Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hokum menganggap
bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai
domain hukum, padahal selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap professional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik an juga sekaligus pelanggaran hukum. Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari (a) semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d) provokasi oleh ahli hokum dan oleh tenaga kesehatan sendiri. Kaidah dasar (prinsip) Etika/ Bioetik adalah aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi yang berbeda , satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima fasie. Konsil kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika), juga prima fascie dalam penerapan praktiknya : Benefiecence , Non malefiecence, Autonomy, Justice. Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai suatu keputusan etik diperlukan empat kaidah dasar moral dan beberpa aturan dibawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah : a. Prinsip autonomy Prinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien terutama hak otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent. Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk
menentukan nasib untuk diri sendiri), dan kedua setiap manusia
yang otonominyaz berkurang atau hilang perlu mendapat perlindungan. b. Prinsip Beneficence Prinsip beneficence adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam beneficience tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari sisi buruknya. c. Prinsip Non-malificence Prinsip Non-malificence adalah prinsip moral yang melaarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan primum non nocere atau above all, do not harm. d. Prinsip Justice Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya. Perbedaan kedudukan social, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan , status perkawinan, serta perbedaan gender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien menjadi perhatian utama dokter. Sifat etika kedokteran : 1. Etika khusus ( tidak sepenuhnya sama dengan etika umum) 2. Etika social (kewajiban terhadap manusia lain/ pasien) 3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri= selfimposed, zelfoplegging) 4. Etika normatif (mengacu kepada deontologist, kewajiban ke arah norma-norma yang seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban= gesinnung