Anda di halaman 1dari 17

Ulkus Kornea akibat Infeksi Jamur beserta

Penatalaksanaannya
Melania Kristin Manik

102009128

Alicia Pricelda

102013071

Budi Hartono

102013079

Gita Nur Azizah

102013182

Hendra Susanto

102013188

Stevany Roselim

102013318

Agnestya Christine Zely Raule

102013380

Mohd Azri Aisha Bin Mahalil Aisha

102013497

Kelompok C7
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Tlp : 5666952
Abstrak
Ulkus kornea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan timbulnya suatu luka
pada kornea yakni lapisan bening pada bagian depan bola mata yang berfungsi
sebagai media refraksi mata yang membantu pengelihatan manusia. Kondisi ini dapat
terjadi sebagai akibat dari suatu infeksi dengan faktor risiko termasuk mata kering dan
penggunaan kontak lensa. Apabila tidak ditangani dengan baik, ulkus kornea dapat
menyebabkan komplikasi, salah satunya adalah terbentuknya jaringan parut pada
kornea yang menyebabkan penurunan penglihatan menetap. Pada saat itu,
pembedahan atau transplantasi kornea akan diperlukan untuk mengembalikan
penglihatan. Maka dari itu, direkomendasikan pada seseorang dengan kondisi seperti
secepatnya berkonsultasi dengan seorang dokter untuk mendapatkan penanganan yang
baik. Prognosis ulkus kornea bergantung pada keparahan ulkus dan seberapa cepat
penanganannya.

Kata kunci : Ulkus Kornea, Infeksi, Pengelihatan, Kontak Lensa


Abstract
Corneal ulcer is a medical condition characterized by the onset of an injury to the
cornea transparent layer on the front of the eyeball that serves as a medium of
refractive eye that helps human vision . This condition can occur as a result of an
infection with risk factors including dry eye and contact lens use . If not handled
properly, corneal ulcers can cause complications , one of which is the formation of
scar tissue on the cornea that causes permanent loss of vision . At that time , surgery
or corneal transplant will be needed to restore vision . Therefore , it is recommended
to someone with the condition as soon as possible in consultation with a doctor to get
a good handling . Prognosis depends on the severity of corneal ulcers ulcers and how
quickly treatment.
Keywords : Corneal ulcers , Infections , Vision , Contact Lenses
Pendahuluan
Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala
mata. Permukaan mata ini secara regular terpajan lingkungan luar
dan mudah mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang
merupakan sebagian besar penyakit pada jaringan ini, sedangkan
sebagian kecilnya disebabkan oleh abnormalitas degeneratif dan
struktural. Kornea merupakan salah satu bagian dari media refraksi
pada mata dimana mengambil bagian penting dalam proses
pengelihatan manusia. Sehingga apabila terjadi gangguan pada
kornea, akan sangat menganggu bagi para penderitanya. Menurut
WHO 2004 ulkus kornea merupakan masalah kesehatan masyarajat
yang utama dalam pembangunan dunia yang dapat menyebabkan
morbiditas berkepanjangan, kehilangan pengelihatan, dan banyak
kasus menyebabkan kehilangan kedua mata. Oleh sebab itu,
penting untuk diketahui mengenai ulkus kornea ini agar dapat
dilakukan pencegahannya dan dapat dimengerti dengan tepat
perjalanan penyakit serta penatalaksanaannya.
Isi

Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan menanyakan identitas lengkap dari pasien
meliputi; nama lengkap, tempat dan tanggal lahir (umur), alamat, pekerjaan,
pendidikan, suku bangsa, agama, dan jenis kelamin.1
Anamnesis dilanjutkan dengan keluhan utama pasien, pada kasus ini pasien
mengeluh ada rasa sakit pada matanya dan tidak dapat ditutup. Keluhan utama ini
dapat kita perdalam dengan menanyakan apakah keluhan timbul secara mendadak,
atau perlahan-lahan, hilang timbul, atau sesaat. Apakah mata juga berwarna
kemerahan, apakah disertai dengan keluarn ya sekret atau cairan dari mata, bila ya
ditanyakan warna dan konsistensinya. Apakah terasa seperti ada yang mengganjal
atau gatal pada mata yang sakit. Setelah itu perlu ditanyakan juga mengenai visus
pengelihatannya apakah menjadi kabur atau tidak. Apakah pasien merasa silau pada
matanya. 1
Riwayat penyakit terdahulu dan keluarga bisa ditanyakan mengenai penyakit
yang sama, apakah pernah menderita sebelumnya, bagaimana dengan orang-orang
disekitarnya apakah mengalami keluhan yang sama. Lalu perlu ditanyakan juga
mengenai riwayat-riwayat penyakit kronik seperti diabetes, hipertensi, alergi, asma,
dan sebagainya. Untuk riwayat penyakit terdahulu perlu dapat ditanyakan apakah ada
riwayat operasi atau riwayat kecelakaan dan lain-lain. Yang tidak kalah penting untuk
ditanyakan adalah mengenai riwayat pengobatan beserta hasilnya.1
Riwayat sosial bisa ditanyakan mengenai keadaan lingkungan tempat
tinggalnya apakah cukup bersih atau tidak dan bagaimana keadaan ekonominya
apakah mencukupi atau tidak. Untuk riwayat pribadi dapat ditanyakan mengenai
bagaimana pasien menjaga hygiene nya, termasuk adakah penggunaan contact lens.1
Pemeriksaan Fisik
Pengamatan atau Inspeksi
Pada saat pengamatan diperhatikan apakah pasien datang
dengan dibimbing keluarga, apabila begitu maka pasien memiliki
gangguan visual yang meliputi pengelihatan terganggu, jarak
pandang menjadi sempit, atau karena kasus degeneratif. Lalu dapat

diamati apakah pasien datang dengan memegang satu sisi kepala


karena berarti pasien datang dengan keluhan sakit kepala sehingga
harus dipikirkan mengenai glaukoma kongestif akut. Pasien juga
dapat

datang

dengan

keadaan

mata

berdarah,

maka

dapat

dipikirkan kemungkinan cidera.1


Pemeriksaan Mata
Pada pasien di kasus ini, bagian bola mata yang terinfeksi
atau yang mengalami ulkus akan terlihat berbeda, pemeriksaan
mata meliputi segmen anterior yakni palpebra konjungtiva kornea
coA iris dan pupil, namun perlu dilakukan pemeriksaan lebih pada
bola mata khususnya kornea. Apakah ada beberapa :1

Kelainan ukuran diameter kornea, dengan ukuran normal


adalah

12

mm.

Pada

kasus

infeksi

biasanya

tidak

ditemukan adanya perubahan ukuran kornea dari nilai

normalnya
Edema kornea, (terlihat keruh dan menebal) yang biasanya

juga terlihat pada kasus infeksi kornea


Erosi, lepasnya epitel kornea superfisialis yang biasanya
juga tampak saat kornea terinfeksi dan memberikan hasil

fluoresensi positif
Infiltrat, tertimbunnya sel radang pada kornea sehingga
warna nya menjadi keruh, terlihat pada infeksi kornea,

memberikan hasil tes plasido positif


Ulkus, hilangnya sebagian permukaan

kornea

akibat

kematian jaringan kornea, dapat ditemukan pada infeksi

kornea, memberikan hasil fluoresensi positif


Sikatriks, adanya jaringan parut pada kornea
mengakibatkan

permukaan

kornea

ireguler

yang

sehingga

membentuk uji plasido positif


Fistel pada kornea, akibat adanya perforasi kornea pada
trauma atau tukak kornea, memberikan hasil fistel positif

Gambar 1. Lapisan Normal Kornea


Pemeriksaan Penunjang
Beberapa

pemeriksaan

yang

dapat

dilakukan

untuk

memastikan diagnosa ulkus kornea adalah sebagai berikut:1

Uji Fluoresens (untuk melihat apakh ada defek pada epitel


kornea)

Kertas fluoresens yang telah dibasahi terlebih dahulu dengan


garam fisiologi diletakkan pada sakus konjungtifa inferior dan pasien
diminta menutup mata selama 20 detik lalu diangkat. Lalu dilihat
pada permukaan kornea, apabila terlihat warna hijau dengan sinar
biru berarti terdapat kerusakkan pada epitel kornea.

Uji Fistel atau Uji Siedel (untuk mengetahui letak dan


kebocoran pada kornea)

Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluoresens atau dapat


juga diteteskan fluoresens. Apabila terdapat kebocoran pada kornea
maka akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau
mulai dari lubang fistel.

Uji

sensibilitas

Kornea

(untuk

trigeminus kornea)

mengetahui

persarafan

Pasien diminta melihat jauh kedepan dan dirangsang dengan


kapas kering dibagian lateral kornea, maka refleks yang timbul
adalah mengedip, mata berair dan rasa sakit. Bila masih ada
rangsang tersebut maka persarafan trigeminus dan fasial masih
baik.

