Anda di halaman 1dari 109

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan
oleh

virus

influenza

subtipe

H5N1

(H=hemagglutinin;

N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung


dan ayam). Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang
disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 pada manusia.
Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus
influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali
ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun
2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini
kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003
sampai sekarang.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain
menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia,
virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai
Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun
belum

menyerang

manusia.

Berdasarkan

data

Departemen

Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74


kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%).
Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu virus
yang

paling

mungkin

menyebabkan

pandemi

influenza

yang

diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan


juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemi yaitu


ada infeksi dari unggas ke manusia sedangkan penularan

dari

manusia ke manusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas


hanya pada kontak erat.
Departemen Kesehatan RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI,
PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN, dan PAMKI serta PPNI)
menyusun Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah
Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan tatalaksana flu burung di Rumah Sakit dalam
rangka meminimalkan kesakitan, kematian dan penyebarannya.
2. Tujuan Khusus
Memberi informasi tentang pengertian umum flu burung dan
cara penularannya.
Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.
Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung di Rumah
Sakit.
Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung yang dirawat
dan tindak lanjutnya (follow-up).
Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung yang
meninggal dunia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah
pelayanan di Rumah Sakit.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

D. Dasar Hukum

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3273).

Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran


Negara Nomor 3495).

Peraturan

Pemerintah

Nomor

40

Tahun

1991

tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun


1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447).

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,


Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis


Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara
Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005


tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005


tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005


tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005


tentang Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/Menkes/SK/IX/2006


tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

BAB II
PENYAKIT FLU BURUNG
A. Etiologi
Virus

influenza

tipe

merupakan

anggota

keluarga

orthomyxoviridae. Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein,


yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan
sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada
unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Di dalam tinja
unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati
pada pemanasan 600 C selama 30 menit, 560 C selama 3 jam dan
pemanasan 800 C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen,
desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin atau
alkohol 70%.
Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab
pandemi.

B. EPIDEMIOLOGI
1. Sebaran kasus
Data sebaran kasus pada unggas dan manusia sampai dengan
26 November 2006.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

2. Kelompok Risiko Tinggi, Cara Penularan, Masa Inkubasi


a. Kelompok Risiko Tinggi
Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu
burung adalah :
-

Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,


berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirm.

Terpajan

(misalnya memegang, menyembelih, mencabuti

bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan


ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
-

Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak


dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi


H5N1 dalam satu bulan terakhir.
-

Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau


unggas

liar),

misalnya

kucing

atau

babi

yang

telah

dikonfirmasi terinfeksi H5N1.


-

Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang


dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.

b. Cara Penularan
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain
yang sakit atau produk unggas yang sakit.
2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus
tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang
terserang Flu Burung.
3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya
beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang
tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1
dalam satu bulan terakhir.
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). Masa penularan
pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah
gejala timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

BAB III
DIAGNOSIS
A. Definisi Kasus
Dalam mendiagnosis kasus flu burung ada 4 kriteria yang
ditetapkan yaitu :

Kasus dalam Investigasi

Kasus Suspek

Kasus Probabel

Kasus Konfirm

1. Kasus dalam investigasi


Seseorang yang telah diputuskan oleh dokter setempat untuk
diinvestigasi terkait kemungkinan infeksi H5N1.
Kegiatan yang dilakukan berupa surveilans semua kasus ILI
dan Pneumonia di rumah sakit serta mereka yang kontak
dengan pasien flu burung di rumah sakit.
2. Kasus Suspek H5N1
Seseorang yang menderita demam dengan suhu > 38o C
disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :
o batuk
o sakit tenggorokan
o pilek
o sesak napas
DAN DISERTAI
Satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum
mulainya gejala :

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,


berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.

Terpajan

(misalnya memegang, menyembelih, mencabuti

bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan


ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
-

Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak


dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi
H5N1 dalam satu bulan terakhir.

Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau


unggas

liar),

misalnya

kucing

atau

babi

yang

telah

dikonfirmasi terinfeksi H5N1.


-

Memegang/ menangani sampel (hewan atau manusia) yang


dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.

ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit di bawah nilai


normal).

ditemukan

adanya

titer

antibodi

terhadap

H5

dengan

pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji


ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
-

foto

toraks

menggambarkan

memburuk pada serial foto.

pneumonia

yang

cepat

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

3. Kasus Probabel H5N1


Kriteria

kasus

suspek

ditambah

dengan

satu

atau

lebih

keadaan di bawah ini :


a. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4
kali, dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda
atau uji ELISA.
b. hasil

laboratorium

terbatas

untuk

Influenza

H5

(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum


tunggal)

menggunakan

uji

netralisasi

(dikirim

ke

Laboratorium Rujukan).
Atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran
napas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang
secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu, tempat
dan pajanan terhadap suatu kasus probabel atau suatu kasus
H5N1 yang terkonfirmasi.
4. Kasus H5N1 terkonfirmasi
Seseorang

yang

memenuhi

kriteria

kasus

suspek

atau

probabel
DAN DISERTAI
Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam
suatu

laboratorium

influenza

nasional,

regional

atau

internasional yang hasil pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh


WHO sebagai konfirmasi :
a. Isolasi virus H5N1
b. Hasil PCR H5N1 positif

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

10

c. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk


H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus
pula >1/80.
d. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya
titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot
spesifik H5 positif.
B. LANGKAH DIAGNOSTIK
1. Gejala Klinis
Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan
adalah demam > 380 C, batuk dan nyeri tenggorok. Gejala lain
yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot,
infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Bila
ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran napas
bawah

yang

memungkinkan

terjadi

perburukan.

Jika

telah

terdapat kelainan saluran napas bawah akan ditemukan ronki di


paru dan bila semakin berat frekuensi pernapasan akan semakin
cepat.
2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas
dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit),

spesimen serum, aspirasi

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

11

nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi


diagnostik.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
1. Uji

RT-PCR

(Reverse

Transcription

Polymerase

Chain

Reaction) untuk H5.


2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3. Uji Serologi :
3.1.Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
3.2.Titer

antibodi

mikronetralisasi

H5N1

>1/80

pada

spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah


awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160
atau western blot spesifik H5 positif.
Pemeriksaan

lain

dilakukan

untuk

tujuan

mengarahkan

diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan


berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan
adalah :
Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit


total.

Umumnya

trombositopeni.

ditemukan

leukopeni,

limfositopeni

dan

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Pemeriksaan Kimia darah

12

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin


Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan
albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan
kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah
dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai
dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
b. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada
setiap

tersangka

flu

burung.

Gambaran

infiltrat

di

paru

menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.


Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto
toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
c. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan,

dianjurkan

untuk

mengambil

sediaan

post-

mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen


dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
3. Derajat Penyakit
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus

flu burung dapat

dikategorikan menjadi :
Derajat 1

Pasien tanpa pneumonia

Derajat 2

Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal


napas

Derajat 3

pasien
napas

dengan

pneumonia berat

dan

gagal

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Derajat 4

13

Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau


dengan kegagalan organ ganda (multiple organ
failure).

4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding disesuaikan dengan tanda dan gejala yang
ditemukan. Penyakit dengan gejala hampir serupa yang sering
ditemukan antara lain:
-

Demam Dengue

Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau


jamur

Demam Typhoid

HIV dengan infeksi sekunder

Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan

laboratorium

yang

dapat

dilakukan

untuk

menyingkirkan diagnosis banding tergantung indikasi, antara lain:


-

Dengue blot : IgM,

IgG

untuk

menyingkirkan

diagnosis

demam dengue
-

Biakan sputum dahak, darah dan urin.

Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan diagnosis


demam tifoid.

Pemeriksaan anti HIV

Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)


dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

14

BAB IV
TATALAKSANA MEDIK
Pada dasarnya penatalaksanaan flu burung (AI) sama dengan influenza
yang disebabkan oleh virus yang patogen pada manusia.
A. Penatalaksanaan Umum
1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan Flu Burung

Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75


mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.

Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan


oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada
puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS
rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring,
dimodifikasi

dari

hasil

pertemuan

workshop

Case

Management & pengembangan laboratorium regional Avian


Influenza, Bandung 20 23 April 2006
Skor
1

Demam

< 38C

> 38C

RR
Ronki
Leukopeni

N
Tdk ada

>N
Ada

Tdk ada

Ada

Kontak

Tdk ada

Ada

Gejala

Jumlah

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

15

Skor :
67

evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan


oseltamivir

>7

diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :


< 2bl

= > 60x/menit

2bl - <12 bl

= > 50x/menit

>1 th - <5 th

= > 40x/menit

5 th - 12 th

= > 30x/menit

>13

= > 20x/menit

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien


dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)

Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar

2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan


Pasien Suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi dirawat di Ruang
Isolasi.
Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien
ke ruang pemeriksaan.
Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan
APD dan melakukan kewaspadaan standar.
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto
toraks.

Setelah

pemeriksaan

awal,

pemeriksaan

rutin

(hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang


pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pemeriksaan
PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang
setiap lima hari.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

16

Penatalaksanaan di ruang rawat inap


Klinis
1. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan
alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
B. Profilaksis Menggunakan Oseltamivir
Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke
manusia,

namun

penggunaan

profilaksis

oseltamivir

sebelum

terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini oseltamivir diberikan


pada petugas yang terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan
jarak < 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan
lebih 7 hari yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan.
Kelompok risiko tinggi untuk mendapat profilaksis adalah

Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau


konfirmasi H5N1 misalnya pada saat intubasi atau melakukan
suction

trakea,

memberikan

obat

dengan

menggunakan

nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang


memadai. Termasuk juga petugas lab yang tidak menggunakan
APD dalam menangani sampel yang mengandung virus H5N1.

Anggota keluarga yang kontak erat

dengan pasien konfirmasi

terinfeksi H5N1. Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka


juga terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang menularkan
penyakit.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

17

C. Antiviral
1. Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :

Dewasa atau anak 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari


selama 5 hari.

Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari


selama 5 hari.

Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan


sbb :

> 40 kg

: 75 mg 2x/hari

> 23 40 kg

: 60 mg 2x/hari

> 15 23 kg

: 45 mg 2x/hari

15 kg

: 30 mg 2x/hari

Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan


gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini
belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi
malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi
oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita
hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar
dari potensi risiko pada janin.

2. Profilaksis
Profilaksis

1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi

terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan


profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8
minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

18

D. Pengobatan lain

Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal

dan

atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).

Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia


berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap
obat-obat vasopresor.

Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan


bergizi.

Rawat di ICU sesuai indikasi.

E. Perawatan Intensif
Kriteria pneumonia berat; jika dijumpai salah satu di bawah ini :
1.

Frekuensi napas > 30 menit.

2.

PaO2/FiO2 < 300.

3.

Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

4.

Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus

5.

Tekanan sistolik < 90 mmHg

6.

Tekanan diastolik < 60 mmHg

7.

Membutuhkan ventilasi mekanik

8.

Infiltrat bertambah > 50%

9.

Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)

10. Serum kreatinin 2 mg/dl.


Kriteria perawatan di ruang rawat intensif. ( ICU )
a. Gagal Napas
Kalau

terjadi

gangguan

ventilasi

dan

perfusi,

pemeriksaan AGD ( Analisis Gas Darah ) ditemukan :


-

PaCO2 > 60 torr

Ratio Pa O2/Fi O2 :

jika

pada

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

19

< 200 untuk ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)


< 300 untuk ALI (Acute Lung Injury)
-

Frekuensi napas > 30 X menit

b. Syok

(dapat

hipovolemik,

distributif,

kardiogenik

ataupun

obstruktif )
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (dewasa) atau untuk anak
Tekanan Arteri Rata-rata (TAR) < 50 mmHg, yang telah
dilakukan

resusitasi

cairan

dan

membutuhkan

inotropik/

vasopresor > 4 jam.


Sebaiknya dengan menggunakan kateter vena sentral.
c. a + b memerlukan bantuan ventilator mekanik.
d. Jika memakai ventilator mekanik, maka dianjurkan dengan
menggunakan

respirator

dengan

pressure

cycle,

dengan

pengaturan awal :
Mode

Pressure Control Ventilation

Volume Tidal

6 8 cc / kg Berat Badan

PEEP

> 5 Cm H20

Frekuensi Napas

12 X /menit

Fi O2

1.0 (100 %)

P insp (Tekanan Inspirasi)

Mulai dari 10 Cm H20

Mutlak dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting


awal.
Sasaran yang ingin dicapai adalah

mempertahankan PaO2 di

atas 100 torr dan Sat O2 diatas 95% dengan FiO2 dibawah
60%.
e. Dapat juga digunakan NIPPV (Non Invasive Positive Pressure
Ventilation), pada pasien dengan kesadaran compos mentis.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

20

f. Dapat disapih dari respirator kalau:


1. Keadaan Umum pasien sudah membaik, kesadaran membaik
tanpa sedasi.
2. Nutrisi adekuat dengan status cairan adekuat.
3. Bebas infeksi.
4. Hemodinamik stabil tanpa inotropik atau vasopressor.
5. Status asam basa dan elektrolit stabil.
6. Tidak ada bronkospasme.
7. Oksigenasi baik dengan FiO2< 0.5 dengan PEEP < 5 CmH2O
8. Weaning Parameter :
- Frekuensi Pernapasan/Vt < 100.
- Frekuensi Pernapasan : 30 X/menit.
- Vt : 6 8 CC/kgbb.
Indikasi keluar dari ICU.
Setelah 24 jam setelah pasien disapih dan diekstubasi tanpa adanya
kelainan baru maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan.
F. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan
biasa :
-

Terbukti bukan kasus flu burung.

Untuk kasus PCR positif dipindahkan setelah PCR negatif.

Setelah tidak demam 7 hari.

Pertimbangan lain dari dokter.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

21

G. Kriteria kasus yang dipulangkan dari perawatan biasa :


- Tidak panas 7 hari dan hasil laboratorium dan radiologi
menunjukkan perbaikan.
-

Pada anak 12 tahun dengan PCR positif, 21 hari setelah


awitan (onset) penyakit.

