Anda di halaman 1dari 35

Ekonomi RI

Diprediksi Hanya
Tumbuh 5,02%, Ini
Penyebabnya

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Foto: Okezone)

Dedy Afrianto

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

TANGERANG - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada


kuartal I-2016 hanya tumbuh 4,92 persen. Bank Indonesia
pun pada akhirnya memangkas target pertumbuhan
ekonomi Indonesia dari sebelumnya 5,2-5,6 persen menjadi
5-5,4 persen.
Namun, pertumbuhan ekonomi sesuai target APBN sebesar
5,3 persen diprediksi sulit untuk tercapai. Menurut Ekonom
Bank Permata Joshua Pardede, pertumbuhan ekonomi pada
tahun ini diperkirakan hanya mencapai 5,02 persen.
Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini masih sangat
bergantung pada besaran belanja pemerintah.
"Pertumbuhan ekonomi kami perkirakan sedikit di atas 5
persen yaitu 5,02 persen. Pertumbuhan ekonomi akan
sangat heavy pada government spending," kata Joshua
Pardede di Hotel Aryaduta, Tangerang, Sabtu (28/5/2016).
Perkiraan pertumbuhan ekonomi masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun lalu sebesar 4,79 persen. Hal ini didukung oleh
mulai naiknya harga bahan komoditas.
"Tentang arga komoditas, current account memang masih
tergantung komoditas. Tapi kita lihat harga minyak sudah
mulai naik, harga batu bara juga msh tumbuh meskipun
rendah pertumbuhannya. Yang cukup penting juga kelapa
sawit (CPO) naik 23 persen karena El nino dan dampak
penurunan produksi global," imbuhnya.
Saat ini, lanjutnya, Indonesia masih diuntungkan oleh
pelemahan impor. Keadaan inilah yang mendorong neraca
perdagangan Indonesia selalu mengalami surplus hingga
saat ini. Namun, pemerintah masih perlu waspada terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang juga akan
berdampak pada kenaikan impor. Pasalnya, hal ini akan

mengganggu kestabilan neraca perdagangan yang akan


berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik.
"Yang cukup penting juga adalah current account Indonesia.
Kuartal satu defisitnya mengecil, kita juga diuntungkan
degan impor yang masih lemah. Neraca barang terlihat
surplus karena impor turun, lebih rendah dibanding ekspor,"
jelasnya.
"Neraca barang ekspektasinya tahun ini masih positif, tapi
defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer
cenderung meningkat. Meski kegiatan impor rendah, tapi
defisit neraca jasa akan terus membengkak. Ini yang harus
diperhatikan," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian
Darmin Nasution juga mengingatkan hal yang sama.
Menurut Darmin, Indonesia harus dapat mengendalikan
impor apabila ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, butuh pembangunan berbagai sektor produktif,
terutama dalam sektor industri.
Kendati demikian, pada tahun ini pertumbuhan ekonomi
diprediksi masih tertekan oleh ekonomi global. Sehingga,
sekalipun neraca perdagangan surplus, keadaan ini belum
dapat menjamin pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
(mrt)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/28/20/1400154/ekonomi-ridiprediksi-hanya-tumbuh-5-02-ini-penyebabnya

Darmin Tak Mau RI


Tumbuh 7% Jika

Harus Andalkan
Impor

Menko bidang Perekonomian Darmin Nasution (Foto: Okezone)

