Oleh:
Puji Nurhidayati
H1A010034
Abdul Ghoffar T.
H1A010019
PEMBIMBING:
dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
Referat Dermato-Venereologi yang berjudul Hubungan madu dengan penyembuhan
luka ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat.Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan
bimbingan kepada penulis.
1. Dr. I Wayan Hendrawan, Sp.KK selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUP NTB.
2. Dr. Yunita Hapsari, M.Sc, Sp.KK, selaku Koordinator Pendidikan SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP NTB.
3. Dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK, selaku pembimbing.
4. Dr. IGAA Ratna Medikawati, Sp.KK, selaku supervisor.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan referat ini.Semoga referat ini dapat
memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan mengenai hubungan madu dengan
penyembuhan luka, khususnya bagi penulis dan pembaca dalam menjalankan praktek
sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.
Mataram, 27 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Madu
2.1.1 Definisi
2.1.2 Jenis dan kandungan madu.
2.1.3 Proses pembentukan madu.......
2.1.4 Mekanisme klinis madu........
2.1.5 Aplikasi penggunaan madu......
2.2 Luka ...........
2
2
3
4
5
5
5
5
6
6
9
9
10
13
17
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MADU
2.1.1 DEFINISI
Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku
nektar bunga (Apis mellifera). Zat ini kaya akan kandungan karbohidrat. Untuk
pembentukan madu diperlukan dua faktor yakni; pertama, bunga yang nektarnya
merupakan bahan baku pembuatan madu dan yang kedua, serangga yaitu lebah yang
merupakan tenaga ahlinya. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar
tanaman dalam bentuk larutan gula. Pembuatan madu dimulai ketika lebah pekerja
membawa nektar kesarangnya. 1
2.1.2
2.1.3
menghisap setetes nektar dengan alat hisapnya dan menyimpannya ke dalam kantong
madu yang ada di dalam tubuhnya.
yang merupakan cairan mengandung gula yang disekresikan oleh kelenjar nektar
tanaman. Nektar dikumpulkan dari berbagai tanaman dan disimpan dalam kantung
madu lebah pekerja. Nektar dalam kantung madu tercampur dengan saliva lebah yang
berasal dari kelenjar hipofaringeal dan kelenjar saliva. Pada saat kantung lebah
pekerja telah terisi penuh, lebah pekerja kembali ke sarang. Nektar kemudian
ditransfer ke lebah pekerja lain, kemudian dimasukan ke dalam sel madu jika kadar
air telah mencapai 50-60% dan dikipasi oleh lebah sampai kadar air sekitar 20%, lalu
disegel dengan wax dan dibiarkan. Hasil akhir proses ini adalah madu.6
2.1.4 MEKANISME KLINIS MADU
2.1.4.1 Madu Sebagai Antibakteri
Madu dikenal memiliki efek antibakteri spektrum luas serta antifungal. Adapun
yang menjadikan alasan mengapa madu memiliki efek tersebut adalah sebagai
berikut: 3,7
2.1.4.1.1 Efek osmotik madu
Konsentrasi gula yang tinggi menarik air keluar dari organisme sehingga
membuat organisme ini dehidrasi dan menyebabkan sel mati. Potensi antibakterial
pada madu, pertama kali ditemukan tahun 1892 oleh Van Ketel. Potensi antibakterial
ini sering diasumsikan berkaitan erat dengan efek osmotik dari kandungan gula yang
tinggi pada madu.1,3,4
Walaupun demikian, luka yang terinfeksi dengan Staphilococcus aureus, secara
cepat dibuat steril oleh madu. Madu mempunyai aktivitas antibakterial tingkat
penekanan saraf tepi dan mengurangi produksi prostaglandin pada saat proses
inflamasi berlansung. Efek antiinflamasi pada madu juga dapat menstimulasi proses
granulasi dan epitelisasi sel, angiogenesis, dan memercepat proliferasi fibroblast dan
sepitel dengan memproduksi growth factors seperti tumor necrosis factor (TNF alfa).
Selain itu, 5,8 kilodalton komponen dari madu dapat menstimulasi respon makrofag
dan dapat mempercepat pertumbuhan growth factor. Beberapa kandungan lainnya
seperti prostaglandin dan nitrit oksida memiliki peran utama dalam proses inflamasi.
3,4
2.1.5
sehingga dapat menciptakan kelembaan kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan.
cara pemberian madu yang baik adalah madu diletakkan pada pembalut yang dapat
menyerap madu. Balutan yang digunakan harus yang berpori agar madu dapat
mencapai bagian tubuh yang luka. Madu aman untuk dioleskan lansung ke daerah
luka yang terbuka karena madu selalu larut dalam air dan mudah dibersihkan.