Jika

kedua

syarat

tak

dapat

dipenuhi

maka

dilakukan

pertimbangan klinik oleh tim dokter yang merawat.

H. Perawatan Tindak Lanjut


-

Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol di


poliklinik Paru / Penyakit Dalam / Anak RS terdekat.

Kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang yaitu foto toraks


dan laboratorium dan uji lain yang ketika pulang masih
abnormal.

Jika muncul kembali gejala dan tanda flu burung


Segera ke Rumah Sakit

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

22

BAB V
PENATALAKSANAAN

KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pasien flu burung (AI) pada dasarnya


sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien pneumonia. Di
dalam buku ini difokuskan pada asuhan keperawatan pasien flu burung
tanpa alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang isolasi dan pasien
flu burung dengan alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang ICU.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi dengan rencana
pasien

pulang

(discharge

planning).

Diagnosa

keperawatan

yang

mungkin timbul pada pasien flu burung antara lain pola napas tidak
efektif, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit,
gangguan Activity Daily Living (ADL) dan komunikasi verbal, resiko
penyebaran infeksi dan cemas. Rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang ditegakkan
antara lain manajemen cairan, manajemen asam basa, dan manajemen
ventilasi

mekanik

dengan

menerapkan

prinsip

pencegahan

dan

pengendalian infeksi (terlampir). Evaluasi dlakukan untuk menilai


keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien flu burung.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis
kelamin dan penanggung jawab).
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Demam

Ya

Tidak

- Sesak napas

Ya

Tidak

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

23

- Batuk

Ya

Tidak

- Pilek

Ya

Tidak

- Sakit tenggorokan

Ya

Tidak

- Diare

Ya

Tidak

- Riwayat pernah sakit paru

Ada

Tidak

- Riwayat sakit lain

Ada

Tidak

Ada

Tidak

Ada

Tidak

Ada

Tidak

3. Riwayat kesehatan masa lalu

4. Riwayat kesehatan keluarga


- Riwayat sakit turunan
- Riwayat sakit yang sama dengan
pasien
- Riwayat sakit paru dalam keluarga
- Genogram

5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
- Melakukan kunjungan ke daerah
atau bertempat tinggal di wilayah
yang terjangkit flu burung

Ya

Tidak

- Mengkonsumsi unggas sakit

Ya

Tidak

Ya

Tidak

- Dekat dengan pemeliharaan unggas

Ya

Tidak

- Memelihara unggas

Ya

Tidak

- Kontak dengan unggas / orang yang


positif flu burung
6. Kondisi lingkungan rumah

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

24

7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)


-

Waktu bekerja

Jenis pekerjaan

Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan


sesudah melakukan kegiatan)

8. Pemeriksaan fisik
a. Status neurologi
- Tingkat kesadaran :
CM

Somnolent

Apatis

Sopor

- Glasgow Coma Scale (GCS):


Eye :..

Motorik :..

Verbal :.

b. Status respirasi
- Jalan Napas
Bersih

Ada Sumbatan

Tidak Sesak

- Pernapasan
Sesak

- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit


- Irama Napas
Teratur

Tidak Teratur

- Jenis Pernapasan
Spontan

Kusmaul

Tidak

Tidak

Encer

Cheynestokes

- Batuk
Ya
- Sputum
Ya
- Konsistensi
Kental

Warna

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

25

- Suara Napas
Vesikuler

Ronki

Wheezing

- Palpasi Dada

: ..................

- Perkusi Dada

: .................

Rales

- Nyeri saat bernapas


Ya

Tidak

- Menggunakan alat bantu pernapasan


Ya

Tidak

c. Status kardiovaskuler
- Nadi

: ..x/menit

Irama

Teratur

Tidak teratur

Denyut

Teratur

Tidak teratur

- Tekanan darah

:.. mmHg

- Distensi vena jugularis :


Kanan

Ya

Tidak

Kiri

Ya

Tidak

- Warna kulit
Pucat

:
Cyanosis

Kemerahan

- Pengisian kapiler : /detik


- Edema
Ya

:
Tidak

- Kelainan bunyi jantung :


Murmur
- Sakit dada
Ya

Gallop

Tidak

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

26

d. Gastrointestinal
Keadaan mulut

Gigi

: Caries

Tidak

Stomatitis

: Ya

Tidak

Lidah kotor

: Ya

Tidak

Saliva

: Normal

Abnormal

Muntah

: Ya

Tidak

Nyeri daerah perut : Ya

Tidak

Bising Usus

: ....x/menit

Diare

: Ya

Tidak

Konstipasi

: Ya

Tidak

e. Ekstremitas
Kesulitan dalam pergerakan

Ya

Tidak

Keadaan tonus otot

Baik

Hipotoni

Kekuatan otot

:
:

Hypertoni

Atoni

f. Pemeriksaan penunjang
-

Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah,


serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan
anti HIV, kultur, BTA.

Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan

g. Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan
dokter)

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

27

9. Riwayat psikososial dan spiritual


-

Dampak penyakit pasien terhadap keluarga

Persepsi terhadap penyakit

Masalah yang mempengaruhi pasien

Mekanisme koping

Sistem nilai kepercayaan

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi:
-Bersihan jalan napas tidak efektif
-Gangguan pertukaran gas
-Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
-Resiko tinggi penularan infeksi
-Intoleransi aktifitas
-Nyeri
-Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Ansietas
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:
-Pola nafas tidak efektif
-Jalan nafas tidak efektif
-Penurunan cardiac output
-Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
-Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Gangguan pemenuhan ADL
-Gangguan komunikasi verbal
-Resiko tinggi penyebaran infeksi
-Cemas

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

28

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG TANPA VENTILATOR


No
1

Diagnosis Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak
efektif
b.d
peningkatan
produksi sputum, penurunan energi, kelemahan
DS :
DO :
o Ronki
o Mengi
o Jalan
napas
terdapat
sekret
o Bunyi napas tidak normal
: ..
o Frekuensi
napas
:
x/menit

Tujuan dan Kriteria


Jalan napas kembali efektif
dengan kriteria hasil :
o Frekuensi napas dalam batas
normal (1620 x/mnt)
o Bunyi napas vesikuler
o Bernapas tidak menggunakan
alat bantu napas
o Tidak ada
dispnea dan
sianosis

Intervensi keperawatan
Kaji frekuensi / kedalaman
pernapasan & gerakan dada

Auskultasi area paru, catat


adanya ronki, mengi, dan
krekels.
Observasi & catat batuk
yang
berlebihan,
peningkatan
frekusensi
napas,
sekret
yang
berlebihan.
Penghisapan sesuai dengan
indikasi
Berikan cairan
2500 ml/ hari

sedikitnya

Bantu
mengawasi
penggunaan nebulizer.

Gangguan pertukaran gas


b.d perubahan membran
alveolar, gangguan kapasitas pembawa O2 darah,
gangguan pengiriman O2

Menunjukkan perbaikan ventilasi


dengan kriteria hasil :
o Oksigenasi jaringan dengan
AGD dalam rentang normal
o Tak ada distress pernafasan

efek

Berikan obat sesuai indikasi:


Mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
Kaji frekuensi, kedalaman
dan kemudahan bernapas

Rasional
Takipnea,
pernapasan
dangkal dan gerakan
dada
tidak
simetris
karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada.
Penurunan aliran udara
terjadi
pada
area
konsolidasi
dengan
cairan
Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan napas
secara alami
Merangsang batuk atau
pembersihan
secara
alami
Cairan
yang
hangat
memobilisasi
dan
mengeluarkan sekret
Memudahkan
pengenceran
dan
pembuangan sekret
Obat untuk menurunkan
spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret
Manifestasi
distress
pernapasan tergantung
pada derajat keterlibatan
paru
dan
status
kesehatan umum

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

29

Observasi
warna
kulit,
membran mukosa dan kuku,
catat adanya sianosis
Awasi suhu tubuh, bantu
tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam

Resiko
tinggi
penularan
infeksi b.d proses penyakit

Pencegahan penularan infeksi


dengan kriteria hasil :
o Tidak terdapat tanda tanda
penularan infeksi dari pasien
ke pasien lain, keluarga dan
petugas kesehatan.
o Mencapai
waktu
perbaikan
infeksi
berulang
tanpa
komplikasi

Observasi
penyimpangan
kondisi,
catat
hipotensi,
banyaknya jumlah sputum,
perubahan
tingkat
kesadaran.
Berikan terapi O2 dengan
benar
Awasi AGD dan Saturasi
Oksigen
dengan
pulse
oksimeter
Pantau ketat tanda-tanda
vital, khususnya pada awal
terapi
Anjurkan
pasien
memperhatikan pengeluaran
sputum
dan
melaporkan
perubahan warna, jumlah
dan bau sputum
Cegah penyebaran infeksi
dari pasien lain, keluarga
dan
petugas
kesehatan
dengan
mencuci
tangan
secara konsisten sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien serta menggunakan
APD

Sianosis kuku menunjukkan


vasokonstriksi,
sianosis
membran
mukosa
menunjukkan
hipoksemia sistemik
Demam tinggi sangat
meningkatkan
kebutuhan
metabolik
dan O2
Syok dan edema paru
adalah penyebab umum
kematian
pada
pneumonia
Mempertahankan
PaO2
diatas 60 mmHg
Mengevaluasi
proses
penyakit dan
memudahkan terapi paru
Selama periode waktu ini
potensial komplikasi fatal
dapat terjadi
Perubahan karakteristik
sputum
menunjukan
perbaikan
pneumonia
atau terjadinya infeksi
skunder
Organisme yang mudah
menular dapat ditularkan
melalui kontak langsung.
Teknik mencuci tangan
penting
dalam
mengurangi
transian
lapisan luar kulit dan
menurunkan penyebaran
/ tambahan infeksi

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

30

Kolaborasi pemberian
mikrobakterial
4

Intoleran
aktifitas
b.d
kelemahan,
ketidak
seimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2

Peningkatan
aktifitas
dengan
kriteria hasil:
o Menunjukan
peningkatan
toleransi terhadap aktivitas
o Tanda vital dalam rentang
normal

anti

Evaluasi
respon
pasien
terhadap aktivitas, catat
laporan
dispnea,
peningkatan kelemahan
Berikan lingkungan tenang
dan
batasi
pengunjung
selama fase akut sesuai
indikasi
Bantu pasien memilih posisi
nyaman
untuk
istirahat/
tidur
Bantu perawatan diri yang
tidak dapat dilakukan pasien

Nyeri
b.d
inflamasi
parenkim
paru,
batuk
menetap

Nyeri terkontrol dengan kriteria


hasil:
o Menyatakan nyeri hilang atau
terkontrol
o Menunjukan rileks, peningkatan aktifitas dengan tepat

Tentukan karakteristik nyeri


misalnya tajam, konstan,
ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/ lokasi / intensitas
nyeri
Pantau tanda-tanda vital

Kolaborasi
pemberian
analgesik dan antitusif

Obat ini digunakan untuk


membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia
Menetapkan kemampuan
/ kebutuhan pasien
Menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat
Tirah baring dipertahan
kan untuk menurunkan
kebutuhan
metabolik,
menghemat energi untuk
penyembuhan
Meminimalkan kelelahan
dan
membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan O2
Nyeri dada biasanya ada
dalam beberapa derajat
pada pneumonia
Perubahan
frekuensi
jantung/TD menunjukan
bahwa pasien mengalami
nyeri
Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk
nonproduktif
atau
menurunkan
mukosa
berlebihan, meningkatkan kenyamanan

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Gangguan
pemenuhan
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
peningkatan
kebutuhan
metabolik
sekunder,
anoreksia,
distensi abdomen

Kebutuhan
nutrisi
pasien
terpenuhi
selama
perawatan
dengan kriteria hasil:
o Menunjukan peningkatan berat
badan
o Menunjukan peningkatan nafsu
makan
o Makan habis 1 porsi
o Tidak ada mual muntah

31

Auskultasi bising usus


Berikan makanan porsi kecil
dengan frekuensi sering
Sajikan
makanan
dalam
keadaan hangat
Berikan perawatan mulut
Timbang berat badan setiap
hari

Resiko tinggi kekurangan


volume cairan berlebihan
b.d
kehilangan
cairan
berlebihan
(demam,
berkeringat
banyak,
muntah, hiperventilasi)

Kebutuhan volume cairan tubuh


terpenuhi dengan kriteria hasil:
o Membran mukosa lembab
o Turgor kulit baik
o Pengisian kapiler kurang dari 3
detik
o Tanda-tanda vital stabil

Kaji tanda-tanda vital setiap


4 jam
Kaji
turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa (bibir dan lidah)
Kaji adanya mual/muntah
Tingkatkan
pemasukan
cairan minimal 2500 ml/
sesuai kondisi pasien
Pantau intake dan output
cairan

Bising
usus
mungkin
menurun
bila
proses
infeksi berat
Meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
lambat untuk kembali
Mengurangi rasa mual
Menghilang rasa tidak
enak dan bau mulut
Mengetahui
perkembanganm status
nutrisi
Peningkatan suhu atau
demam
meningkatkan
laju metabolik melalui
evaporasi
Merupakan
indikator
langsung
keadekuatan
volume cairan
Adanya
gejala
ini
menurunkan
masukan
oral
Menurunkan
resiko
dehidrasi

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

32

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG DENGAN VENTILATOR


No
1

Diagnosis Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d
fatique, perubahan ratio
O2/CO2 ditandai dengan :
DS : DO :
- Pola napas
menggunakan ventilator
dengan mode Pressure
Control, PEEP > 5 Cm
H2O
- Hasil foto toraks :
pneumonia
(perburukan)

Tujuan dan Kriteria


Pertahankan pola napas yang
efektif melalui ventilator dapat
dicapai dengan kriteria :
- Peningkatan kerja
pernapasan tidak ada
- Tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan/retraksi
- Tidak ada sianosis
- Analisis Gas Darah :
pH
: 7.35 7.45
: 35 45 mmhg
PaCO2
: 80 95 mmhg
PaO2
: 95 100 %
Sat O2
BE
: -2.5 2.5
- Nadi normal sesuai umur
- TD : 90/60 120/90