Papan Placido (untuk melihat lengkungan kornea)

Papan placido merupakan papan yang mempunyai gambaran


garis

melingkar

kosentris

dengan

lubang

kecil

pada

bagian

sentralnya. Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran


plasido pada kornea. Normalnya bayangan plasido pada kornea
berupa lingkaran kosentris dan bila :
-

Lingkaran kosentris berarti permukaan kornea licin dan

regular
Lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea
Garis lingkaran tidak berarturan berarti astigmatisme

ireguler akibat adanya infiltrat ataupun parut kornea


Kurang tegas mungkin akibat edema kornea keruh

Working Diagnosis
Ulkus Kornea
Ulkus Kornea adalah hilangnya sebagian jaringan kornea
akibat kematian jaringan kornea. Kematian jaringan kornea ini dapat
disebabkan oleh karena infeksi bakteri, jamur, virus, maupun suatu
proses alergi. Namun biasanya ulkus kornea akan didahului dengan
beberapa faktor pencetus seperti :1,2
1. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan kelainan pada
sistem air mata seperti insufisiensi air mata, sumbatan
pada ductus lacrimal, dan lain-lain

2. Karena faktor eksternal seperti adanya luka pada kornea


yang disebabkan karena trauma, penggunaan lensa kontak
dan luka bakar
3. Adanya kelainan pada kornea, meliputi keratitis, edema
kornea, defisiensi vitamin A, dann lainnya
4. Kelainan sistemik seperti malnutrisi, alkoholisme, dan
sindrom defisiensi imun
5. Obat-obatan penurun sistem imun (kortikosteroid)
Ulkus kornea dibagi menjadi 2 yakni ulkus kornea sentral dan
ulkus kornea marginal :1,2
1. Ulkus kornea sentral, biasa disebabkan oleh karena infeksi
bakteri, virus, jamur, dan lainnya. Mikroorganisme ini tidka
mudah masuk ke dalam epitel kornea yang sehat, harus
terdapat faktor predisposisi dulu.
2. Ulkus kornea marginal, merupakan ulkus kornea dibagian
perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah
jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya.
Diduga

50%

penyebabnya

adalah

hipersensitivitas

terhadap eksotoksin staphylococcus. Ulkus marginal juga


sering dihubungkan dengan ulkus kornea yang sering
dialami oleh para orang lanjut usia.

Gambar 2. Ulkus Kornea Sentral


Ulkus Kornea Fungi

Pada awal permulaan trauma kurang lebih beberapa hari


sampai beberapa minggu tidak memberikan gejala apa-apa sampai
jamur menimbulkan infeksi di bagian kornea. Pada permukaan lesi di
kornea akan terlihat warna keabu-abuan yang agak kering. Ulkus
terkadang dalam seperti ulkus yang disebabkan oleh bakteri. Tepi
lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti satelit
di sekitarnya. Selain itu terdapat pula injeksi siliar disertai dengan
hipopion.1,2

Gambar 3. Ulkus Kornea Fungi

Differential Diagnosis
Ulkus Kornea Virus
Ulkus kornea tersering yang disebabkan oleh karena virus
adalah ulkus kornea herpes zoster dan ulkus kornea herpes simplex.
Ulkus kornea herpes xoster biasa di dahului dengan rasa sakit pada
kulit dan perasaan lesu yang timbul 1-3 hari sebelum timbulnya
gejala pada mata. Pada mata akan ditemukan vesikel dan edema
pada palpebra, konjungtiva terlihat hiperemis dan kornea keruh
akibat infiltrat. Infiltrat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda
dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna
abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah.2,3

Ulkus kornea herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik.


Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan
bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit
herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan
diujungnya.1,3

Gambar 4. Ulkus Kornea Virus


Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus :
Memiliki cirri khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea.
Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,
karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.1,3
Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas
tegas tepat dibawah defek epitel.1,3
Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea ulkus sentral ini dapat
menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Dapat mengakibatkan perforasi kornea
dalam waktu 48 jam. Ulkus memiliki gambaran berwarna abu-abu dengan kotoran
yang dikeluarkan berwarna kehijauan.1,2

Gambar 5. Ulkus Kornea Bakterialis

Epidemiologi
Di Indonesia, insiden ulkus kornea pada tahun 1993 adalah 5,3
per 100.000 penduduk, sedangkan penyebab terjadinya terbagi
karena pemakaian lensa kontak dan trauma. Banyak laporan
menyebutkan kejadian ini meningkat sejalan dengan peningkatan
penggunaan kortikosteroid topikal, pengobatan immunosupresif dan
penggunaan lensa

kontak.