Dedy Afrianto

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian


Darmin Nasution memberi lampu kuning bagi Indonesia
apabila kembali berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi di
atas 7 persen. Menurut Darmin, nantinya Indonesia harus
bersiap menghadapi kenaikan impor pada berbagai bahan
komoditas dan migas.
"Dalam waktu yang panjang, ekonomi kita akan mengalami
pertumbuhan cukup tinggi, katakanlah di atas 7 persen,
maka segera ekonomi kita akan mengalami overheating.
Sumber dari overheating tersebut adalah pertumbuhan
ekonomi yang tinggi yang dengan segera diikuti dengan
pertumbuhan impor yang besar dari pertumbuhan ekonomi
itu sendiri," kata Darmin di kantor pusat Pertamina, Jakarta,
Kamis (26/5/2016).
Impor ini harus dilakukan oleh pemerintah apabila mulai
saat ini tidak mengembangkan beberapa industri pada
sektor energi dalam jangka panjang. Untuk itu kata Darmin,
butuh tiga kelompok industri yang juga segera
dikembangkan.
[Baca juga: Incar Ekonomi Tumbuh 8%, Tergantung
Industri Manufaktur]
"Dan pertumbuhan impor yang besar tersebut, penyebab
utamanya adalah karena tidak pernah mengembangkan tiga
kelompok industri yang sangat penting. Ketiga kelompok
industri tersebut yang pertama ada petrocemical, yang
kedua, besi dan baja," jelas Darmin.
Pembangunan ini perlu segera dilakukan agar Indonesia
nantinya bersiap untuk menghadapi pertumbuhan ekonomi.
Sehingga, khususnya untuk impor migas, hal ini dapat
diantisipasi sejak saat ini.
"Kalau kita mengundang investasi untuk menghasilkan
general chemichal, maka kita sudah akan melengkapi
sumber kenaikan impor terbesar kita, apabila pertumbuhan
kita meningkat," tukasnya.
http://economy.okezone.com/read/2016/05/26/20/1398808/darmin-takmau-ri-tumbuh-7-jika-harus-andalkan-impor

Incar Ekonomi
Tumbuh 8%,
Menkeu:
Tergantung
Industri
Manufaktur

Ilustrasi: (Foto: Okezone)

Feby Novalius

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Di sela-sela pembahasan pencangan nilai dan


budaya kerja di Kementerian Perindustrian (Kemenperin),
Menteri Keuangan Bambangan Brojonegoro meminta

Kemenperin mengembalikan kejayaan industri manufaktur


di era 90-an.
Bambang mengatakan, pada era 90-an industri manufaktur
berkontribusi 30 persen bagi pendapatan penerimaan
negara. Besarnya, kontribusi tersebut akhirnya kandas
setelah ada kondisi krisis
"Saat ini kontribusi industri manufaktur kita sebesar 21
persen. Angka ini menurun jauh di dari era 90-an,"tutur
Bambang di Ruang Garuda Kemenperin, Rabu (25/5/2016).
Di era 1990-an, lanjut Bambang, pertumbuhan ekonomi
Indonesia mampu menyentuh 7-8 persen, dimana itulah
kejayaan Indonesia melalui industri manufaktur.
"Oleh karena itu, kuncinya memperbanyak investasi di
sektor manufaktur. Supaya, kita bisa bahu membahu
membangkitkan kejayaan ekonomi kita kembali,"
tandasnya.
(rzy)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/25/20/1397228/incarekonomi-tumbuh-8-menkeu-tergantung-industri-manufaktur

Ekspor-Impor Tak
Lagi Jadi Andalan
Pertumbuhan
Ekonomi

Ilustrasi: (Foto: Okezone)

Dhera Arizona Pratiwi

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu)


menyatakan, pertumbuhan ekonomi saat ini sangat
bergantung pada pembangunan infrastruktur. Bukan lagi
bertopang pada kegiatan ekspor-impor yang selama ini
menjadi andalan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko


Kemenkeu, Robert Pakpahan mengatakan,
ketergantungannya pertumbuhan ekonomi pada
infrastruktur kini terlihat dari berbagai kebijakan pemerintah
yang saat ini dijalankan.
"Sumber pertumbuhan itu ada di konsumsi rumah tangga,
konsumsi pemerintah sehingga ekspor-impor bukan lagi jadi
sumber pertumbuhan. Sehingga, pemerintah
sadari government spending di infrastruktur maupun
swasta, infrastruktur menjadi sangat critical dalam menata
pertumbuhan ekonomi kita 2016 hingga ke depan," ujarnya
di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (24/5/2016).
(Baca Juga: Konsumsi Indonesia Masih Menjadi
Pendongkrak Pertumbuhan Ekonomi)
Oleh sebab itu, lanjut Robert, dari segi APBN, pemerintah
mengalokasikan porsi anggaran untuk infrastruktur lebih
tinggi. Kemudian juga menyiapkan berbagai kebijakan
dalam rangka mendukung infrastruktur oleh non
pemerintah, seperti KPPU, BUMN, atau lainnya.
Sehingga, acara penandatanganan yang dilakukan oleh PT
Indonesia Infrastructure Finance (IIF) dengan menggaet
Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) adalah guna
mengakselerasi penyediaan infrastruktur di Indonesia.
Alhasil, pertumbuhan ekonomi pun akan bertumbuh.
"Kami dari Kemenkeu sambut baik MoU ini di kemudian hari,
maupun langkah-langkah pembangunan tertentu kami
sangat mendukung. Tentu di Kemenkeu sebagai salah satu
pihak yang pendukung proyek-proyek. Kami harapkan ini
bisa men-trigger pembangunan infrastruktur di Indonesia,"
pungkasnya.
http://economy.okezone.com/read/2016/05/24/320/1396643/eksporimpor-tak-lagi-jadi-andalan-pertumbuhan-ekonomi

