dianjurkan untuk digunakan pada wanita hamil.
Tidak ada bukti terjadinya embriotoksisitas, tapi diduga dapat
menimbulkan efek samping hipoglikemia pada neonates, gangguan
pernapasan, dan meningkatkan risiko mortalitas pada janin. Sebagai
pengganti dapat digunakan insulin, atau terapi per oral dihentikan lebih
dari 2 hari sebelum melahirkan.
Golongan V
Golongan V meliputi obat-obatan yang penggunaannya dalam trimester
tertentu merupakan kontraindikasi, antara lain :
Nama Generik
Analgetika-antiradang :
Asetosal
Dalam trimester
Trimester 3
Lihat catatan asetosal pada golongan III
Antiradang
Non-steroid
Antikoagulan :
Antikoagulan oral
Warfarin
Antikonvulsan :
Ethoksusimid
Antihipertensi :
Antagonis Ca
Trimester 3
Lihat catatan obat antiradang non-steroid dalam golongan III
Trimester 1, 2 dan 3
Kontraindikasi, pendarahan multiple pada janin dan neonates, kematian
janin, dan malformasi bawaan.
Trimester 1, 2 dan 3
Embriotoksik, kurang lebih 30% neonates menunjukkan terjadinya efek
samping seperti pendarahan pada neonates terutama penggunaan dalam
waktu lama, tapi responsive terhadap vitamin K. Dapat juga terjadi aborsi,
lahir mati, cacat system saraf pusat, morbiditas perinatal meningkat dan
kematian janin dalam Rahim.
Trimester 1
Kemungkinan bersifat embriotoksik
Trimester 3
Dapat menghalangi kelahiran
Bethanidin,
Debrisokuin
Guanethidin
Trimester 1, 2 dan 3
Hipotensi postural, dan menurunkan perfusi plasenta.
Vasokontriktor
Metaraminol
Trimester 1, 2 dan 3
Hindari, dapat menurunkan perfusi plasenta.
Metildopa
Trimester 1, 2 dan 3
Kemungkinan aman jika di bawah pengawasan, dan memberikan hasil
positif langsung terhadap Coombs Test.
Antibakteri :
Aminoglikosida
Trimester 1, 2 dan 3
Kloramfenikol
Trimester 1, 2 dan 3
Kadar pada janin 50% dari kadar dalam darah ibunya. Penggunaan dosis
besar secara parenteral memounyai efek hepatoksisitas. Pada anaknya
dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan pewarnaan gigi.
Trimester 3
Dilaporkan terjadi eraksi pada janin, termasuk Grey Syndrome. Kolaps
kardiovaskular, hypothermia, sianosis dan kematian.
Trimester 1, 2 dan 3
Nefrotoksisitas dan neurotoksisitas
Polimiksin B
Trimester 1, 2 dan 3
Kolistin
Trimester 1, 2 dan 3
Otottoksisitas dan nefrotoksisitas
Vankomisin
Antifungi :
Flusitosin
Amfoterisin B
Griseofulvin
Antineoplastik :
Alkilator
Klormabusil
Trimester 1, 2 dan 3
Embriotoksik pada binatang, kemungkinan juga pada manusia.
Trimester 1, 2 dan 3
Embriotoksik, abnormalitas multiple dan aborsi
Trimester 1, 2 dan 3
Aborsi dan malformasi
Trimester 1
Risiko tinggi embriotoksik
Trimester 1 dan 2
Embriotoksisitas dan hambatan pertumbuhan janin dalam rahim.
Metotreksat
Trimester 1, 2 dan 3
Bersifat embriotoksik
Merkaptopurin
Trimester 1
Risiko efek embrionitoksik, dapat menyebabkan aborsi.
Sitarabin
Trimester 1 dan 2
Kemungkinan terjadi abnormalitas, hemolitik dan anemia lebih besar.
Daktinomisin
Trimester 1, 2 dan 3
Dapat menyebabkan kematian dan menghambat pertumbuhan janin
dalam Rahim.
Trimester 1 dan 2
Efek samping terjadi pada binatang, yang dapat menyeabkan malformasi.
Vinblastin,
Vinkristin dan
Vindesin
BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa obat-obat yang tidak boleh diberikan
pada ibu hamil adalah
DAFTAR PUSTAKA
1. Australian Drug Evaluation Committee (1989) Medicine in Pregnancy.
Australian Goverment Publishing Service, Canberra.
Pharmacology
and
Therapeutics,
3 rd
edition.ADIS
press,Auckland.
4. Suryawati
et
al
(1990),
Pemakaian
Obat
pada
OLEH :
KELOMPOK 5
Suharafitaningsih
Annisyiah Wira Mahkota
Nurhasanah
Mela Sari Handayani
Rosvianti
Ira Damayanti
Anita Puspitasari
Eva Khairunnisa
KELAS B
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013