Intervensi keperawatan
Kaji ulang penyebab gagal
napas

Observasi pola napas atau


monitor usaha napas pasien
dan bandingkan dengan data
pada patient display

Auskultasi secara periodik


kualitas bunyi napas dan
inspeksi simetrisitas gerakan
dada
Pastikan bahwa pernapasan
sesuai
dengan
ventilator
atau
ada
perlawanan
(fighting)

Rasional
Pemahaman
penyebab
masalah
pernapasan
penting
untuk
menentukan kebutuhan
ventilasi dan tipe paling
tepat
dukungan
ventilator
Pasien dengan ventilator
dapat
mengalami
hiperventilasi
sebagai
upaya
memperbaiki
status oksigenasi
Memberikan
informasi
mengenai
distribusi
volume ke paru kanan
kiri
baik/tidak,
dan
evaluasi makin berat
Perubahan
simetrisitas
menunjukan
tidak
tepatnya posisi ETT atau
terjadinya barotrauma
Penyesuaian dibutuhkan
pada
Volume
Tidal,
frekuensi
pernapasan
atau
apakah
pasien
memerlukan obat sedasi
untuk
mensinkronkan
dengan
program
ventilator
jika
pasien
mengalami fighting

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

33

Isi balon trakea/endotrakea


sesuai kebutuhan sehingga
tidak bocor
Cek sirkuit/selang ventilator
terhadap obstruksi (terlipat
atau ada akumulasi air).
Bebaskan bila ada yang
terlipat atau air pada sirkuit

Siapkan alat-alat resusitasi


dekat dengan tempat tidur
pasien dan lakukan ventilasi
manual bila diperlukan

Kolaborasi
Kaji seting ventilator dan
sesuaikan
dengan
pola
ventilator
sesuai
kondisi
pasien
Observasi konsentrasi
(FiO2) yang diberikan
2

Jalan napas tidak efektif b.d


adanya benda asing pada
jalan napas dan
ketidakmampuan pasien
untuk batuk efektif,
ditandai dengan :

Jalan napas efektif dicapai


dengan kriteria hasil :
- Tak terlihat adanya sekret
- Suara napas bersih
- Peak Inspiratory Airway
Pressure (puncak tekanan

O2

Kaji kepatenan jalan napas

Balon pipa trakea diisi


sesuai kebutuhan agar
volume
tidak
masuk
sesuai
dengan
yang
diset/program
Lipatan pada selang /
sirkuit ventilator mencegah
pengiriman
volume
dan
meningkatkan
tekanan
jalan
napas.
Air
mencegah distribusi gas
dan media pertumbuhan
bakteri
Untuk
memberikan
ventilasi yang adekuat,
bila ada masalah pasien
atau masalah peralatan
yang
memerlukan
ventilator dilepas untuk
sementara
Seting
ventilator
mengacu pada pola yang
ditentukan berdasar pada
penyakit,kondisi pasien
FiO2 disesuaikan untuk
mempertahankan saluran
dan kadar O2 darah
Obstruksi
dapat
disebabkan
oleh
penumpukan
sekret,
sumbatan
mukus,
problem dari posisi ETT

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

DS : DO :
- Ronki +/+, mengi +/+
- Alarm ventilator berbunyi
- Jalan
napas
terdapat
sekret (kental)
- Hasil pemeriksaan AGD
tidak normal

jalan nafas > 40 cmH2O)


- Sekret encer dan mudah di
suctioning (dihisap)
- Pola napas sesuai program
- Tanda-tanda vital :
Frekuensi napas normal sesuai
umur
Nadi 60-100 x/mnt
TD 90/60-140/90 mmHg
AGD :
PH
: 7.35 7.45
PaCO2 : 35 45 mmhg
PaO2 : 80 95 mmhg
SatO2 : 95 100 %
BE
: -2.5 2.5

34

Evaluasi gerakan dada dan


auskultasi bunyi napas

Monitor tempat ETT, catat


tanda garis bibir bandingkan
dengan
tempat
yang
diinginkan,
plester
pipa
dengan aman
Catat batuk yang berlebihan,
peningkatan
frekuensi
napas, bunyi alarm/tekanan
pada ABN, sekret yang
terlihat pada ETT/banyak
ronki

Lakukan penghisapan jika


dibutuhkan,
pilih
kateter
penghisap dengan ukuran
1/3 dari lumen ETT. (ingat
1x penghisapan tidak lebih
dari 15 detik)
Ajarkan teknik batuk efektif
Rubah posisi secara periodik

Gerakan dada simetris


dan
napas
terdengar
pada
seluruh
lapang
paru,
menunjukkan
posisi pipa sudah tepat.
Obstruksi jalan napas
bagian
bawah
(atelektasis/pneumonia)
menyebabkan
bunyi
nafas ronki/mengi)
Pipa dapat masuk ke
bronkus kanan, sehingga
terjadi obstruksi aliran
udara ke paru kiri yang
dapat
menyebabkan
tension pneumothoraks
Pasien yang diintubasi
mempunyai reflek batuk
yang tidak efektif atau
masalah neuro sensory
yang
menyebabkan
ketidakmampuan pasien
batuk.
Pasien
ini
tergantung pada suction
untuk
mengeluarkan
sekret
Penghisapan
sekresi
sebaiknya tidak terlalu
sering
dilakukan
dan
lamanya tidak lebih dari
15 detik
Meningkatkan keefektifan
usaha batuk
Meningkatkan
drainase
sekret
dan
ventilasi

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

35

Hidrasi
cukup
kebutuhan

sesuai

Kolaborasi:
Lakukan chest fisioterapi

Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit:
Kurang dari kebutuhan
tubuh b.d hipertermi
DS : DO :
- Turgor kulit
- Balance cairan
- Capillary refill < 3 detik

Pasien dapat mencapai


keseimbangan cairan yang
adekuat
Kriteria Hasil:
Terhidrasi
secara
adekuat
dibuktikan dengan TD, nadi,
berat badan dan produksi urine
dalam batas normal

Pemberian
obat
bronkodilator mukolitik

Tindakan bronchoscopy

Pantau
suhu,
pernapasan pada
teratur

nadi,
interval

Catat perubahan turgor kulit,


hidrasi, membran mukosa
dan karakter sekret.

Ukur / hitung masukan,


pengeluaran
dan
keseimbangan cairan
Berikan kompres hangat dan
tepid sponging di tempat
tidur

untuk semua bagian paru


dan penurunan resiko
terjadinya atelektasis
Membantu/menjamin
sekret tetap encer oleh
karena
status
cairan
yang cukup
Meningkatkan
ventilasi
pada
semua
segmen
paru
&
membantu
drainase sekret
Oleh karena relaksasi
otot polos bronkus dan
encernya sekret
Untuk
mengeluarkan
sekret dan sumbatan
dengan langsung melihat
lokasi di bagian paru
sebelah mana
Kekurangan
cairan
meningkatkan frekuensi
jantung,
menurunkan
TD,
dan
mengurangi
volume nadi.
Kekurangan cairan juga
dapat
diidentifikasi
dengan penurunan turgor
kulit, membran mukosa
kering, dan viskositas
sekret kental.
Memberikan
informasi
tentang status cairan
umum.
Membantu
mengurangi
demam
dengan
mekanisme evaporasi.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

36

Kolaborasi:
Pemberian cairan
dan parenteral

enteral

Pemberian terapi antipiretik


4

Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d.
Intake yang tidak adekuat,
ditandai dengan
DS : DO :
-BB :kg, TB :cm
-Pasien terlihat kurus
-Pasien terpasang NGT
-Hasil pemeriksaan elektrilt
tidak normal

Kebutuhan nutrisi pasien


terpenuhi selama perawatan
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan
berat badan mendekati normal
- Menunjukkan perilaku /
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat badan
yang normal

Kaji
kebiasaan
diet,
masukan makanan saat ini
mengevaluasi berat badan
dan ukuran tubuh
Auskultasi bising usus

Berikan makan cair sesuai


program
Hindari
makanan
yang
sangat panas dan sanngat
dingin
5

Gangguan pemenuhan ADL


b.d. Kelemahan fisik,
imobilisasi, ditandai dengan
DS :DO :
- Pasien istirahat total
- ADL pasien dibantu
sepenuhnya oleh perawat

Kebutuhan perawatan diri pasien


terpenuhi
Kriteri Hasil :
Pasien bersih, terpenuhi
kebutuhannya selama perawatan

Bantu pasien setiap hari


dalam hal personal hygiene
Ubah posisi pasien tiap 3
jam

Mencegah
terjadinya
dehidrasi
yang
akan
meningkatkan
suhu
tubuh.
Mengurangi
demam
dengan aksi sentral di
hipotalamus.
Untuk mengetahui status
nutrisi, kebiasaan makan
pasien sebelum sakit
Penurunan bising usus
menunjukkan penurunan
motilitas
gaster
dan
konstipasi
yang
berhubungan
dengan
pembatasan pemasukan
cairan, pilihan makanan
buruk,
penurunan
aktivitas dan hipoksemia
Untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
Menghindari
terjadinya
iritasi
dalam
saluran
pencernaan.
Meningkatkan
kenyamanan
dan
kebersihan diri pasien.
Membantu meningkatkan
sirkulasi peredaran darah
dan mencegah terjadinya
kontraktur
pada
muskuloskeletal.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

- Pasien tampak lemah

Gangguan komunikasi
verbal b.d. Adanya
pemasangan ETT dan
ventilasi mekanik, ditandai
dengan :
DS : DO :
- Pasien terpasang ETT dan
ventilasi mekanik
- Pasien mendapat terapi
pengobatan relaksan

Resiko tinggi penyebaran


infeksi
b.d
proses
perjalanan penyakit

37

Lakukan ROM secara pasif


apabila pasien di-knockdown
Bantu ROM bila pasien telah
sadar
Pasang kasur dekubitus
Kebutuhan komunikasi
terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat mengungkapkan
keinginannya/keluhanya
- Hubungan terapeutik perawatpasien, pasien-keluarga, dan
tim kesehatan lain tetap
terjaga
- Pasien
kooperatif
pada
program
pengobatan
dan
perawatan

Pencegahan penularan infeksi


Kriteria hasil:
Tidak
terdapat
tanda-tanda
infeksi
nosokomial
dan
komplikasi proses penyakit.

Kaji kemampuan komunikasi


pasien
untuk
pola
komunikasi pengganti
Lakukan komunikasi yang
mudah dimengerti, melalui
bahasa isyarat dan tulisan
Berikan bel yang dapat
diraih dan pastikan pasien
dapat menggunakannya
Beri tanda bahwa pasien
mengalami gangguan verbal
Beri waktu pada keluarga
satu orang yang dekat
dengan pasien dan ajarkan
cara-cara
berkomunikasi
yang sudah dipahami pasien
Cuci tangan secara konsisten
dilakukan
sebelum
dan
sesudah
kontak
dengan
pasien.
Gunakan alat perlindungan
diri/ APD sesuai prosedur.
Ganti sirkuit ventilator setiap
48 jam.
Keluarkan air dalam sirkuit
tiap 3 jam.

Mencegah
terjadinya
atropi otot.
Melatih
keseimbangan
tubuh.
Mencegah
terjdinya
dekubitus
Ajar lebih tepat untuk
komunikasi
Melalui bahasa isyarat
dan tulisan pasien tetap
dapat berkomunikasi
Dengan semua sarana
komunikasi yang jelas
dan adanya
komitmen
perawat-pasien
Agar semua tim yang
bekerja siap membantu
bila diperlukan
Mempertahankan
pola
komunikasi
keluarga
pasien tetap harmonis
Teknik mencuci tangan
penting
dalam
mengurangi
transien
lapisan luar kulit.
Menghindari penyebaran
infeksi
Menghindari pertumbuhan virus dalam sirkuit.
Menghindari
masuknya
air dalam sirkuit ke paru
melalui ETT.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Cemas b.d.
prosedur
infasif yang dilakukan pada
pasien.
DS :
- Keluarga
menanyakan
tentang penyakit yang
diderita pasien.
DO :
- Keluarga
bertanya
mengenai
alat
yang
terpasang pada pasien.
- Keluarga pasien tampak
cemas dan gelisah.
- Pasien terlihat gelisah

Program
pengobatan
dan
keperawatan pasien efektif baik
di RS dengan kriteria hasil :
Setelah diberikan penjelasan,
demonstrasi, tanya jawab dan
diskusi melalui beberapa kali
pertemuan keluarga dan pasien
dapat mengerti dan memahami
manfaat alat yang terpasang
pada pasien.

38

Kolaborasi :
Pemberian antibiotik
Pemeriksaan kultur darah,
sputum dan sputum
Kontrak
waktu
dengan
keluarga mengenai kapan
dilaksanakan
pendidikan
kesehatan
Gali
sejauh
mana
pemahaman,
pengetahuan
keluarga mengenai manfaat
alat yang terpasang pada
pasien.
Beri
pengertian
kepada
pasien dan keluarga tentang
manfaat pemasangan ETT.