TERPOPULER:
Menko Darmin Tak
Kaget
Pertumbuhan
Ekonomi
Dipangkas BI

Menko Perekonomian Darmin Nasution. (Foto: Okezone)

Dhera Arizona Pratiwi

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian,


Darmin Nasution mengaku tidak kaget dengan
pemangkasan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh
Bank Indonesia (BI) menjadi 5,0-5,4 persen dari yang
sebelumnya dipatok 5,2-5,6 persen.
Pemangkasan pertumbuhan ekonomi kata Darmin. bila
dilihat dari pendekatan keuangan. Akan tetapi, bila dilihat
dari pendekatan sektor riil, pembangunan infrastruktur
masih terus berjalan.
"Saya tidak surprise kalau dilihat dari pendekatan keuangan
sekarang ini kemudian arahnya dikoreksinya sedikit ke
bawah, tetapi kalau dilihat dari pendekatan sektor riilnya
bahwa pembangunan infrastruktur itu jalan," ujarnya di
Balai Kartini, Jakarta, Senin (23/5/2016).
Padahal, pemerintah masih memiliki program guna
mendukung sektor riil, industri, perikanan, serta pariwisata.
Maka, lanjut dia, jika dilihat dari sektor-sektor tersebut,
pertumbuhan ekonomi pada 2017 tidak seharusnya
disesuaikan ke bawah.
"Pemerintah punya program untuk mendorong sektor
riilnya, industrinya, perikanannya, pariwisatanya. Kalau
dilihat dari arah situ, 2017 tidak mesti di-adjust ke bawah,"
pungkasnya.
(mrt)

http://economy.okezone.com/read/2016/05/23/20/1395671/terpopulermenko-darmin-tak-kaget-pertumbuhan-ekonomi-dipangkas-bi

Menkeu:
Pertumbuhan
Ekonomi 2017
Masih Ditopang
Konsumsi dan
Investasi

Ilustrasi: (Foto: Okezone)

Hendra Kusuma

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu)


menyebutkan, pertumbuhan ekonomi pada 2017 yang
sesuai asumsi makro sebesar 5,3 persen hingga 5,9 persen.
Adapun, asumsi tersebut telah dilaporkan pada sidang
paripurna antara pemerintah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).

Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro


mengatakan, penyokong atau sektor yang paling besar
memberikan kontribusi terhadap peretumbuhan ekonomi,
sama seperti hal-hal yang sebelumnya dilakukan.
"Fokusnya masih konsumsi dan investasi serta pemerintah,"
kata Bambang di Kantornya, Jakarta, Jumat (20/5/2016).
Bambang mengungkapkan, belanja untuk infrastruktur
pemerintah pada 2016 lebih banyak dialokasikan kepada
sektor atau program-program prioritas pemerintah.
"Jadi tidak harus memperbesar anggarannya tapi yang
kurang prioritas dikurangi, yang prioritas misalnya
infrastruktur," tutupnya.
(dni)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/20/20/1393758/menkeupertumbuhan-ekonomi-2017-masih-ditopang-konsumsi-dan-investasi

BI: Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
2016 Masih di
Level 5%

Ilustrasi: (Foto: Okezone)