Frekuensi penggantian pembalut madu bergantung dari seberapa cepat madu tercapur
dengan eksudat. Penggantian pembalut pada luka yang tidak mengeluarkan eksudat
dapat dilakukan 3 kali seminggu.4
2.2 LUKA
Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai
akibat dari ruda paksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan
tertentu, seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat
kecelakaan.8
Respon
organisme
terhadap
kerusakan
jaringan/organ
serta
usaha
granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), C5a, TNF, IL-1 dan IL-8. Leukosit
bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali proses
penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4. Proses ketiga yakni fase proliferatif
yang terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit disekitar luka mengalami
perubahan fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara keratinosit pada membran
basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak melalui
interaksi dengan matriks protein ekstraselular (fibronektin,vitronektin dan kolagen
tipe I). Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial growth
factor (VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi.
Proses terakhir yakni fase remodeling dimana fase yang paling lama pada proses
penyembuhan luka,terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi luka,
akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan
kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling
kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks
metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Pada masa 3
minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali 20% kekuatan jaringan
normal.8
2.3 HUBUNGAN MADU DENGAN PENYEMBUHAN LUKA
Madu memiliki kandungan vitamin, asam, mineral, dan enzim yang sangat
berguna bagi tubuh sebagai pengobatan tradisional, peningkatan antibodi, dan
penghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor. Madu mengandung asam amino
yang berkaitan dengan pembuatan protein tubuh asam amino non essensial dan
mengandung asam amino essensial seperti lisin, histadin, triptofan, dll.14 Madu
bersifat antibakteri, antiseptik menjaga luka, mempercepat proses penyembuhan luka
bakar akibat tersiram air mendidih atau minyak panas. 6
10
Sifat antibakteri madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan anti
inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta sirkulasi yang mempengaruhi proses
penyembuhan dalam merangsang pertumbuhan jaringan baru sehingga mempercepat
penyembuhan luka dan mengurangi jaringan parut atau bekas luka pada kulit.6
Pada penelitian Yapucu dkk tahun 2007 menyatakan bahwa penyembuhan luka
yang dirawat dengan madu lebih cepat empat kali daripada waktu penyembuhan luka
yang dirawat dengan obat lain. Sebagai lapisan pada luka, madu menyediakan
lingkungan lembab, membantu pembersihan infeksi, menghilangkan bau busuk,
mengurangi inflamasi, edema, eksudasi, dan meningkatkan proses penyembuhan oleh
stimulasi angiogenesis, granulasi, dan epitelisasi sehingga tidak diperlukan
pencakokan kulit dan memberikan hasil kosmetik yang sangat baik. 6,9
Infeksi pada luka adalah salah satu faktor penting yang dapat menunda
ataupun menghambat kecepatan penyembuhan luka. Untuk proses penyembuhan luka
diperlukan lingkungan yang baik sehingga proses fisiologis yang normal dapat terjadi
dan menghasilkan bekas luka (skar) yang minimal. Salah satu strategi terpenting
untuk menjaga proses penyembuhan adalah untuk mensterilisasi kerusakan jaringan
dari infeksi mikroba. Madu memiliki banyak efek seperti antibakterial, antioksidan,
antitumor, antiinflamasi dan efek metabolik.1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yaghobi dan kazerouni
tahun 2013 paling tidak terdapat empat faktor yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula yang tinggi akan menghambat
bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang. Kedua, tingkat
keasaman madu yang tinggi (pH 3,65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidup
bakteri, sehingga bakteri tersebut akan mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen
peroksida (H2O2) yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Keempat,
adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Yang telah teridentifikasi antara
lain polifenol, flavonoid, dan glikosida.1
11
12
Penulis
Jull
Judul
AB, Honey as a topical
Rodgers
A, treatment
Walker N.
Tahun Metode
2009 Sistematic
for
riview
wounds.
Hasil
Pada penelitian
ini didapatkan
hasil
bahwa
madu
dapat
meningkatkan
waktu
penyembuhan
luka
ringan-
maupun
kronis
jika
dibandingkan
dengan
pengobatan
2
effect
Al-Mahdi
The
AL-JADI,
Malaysian
honey
controlled
dalam
Francis
and
major
trial
terbukti
Kanyan
components
memiliki
Enchang,
on the proliferation
yang
Kamaruddin
of
dalam
Mohd Yusoff
fibroblasts
its
of
cultured
2014
konvensional.
Randomised Komponen di
madu
efek
besar
menstimulasi
perkembangan
jaringan
13
fibroblast
dalam
penyembuhan
3
Parag
V, Randomized
Molan
P, clinical
Rodgers A
2008
trial
of
honey-impregnated
luka
Randomised Pada penelitian
controlled
ini
tidak
trial
didapatkan
perbedaan yang
leg ulcers.
signifikan
penggunaan
madu
dibandingkan
dengan
pengobatan
Ronald ingle
Jonathan
honey
2006
levin
yang biasanya.