Berdasarkan kepustakaan di

USA,

sebanyak 71% laki-laki menderita ulkus kornea, mungkin hal ini


disebabkan oleh karena lebih banyaknya aktivitas yang dilakukan
oleh laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan terjadinya trauma
pada mata termasuk trauma kornea.3
Etiologi
Penyebab ulkus kornea dapat berupa :4
A. Infeksi
Infeksi dapat disebabkan karena jamur, bakteri, virus, dan
acanthamoeba. Infeksi jamur dapat disebabkan oleh Candida,
Fusarium, Apsergilus, Chepalosporium, dan lainnya. Infkesi bakteri
dapat berupa Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus pneumonia
dan Moraxella yang paling sering dijumpai. Infeski virus yang paling

10

sering dijumpai adalah herpes simplex, kemungkinan lainnya adalah


varicella zoter, variola, dna vacinia. Infeksi yang disebabkan oleh
acanthamoeba terjadi apabila menggunakan air yang tercemar oleh
protozoa yang hidup bebas di dalam air ini, oleh karena itu sering
ditemukan pada para pengguna lensa kontak yang lensa kontaknya
terpapar oleh air tanah yang tercemar.

B. Non Infkesi
- Radiasi atau suhu, dapat terjadi pada pekerja las dan juga
-

karena menatap sinar matahari terlalu lama


Bahan kimia, bahan kimia yang asam dapat bersifat
dekstruktif bagi kornea, sementara bahan kimia yang basa
seperti cairan pembersih atau alkali dapat menyebabkan

penghancuran kolagen kornea


Defisiensi vitamin A, kekurangan konsumsi vitamin A
Sindrom Sjorgen, yang dapat menyebabkan suatu keadaan
mata kering dan kelainan permukaan palpebra atau

kelainan epitel
C. Sistem imun
- Rheumathoid arthtirtis
- Granulomatosa wagener
Patofisiologi
Salah satu fungsi kornea adalah sebagai media refraksi
pengelihatan pada mata, untuk itu kornea haruslah jernih dan
bening

karena

akan

dilalui

oleh

cahaya

untuk

perjalanan

pembentukkan bayangan di retina. Kornea bersifat jernih karena


tidak memiliki pembuluh darah di dalamnya. Perubahan apapun
yang

dapat

pengelihatan

menganggu
penderitanya

kejernihan
karena

kornea

akan

menganggu

menganggu

pembentukkan

bayangan di retina. Oleh karena itu sekecil apapun kelainan di


kornea dapat mengakibatkan terganggunya pengelihatan apalagi
bila letaknya disekitar daerah pupil. Karena sifat kornea yang

11

avaskuler apabila terjadi suatu peradangan pada kornea pertahanan


tubuh tidak akan segera datang maka sel-sel di dalam stroma
kornea akan segera bekerja sebagai makrofag. Setelah beberapa
saat baru akan terjadi suatu dilatasi pembuluh darah yang terdapat
pada limbus kornea dan tampak seperti injeksi perikornea. Karena
dilatasi pembuluh darah tersebut maka akan terjadi infiltrasi dari
sel-sel mononuclear, sel plasma, dan PMN yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat di dalam kornea yang akan tampak seperti bercak
kelabu keruh dengan batas yang tidak jelas. Adanya infiltrat ini
dapat merusak epitel kornea sehingga timbulah ulkus kornea.1,5
Penderita ulkus kornea akan merasakan rasa sakit dan
fotofobia karena kornea mempunyai banyak serabut saraf pada
bagian epitelnya yang tersusun dengan sangat sensitive. Rasa sakit
juga bertambah apabila bergesekkan dengan palpebra superior
maka dari itu penderita akan mengeluhkan sulit untuk menutup
mata.5
Penyakit ini dapat menimbulkan jaringan parut yang bersifat
progresif. Ulkus dapat menyebar ke dua arah yakni melebar dan
mendalam sehingga jika ulkus yang timbul superficial dan kecil
maka proses penyembuhannya akan lebih cepat dan daerah
infiltrasi dapat bersih kembali, namun sebaliknya apabila ulkus yang
terjadi terlalu dalam yakni sampai menembus membran bowman
dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat yang baru
dan menyebabkan terbentuknya sikatriks.5