Hendra Kusuma

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan, pertumbuhan


ekonomi domestik pada kuartal I-2016 lebih rendah dari
perkiraan dan diperkirakan membaik pada kuartal-kuartal
berikutnya.
Pertumbuhan pada kuartal I-2016 tercatat sebesar 4,92
persen secara year on year(yoy), disebabkan oleh

terbatasnya pertumbuhan konsumsi Pemerintah dan


investasi swasta, di tengah akselerasi pengeluaran belanja
modal Pemerintah.
Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, sementara
itu, konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat,
didukung oleh perkembangan harga yang terjaga.
"Dari sisi eksternal, kinerja ekspor secara keseluruhan juga
mengalami perbaikan sejalan dengan peningkatan ekspor
beberapa komoditas," kata Agus, Jakarta, Kamis
(19/5/2016).
Di sisi spasial, kata Agus perlambatan ekonomi pada kuartal
I-2016 terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan
beberapa provinsi berbasis SDA migas, yaitu Kalimantan
Timur dan Papua, mengalami kontraksi.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada
kuartal-kuartal mendatang akan meningkat, didorong oleh
peningkatan dan optimalisasi stimulus fiskal pusat/daerah,
khususnya terkait dengan percepatan pembangunan proyek
infrastruktur.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga diperkirakan
membaik, seiring dengan terjaganya inflasi dan
meningkatnya ekspektasi pendapatan. Sejalan dengan itu,
percepatan implementasi Paket Kebijakan Pemerintah,
khususnya upaya untuk meningkatkan daya saing dan iklim
investasi, serta pelonggaran kebijakan moneter diharapkan
akan dapat meningkatkan investasi dan ekspor.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi
untuk keseluruhan 2016 diperkirakan masih cukup tinggi,
yakni 5,0-5,4 persen (yoy), sedikit lebih rendah dari
perkiraan sebelumnya sebesar 5,2-5,6 persen (yoy),"
tukasnya.
(dni)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/19/20/1392792/bipertumbuhan-ekonomi-indonesia-2016-masih-di-level-5

BI Belum Punya
'Plan B' Jika
Pertumbuhan
Ekonomi Gagal
Tercapai

Ilustrasi : Okezone

Dedy Afrianto

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat


pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2016
mencapai 4,92 persen. Target ini melesat dari prediksi Bank
Indonesia sebesar 5,1 sampai 5,2 persen. Bahkan, jauh
lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam APBN 2016 sebesar 5,3 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowadojo
mengungkapkan, saat ini BI belum dapat menentukan
langkah-langkah untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi. Pasalnya, BI masih harus melakukan pembahasan
terlebih dahulu dalam rapat dewan gubernur.
"Saya belum bisa bicara karena saya dalam periode yang
tidak bicara karena akan masuk dalam RDG. Biasanya dua
minggu sebelum pembahasan, kita tidak bicara policy," kata
Agus di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu
(18/5/2016).
[Baca juga: 5 Faktor Penggenjot Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia]
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik merilis pertumbuhan
ekonomi Indonesia kuartal I-2016 sebesar 4,92 persen.
Posisi ini tumbuh dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada
periode yang sama sebesar 4,71 persen.
Berikut ini, catatan pertumbuhan ekonomi kuartalan selama
2015 :
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 sebesar 4,67 persen.

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 sebesar 4,73 persen.


Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2015 sebesar 5,04 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi dari kuartal I
sampai kuartal IV sebesar 4,79 persen.
http://economy.okezone.com/read/2016/05/18/20/1391481/bi-belumpunya-plan-b-jika-pertumbuhan-ekonomi-gagal-tercapai

5 Faktor
Penggenjot
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia

Ilustrasi (Foto : Shutterstock)

Dhera Arizona Pratiwi

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I2016 tercatat hanya mampu berada di kisaran 4,92 persen.
Angka ini lebih rendah dari yang ditargetkan pemerintah
yakni 5,1 persen.

