Anda di halaman 1dari 3

ETIKA DALAM DUNIA KOMPUTER

Richardus Eko Indrajit


Bukanlah suatu hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa komputer merupakan alat sosial karena
kenyataannya bahwa teknologi tersebut dipergunakan secara intensif pada berbagai komunitas masyarakat
seperti institusi, organisasi, perusahaan, dan lain sebagainya. Seperti halnya pada alat-alat sosial yang lain,
pemanfaatan teknologi komputer dapat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
tatanan kehidupan masyarakan yang menggunakannya. Selain dibutuhkan moral - yang didefinisikan
sebagai suatu prinsip perilaku benar dan salah (Beauchamp et.al., 1983) dan hukum, etika memegang
peranan yang sangat penting. Kata etika atau ethics dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani
e thos, yang berarti karakter. Etika selanjutnya didefinisikan sebagai suatu set kepercayaan, standar, atau
pemikiran yang dimiliki oleh suatu individu, kelompok, atau masyarakat (Nagajaran, 1990).Berbeda
dengan moral, etika dapat sangat berbeda antara satu masyarakat ke masyarakat lain. Karakteristik etika
yang lebih spesifik dalam dunia komputer diperkenalkan oleh seorang profesor dari Darmouth pada tahun
1985. James H. Moor mendefinisikan etika komputer sebagai analisis mengenai sifat dan dampak sosial
teknologi kompter, serta formulasi dan justrifikasi kebijakan dalam menggunakan teknologi tersebut secara
etis (Slater, 1991 and Lacayo, 1991). Khusus untuk pembuatan perangkat lunak yang didasari pada teknikteknik pemrograman terstruktur dan logika, James Moor memperkenalkan tiga alasan utama mengapa etika
diperlukan: Logical Malleability (Kelenturan Logika), Transformation Factor (Faktor Transformasi), dan
Invisibility Factor (Faktor Tak Kasat Mata).

1.
2.
3.

Logical Malleability
Transformation Factors
Invisibility Factors

Ethics in the World of Computing


Sumber: Mc.Leod et.al., 1995
Kelenturan Logika
Yang dimaksud dengan kelenturan logika di sini adalah bahwa perangkat aplikasi dalam komputer akan
melakukan hal-hal yang diinginkan oleh pembuatnya, dalam hal ini adalah programmer. Programmer
sendiri menggunakan analisanya dalam menangkap kebutuhan pengguna (users) sebagai landasan dalam
perancangan dan konstruksi aplikasi yang dibuatnya. Pertanyaannya adalah: apakah program yang dibuat
telah 100% tepat berfungsi seperti yang diinginkan oleh pemakainya? Contoh yang paling klasik adalah
seorang customer service yang memberikan alasan kepada pelanggan bahwa keluhan mereka tidak
beralasan karena berdasarkan data pada komputer, tidak terdapat hal-hal yang aneh. Dengan kata lain,
customer service dalam konteks ini berasumsi atau menganggap bahwa yang dilakukan komputer
selalu benar. Dilihat dari sisi pengguna, customer service ini dapat dibenarkan karena yang bersangkutan
telah mengikuti prosedur yang ditetapkan. Sementara dari sisi manajemen yang membuat prosedur, hal
yang sama juga dibenarkan karena aplikasi yang ada telah diujicobakan sebelum diimplementasikan dalam
aktivitas operasional sehari-hari. Namun apakah perangkat aplikasi tersebut memang sudah benar-benar
benar dalam arti kata melakukan persis hal-hal seperti yang diinginkan perusahaan, seperti:
o
o
o

Apakah logika pemrograman yang dipergunakan sudah tepat seperti yang dipergunakan
perusahaan di lapangan?
Apakah algoritma atau struktur program yang dipergunakan sudah tepat mencerminkan
segala kemungkinan skenario yang kerap terjadi dalam operasional sehari-hari?
Apakah formula-formula yang diinginkan sudah tepat diimplementasikan oleh sistem?

o
o
o

Apakah perangkat lunak aplikasi yang ada sudah bebas dari kesalahan (error) baik yang
disebabkan oleh sistem maupun manusia pemakainya?
Apakah komputer dapat menjawab semua pertanyaan atau kasus yang mungkin terjadi
sehari-hari?
Apakah aplikasi yang diimplementasikan masih relevan dengan kebutuhan perusahaan
saat ini?

Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang harus diajukan karena bagi pengguna atau users,
komputer adalah sebuah kotak hitam yang dibuat oleh praktisi teknologi informasi seperti programmer.
Programmer yang tidak memiliki etika yang baik tidak akan begitu perduli dengan segala kemungkinankemungkinan yang akan terjadi di perusahaan yang secara prinsip merupakan resiko yang tidak dapat
dipandang kecil.
Faktor Transformasi
Kehadiran komputer dalam dunia bisnis tidak hanya telah berhasil meningkatkan kinerja perusahaan yang
menggunakannya, namun telah secara langsung mengubah cara-cara orang melakukan kegiatan atau
aktivitas bisnis sehari-hari (transformasi). Dapat dilihat bagaimana electronic mail telah dapat
menggantikan komunikasi tradisional surat-menyurat, internet menggantikan pusat informasi, Electronic
Data Interchange (EDI) menggantikan transaksi manual, sistem basis data (database system) menggantikan
lemari penyimpan arsip, dan lain sebagainya. Transformasi besar-besaran juga terjadi pada level
manajemen puncak dimana peran komputer semakin lama semakin besar dalam proses pengambilan
keputusan. Produk-produk Management Information System, Decision Support System, dan Executive
Information System ditawarkan oleh berbagai perusahaan software di dunia untuk membantu para manajer
dan direktur dalam industri tertentu dalam aktivitasnya sehari-hari. Konsep mengenai etika berkembang
dalam fenomena transformasi ini karena telah bergesernya paradigma dan mekanisme dalam melakukan
transaksi bisnis sehari-hari, baik antara komponen-komponen internal perusahaan maupun dengan faktor
eksternal lainnya. Isu-isu yang berkembang sehubungan dengan hal ini adalah sebagai berikut:
o
o
o
o
o

Sebuah perusahaan memaksa perusahaan supplier-nya untuk menggunakan perangkat


lunak tertentu agar dapat dengan mudah diintegrasikan
Sekumpulan investor baru mau menanamkan investasinya jika perusahaan yang
bersangkutan telah memiliki sumber daya manusia yang akrab dengan teknologi
komputer (computer literate)
Konsorsium konsultan dan vendor perangkat lunak bersedia membantu perusahaan untuk
menerapkan teknologi informasi dengan syarat harus mempergunakan aplikasi tertentu
Asosiasi pada suatu industri tertentu dibentuk yang beranggotakan perusahaanperusahaan pada industri tersebut yang menggunakan perangkat lunak sejenis
Pemerintah memaksa perusahaan-perusahaan untuk membeli dan menggunakan
perangkat lunak produksi perusahaan tertentu tanpa memperhatikan keanekaragaman
kebutuhan masing-masing perusahaan

Hal-hal tersebut di atas memperlihatkan, bahwa tanpa adanya etika dalam dunia komputer khususnya
dalam dunia perangkat lunak pihak-pihak tertentu dapat dengan mudah memanfaatkan trend dan
fenomena transformasi ini. Perusahaan berskala kecil dan menengah biasanya yang kerap menjadi korban
dari institusi atau konsorsium yang lebih besar.
Faktor Tak Kasat Mata
Sebagai sebuah kotak hitam yang dibuat oleh praktisi teknologi informasi, di mata pengguna atau user,
komputer akan bekerja sesuai dengan aplikasi yang diinstalasi. Ada tiga operasi dasar internal yang
dilakukan oleh para programmer dalam membangun kotak hitam tersebut:

Nilai-Nilai pemrograman yang tak terlihat yang merupakan parameter-parameter yang


dipergunakan oleh programmer untuk membangun aplikasinya. Bagaimana perusahaan dapat
mengetahui bahwa nilai-nilai parameter yang dipergunakan sudah tepat dan tidak dimanipulasi?

Perhitungan yang tak terlihat yang merupakan kumpulan dari formula-formula yang
dipergunakan dalam proses pengolahan data menjadi informasi, yang selanjutnya akan
dipergunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan. Bagaiamana manajemen dapat
mengetahui bahwa formula yang dipakai sudah benar dan akurat?
Penyalahgunaan yang tak terlihat yang merupakan kemungkinan dikembangkannya sebuah
program atau algoritma yang melanggar hukum seperti penggelapan pajak, pembocoran rahasia
internal (mata-mata), manipulasi perhitungan, dan lain sebagainya.

Faktor tak kasat mata merupakan kesempatan yang paling banyak dipergunakan oleh para penjahat
elektronik karena seperti halnya hubungan antara pasien dan dokter, seringkali perusahaan memasrahkan
seutuhnya pengembangan aplikasi kepada para programmer yang ditunjuk.

Anda mungkin juga menyukai