12

Gambar 6. Gambaran Kerusakkan Kornea

Gambar 7. Kekeruhan Kornea

Penatalaksanaan
Ulkus kornea harus ditangani dengan segera untuk mencegah
terjadinya

komplikasi

yang

berat

yang

dapat

menimbulkan

kehilangan fungsi pengelihatan.1


A. Pengobatan local
Analgetik, untuk menghilangkan rasa nyeri dapat diberikan

dalam bentuk tetes mata


Anti jamur, apabila jenis jamur belum di identifikasi berikan
Amphotericin B 5 mg/mL topikal atau Thiomerosal 10
mg/mL. Apabila sudah diketahui jenis jamurnya maka

dapat diberikan :
a. Jamur berfilamen : Amphotericin B, Thiomerosal
b. Ragi (yeast) : Ampotericin B, Natamicin
c. Actinomyces : Golongan sulfa
B. Pemberian Sulfas Atropine

13

Dapat diberikan sebagai efek menghilangkan rasa sakit,


menurunkan tanda radang, dan menyebabkan paralysis M.siliaris
dan M.konstriktor pupil dengan begitu mata tidak mempunyai daya
akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat
C. Penghambatan penyebaran ulkus
1. Kauterisasi, dapat dillakukan dengan menggunakan zat
kimia atau heat (panas)
2. Pengerokkan epitel yang sakit
3. Keratoplasti, merupakan jalan terakhir apabila pengobatan
lain tidak berjalan dengan baik. Indikasi dilakukan tindakan
ini adalah apabila sudah terbentuk jaringan parut yang
menganggu pengelihatan, kemunduran visus yang serius,
gangguan kornea menyebabkan gangguan mental pada
penderita.

Gambar 8. Keratoplasti
Edukasi

14

Edukasi yang dapat diberikkan pada penderita ulkus kornea


yakni :6

Hindari dulu pemakaian kontak lensa selama beberapa

bulan sampai mata benar-benar pulih kembali


Tidak menggosok mata yang radang
Cuci tangan dan jaga kebersihan mata dan tangan untuk
menghindari

penyebaran

infeksi,

terutama

mencegah

penyebaran ke mata yang lain


Lingkungan udara harus baik dan sehat, hindari mata dari

polusi udara atau cahaya matahari


Minum obat secara teratur hingga ulkus benar-benar

sembuh
Kontrol ke dokter apabila ada keluhan lainnya selama
melakukan pengobatan di rumah

Pencegahan
Tindakan pencegahan penting karena timbulnya ulkus kornea
dapat

beresiko

hilangnya

pengelihatan

bagi

penderitanya.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :6

Melindungi mata dari benda-benda yang dapat melukai


mata, terutama benda-benda yang dapat masuk ke dalam

mata
Usahakan selalu menjaga kelembaban mata, apabila terasa
kering gunakan tetes mata agar selalu dalam keadaan

basah
Apabila menggunakan lensa kontak, harus diperhatikan
cara pemakaian dan perawatan lensa kontak yang baik dan

benar
Hindari obat-obat immunosupresan apabila tidak terlalu
diperlukan untuk mencegah mudahnya terinfeksi oleh
patogen

Komplikasi

15

Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita


ulkus kornea :2,3

Kebutaan
Endhopthalmitis
Sikatriks pada kornea
Katarak
Glaucoma sekunder

Prognosis
Prognosis akan bergantung pada tingkat keparahan dan
kedalaman ulkus serta seberapa cepat penanganannya dan jenis
mikroorganisme penyebab. Semakin luas dan dalam ulkus maka
semakin lama pula proses penyembuhannya. Semakin parah ulkus
maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kesimpulan
Ulkus kornea merupakan salah satu kelainan medis yang
serius karena dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan bila
tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Penyembuhan ulkus kornea
memakan waktu yang lama dan dipengaruhi oleh adekuat atau
tidaknya pengobatan yang diberikan.

Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi kelima FKUI,.Jakarta, 2015.h.26-9,
167-69.
16

2. Bruce, James. Oftalmologi. Jakarta: Erlangga; 2008.h.28-35.


3. Rubenstein, David. Kedokteran Klinis edisi keenam.

Jakarta:

Erlangga;2008.h.145-56.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
Sagung Seto;2005.
5. Wiajaya N. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta;Erlangga;2007.h.23-7.
6. Davey Patrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2006.h.108-10.

17

Anda mungkin juga menyukai