Oleh sebab itu, guna terus menggenjot pertumbuhan


perekonomian, pemerintah memiliki strategi atau prinsip
tersendiri dalam menumbuhkannya.
Pengamat Ekonomi, Aviliani menyampaikan, ada lima faktor
prinsip yang akan mampu menopang pertumbuhan
ekonomi. Adapun faktor pertama adalah terkait dengan
harus dijaganya konsumsi.
"Yang pertama itu konsumsi harus dijaga. Kalau tidak,
efeknya akan ada PHK, pengurangan produksi, laba
perusahaan turun," ujarnya dalam Manager Forum XXIV di
MNC Tower, Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Faktor kedua, belanja pemerintah (government spending).
Meski hanya dianggarkan sekira 15 persen dari pendapatan
domestik bruto (PDB), namun ini akan memberikan efek
berganda (multiplier effect) yang sangat besar dan akan
terlihat pada penghujung tahun.
Masih kata Aviliani, faktor ketiga yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi adalah pentingnya keberadaan
investasi. Bila tidak, maka angka pengangguran dipastikan
akan terus meningkat.
"Kenapa? Karena 1,5 juta orang butuh kerja baru. Kalau
enggak ada, pasti akan ada pengangguran baru. Yang
keempat itu ekspor, kelima itu impor," jelasnya.
"Kalau mau mengurangi yang satu, harus tingkatkan yang
lain. Seperti China, investasi diturunkan konsumsi dinaikkan
otomatis ini akan diputar. 70 persen pertumbuhan ekonomi
di China berasal dari ekspor," pungkasnya.
(rzy)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/17/20/1390969/5-faktorpenggenjot-pertumbuhan-ekonomi-indonesia

Darmin Tetap
Optimistis
Pertumbuhan
Ekonomi 5,9% di
2017

Menko Perekonomian Darmin Nasution. (Foto: Okezone)

Hendra Kusuma

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian


Darmin Nasution mengaku, pemerintah masih optimistis
target pertumbuhan ekonomi pada APBN 2017 tetap di level
5,5 persen hingga 5,9 persen.
Pemerintahan kabinet kerja di bawah kepemimpinan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan range
asumsi dasar pada APBN 2017 untuk pertumbuhan ekonomi
berada d ikisaran 5,5 persen hingga 5,9 persen, inflasi di
kisaran tiga persen sampai lima persen, untuk Kurs atau
nilai tukar berada di kisaran Rp13.650 sampai Rp13.900 per
USD. Harga minyak berada di kisaran USD35 per barel
hingga USD45 per barel.
Sedangkan untuk lifting minyak, kata Bambang, pada APBN
2017 di kisaran 740 ribu barel per hari (bph) sampai 760
bph, untuk lifting gas dikisaran satu juta sampai 1,1 juta
bph setara minyak.
Damrin menegaskan, optimistis pemerintah pada target
pertumbuhan ekonomi di 2017 jikalau target penerimaan
pemerintah tercapai. "Ya kalau penerimaannya tercapai, ya
kenapa tidak? Bisa kok," kata Darmin di Komplek Istana,
Jakarta, Selasa (10/5/2016).
Darmin mengakui, asumsi-asumsi dasar yang telah
ditetapkan dalam pagu indikatif APBN 2017 masih bisa
berubah seiring dengan perkembangan perekonomian
global. "Itu belum difinalkan, perinciannya belum,"
tandasnya.
Asal tahu saja, PNBP diperkirakan masih terpengaruh
dengan rendahnya harga migas, untuk belanja pemerintah

hingga saat ini belum bisa disampaikan lantaran belum ada


pembahasan dengan pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Namun, Bambang menegaskan, anggaran belanja
pemerintah dalah hal ini kementerian dan lembaga harus
tepat sasaran dan fokus pada program prioritas.
Mengenai subsidi, pemerintah akan memberikan perhatian
khusus pada beberapa sektor subsidi. Terutama, subsidi
pupuk yang selama ini kurang tepat sasaran. Meski
demikian, pemerintah menjamin, anggaran kementerian
dan lembaga akan diprioritaskan pada APBN 2017 untuk
sektor infrastruktur, pertahanan dan keamanan, pendidikan
dan kesehatan.
Adapun, sesuai dengan amanat UU Nomor 17 Tahun 2003,
pada 20 Mei 2016 pemerintah akan menyampaikan bahanbahan untuk pembicaraan pendahuluan APBN 2017 atau
yang dikenal sebagai Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokokpokok Kebijakan Fiskal 2017 beserta rencana kerja
pemerintah atau RKP 2017.
Akan tetapi, sebagai pendahuluan atau sebagai pagu
indikatif, beberapa arah kebijakan fiskal untuk 2017 intinya
tetap mengarah pada defisit anggaran (budget deficit).
(mrt)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/10/20/1384775/darmintetap-optimistis-pertumbuhan-ekonomi-5-9-di-2017

Syarat
Pertumbuhan
Ekonomi Kuartal II
di Atas 5%

Ilustrasi (Foto : Shutterstock)