Dengan
kontrak
dan
tujuan yang jelas serta
kesepakatan
pasienperawat
dalam
kerjasama
mencapai
tujuan
Dengan
mengetahui
sejauh mana pengetahuan keluarga tentang alat
yang
terpasang
pada
pasien
mengurangi
kecemasan.
Dengan
mengetahui
manfaat
pemasangan
ETT pasien dan keluarga
tidak merasa cemas.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

39

C. PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)


1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit
flu burung serta cara pencegahannya.
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir
dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang
memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu)
minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada
keluhan.
5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum
obat/terapi yang dibawa pulang.
6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra
indikasi.
8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan
bahwa yang bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh dari
penyakit flu burung.
D. EVALUASI
1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.
2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Tidak

menunjukan

adanya

gangguan

nutrisi,

cairan,

dan

elektrolit
5. Aktivitas kembali normal
6. Tidak menunjukan kecemasan
7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien
maupun orang lain

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

40

BAB VI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Flu burung berpotensi untuk berkembang menjadi pandemi, oleh karena


itu pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan hal yang sangat
penting dalam penanggulangan flu burung. Dalam buku ini akan
diuraikan

tentang

universal

precautions

secara

umum,

kemudian

penerapannya pada transportasi pasien, perawatan di ruang isolasi dan


ICU, hingga pemulasaraan jenazah.
A. Pengertian
Sesuai dengan rekomendasi WHO

dan CDC

tentang kewaspadaan

isolasi untuk pasien flu burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan


meliputi:
1. Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan
dan sesudah kontak

dengan mencuci tangan sebelum

dengan pasien maupun

alat-alat yang

terkontaminasi sekret pernapasan


2. Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan

dan gaun pelindung selama kontak

dengan pasien
Gunakan peralatan

terpisah untuk setiap pasien, seperti

stetoskop, termometer, tensimeter, dan lain-lain


3. Perlindungan mata
Gunakan kacamata

pelindung atau pelindung muka, apabila

berada pada jarak 1 (satu) meter dari pasien.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

41

4. Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne,
Gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi.
B. Ruang perawatan isolasi
Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua
pasien flu burung mulai dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi
harus dirawat di ruang isolasi

dengan menerapkan isolasi ketat

(strict barrier).
Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :

Ruang ganti umum

Ruang bersih dalam

Stasi perawat

Ruang rawat pasien

Ruang dekontaminasi

Kamar mandi petugas

Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang


perawatan isolasi yaitu:

Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif


dibanding tekanan di koridor.

Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam

Udara

harus

dibuang

keluar,

atau

diresirkulasi

dengan

menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)


Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat
petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau

masker N95 (bila

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

42

mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah
infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).
Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan seperti yang
tercantum dalam lampiran 8.
C. Standar Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
1. Mengenakan pakaian pelindung
a. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai
ukuran badan.
Sepatu

bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan

sesuai ukuran kaki.


Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)
atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih
ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang
bersih.
Masker N95 dan kaca mata pelindung
Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang
barang pribadi.
b. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi, masuk
kedalam ruang bersih luar. Lakukan hal sebagai berikut:
Lepaskan cincin, jam atau gelang
Lepaskan pakaian luar
Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

43

Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan


barangbarang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci
yang telah disediakan.
c. Mencuci tangan
Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan.
Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran
Bungkukkan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari
percikan air.
Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehingga batas siku.
Ambil

sabun

dan

balik-balikan

secukupnya

dalam

genggaman kedua belah tangan (hindari aliran air).


Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati-hati
Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat ditangan
yang basah.
Gosok dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari-jari
kedua tangan sekurang-kurangnya 10-15 detik, ratakan ke
seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah
kuku dan di antara jari-jari.
Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir.
Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang
telah disediakan dan gunakan lap untuk mematikan kran
(Awas, bagian tersentuh kran pada kain / kertas lap tidak
boleh tersentuh tangan yang sudah bersih) atau keringkan
tangan di bawah pengering udara (gunakan siku untuk
menyalakan atau mematikan tombol).
Buang kertas lap atau kain terpakai ke tempat yang telah
disediakan.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

44

LANGKAH-LANGKAH MENCUCI TANGAN

G
KETERANGAN
A. Gosokkan kedua telapak tangan
B. Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan dengan tangan
kiri dan sebaliknya
C. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan
D. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
E. Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan
lakukan sebaliknya
F. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kiri di telapak
tangan kanan dan sebaliknya
G. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

d. Sebelum

petugas

masuk

kedalam

ruang

45
perawatan

pasien,

petugas harus memakai APD lengkap di ruang bersih dalam (ante


room). Langkah-langkah penggunaan APD
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.
Kenakan gaun luar / Jas operasi
Kenakan apron plastik (bila memakai jas operasi)
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.
Kenakan Masker N 95.
Kenakan penutup kepala.
Kenakan kaca mata pelindung.
Kenakan kedua belah sepatu bot karet.
Peralatan tetap dipakai selama di ruang perawatan.
Siapkan peralatan cadangan di ruang bersih dalam seperti:

Sarung tangan

Apron plastik

Masker

Fasilitas cuci tangan

Fasilitas menggantung jas operasi

e. Masuk langsung ke Ruang rawat kasus suspek / probabel /


konfirmasi.

Pedo
oman Penatalaksanaa
an Flu Burung di Rum
mah Sakit

46

CON
NTOH DAN CARA PEMAKAI
P
IAN ALAT
T PELIND
DUNG DIR
RI (APD)

Cata
atan :

Ikuti prosedur pemakaia


p
an APD dengan
d
benar.

Untuk virus
v
flu burung gunakan
g
masker N95.
N

Apabila
a baju pelindun
ng tidak ada, gunakan jas hujan
dimana
a bagian dalam menjadi
m
ba
agian lua
ar.

Kacamata pelin
ndung dapat dig
gantikan dengan kacama
ata
renang
g.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

47

2. Melepaskan Alat Pelindung Diri


Bahan

Dekontaminasi

Pembersihan

Kaca
mata
pelindung
dan penutup
wajah.

Lap
dengan
larutan klorin 0,5
% setelah setiap
prosedur.

Cuci dengan detergen


dan air. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di
udara
atau
handuk,
setelah
setiap prosedur.

Linen
(kap,
masker, baju
cuci,
gaun
penutup)

Tidak perlu. (Staf


binatu
harus
memakai
gaun,
sarung
tangan,
sepatu
tertutup,
dan alat pelindung
mata
kalau
menangani linen
kotor)

Apron
(plastik atau
karet
yang
berat)

Lap
dengan
larutan klorin 0,5
%. Bilas dengan
air bersih.

Alas
kaki
(sepatu karet
atau sepatu
bot)

Lap
dengan
larutan klorin 0,5
%. Bilas dengan
air bersih.

Gaun bedah,
duk linen dan
pembungkus

Tidak perlu (Staf


binatu
harus
memakai
apron/celemek,
sarung
tangan,
dan alat pelindung
mata
sewaktu
menangani linen
kotor).

Cuci dengan detergen


dan
air
untuk
menghilangkan
semua
partikel
kotoran. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau dengan
mesin. Pakaian yang
dikeringkan di udara
dapat
disetrika
sebelum dipakai.
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau dengan
handuk.
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, keringkan
di udara atau dengan
handuk.
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, udara atau
mesin
pengering
sesudah pakai.

Desinfeksi
Tingkat
Tinggi
Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Tidak perlu

Lebih
diinginkan

Sterilisasi

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

48

Mencuci tangan,
Sama dengan langkah cuci tangan saat akan menggunakan
pakaian pelindung.

D. Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi

Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat


Perlindungan Diri (APD).

Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.

Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian


umum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.

Mandi dan cuci rambut (keramas)

Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.

Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari


pintu masuk.

E. Penerapan dalam transportasi kasus


Dalam memindahkan (merujuk) pasien flu burung dari satu tempat
ke tempat lain harus mengikuti langkah-langkah berikut:
Mencuci tangan dengan baik dan benar.
Petugas kesehatan menggunakan alat perlindungan diri (APD)
lengkap.
Pasien menggunakan masker.
Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien.
Desinfeksi alat transport dan peralatan lain setelah selesai
Keluarga pasien atau Petugas Kebersihan:
Bagi penunggu pasien atau petugas kebersihan yang membersihkan
ruangan dan mengambil APD yang kotor, diperlakukan seperti
petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan APD.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

49

F. Memroses Linen
-

Staf binatu harus menggunakan APD lengkap.

Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sesedikit


mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah perlukaan
dan penyebaran mikroorganisme.

Anggap semua bahan kain yang telah dipakai untuk suatu


prosedur

sebagai

infeksius,

sekalipun

tidak

tampak

adanya

kontaminasi.
-

Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik


untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam
area tertentu sampai dibawa ke binatu.

Pilih dengan hati-hati semua linen di area binatu sebelum dicuci.


Jangan mulai memilih atau mencuci linen pada saat mau
dipakai.

G. Penatalaksanaan Limbah / Sampah


Penatalaksanaan limbah / sampah yang terkontaminasi yang benar
mencakup :
Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat
dipasang dengan rapat.
Pisahkan sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Beri
tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi.
Taruh tempat sampah ditempat yang memerlukan dan nyaman bagi
pemakai.
Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membuang
sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
Cuci semua wadah atau tempat sampah dengan menggunakan
larutan

disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air secara

teratur. Petugas kebersihan harus memakai APD.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

50

H. Penerapan dalam pemulasaraan jenazah


Penatalaksanaan terhadap jenazah pasien flu burung dilakukan
secara khusus sesuai dengan UU Undang Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular :
a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan
perundangan yang berlaku.
b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas
kesehatan.
c. Perlakuan

terhadap

jenazah

dan

penghapus-hamaan

bahan dan alat yang digunakan dalam penatalaksanaan


jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
1. Kamar Jenazah
Seluruh petugas pemulasaraan jenazah telah mempersiapkan
kewaspadaan umum (universal precaution).
Sebelumnya mencuci tangan dengan sabun, serta sebelum dan
sesudah sarung tangan dilepas.
Perlakuan terhadap jenazah : luruskan tubuh, tutup mata,
telinga, dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan
alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester
dengan rapat.
Jika

diperlukan

untuk

memandikan

jenazah

(air

pencuci

dibubuhi bahan desinfektan) atau perlakuan khusus terhadap


jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus
dengan tetap memperhatikan universal precaution.
Jenazah pasien flu burung ditutup dengan kain kafan / bahan
dari plastik (tidak dapat tembus air). Dapat juga jenazah
ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah
tercemar.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

51

Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.


Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas
khusus, autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak
keluarga dan direktur rumah sakit.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil
jenazah.
Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di
dalam pemulasaraan jenazah.
2. Tempat Pemakaman Umum :
Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik,
maka pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah
tersebut.
Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.

Catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)


Berhubung penanganan jenazah pasien Flu Burung bersifat khusus,
maka menurut keterangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hukum
yang digunakan menurut Syariat Islam adalah Hukum Darurat.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

52

BAB VII
SISTEM RUJUKAN
Flu

burung

yang

penatalaksanaannya

merupakan

New

membutuhkan

Emerging

metode,

Disease

sarana,

dalam

fasilitas

dan

peralatan khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan


mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu
burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 44 RS rujukan flu
burung yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, juga telah
ditetapkan laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen guna
menegakkan diagnosis flu burung. Diharapkan dengan menerapkan
sistem

rujukan

yang

baik

dapat

meningkatkan

keberhasilan

penanggulangan flu burung.


Rujukan pada flu burung meliputi 2 aspek yaitu :
A. Rujukan Pasien
B. Rujukan Spesimen
A. Rujukan Pasien
Mengingat

bahwa

tidak

semua

sarana

pelayanan

kesehatan

mempunyai sarana, fasilitas dan peralatan khusus untuk perawatan


pasien flu burung, maka perawatannya harus dilakukan di RS
Rujukan flu burung yang telah ditetapkan. Apabila di Sarana
Pelayanan Kesehatan non Rujukan flu burung mendapatkan pasien
suspek flu burung harus sesegera mungkin merujuk pasien ke RS
Rujukan flu burung.
Dalam merujuk pasien suspek flu burung, rumah sakit yang merujuk
harus menghubungi rumah sakit yang akan menerima pasien
tersebut.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

53

Langkah langkah yang harus dilakukan dalam merujuk pasien flu


burung :

Rumah sakit yang merujuk harus memberi informasi

kondisi

pasien

Informed consent kepada pasein dan keluarganya

Pasien yang akan dirujuk sedapat mungkin dalam kondisi stabil.

Seluruh foto kopi dokumen medik pasien harus disertakan pada


saat merujuk, termasuk pemeriksaan pemeriksaan yang telah
dilakukan, seperti foto toraks, laboratorium.

Beberapa kriteria dalam merujuk pasien flu burung :


Alat

transportasi

dipergunakan,

adalah

yang
ambulans

khusus :
-

Dapat didesinfeksi

Tersedia stretcher

Tersedia alat - alat medis & obat untuk Bantuan Hidup Dasar.

Tersedia radio komunikasi

Ambulans tersebut harus cukup aman dan nyaman serta tidak


memperburuk keadaan pasien selama di rujuk.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

54

Kondisi pasien
Prinsip stabilisasi pasien selama dirujuk

Jalan napas bebas

Airway

Apabila

diperlukan

intubasi

lakukan

pemeriksaan

ulang terutama pada saat pasien di pindahkan


B

Berikan 02 100%

Breathing

Bila tidak dapat bernapas dengan spontan dan tidak


di intubasi, lakukan bantuan pernapasan dengan
menggunakan bag valve mask, pemberian oksigen
tidak lebih 5L/min dengan frekuensi napas normal.
Jika terpasang intubasi, ventilator diatur ke keadaan
normal (PCO2 35 -40 mmHg), sesuaikan dengan hasil
pantauan pulse oxymetri ( nilai SpO2 > 90%)
C

Dilakukan

Circulation

pemasangan

infus

untuk

mencegah

kekurangan cairan intravaskuler. Pemantauan ketat


pada kapiler, tekanan darah, EKG, urin, gas darah
arteri dan laktat untuk evaluasi asidosis. Lakukan
pemasangan IV line di 2 tempat.
D

Lakukan

Disability

pemeriksaan

ulang,

serta

pemeriksaan

neurologi. Monitor gula darah jika ada kejang berikan


anti

kejang.

Pemeriksaan

laboratorium

termasuk

analisis gas darah, elektrolit, hematokrit dan x-ray.


E

Pemantauan ketat suhu tubuh, hindari dan terapi

Exposure

hipertermia serta hipotermia (< 360 C)

and
Environment
G

Pemasangan

Gastro

Renal

untuk

mencegah

dekompresi

gaster.

Intestinal
R

NGT

&

Lakukan pemantauan ketat pengeluaran urin > 1ml

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit


Restraint

55

/kg/hr. Monitor ketat keadaan pasien

Petugas :

Petugas yang mendampingi pasien flu burung selama dirujuk


minimal berjumlah 2 (dua) orang, dengan kriteria :
-

Sudah mendapat pelatihan Basic Life Support (BLS)

Sudah mendapat pelatihan Pengendalian Infeksi.

