Cairan Kritaloid
Cairan Kritaloid
Kristaloid adalah mayoritas berisi larutan air steril dengan elektrolit dan/atau dekstrosa yang
ditambahkan sesuai dengan kandungan mineral plasma manusia. Kristaloid tersedia dalam berbagai formulasi,
mulai dari hipotonik, isotonik hingga hipertonik. Salah satu formulasi yang paling umum, normal
salin 0.9%, dirancang untuk perkiraan mineral dan konsentrasi elektrolit plasma manusia.
Kristaloid merupakan cairan yang mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). Keuntungan
dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak
perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan
sederhana dan dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4
kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi
defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30
menit (Rahmawati,2014)
Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil sehingga membran kapiler permeabel
terhadap cairan tersebut. Cairan kristaloid dapat mengganti dan mempertahankan volume cairan
ekstraselular. Oleh karena 75-80% cairan kristaloid yang diberikan secara IV menuju ruang
ekstravaskular dalam satu jam, maka cairan kristaloid sangat diperlukan untuk rehidrasi
interstisial. Cairan kristaloid dalam volume besar yang diberikan dengan cepat secara IV
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular dan penurunan COP dengan cepat.
Hal tersebut mengakibatkan ekstravasasi ke interstisial.
Rahmawati,
Laila.
2014.
Cairan
Kristaloid
dan
Koloid.
Diakses
dari
berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
3.
4.
Ringer laktat
menjadi
kurang
disukai
karena
menyebabkan
paru-paru.
Dekstrosa
a. Komosisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
b. Kemasan : 100, 250, 500 ml.
c. Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dansesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang
(kadar kreatinin kurang dari 25mg/100ml).
d. Kontraindikasi : Hiperglikemia.
e. Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan
umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsiaatau preeklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik
akut, sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan
hipotonik karena kekhawatiranterhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003)
memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel,
karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya
edema otak (Khetailaga,2013)
Khetailaga,
Juen.
2013.
Cairan
Kristaloid.
Dikases
dari