Dedy Afrianto

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat


pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2016 hanya
mencapai 4,92 persen. Pertumbuhan ekonomi ini jauh lebih

rendah dibandingkan pada kuartal terakhir tahun lalu


sebesar 5,04 persen.
Namun, pertumbuhan ekonomi diyakini dapat mencapai
target pemerintah dalam APBN 2016 sebesar 5,3 persen.
Syaratnya, pemerintah harus dapat memaksimalkan belanja
anggaran, terutama pada sektor infrastuktur.
"Kuartal depan bisa di atas 5 persen. Syaratnya belanja
pemerintah harus mencapai 30 sampai 40 persen. 50
persen bila perlu," kata Ketua Umum Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia saat ditemui di GOR
Bulungan, Jakarta, Minggu (8/5/2016).
Belanja pemerintah pun saat ini masih menjadi tumpuan
utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, ujar
Bahlil, HIPMI sangat menyayangkan rendahnya belanja
anggaran pemerintah pada kuartal I-2016 yang berdampak
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
"Penyerapan anggaran belum maksimal. Nyatanya tidak
sampai 12 persen kuartal pertama," imbuhnya.
Apabila belanja pemerintah semakin besar, maka akan
semakin besar pula kesempatan kerja yang dihasilkan.
Dengan begitu, maka target pertumbuhan ekonomi pada
kuartal II-2016 diyakini dapat lebih baik dengan
mengandalkan tingginya belanja pemerintah.
"Misalkan untuk tender, itu kan akan berdampak pada
peningkatan peluang kerja. Sehingga ekonomi masyarakat
juga meningkat," tukasnya.
(rzy)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/08/20/1383007/syaratpertumbuhan-ekonomi-kuartal-ii-di-atas-5

Belanja
Pemerintah Masih
Minim Buat
Pertumbuhan
Ekonomi Tak Capai
5%

Ilustrasi: (Foto: Okezone)

Dedy Afrianto

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,


pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2016 hanya mencapai
4,92 persen. Artinya, pertumbuhan ekonomi jauh dari target
dalam APBNP sebesar 5,3 persen.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa
gagalnya pemerintah mencapai target pertumbuhan
ekonomi pada kuartal I-2016 adalah karena kecilnya belanja
modal oleh pemerintah. Padahal, di tengah perlambatan
ekonomi global, belanja pemerintah dapat menjadi
penyelamat utama bagi ekonomi domestik.
"Penyerapan anggaran belum maksimal. Nyatanya tidak
sampai 12 persen kuartal pertama," kata Bahlil saat ditemui
di GOR Bulungan, Jakarta, Minggu (8/5/2016).
Meskipun saat ini pemerintah tengah gencar belanja pada
sektor infrastruktur, hal ini masih belum dapat mengangkat
perekonomian secara nasional. Untuk itu, perlu
peningkatkan kerja sama antara pemerintah dengan swasta
agar target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dapat
tercapai.
"Syaratnya pertama adalah investasi dan kedua adalah
swasta," jelasnya.

"Apabila investasi meningkat, maka kesempatan kerja kan


semakin terbuka. Kalau kesempatan kerja terbuka, maka
ekonomi akan meningkat," lanjutnya.
Untuk itu, pada kuartal II-2016, pemerintah perlu kembali
menggenjot belanja modal untuk menarik minat investor.
Dengan begitu, target pertumbuhan ekonomi pun diyakini
dapat tercapai, tentunya dengan kerja sama antara
pemerintah dengan pihak swasta.
http://economy.okezone.com/read/2016/05/08/20/1383006/belanjapemerintah-masih-minim-buat-pertumbuhan-ekonomi-tak-capai-5

Pertumbuhan
Ekonomi RI Hanya
4,92%, JK
Salahkan Pemda

Ilustrasi: (Foto: Okezone)

Danang Sugianto

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK)


menyindir pemerintah daerah yang belum bekerja
maksimal. Pasalnya dengan dana yang disebar cukup besar,
namun pertumbuhan ekonomi di daerah masih kecil.
Terbukti dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di
kuartal I-2016 hanya sebesar 4,92 persen.