Mengetahui permasalahan pasien yg akan dirujuk

B. Rujukan Spesimen
Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya
mengikuti dengan benar penerapan Kewaspadaan Standar upaya
perlindungan untuk meminimalisasi pajanan.
Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam
wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk
bahan spesimen tersebut (yaitu tempat plastik bahan spesimen
biohazard). Petugas yang membawa bahan hendaknya dilatih untuk
penanganan yang aman dan prosedur dekontaminasi jika terjadi
tumpahan.
Rumah sakit harus memberitahu laboratorium yang akan menerima
bahwa bahan spesimen tersebut sedang dalam perjalanan. Bahan
spesimen sebaiknya dikirimkan dan diserahkan langsung kepada
petugas yang memeriksa. Sistem tabung pneumatik tidak digunakan
untuk membawa bahan spesimen.
Sebaiknya dibuat suatu daftar nama petugas yang telah menangani
bahan spesimen dari pasien yang sedang di investigasi untuk suatu
penyakit menular.

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Alur spesimen Flu Burung

56

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

57

BAB VIII
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

A. Sistem Pembiayaan
Dengan keterbatasan dana yang ada pada Pemerintah Pusat dan
berkembangnya era Otonomi Daerah, maka pembiayaan pasien flu
burung menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat
(dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan RI) dan Pemerintah
Daerah.
Pembiayaan yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan
RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
756/MENKES/SK/IX/2006

Tentang

Pembebasan

Biaya

Pasien

Penderita Flu Burung yang ditetapkan pada tanggal 20 September


2006.
Pembebasan biaya tesebut berlaku bagi pasien yang dirawat di
rumah sakit rujukan flu burung dan rumah sakit non rujukan flu
burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum
dirujuk ke rumah sakit rujukan flu burung, yang meliputi :
1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU
dan Jasa dokter;
3. Pemeriksaan

Penunjang

(pemeriksaan

Laboratorium

dan

transportasi

dan

Radiologi);
4. Obatobatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran
penguburan).

Jenazah

(peti

jenazah,

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

58

B. Aspek Etik Legal


Sehubungan dengan peliknya permasalahan penanganan pasien flu
burung, terutama masalah penanganan jenasah, yang antara lain
disebabkan oleh latar belakang agama dan sosial budaya masyarakat
yang

beragam

(sehingga

pemahaman

dan

reaksi

masyarakat

terhadap flu burung pun turut beragam) mengharuskan setiap


petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit yang menerima
pasien flu burung menjelaskan segala tindakan yang mungkin akan
dilakukan terhadap pasien tersebut baik kepada diri pasien sendiri
(jika mungkin) maupun

keluarganya secara jelas dan terperinci

sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.


Hal tersebut dapat dituangkan dalam suatu Informed Consent
sebagaimana tercantum di bawah ini :

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

59

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS


Bapak/Ibu yang terhormat, bersama ini kami sampaikan informasi
tentang pasien :
No. Reg

Nama
Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Yang diduga menderita flu burung


1. Flu burung merupakan penyakit yang berpotensi menular, sehingga
perlu dilakukan berbagai tindakan pengendalian infeksi
2. Dalam

proses

menegakkan

diagnosis

flu

burung

diperlukan

berbagai tindakan diagnostik.


3. Pengendalian infeksi :
a. Pemakaian

Alat

Perlindungan

Diri

(APD)

pada

pasien

maupun keluarga/pengunjung pasien


b. Pasien dirawat di ruang isolasi atau ruang perawatan
intensif (ICU) jika diperlukan, dengan atau tanpa alat bantu
napas (ventilator).
4. Tindakan Diagnostik
a. Pengambilan darah dan cairan tubuh lain secara berulang
sesuai keperluan
b. Foto Toraks secara berulang sesuai keperluan
c. Usap tenggorok secara berulang sesuai keperluan
d. Pemeriksaan teropong saluran napas (Bronkoskopi) jika
diperlukan

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

60

e. Pengambilan sedikit jaringan tubuh baik pada saat pasien


masih

hidup

maupun

setelah

meninggal

dunia.

Jika diperlukan akan dilakukan tindakan bedah jenasah


(autopsi)
5. Jika pasien meninggal dunia, pemulasaran Jenasah akan dilakukan
secara

khusus

sesuai

kewaspadaan

standar

dengan

tetap

memperhatikan kaidah agama yang dianut.


Setelah membaca dan memahami informasi di atas, dengan ini saya :
Nama

Status

Umur

Jenis Kelamin

Nomor jati diri

(pasien / ayah / ibu / istri / suami / anak / .)

(KTP/SIM/Paspor/.......)
................., ....- .....- 20...

Pasien / Keluarga

Dokter yang menerangkan

(nama lengkap)

(nama lengkap)

Keluarga / Saksi

Perawat

(nama lengkap)

(nama lengkap)

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

61

C. Pelaporan
1. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)
a. Pelaporan Harian.
Pada saat ditemukan pasien Suspek flu burung di sarana
pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi
dan penetapan jumlah penderita flu burung dengan cepat
diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko flu
burung Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada
Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan. Formulir ini
digunakan untuk kepentingan surveilans.
Laporan Harian dikirim ke alamat :
POSKO PENANGGULANGAN FLU BURUNG DEPKES RI
Gedung Ditjen P2PL Depkes RI
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat
Telepon / Fax : 021-4257125

b. Pelaporan Bulanan
Rumah Sakit membuat laporan bulanan kasus flu burung
guna

keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas

pelayanan.
Laporan Bulanan dikirim ke alamat :
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
c/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar
Gedung Depkes Lantai V Blok B Ruang 508
Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4-9
Jakarta Selatan 12850
Telepon : 021-5222430 Fax : 021-52902046

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

62

2. Alur pelaporan
Pelaporan dibuat berjenjang dari rumah sakit yang menemukan
kasus sampai pada menteri kesehatan. (sesuai bagan terlampir)

MENKES

DITJEN BINA
YANMED

POSKO FB
DITJEN P2PL

DINKES
PROP dan
KAB/KOTA

RUMAH SAKIT

KET :
BULANAN
HARIAN

3. Monitoring dan Evaluasi (Monev)


Untuk melihat keberhasilan

penanggulangan medis flu burung

dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan


dan berkala melalui :
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Analisis laporan

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

63

i. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)


Laporan Harian Tersangka Flu Burung
Nama RS
:
Tgl membuat laporan :

NO

NAMA

UMUR
L

ALAMAT

TGL

ASAL

RIW.

M
A
S
U
K

R
U
J
U
K
A
N

KONTAK

GEJALA KLINIS
S B
U A
H T
U U
K

S P
K I
T L
. E
T K
E
N
G
G
O
R
O
K

S
E
S
A
K

D L
I A
A I
R N
E L
A
I
N

Catatan :
1. Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat
2. Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati

LABORATORIUM
L
E
U
K
O
S
I
T

T
R
O
M
B
O
S
I
T

L
I
M
F
O
S
I
T

H
I

R
T
P
C
R

P
O
S
T
M
O
R
T
E
M

L
A
I
N
L
A
I
N

R
A
D
I
O
L
O
G
I

Penanggung Jawab

TTD

T
E
R
A
P
I

KET

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

64

ii. Formulir Laporan Bulanan

NO

IDENTITAS

RIWAYAT
KONTAK

GEJALA
KLINIS
WAKTU
MASUK
RS

PEMERIKSAAN
FISIK

LAB

RADIOLOGI

TERAPI &
TINDAKAN

POST
MORTEM

KET

PENANGGUNG JAWAB

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

65

BAB IX
NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
A. BAGI KELUARGA PASIEN (BUDAYA HIDUP SEHAT)
1. Peralatan Rumah Tangga
Seluruh peralatan rumah tangga yang terkena cairan tubuh pasien
harus dibersihkan dengan sabun dan desinfektan.
2. Lantai.
Bersihkan lantai sesering mungkin (setiap hari sesuai kebutuhan)
dengan lap basah, deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada
kontaminasi, seperti darah atau percikan cairan tubuh lain seperti
yang diuraikan di bawah.
Pel

basah

adalah

alat

paling

umum

dan

dianjurkan

untuk

membersihkan lantai.
-

Teknik satu ember : digunakan satu ember larutan pembersih,


yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih berkurang
dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.

Teknik

dua

ember

satu

ember

mengandung

larutan

pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu
diperas dahulu sebelum dicelup ke dalam larutan pembersih
sehingga dapat menghemat tenaga dan bahan.
-

Teknik tiga ember : ember ketiga digunakan untuk memeras


pel sebelum dibilas, yang akan memperpanjang masa pakai air
bilasan.

3. Kamar Mandi / WC
Bersihkan sesering mungkin dengan pel khusus, sikat, dan gunakan
larutan pembersih desinfektan.

4. Kamar pasien.
Bersihkan

setiap

hari

dan

sewaktu

pasien

pulang,

dengan

menggunakan prosedur di atas. Proses pembersihan juga dilakukan


di kamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga perlu dibersihkan dan
desinfektan sebelum digunakan di kamar lain.
5. Kain/linen kotor.

65

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Kumpulkan

kain

kotor

setiap

hari

dalam

66
kontainer

tertutup

antibocor.
6. Sampah dan Tempat Sampah
Kumpulkan sampah setiap hari, hindari sampah berserakan.
Bersihkan tempat sampah yang terkontaminasi sesudah setiap
dikosongkan. Bersihkan tempat sampah bersih sekurang-kurangnya
satu kali seminggu. Pakailah larutan pembersih desinfektan dan
sikat untuk menghilangkan material organis dan kotoran lainnya.

B. BAGI ORANG YANG TINGGAL DI DAERAH TERJANGKIT


1. Penyebaran virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya
dapat dicegah. Yang dimaksud daerah terjangkit adalah daerah
dimana terdapat unggas mati akibat H5N1 pada radius 1 km.
a. Cara terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat
mungkin menghindari kontak dengan ayam, bebek, burung
peliharaan atau jenis unggas lainnya, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
b. Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggi, beritahu agar:

Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya

Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan

Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak


dengan unggas dan kotorannya

Jangan tidur berdekatan dengan unggas.

c. Jangan membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat
ke tempat lain walau anda yakin unggas anda sehat.
d. Tangani unggas yang terjangkit di daerah tersebut.
e. Jangan sajikan unggas dari daerah terjangkit.
f. Jika anda tidak sengaja kontak dengan unggas:

Cuci tangan anda secara benar dengan sabun dan air setelah
kontak

Letakkan sepatu di luar rumah dan bersihkan dari kotoran

66

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

67

Periksa suhu tubuh paling tidak sekali sehari selama satu


minggu. Jika anda mengalami panas tinggi (> 380 C),
periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

1. Penanganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai


flu burung atau mati adalah penting untuk tindakan pengendalian
dalam rangka mencegah penyebaran penyakit.
a. Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan sakit
b. Jika anda menangani unggas mati dan sakit, pastikan anda
terlindungi.
c. Jika anda menghadapi unggas yang sakit dan mati untuk
pertama

kali,

segera

beritahu

yang

berwenang

dan

yang

ayam

akan

berpengalaman untuk penanganan.


3. Dekontaminasi

areal

peternakan

dan

kandang

membantu pengendalian penyebaran penyakit.


a. Jika mungkin, tanyakan petugas profesional
b. Jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat pelindung diri (APD).
c. Burung mati harus dibakar dan dikubur dengan aman
d. Virus influenza dapat bertahan hidup lama, pencucian dengan
deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan organik
harus dibuang dari rumah peternakan.
e. Area di luar rumah yang digunakan untuk unggas yang sulit di
bersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area
tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk
merusak virus residual
f. Penyemprotan desinfektan di area luar atau tanah dengan ukuran
terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia oleh bahan
organik.
4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.
a. Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian setempat tentang
bagaimana mengubur hewan mati dengan aman
b. Ketika membakar burung mati atau kotorannya, hindari debu
yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling tidak
pada kedalaman 1 meter.

67

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

68

c. Setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur, bersihkan


semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus
influenza akan mati oleh deterjen dan desinfektan.
5. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara
benar dan di buang.
a. Setelah area dibersihkan, buang semua bahan pelindung dan cuci
tangan dengan sabun dan air.
b. Cuci pakaian dengan air sabun panas atau hangat. Jemur di
bawah terik matahari.
c. Taruh sarung tangan yang telah digunakan dan bahan habis
pakai lain lain pada tas plastik untuk pembuangan aman.
d. Bersihkan alat yang dapat digunakan kembali seperti sepatu
karet dan kacamata pelindung dengan air dan deterjen, tetapi
selalu ingat mencuci tangan setelah penanganan alat.
e. Alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur.
f. Bilas/cuci badan menggunakan sabun dan air. Cuci rambut anda.
g. Jangan biarkan diri anda terkontaminasi atau area yang sudah
bersih dengan menghindari kontak dengan kotoran, pakaian dan
alat-alat yang terkontaminasi.
h. Yang terpenting, cuci tangan setiap setelah penanganan alat-alat
terkontaminasi.
6. Sepatu yang digunakan harus di dekontaminasi
a. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi, bersihkan
sepatu dengan sabun dan air.
b. Ketika membersihkan sepatu, jangan mengibaskan partikel ke
wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik di tangan,
lindungi mata dengan kacamata pelindung, tutupi mulut dan
hidung dengan kain.
c. Tinggalkan sepatu kotor di luar rumah hingga dibersihkan dengan
benar.
7. Orang

yang

sakit

seperti

flu

harus

memperhatikan

tindakan

pencegahan tambahan.