Randomised Tidak terdapat
controlled
trial
terhadap
efek
Krijin
penyembuhan
Polinder
luka
pada
penggunaan
5
Tan,
M.K., The
Efficacy
S.H.A.
Gelam
Durriyyah,
Dressing
M.A.
Excisional
Tumiran,
Healing.
M.A.
Journal
of
Honey
towards
Wound
Medical
2012
Cohort
madu
Pada penelitian
study
ini didapatkan
bahwa
penggunaan
madu
dapat
of
mempercepat
of
penyembuhan
14
M.Y.
Malaya.
luka.
Kamaruddin.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu memiliki bukti
yang kuat dalam penyembuhan luka baik pada luka yang akut maupun kronis. Infeksi
pada luka adalah salah satu faktor penting yang dapat menunda ataupun menghambat
kecepatan penyembuhan luka. 11
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tan,M.K dkk tahun 2012 menyimpulkan
bahwa madu memiliki efektifitas yang baik dalam proses penyembuhan luka dengan
cara meningkatkan proses kontraksi pada saat penyembuhan luka. Penelitian ini
menggunakan madu gelam yang merpakan salah satu jenis madu monofloral yang
bersumber dari pohon gelam (Melaleucea sp) yang telah di sterilisasi dengan radiasi
gamma dan disimpan dalam suhu dengan temperatur 20 o C. Subjek penelitian ini
menggunakan tikus jantan dengan berat badan 180-250 gram. Selanjutnya dilakukan
pemberian tindakan berupa perlukaan dan pengobatan dengan madu gelam, intrasite
gel dan saline. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengobatan menggunakan
madu gelam meningkatkan proses penyembuhan luka dengan cara meningkatkan
kontraksi pada jaringan luka. Hal ini diamati berdasarkan hasil pemeriksaan
makroskopis dan histologis. 12
Penelitian tentang madu dan penyembuhan luka yang menggunakan metode
penelitian yang berbeda dilakukan oleh Al-Mahdi, dkk tahun 2014 dengan
menggunakan MTT Assay untuk mengukur secara lansung aktifitas selular
berdasarkan succinic dehidrogenase
mitokondria untuk
(Metyltiazol tetrazolium). Dalam hal ini peneliti melihat aktifitas sel fibroblas yang
dikultur dengan ekstrak komponen dari madu gelam (Melaleucea sp) yang sudah
disterilisasi, gula, protein dan H202. Komponen didalam madu terbukti memiliki efek
yang paling besar dalam menstimulasi perkembangan jaringan fibroblast.13
15
16
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa sumber jurnal penelitian tentang madu dan penyembuhan luka
dari jurnal yang paling baru, dapat kami disimpulkan bahwa penggunaan madu dalam
penyembuhan luka cukup efektif dan memiliki banyak bukti ilmiah. Bahkan beberapa
jurnal menyimpulkan bahwa efek yang ditimbulkan oleh madu hampir sama atau
sedikit lebih tinggi daripada pengobatan secara konvensional pada umumnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-waili noori, Khelod Shalom, Ahmad A. Alghamdi. Honey for wound
healing, ulcers, and burns: data supporting its use in clinical practice. The
scientific worl Journal 2011;11,766-787
2. Jull Andrew, Walker N, Parag V, Molan P, Rodgers A, on behalf of the Honey
as Adjuvant Leg Ulcer Therapy trial collaborators. Randomized clinical trial
of honey-impregnated dressings for venous leg ulcers. British Journal of
Surgery2008;95(2):17582.
3. Yaghoobi Reza, Afshin Kazerouni, Ory Kazerouni. Evidence for clinical use
of honey in wound healing as an antibacterial, antiinflamatory, antioxidant
and antiviral.Jundishapur Journal of Natural Pharmaceutical product.2013
August;8 (3):100-4
4. Molan,PC. The role of honey in the management of wounds.
Journal of
18
11. Jull AB, Rodgers A, Walker N. Honey as a topical treatment for wounds.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2009, Issue 4. Art. No.:
CD005083. DOI: 10.1002/14651858.CD005083.pub2.
12. Tan, M.K., S.H.A. Durriyyah, M.A. Tumiran, M.A. Abdulla, and M.Y.
Kamaruddin. The Efficacy of Gelam Honey Dressing towards Excisional
Wound Healing. Medical Journal of University of Malaya.2012.
13. Al-mahdi al-jadi, Francis kanyan enchang, kamaruddin mohd yusoff. The
effect of Malaysian honey and its major components on the proliferation of
cultured fibroblasts. Turkish Journal of Medical Sciences Turk J Med Sci
(2014) 44: 733-740
14. Hendri Ingle R, Levin J, Polinder K. Wound healing with honeya
randomised controlled trial. South African Medical Journal 2006;96(9):831
5.
19