JK menjelaskan, transfer dana ke daerah saat ini naik 350


persen jika dibandingkan 2006. Namun peningkatan
besaran dana tersebut nyatanya belum bisa dimanfaatkan
secara maksimal untuk mengembangkan perekonomian di
daerah.
"Saya ingin sampaikan dalam waktu 10 tahun transfer pusat
ke daerah naik 350 persen. 2006 sebesar Rp220 triliun
tahun ini Rp770 triliun. Tapi transfer ke daerah pertumbuhan
ekonominya kita tidak setara jumlah anggaran itu.
Anggaran pembangunan naik empat kali. Tapi mencapai
pertumbuhan tidak sebesar itu," tuturnya di Kemayoran,
Jakarta, Kamis (5/5/2016).
(Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Hanya 4,92%,
Tak Sampai 5,1%)
Menurut JK, banyak hal yang membuat pertumbuhan
ekonomi di daerah tidak sesuai yang diharapkan. Salah
satunya inflasi, utang yang harus dibayar serta ongkos
pemerintahan yang tinggi.
Oleh karena itu pemerintah pusat mengimbau daerah untuk
melakukan efisiensi. Salah satunya dengan tidak menambah
pegawai dan menambah kantor baru dalam bentuk apapun.
"Saya minta daerah efisien dalam pemerintahan, maka
pertumbuhan kesejahteraan akan naik. Suatu pertumbuhan
daerah bukan dilihat dari kantor bupati yangg megah, mobil
mewah. Tapi ditandai dengan kurangnya kemiskinan,
kurangnya pengangguran dan naiknya penghasilan
masyarakat," pungkasnya.
(dni)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/05/20/1380993/pertumbuha
n-ekonomi-ri-hanya-4-92-jk-salahkan-pemda

Konsumsi
Pemerintah dan
Investasi Hambat
Pertumbuhan
Ekonomi RI

Ilustrasi : Okezone

Raisa Adila

Jurnalis

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on Pinterest

AA

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2016


tercatat 4,92 persen (yoy), lebih rendah dari kuartal
sebelumnya sebesar 5,04 persen (yoy). Namun,
pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2016 tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia
(BI), Tirta Segara mengatakan, lebih rendahnya
pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2016, terutama
disebabkan oleh terbatasnya pertumbuhan konsumsi
pemerintah dan investasi. Pelemahan konsumsi pemerintah
dipengaruhi oleh pola musiman belanja pemerintah di awal
tahun yang masih relatif terbatas.
Sementara itu, perilaku investor swasta yang masih
cenderung menunggu (wait and see) berdampak pada
masih lemahnya kegiatan investasi, di tengah upaya untuk
mempercepat proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
Konsumsi rumah tangga (RT) masih tumbuh kuat didukung
oleh perkembangan harga yang terjaga, ungkap Tirta
dalam keterangan resminya, Rabu (4/5/2016).
[Baca juga: Bappenas Yakin Ekonomi RI di Kuartal II
seperti Bola Salju]
Namun, dari sisi eksternal, lanjut dia, sejalan dengan kinerja
ekspor beberapa komoditas yang mulai menunjukkan
perbaikan, kinerja ekspor secara keseluruhan juga
mengalami perbaikan, meskipun masih mengalami fase
kontraksi.

Bank Indonesia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi


pada kuartal II-2016 akan meningkat, didorong oleh
peningkatan stimulus fiskal, khususnya terkait dengan
percepatan pembangunan proyek infrastruktur. Sementara
itu, konsumsi rumah tangga juga diperkirakan membaik,
seiring dengan terjaganya inflasi dan meningkatnya
ekspektasi pendapatan.
Seiring dengan itu, percepatan implementasi paket
kebijakan pemerintah, khususnya upaya untuk
meningkatkan daya saing dan iklim investasi, diharapkan
akan dapat meningkatkan investasi dan ekspor. Di sisi lain,
pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh secara
konsisten diharapkan akan memperkuat momentum
pertumbuhan ekonomi, seiring dengan efektivitas
transmisinya yang semakin baik ke depan.
Bank Indonesia akan terus memonitor berbagai
perkembangan baik domestik maupun eksternal, sekaligus
memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk terus
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga
stabilitas makroekonomi. Dengan stabilitas makroekonomi
yang terjaga, perekonomian Indonesia akan dapat tumbuh
pada tingkat yang lebih tinggi secara berkesinambungan,
tukas dia.
(rai)
http://economy.okezone.com/read/2016/05/04/20/1380627/konsumsipemerintah-dan-investasi-hambat-pertumbuhan-ekonomi-ri

Anda mungkin juga menyukai