68

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

69

a. Adalah sangat penting mencegah penyebaran influenza manusia


di daerah terjangkit. Ketika virus flu burung dan virus influenza
manusia kontak satu sama lain maka terdapat risiko terjadi
perubahan genetik sehingga virus baru akan muncul.
b. Setiap orang yang sakit seperti flu harus hati-hati dengan sekresi
hidung dan mulut bila di sekeliling orang lain, khususnya anak
kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia
c. Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin. Gunakan tisu
dan buang di tempat sampah setelah dipakai. Ajari anak-anak
untuk melakukan hal tersebut dengan baik
d. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan
sekresi dari hidung dan mulut.
e. Anak-anak cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan
tangan kotor. Ajari pentingnya membersihkan tangan setelah
batuk, bersin dan menyentuh bahan-bahan kotor.
f. Beritahukan ke institusi kesehatan segera dan cari nasehat medis
dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit, seperti
demam dan/atau gejala seperti flu.
8. Tindakan

pencegahan

yang

dapat

dilakukan

ketika

akan

mengunjungi teman ataupun saudara yang dirawat di fasilitas


kesehatan.
a. Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi dengan flu burung
ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan
APD.
b. Pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak langsung dengan
pasien dan atau lingkungan pasien.
c. Gunakan masker dengan benar dan sempurna.
d. Tinggalkan semua peralatan APD waktu meninggalkan ruangan
pasien, cuci tangan dengan air dan sabun.
9. Pada daerah yang terjangkit flu burung, jangan memakan daging
yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati.
Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas
baik yang sehat maupun sakit dari peternakan yang terinfeksi flu
burung tersebut.

69

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

70

10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, langkah-langkah


tindakan pencegahan yang harus dilakukan:
a. Menyembelih unggas gunakan metode yang tidak mencemari
lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feses dan kotoran
lainnya.
b. Menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/ayam dalam air
mendidih sebelum mencabuti bulunya.
c. Membersihkan isi tubuh unggas, gunakan metode yang tidak
mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah, debu,
feces dan kotoran hewan lainnya.
d. Jangan mengusap muka dan inderanya (contoh menggosok
mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
unggas, kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun
dan air.
11. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa
semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan baik dan
aman untuk dimakan (konsumsi).
a. Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak dengan baik.
b. Juga demikian dengan telur. Tindakan yang harus dilakukan
dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah mencuci
cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya.
Telur dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5
menit,

70oC)

tidak

akan

menularkan

flu

burung

kepada

konsumen.
c. Pada umumnya, semua makanan harus dimasak sampai matang
pada suhu 70oC atau lebih.

70

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

71

BAB X

PENUTUP

Pedoman ini merupakan revisi dari pedoman tatalaksana flu burung di


sarana pelayanan kesehatan yang diterbitkan pada Agustus 2006.
Pedoman
kesehatan

ini

dimaksudkan

untuk

memberikan

acuan

bagi

tenaga

di Rumah Sakit saat menatalaksana pasien flu burung dan

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.


Pedoman

ini

perlu

disosialisasikan

ke

seluruh

Sarana

Pelayanan

Kesehatan. Pada pelatihanpelatihan penatalaksanaan kasus flu burung


untuk

petugas

kesehatan

di

Rumah

Sakit

pedoman

ini

dapat

diimplementasikan dengan baik.


Secara berkala pedoman ini akan dievaluasi, sehingga bila diperlukan
perubahan perubahan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan akan
dilakukan revisi agar pedoman ini menjadi lebih sempurna sehingga
penanganan flu burung menjadi lebih baik lagi.

71

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

72

Lampiran 1. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Sarana Pelayanan


Kesehatan Non Rujukan

DATANG SENDIRI
Tanpa RISTI

DATANG SENDIRI
Dengan RISTI

RUJUKAN

TEMPAT
PENDAFTARAN
PASIEN
POLIKLINIK :
- Umum
- Paru
- P. Dalam
- Anak

TRIAGE
IRD
SUSPEK
FLU BURUNG

Tidak
RAWAT
JALAN / INAP

Ya
Berikan
Oseltamivir

Kirim ke Rumah
Sakit Rujukan FB

72

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

73

Lampiran 2. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Rumah Sakit


Rujukan

DATANG SENDIRI
Tanpa RISTI

DATANG SENDIRI
Dengan RISTI

RUJUKAN

TEMPAT
PENDAFTARAN
PASIEN
POLIKLINIK :
- Umum
- Paru
- P. Dalam
- Anak

TRIAGE
IRD
SUSPEK
FLU BURUNG

Tidak
RAWAT
JALAN / INAP

Ya
RAWAT
INAP
ISOLASI

Alur
Penatalaksanaan
Medis

73

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Lampiran

3.

Tabel

panduan

pemberian

74
antibiotik

untuk

pneumonia
Rawat jalan

Tanpa faktor modifikasi


-

Golongan laktam atau laktam + anti


laktamase

Dengan faktor modifikasi


-

Golongan laktam + anti laktamase atau


fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,
moksifloksasin, gatifloksasin

Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru


(roksitromisin,klaritromisin, azitromisin)
Rawat inap

Tanpa faktor modifikasi :


-

Golongan betalaktam + anti betalaktamase iv,


atau

Sefalosporin G2,G3 iv,atau

Fluorokuinolon respirasi iv

Dengan faktor modifikasi :


-

Sefalosporin G2,G3 iv atau

Fluorokuinolon respirasi iv

Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik ditambah


makrolid baru
Ruang rawat
intensif

Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :


Sefalosporin G3 iv non pseudomonas ditambah
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv
Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah fluorokuinolon antipseudomonas
(siprofloksasin) iv atau aminoglikosida iv
Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik
sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah aminoglikosida iv, ditambah lagi
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv

Catatan :
Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah :
C. Pneumokokus resisten terhadap Penisilin

Umur lebih dari 65 tahun

Memakai obat obatan golongan beta laktam selama tiga bulan


terakhir

74

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Pecandu alkohol

Penyakit gangguan kekebalan

Penyakit penyerta yang multipel

75

D. Bakteri enterik gram negatif

Penghuni rumah jompo

Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru

Mempunyai kelainan penyakit multipel

Riwayat pengobatan antibiotik

E. Pseudomonas aeruginosa

Bronkiektasis

Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari

Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir

Gizi kurang

75

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

76

Lampiran 4. Panduan untuk mengumpulkan bahan pemeriksaan


A. Persiapan petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
-

Laboratorium jas (lengan panjang)

Sarung tangan (karet)

Kaca mata pelindung

Masker (N95 untuk petugas dan pasien)

Tutup kepala (plastik)

B. Macam / Jenis spesimen


1. Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas
Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus
dan pemeriksaan dengan PCR. Spesimen tersebut meliputi :
-

Usap nasofaring

Bilasan nasofaring

Usap orofaring

Bilasan nasofaring merupakan spesimen untuk mendeteksi virus


saluran napas, terutama pada anak anak berumur 2 tahun atau
kurang.
Untuk usap nasofaring :
Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang
atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan
usapan pada kedua lubang hidung.
Untuk usap orofaring
Lakukan usapan pada bagian belakang faring dan daerah tonsil,
hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian masukkan swab
sesegara mungkin kedalam cryotube (tabung tahan pendinginan)
yang berisi 2 ml media transport virus (hanks BSS + antibiotika).
Putuskan tangkai plastik di daerah mulut botol / tabung agar botol /
tabung dapat dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini
dengan tisu bersih dan masukkan kertas koran yang telah diremas
remas

untuk

menghindari

terjadinya

benturanbenturan

pada

tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak


pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis
tupper ware ).
2. Spesimen dari saluran pernapasan bagian bawah

76

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

Spesimen

yang

diambil

dapat

berupa

77
bilasan

bronkoalveolar,

aspirasi transtrakeal, atau cairan pleural. Setelah itu, separuh cairan


disentrifugasi (pada laboratorium dengan BSL-2+) dan endapan
selnya difiksasi dalam botol dengan tutup luar yang bagian
dalamnya mengandung ring untuk penahan. Semua spesimen ini
masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas.
3. Spesimen darah / sera
Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit) harus
diambil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus
dilakukan lagi pada fase konvalesen (714 hari setelah pengambilan
darah primer) dan segera dikirimkan.
Cara pengambilan sampel darah / sera:
Diambil 25 ml darah vena dalam tabung steril (2 ml dari anak anak
dan 5 ml dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan
kewaspadaan universal secara ketat).
a. Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa
1) Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung bertutup karet
(tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah).
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus
dilakukan di Badan Litbangkes, Jakarta, atau laboratorium yang
ada sentrifus.
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan memasukkan
kertas koran yang telah diremas ke dalam kotak pengiriman
primer.

b. Pengambilan darah pakai jarum vacutainer


1) Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet
sebanyak 2 ml dari anak anak dan 5 ml dari orang dewasa.
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung steril membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan
di Badan Litbangkes, Jakarta, atau di laboratorium yang ada
sentrifuge

dengan G. 5.000 10.000.

77

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

78

4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan masukkan


kertas koran yang telah diremas ke dalam kolak pengiriman
primer.
C. Cara pemberian label
Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang
berisi

informasi

nama

pasien,

umur,

jenis

kelamin,

tanggal

pengambilan, lokasi pengambilan, jenis spesimen.

(S

= Darah/Serum, Nt = usap Oro dan Nasofaring).


Label ditulis dengan pensil 2B, ballpoint atau spidol yang tidak luntur.
Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik
harus menuruti ketentuan WHO. Bungkus kotak pengiriman dengan
tisu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah benturan
benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak
pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung
lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu
pengiriman suhu sama. Bila pengiriman dalam suhu 4 C, masukkan
beberapa kantong es yang sudah dibekukan lebih dahulu.
a). Pengepakan primer (Kotak Pengiriman Primer)
-

Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya


berulir harus dilapisi dengan parafilin atau sejenisnya.

Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah


untuk mencgah pecah akibat berhimpitan.

Gunakan

material

pendukung

di

selasela

wadah

yang

mempunyai daya hisap untuk menghisap seluruh isi yang


terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau
pecah.
-

Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim


sertakan besarnya volume media transport yang digunakan.

Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml
atau 500 gram bahan.

Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen


diagnostik.

b). Pengepakan sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder)


-

Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan


infeksius.

Pengepakan sekunder harus kedap air.

78

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

79

Wadah bagian luar dilabel dengan :


1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN
2. JANGAN DIBALIK
3. KEPADA (alamat tujuan)
KEPADA
Kepala Puslitbang Pemberantasan Penyakit
Badan Litbang Kesehatan
Jln. Percetakan Negara no 29, Jakarta 10560
Telepon : 021 426 1088 ext 134/ 021 425 9860
Fax : 021 424 5389
Kp3m@litbang.depkes.go.id
selitbang@litbang.depkes.go.id

79

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

80

Lampiran 5. Formulir Spesimen

NOMOR IDENTIFIKASI PASIEN


AI

Kode
Propinsi

JENIS
PASIEN

Kode
kab/ kota

Umur
dlm thn

Jenis
kelamin

Nomor

Keterangan
Jenis pasien : C = Kasus K = Kontak S = Survei
Kode Propinsi, Kode Kab / Kota liaht di lampiran no Epid
Jenis kelamin : L = laki-laki P = Perempuan

Nomor Sampel

Nomor kasus

Jenis
sampel

Sampel
keberapa

Jenis sampel : T = Usap tenggorokan


H: Usap hidung
N: Usap nasofaringeal
F: Faeces
U: Urine
R: Trakeal
S: Serum

80

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

81

Lampiran 6.
Manajemen

Tindakan

Keperawatan

Pada

Penatalaksanaan

Keperawatan Flu Burung


1. MANAJEMEN JALAN NAPAS
Definisi:
Mempertahankan kepatenan jalan napas
Aktifitas:

Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

Pasang Orofaringeal Tube bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan

Lakukan suction pada Orofaringeal Tube

Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara

Atur keseimbangan cairan

Monitor respirasi dan status O2

2. MANAJEMEN CAIRAN
Definisi:
Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi dari
abnormalitas status cairan
Aktifitas:

Timbang BB tiap hari dan monitor kenaikan BB

Pertahankan intake dan output secara akurat

Pasang kateter bila perlu

Monitor status hidrasi (membran mukosa, kekuatan pulse,


tekanan darah orthostatik)

Monitor hasil laborat yang berhubungan dengan retensi air


(peningkatan BUN, penurunan HCT dan peningkatan osmolalitas
urine)

81

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

82

Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, PCWP.

Monitor tanda-tanda vital

Monitor indikasi adanya overload, retensi cairan

Tetapkan lokasi dan luasnya oedem

Monitor pemasukan cairan dan nutrisi dan tentukan/hitung intake


kalori tiap hari

Berikan terapi IV

Monitor status nutrisi

Berikan diuretik sesuai dosis

Berikan cairan iv sesuai dengan suhu kamar

Tingkatkan intake oral

Beri cairan selama 24 jam

Monitor respons pasien terhadap terapi elektrolit

Konsul jika muncul tanda dan gejala kelebihan cairan

Siapkan produk darah bila perlu

3. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK


Definisi:
Menggunakan alat artificial untuk membantu pasien bernapas
Aktifitas:

Monitor kelemahan otot-otot respirasi

Monitor kelemahan (impending) respirasi

Konsultasikan dengan tim kesehatan lain dalam penggunaan


mode di ventilator

Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai alat-alat atau


rasanya penggunaan ventilator mekanik

Monitor secara rutin penggunaan ventilator

Monitor peningkatan tekanan inspirasi

Pastikan alarm ventilator dalam posisi menyala

Berikan sedatif, analgetik narkotik bila perlu sesuai program

Monitor

efektifitas

ventilasi

mekanik

pada

status

psikologik/fisiologik pasien

Lakukan tindakan dengan tenang

82

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

83

Berikan alat-alat yang diperlukan pasien untuk komunikasi


(kertas, pensil)

Cek seluruh konektor ventilator secara reguler

Kosongkan air dari selang bila perlu

Pastikan perubahan sirkuit ventilator tiap 24 jam bila perlu

Gunakan prosedur aseptik

Monitor tekanan ventilator dan bunyi napas

Selama penghisapan, stop pemberian NGT dan 30-60 menit


setelah fisioterapi dada

Matikan alarm ventilator selama penghisapan untuk menurunkan


frekuensi/alarm kekeliruan

Monitor perkembangan pasien saat terpasang ventilator dan


lakukan perubahan sesuai indikasi

Posisi semi Fowler

Kolaborasi dengan dokter untuk menggunakan CPAP dan PEEP


untuk meminimalkan hipoventilasi alveolar

Lakukan fisioterapi dada

Lakukan suction seminimal mungkin dengan teknik close suction

Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat

Lakukan perawatan mulut secara teratur

Monitor respon pasien terhadap pemakaian ventilator dan setiap


perubahan setting ventilator (kadar AGD, SaO2, CO2, volume
tidal)

Monitor derajat dari shunt, kapasitas, V2/V1, MVV, kekuatan


inspirasi, FEV, untuk kesiapan menyapih dari ventilator mekanik
berdasarkan pada protap.

4. MANAJEMEN ASAM BASA


Definisi:
Mempertahankan

keseimbangan

asam

basa

dan

mencegah

komplikasi dari ketidakseimbangan asam basa.


Aktifitas:

Pertahankan kepatenan akses iv

Pertahankan kepatenan jalan napas

Monitor tingkat analisis gas darah dan elektrolit

83

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

84

Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, dan


PCWP jika terpasang

Monitor kehilangan asam dari muntah, produk NGT, diare dan


produk diuresis

Monitor kehilangan basa dari drainase dan diare

Atur posisi untuk memfasilitasi ventilasi adekuat misalnya jalan


napas terbuka dan elevasi kepala

Monitor adanya gagal napas (PaO2 turun, PaCO2 naik dan


kelemahan otot pernapasan)

Monitor pola pernapasan

Monitor determinan

Kirimkan spesimen untuk pemeriksaan laborat dari


keseimbangan asam basa

Kurangi pemakaian O2 jika perlu

Monitor status neurolgis

Atur pemberian obat alkali bila perlu

Beri perawatan mulut secara teratur

Instruksikan pada klien dan keluarga untuk kegiatan pengobatan


ketidakseimbangan asam basa

84

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

85

Lampiran 7. Formulir Rujukan Pasien


Kepada
Yth. Teman Sejawat ................................
Di
.....................................

Bersama ini kami merujuk pasien Flu Burung sebagai berikut :


Nama

:...................................................................

Umur

:..................... thn bln

Jenis Kelamin

:..................... ( L / P )

Alamat

:Jln... No
Rt. Rw .
Kelurahan

:.

Kecamatan :..
Tanggal mulai sakit

: .

Tanggal mulai dirawat :.Jam.


A. Hasil Pemeriksaan Klinis

B. Hasil Pemeriksaan Penunjang

85

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

86

C. Pengobatan yang telah diberikan :

........................., ..... ................... 20....


( nama sarana pelayanan kesehatan )
Dokter / Perawat yang merawat

( nama terang )

86

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

87

Lampiran 8. Surat Keterangan Pasien Pulang


KOP SURAT INSTANSI YANG BERSANGKUTAN

Surat Keterangan Pasien Pulang


No. .............................
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama

: .................................

NIP

: .................................

Jabatan

: .................................

Instansi

: .................................

Menerangkan bahwa pasien :


Nama

: .................................

Umur

: .................................

Jenis Kelamin

: .................................

Alamat

: .................................

Pekerjaan

: .................................

Saat ini dinyatakan bukan pengidap/sembuh* dari penyakit flu burung.


Demikian

surat

keterangan

ini

dibuat

agar

dapat

dipergunakan

sebagaimana mestinya.

........................, ..../..../20....

(Nama Lengkap)
NIP.................
* Coret yang tidak perlu

87

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

88

Lampiran 9. Ruang Isolasi

Gb-1. Model Alur Pelayanan Ruangan Pasien Flu Burung ke R. Isolasi

Poliklinik Rawat Inap

Poliklinik Rawat Jalan

Ambulan

R. Dekontaminasi di IGD

Triase (IGD)

Selasar RS (pasien dan


petugas menggunakan
APD)

Gedung Isolasi

R.Rawat Pasien
Terkonfirmasi

R.Rawat Pasien
Suspek

R.Rawat Pasien
Probabel

88

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

89

Gb-2. Model Varian R. Isolasi untuk Flu Burung


SELASAR RUMAH SAKIT

R. Tunggu
Pasien

R. Tunggu
Pasien

R.Adm.
Internal
R. Antara /
Transfer
Chamber /
Air-Lock

R.Rekam
Medik
Internal &
Diskusi

Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Air Curtain

Stainless Steel
Sink

Waste
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Sirkulasi
R. Rawat

Air Curtain

Minimal
120 cm

Sirkulasi
R. Rawat

Air Curtain
Air Curtain

Air Curtain

Stasi Perawat R. Isolasi


Probable (;Probable
Nurse Station Area)

IV Ceiling-Track

Hand-dryer
Stainless Steel
Sink
R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)

Stasi Perawat R. Isolasi


Pasien Terkonfirmasi (;
Confirm Nurse Station
Area)

Modular
Tt-PROBABLE
Air Curtain

Modular
Tt-CONFIRM

Bed Head Unit

Medical Stainless Steel


Sink

Air Curtain

Hand-dryer
Room Cabinet
w/Flat Top

Km/Wc Pria

Air Curtain

R Lab

Km/Wc
Wanita

R. Rawat Intensif Isolasi


Pasien TERKONFIRMASI
(;CONFIRM H5N1
Isolation Ward)

R. Rawat Intensif Isolasi


Pasien Berkemungkinan
(;PROBABLE H5N1
Isolation Ward)

R. Antara -2
(;Preparation Rm)

Air Curtain

Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Stainless Steel
Sink

Modular
Tt-SUSPECT

Sirkulasi
R. Rawat

Air Curtain

Minimal
120 cm

Sirkulasi
R. Rawat

Air Curtain
Air Curtain

Air Curtain

R. Rawat Intensif Isolasi


Pasien TERKONFIRMASI
(;CONFIRM H5N1
Isolation Ward)

Stasi Perawat R. Isolasi


Suspect (;Suspect
Nurse Station Area)

IV Ceiling-Track

Hand-dryer
Stainless Steel
Sink
R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)

Stasi Perawat R. Isolasi


Pasien Terkonfirmasi (:
Confirm Nurse Station Area)

Air Curtain

Waste
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Modular
Tt. CONFIRM

Bed Head Unit

Medical Stainless Steel


Sink

Air Curtain

Hand-dryer
Room Cabinet
w/Flat Top

R. Rawat Intensif Isolasi


Pasien Tercurigai
(;SUSPECT H5N1
Isolation Ward)

R. Antara -2
(;Preparation Rm)

Air Curtain

Air Curtain

Air Curtain

R.Loker
Petugas

Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006

R.Transfer
Dirty
Utility &
Linen

Air Curtain

Clean
Storage
(Linen,
Equipment
&
Medicine)

Clean
Storage
Air Lock /
Tranfer
Chamber

R.Spoelhoeck &
Desinfektanisasi

Model Varian
Tata-Ruang Dalam R.Isolasi

R.KM/WC
Petugas

Skala Garis
0

200

400

600

2m

4m

6m

89

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

90

Gb-3. Model Varian-1 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung

Minimal (l)
Modular
400 cm

Minimal (l)
Modular
150 cm

Minimal (l)
Modular
400 cm

Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top


Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Adult/Pediatric Ventilator Set
Infusion Pump w/Standard Tripod
Syrenge Pump w/Standard Tripod

Mobile Aneroid Sphigmanometer Set


w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
High Volume 15" Exhauster
Exhauster Shaft

Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Minimal (p)
Modular
300 cm

Stainless Steel
Sink

IV Ceiling-Track
Hand-dryer

R. Antara -2
(;Preparation Rm)

Waste
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Minimal (p)
Modular
400 cm

Hand-dryer

Medical Stainless Steel


Sink

R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)

Instrument Table w/ Top


Foldable Writing Table

Room Cabinet
w/Flat Top

R. Rawat Intensif Isolasi


(;H5N1 Isolation Ward)

Stainless Steel
Sink

Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006

Bed Head Unit

Minimal
Sirkulasi
240 cm
(Max. Bed Length in the
Medical Equipment
Market is + 2352mm at
Feb,2006)

Sirkulasi
R. Rawat

Minimal
120 cm

Minimal (p)
Modular
200 cm

Stasi Perawat R. Isolasi


(;Nurse Station Area)
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Model Varian - 1
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-2

Skala Garis
0

200

400

600

2m

4m

6m

90

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

91

Gb-4. Model Varian-2 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung

Minimal (l)
Modular
150 cm

Minimal (l)
Modular
300 cm

Minimal (l)
Modular
300 cm

ed-Side Cabinet w/ Flat Table Top


Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Adult / Pediatric Ventilator Set
Infusion Pump w/Standard Tripod
Instrument Table w/ Top Foldable
Writing Table

Syrenge Pump w/Standard Tripod


High Volume 15" Exhauster

Mobile Aneroid Sphigmanometer Set


w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope

Exhauster Shaft

Air Curtain

Hand-dryer

Stainless Steel
Sink

Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top

IV Ceiling-Track

Air Curtain

Handdryer

R. Antara
Petugas
(; Air Lock
Foyer for
Medical Staff )

Air Curtain

R. Rawat Intensif Isolasi


(;H5N1 Isolation Ward)

Minimal (p)
Modular
300 cm

Air Curtain

Modular
R. Rawat

Stainless
Steel
Sink

Waste
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Room Cabinet
w/Flat Top

Room Cabinet
w/Flat Top

Bed Head Unit

Minimal
Sirkulasi
240 cm
(Max. Bed Length in the Medical
Equipment Market is + 2352mm at
Feb,2006)

Air Curtain

Sirkulasi
R. Rawat

Minimal
120 cm

Minimal (p)
Modular
200 cm

Stasi Perawat R.Isolasi


(;Nurse Station Area)
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Model Varian - 2
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.

Skala Garis
0

200

400

600

2m

4m

6m

Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)

91

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

92

Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)

Minimal (l)
Modular
300 cm

Minimal (l)
Modular
150 cm

Minimal (l)
Modular
300 cm

Minimal (l) Modular 300 cm


Mobile Aneroid Sphigmanometer Set
w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope

Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top


Bed-Side (Vital Sign) Monitor

Minimal (p) Modular


150 cm
Minimal (p) Modular
120 cm

Exhauster Shaft
High Volume 15" Exhauster

Instrument Table w/ Top Foldable


Writing Table

Km/WC

Air Curtain

R. Antara Km/WC

Adult / Pediatric Ventilator Set

Air Curtain

Infusion Pump w/Standard Tripod


Bed Head Unit

Hand-dryer

Air Curtain

IV Ceiling-Track

Modular
R. Rawat

Stainless Steel
Sink

Air Curtain

Room Cabinet
w/Flat Top

Minimal (p)
Modular
200 cm

Air Curtain

R. Antara
Petugas
(; Air Lock
Foyer for
Medical Staff )

Air Curtain

Minimal
Sirkulasi
240 cm
(Max. Bed Length in
the Medical
Equipment Market
is + 2352mm at
Feb,2006)

R. Rawat Intensif Isolasi


(;H5N1 Isolation Ward)

Syrenge Pump w/Standard Tripod

Handdryer
Waste
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Minimal (p)
Modular
300 cm

Clean
PPE-Cabinet
w/Flat Top

Stainless
Steel
Sink

Air Curtain

Sirkulasi
R. Rawat

Minimal
120 cm

Stasi Perawat R.Isolasi


(;Nurse Station Area)
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Model Varian - 3
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.

Skala Garis
0

200

400

600

2m

4m

6m

Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu


Burung

92

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

93

R.Antara
/Persiapan
/TC

R. Perawatan
Isolasi

DENAH SKEMATIK
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)

EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
UV-Lamp Set
Indoor Unit
(min) 1 Pk
(Bergantung Besaran
Ruangan)

EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)

Selasar
R.Perawatan Isolasi

Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu


Burung

EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)

45,00 cm

EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
Pre / EPA Filter Set

45,00 cm

UV-Lamp Set

77,50 ~ 102,50 cm

UDARA BERSIH KELUAR


(; FRESH AIR-OUTLET)

45,00 cm

80,00 ~ 85,00 cm

UDARA KOTOR
RUANGAN KELUAR
(; ROOM WASTE
AIR-OUTLET)
UDARA BUANGAN BERSIH
STERILISATOR UDARA
(;STERISATOR CLEAN WASTE
AIR-OUTLET)

375,00~400,00 cm

UDARA BERSIH
RUANGAN MASUK
(; ROOM CLEAN
280,00 cm AIR-INTAKE)

UDARA KOTOR
RUANGAN KELUAR
(; ROOM WASTE
AIR-OUTLET)

10,00 cm
17,50 cm

Pre / EPA Filter Set


EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
Burner Set

Design & Drawing Copyright by Aryosi-PSPPK-2006

PSPPK, SETJEN, DEPKES-RI c 2006

EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)

TAMPAK POTONGAN A-A


RUANG ISOLASI & STERILISATOR UDARA

93

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

94

Daftar Peralatan Di Ruang Isolasi Flu Burung


No.
I

Nama Alat
Alat Kedokteran/Keperawatan/Kesehatan

1.

21.

Bronkoskopi
TT 3 Posisi + matras
Ventilator
Bed Side Monitor
Analisis Gas Darah
Mobile X Ray
Ultra Violet Lamp
APD (Alat Perlindungan Diri)
Nebulizer
Intubasi set
Oxgen Consentrator Complete with Accessories
Infusion Pump
Syringe pump
EKG 12 Channel
Defribilator
Automatic Film Processor
Vena Sectie
Sterilasator Kering
Suction Pump
Central Monitor
Stretcher

22.

Manometer O2 central

23.

Tensimeter

24.

Stethoscope

25.

Termometer

26.

Standar Infus

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

II

APD

1.

Baju Operasi

2.

Gaun/Jas Operasi

3.

Sepatu Boot

4.

Topi Bedah/Tutup Kepala

No.

Nama Alat

5.

Masker Bedah

6.

Masker N95

7.

Sarung Tangan Panjang

8.

Sarung Tangan Biasa/Bedah

9.

Kaca Mata Pelindung

94

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit


10.
III

Apron Plastik
Alat Rumah Tangga

1.

Lemari Alat Tenun

2.

Lemari Pakaian

3.

Ember Besar dan Kecil

4.

Tempat Sampah Medis

5.

AC / Kipas Angin

6.

Sikat Cuci Tangan

IV

95

Alat Habis Pakai

1.

Desinfektan

2.

Sabun

3.

Tisu

4.

Plastik Sampah

95

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

96

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi Flu Burung


1) Perawatan Isolasi (Isolation Room)
a. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
e. Modular minimal = 3 x 3 m2
2) Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
3) Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang
rawat isolasi
d. Modular minimal = 3 x 2,50 m2
4) Area Sirkulasi (Circulation Corridor)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal lebar = 2,40 m

5) Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)


a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

96

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

97

Lampiran 10. Diagnosis Klinis Flu Burung oleh WHO

Definisi Kasus untuk Infeksi Virus Influenza A (H5N1)


WHO pada Manusia
29 Agustus 2006
Latar Belakang
Pelaporan kasus influenza H5N1 yang cepat dan akurat adalah landasan
utama untuk memonitor baik evolusi global penyakit flu burung dan risiko
yang menyertainya bahwa suatu virus pandemik mungkin muncul. Dalam
kerja sama dengan beberapa mitra, WHO sudah mengembangkan definisi
kasus yang baku untuk memfasilitasi :
1. Pelaporan dan klasifikasi kaus-kasus infeksi H5N1 pada manusia oleh
para pejabat kesehatan nasional dan internasional.
2. Pembakuan bahasa untuk tujuan-tujuan komunikasi.
3. Keterbandingan data lintas waktu dan daerah geografik.
Penerapan Definisi Kasus H5N1
1. Definisi kasus itu berlaku pada fase kewaspadaan pandemik sekarang
ini (fase 3) dan mungkin berubah ketika informasi baru tentang
penyakit flu burung dan epidemiologinya tersedia.

2. Pejabat nasional yang berwenang harus melaporkan secara resmi


kasus-kasus H5N1 yang probabel dan konfirm kepada WHO. Definisi
kasus untuk orang-orang yang dalam investigasi dan kasus-kasus
suspek telah dikembangkan untuk membantu para pejabat nasional
yang berwenang dalam mengklasifikasi dan menelusuri kasus-kasus.

3. Definisi kasus itu tidak dimaksudkan untuk menyediakan deskripsideskripsi

penyakit

yang

lengkap

pasien-pasien

tetapi

untuk

membakukan pelaporan kasus-kasus.

97

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

98

4. Dalam situasi klinik yang membutuhkan putusan-putusan mengenai


pengobatan, pelayanan atau triage orang-orang yang mungkin
terinfeksi H5N1, dan bukan ketaatan pada definisi kasus. Karena
sebagian besar pasien dengan infeksi H5N1 menunjukkan demam dan
keluhan-keluhan saluran napas bagian bawah spektrum klinik luas.
Definisi Kasus
Orang yang dalam Investigasi
Seseorang yang telah diputuskan oleh para pejabat kesehatan yang
berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi kemungkinan
H5N1
Kasus Suspek H5N1
Seseorang dengan penyakit saluran napas bawah yang tidak bisa
dijelaskan disertai demam (suhu > 38o C),

batuk, sesak napas atau

kesulitan bernapas. Dan satu atau lebih dari pemaparan dalam

7 hari

sebelum mulainya gejala :


-

Kontak erat (dalam jarak 1 meter) dengan seseorang (merawat,


berbicara dengan atau meraba) orang yang dicurigai menderita
penyakit flu burung, probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.

Pemaparan

(misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,

memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) terhadap ternak ayam


atau unggas liar atau bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang
tercemar oleh kotoran unggas-unggas itu dalam wilayah dimana infeksi
dengan

H5N1

pada

hewan

atau

manusia

telah

dicurigai

atau

dikonfirmasi dalam bulan terakhir.


-

Konsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak
sempurna dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan
atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir.

Kontak

dekat

dengan

seekor

binatang

yang

telah

dikonfirmasi

terinfeksi H5N1 bukan ternak ayam atau unggas-unggas liar (misalnya


kucing atau babi)
-

Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai


mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium atau tempat
lainnya.

98

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

99

Kasus Probabel H5N1 (Lapori WHO)


Definisi 1 probabel
Seseorang memenuhi kasus suspek
DAN
Satu kriteria tambahan berikut ini :
a. Infiltrat atau bukti dari suatu pneumonia akut pada gambaran foto
toraks ditambah denagn bukti gagal napas (hipoksemia, takipneu
berat)
ATAU
b. Konfirmasi laboratorium positif untuk infeksi Influenza A tetapi bukti
untuk infeksi H5N1 tidak cukup positif.
Definisi 2 probabel
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas akut
yang tidak bisa dijelaskan yang dianggap secara epidemiologi berkaitan
karena waktu, tempat dan pemaparan terhadap kasus H5N1 yang sudah
terkonfirmasi.
Kasus H5N1 terkonfirmasi (Lapori WHO)
Seseorang yang memenuhi kriteria untuk kasus suspek atau probabel
DAN :
Satu

dari

hasil-hasil

berikut

ini

yang

dilaksanakan

dalam

suatu

laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang hasil


pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi.
a. Isolasi suatu H5N1 virus
b. Hasil-hasil H5 PCR positif dari pemeriksaan-pemeriksaan menggunakan
dua sasaran PCR yang berbeda misalnya primer khusus untuk influenza
A dan H5 HA
c. Suatu peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam titer antibodi netralisasi
untuk H5N1 berdasarkan pemeriksaan dari

suatu spesimen serum

akut (diambil 7 hari atau setelah gejala penyakit mulai) dan suatu
spesimen serum konvalesen.

Titer antibodi netralisasi konvalesen

harus pula 1 : 80 atau lebih tinggi.

d. Suatu titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1 : 80 atau lebih dalam


suatu spesimen serum yang diambil pada hari ke 14 atau sesudahnya
setelah gejala penyakit mulai dan suatu

hasil positif menggunakan

99

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

100

suatu assay serologi yang berbeda, misalnya titer HI sel-sel darah


merah kuda 1 : 160 atau lebih atau suatu hasil positif H5 western blot.

100

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

101

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 756/MENKES/SK/IX/2006
TENTANG
PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

Mengingat:

a.

bahwa kecenderungan meningkatnya penderita penyakit flu


burung (Avian influenza) yang berpotensial menjadi pandemi
melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan flu
burung sebagai Kejadian Luar Biasa(KLB);

b.

bahwa penanganan penderita penyakit flu burung


memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta
memerlukan biaya yang cukup besar;

c.

bahwa untuk meringankan beban biaya masyarakat


penderita flu burung diperlukan langkah kebijakan
pembebasan biaya pasien penderita flu burung yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

1.

UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;

2.

UndangUndang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah


Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

3.

UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang


Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3447);

5.

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang


Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

6.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989


tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan dan Tata Cara
Penanggulangannya;

7.

Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung (Avian Influenza);

101

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

102

8.

Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung
Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta
Pedoman Penanggulangannya;

9.

Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Kesatu

KEPUTUSAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU
BURUNG DI RUMAH SAKIT.

Kedua

Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu


berlaku bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang telah
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan
Rumah Sakit Non Rujukan Flu Burung (pemerintah maupun
swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke Rumah
Sakit Rujukan Flu Burung.

Ketiga

Pembebasan biaya dimaksud Diktum Kedua meliputi :


1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi,
Ruang ICU dan Jasa dokter;
3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi);
4. Obatobatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan).

Keempat

Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga


berlaku untuk :
a. Pasien suspek flu burung sampai hasil pemeriksaan Lab
PCR (-);
b. Pasien suspek flu burung dengan hasil pemeriksaan Lab
PCR (+) sampai dinyatakan sembuh atau PCR (-);
c. Pemulasaran Jenazah.

102

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

103

Kelima

Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua


yang menangani pasien flu burung dapat mengajukan
penggantian biaya (klaim biaya) kepada Departemen
Kesehatan dengan mengacu pada prosedur sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Keenam

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan


kepada pasien penderita flu burung terhitung mulai
berlakunya Keputusan ini agar mengacu pada ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Keputusan ini.

Ketujuh

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di
Pada tanggal

: Jakarta
: 20 September 2006

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

103

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

104

Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor
: 756/MENKES/SK/IX/2006
Tanggal
: 20 September 2006

PEDOMAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PENANGANAN


PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

A. PENDAHULUAN
Konsensus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UndangUndang Dasar 1945
pasal 28 H dan UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara.
Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggungjawab mengatur
agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.
Saat ini salah satu penyakit yang mengancam hak fundamental masyarakat untuk
hidup sehat adalah penyakit Flu Burung. Penyakit ini menyerang sistem
pernafasan dengan angka kematian yang sangat tinggi (>50 %), penyebabnya
adalah virus Influenza A subtipe H5N1

subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;

N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam),


namun pada tahun 1997 infeksi flu burung telah berpindah dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influensa A
subtipe H5N1.
Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997
dimana dari 18 orang penderita 6 orang meninggal dunia. Data Depkes per
tanggal 6 September 2006 dilaporkan bahwa jumlah kasus konfirm sebanyak 62
orang dengan angka kematian sebanyak 47 orang. Akhir-akhir ini kasus flu
burung berkembang dengan cepat dihampir seluruh propinsi di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Menteri Kesehatan RI melalui Surat
Keputusan Nomor : 1371/Menkes/SK/IX/2005 telah menetapkan 44 Rumah Sakit
sebagai rujukan dalam menangani pasienpasien menderita Flu Burung dan
menetapkan penyakit ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sehubungan dengan hal tersebut Departemen Kesehatan telah mempersiapkan
secara bertahap Rumah Sakit Rujukan Flu Burung baik di segi sarana (peralatan
medis, bahan habis pakai dan obatobatan), prasarana (ruang isolasi) maupun
peningkatan SDM yang terampil. Pembiayaan perawatan pasien termasuk biaya

104

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

105

rujukan dan penguburan merupakan hal yang sangat penting untuk ditata secara
baik, mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan selama pasien dirawat di rumah
sakit.

B. TUJUAN
Umum
:
Mempercepat penanganan pasien Flu Burung.
Khusus

1.

Mempercepat akses ke Rumah Sakit.

2.

Memberikan pelayanan sesuai Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di


Rumah Sakit.

3.

Menyederhanakan mekanisme pengajuan klaim ke pemerintah dalam hal ini


Departemen Kesehatan RI.

C. MEKANISME KERJA DALAM PENGAJUAN KLAIM


1. Direktur Utama/Direktur Rumah Sakit yang merawat penderita membuat
permohonan penggantian biaya pengobatan bagi pasien Flu Burung
Kepada Departemen Kesehatan,
Cq :

Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar


Gedung Departemen Kesehatan
Lt V Blok B Ruang 508
Jl. HR. Rasuna Said X5 Kav 59
Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5222430
Fax
: 021-5222430, 021-52902046

dengan melampirkan bukti-bukti lengkap dan asli sesuai prosedur


administrasi yang berlaku bagi pengelola keuangan negara.
2. Mengisi Formulir Pasien dan Rekapitulasi Pasien penderita Flu Burung
yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam rangkap 3
(tiga) asli.(contoh terlampir)
3. Penulisan kwitansi dalam rangkap 3 asli (contoh terlampir).
4. Melampirkan fotocopy Medical Record Pasien.
5. Melampirkan obat & Bahan Habis Pakai yang digunakan.
6. Pemeriksaan Laboratorium & Radiologi didasarkan atas indikasi medis
semata & atas permintaaan dokter yang merawat.
7. Biaya rujukan di sesuaikan oleh jarak asal rujukan ke Rumah sakit rujukan
dengan memperhatikan azas kewajaran.

105

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

106

8. Penggunaan obatobatan dan bahan habis pakai mengacu pada pedoman


penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan yang
dikeluarkan Departemen Kesehatan.
9. Seluruh Berkas akan di Verifikasi dan selanjutnya bila sudah sesuai dengan
prosedur administrasi yang berlaku akan dibayarkan kepada Rumah Sakit
yang mengajukan klaim tersebut.
10. Bagi RS non Rujukan yang menerima pasien Suspek Flu Burung, agar
sesegera mungkin merujuk ke RS Rujukan Flu Burung setempat.
D. PENUTUP
Dengan terbitnya pedoman ini diharapkan penanganan terhadap pasien Flu
burung di Rumah Sakit menjadi lebih baik lagi, sehingga angka kematiannya dari
hari kehari dapat diturunkan.
E. CONTOH FORM

Form 1 contoh: format rekapitulasi

Form 2 contoh: format kwitansi

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

106

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

107

FORM 1:
REKAPITULASI PASIEN PENDERITA FLU BURUNG
Propinsi
Kabupaten/Kota
Rumah Sakit
No.

Nama Penderita

:
:
:
No
Rekam
Medik

Umur

Sex
L/P

Alamat

Rawat
Inap

Jalan

Biaya
Lab

Biaya
Radiologi

Biaya
Rujukan

Diagnosa

Ambulans
Jenasah

Peti
Jenasah

Jumlah

TOTAL

...........,
..200

Mengetahui

Direktur RS .

Kepala Dinas Kesehatan.

()

()

107

KET

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

108

FORM 2
CONTOH:
KWITANSI

SUDAH TERIMA

: (kosongkan saja)

BANYAKNYA UANG

: .

UNTUK PEMBAYARAN

: Penggantian biaya perawatan pasien penderita Flu burung di RS................

Jumlah Rp.
Direktur Rumah Sakit

Materai 6000
Tandatangan / Stempel
Nama jelas / NIP

108

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit

109

REFERENSI

1. World

Health

Organization,

Western

Pacific

Region.

Avian

Influenza, 15 January 2004.


2. World Health Organization, South-East Regional Office. Avian
Influenza Virus A (H5N1), 20 July 2004.
3. JNPK KR, YBP SP, JHPIEGO. Panduan Pencegahan Infeksi
Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya
Terbatas
4. World Health Organization. Cumulative Number of Confirmed
Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1). Available at :
http://www.who.int.
5. Working Group on Therapeutic Care, Departemen of Medical
Services. Clinical Practice Guideline for Human Avian Influenza
(H5N1), Revised version, December 19, 2005.

109

Anda mungkin juga menyukai