Anda di halaman 1dari 9

BAB I

DISTILASI BATCH
I.

Tujuan Praktikum
1.

Tujuan Instruksional Umum


Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan sistem refluk.

2.

Tujuan Instruksional Khusus


Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R) terhadap komposisi
ethanol dalam distilasi selama waktu operasi lima menit.

II.

Dasar Teori
Distilasi merupakan metode operasi pemisahan suatu campuran
homogen (cairan-cairan saling melarutkan), berdasarkan perbedaan titik didih
atau perbedaan tekanan uap murni (masing-masing komponen yang terdapat
dalam campuran) dengan menggunakan sejumlah panas. Distilasi termasuk
proses pemisahan menurut dasar operasi difusi. Secara difusi, proses pemisahan
terjadi karena adanya perpindahan massa secara lawan arah, dari fasa uap ke
fasa cair atau sebaliknya, sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fasa
yang saling kontak, sehingga pada suatu saat pada suhu dari tekanan tertentu,
sistem berada dalam keseimbangan. (McCabe, Unit Operation of Chemical
Engineering, halaman 576)

Gambar II.1 Simple Distilasi (Mc. Cabe, 1993)

Distilasi merupakan metode operasi pemisahan suatu campuran


homogen (cairan-cairan saling melarutkan), berdasarkan perbedaan titik didih

atau perbedaan tekanan uap murni (masing-masing komponen yang terdapat


dalam campuran) dengan menggunakan sejumlah panas sebagai tenaga
pemisah atau Energy Separating Agent (ESA). Distilasi termasuk proses
pemisahan menurut dasar operasi difusi. Secara difusi, proses pemisahan
terjadi karena adanya perpindahan massa secara lawan arah, dari fasa uap ke
fasa cair atau sebaliknya, sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fasa
yang saling kontak, sehingga pada suatu saat pada suhu dari tekanan tertentu,
sistem berada dalam keseimbangan.
Pada proses pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk
setelah campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak
sedemikian hingga pada suatu saat semua komponen terjadi dalam campuran
akan terdistilasi dalam kedua fasa membentuk keseimbangan. Setelah
keseimbangan dicapai, uap segera dipisahkan dari cairannya, kemudian
dikondensasikan membentuk distilat.
Dalam keadaan seimbang, komposisi distilat tidak sama dengan
komposisi residunya:
1. Komponen dengan tekanan uap murni tinggi lebih banyak terdapat dalam
distilat
2. Komponen dengan tekanan uap murni rendah sebagian besar terdapat
dalam residu
Jenis-Jenis Distilasi
Distilasi sendiri dibagi menjadi tiga jenis proses yaitu kontinyu, Batch, dan
semi Batch/kontinyu.
1. Distilasi Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan
campuran diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya cairan yang
tidak berubah menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi,
sedangkan cairan yang menjadi uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah
selanjutnya keluar coloumn untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler
yang berupa gas dikembalikan lagi ke dalam column dan yang tidak
langsung mengalir keluar menjadi produk bawah. Untuk gas hasil distilasi

selanjutnya dikondensasikan menjadi cairan yang disebut dengan produk


distilasi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi selanjutnya dikembalikan
ke dalam column distilasi untuk diproses kembali. Pada proses distilasi
secara kontinyu dikenal dengan istilah bagian rectifying dan bagian
stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian atas setelah gas keluar dari
column distilasi dan bagian stripping adalah proses bagian bawah setelah
cairan keluar dari column distilasi. Biasanya dalam column ini digunakan
untuk memisahkan umpan multikomponen untuk menghasilkan dua atau
lebih produk murni.
2. Distilasi Batch
Proses distilasi ini merupakan proses yang paling tua yang diketahui
untuk memisahkan suatu cairan campuran. Pada zaman dahulu proses ini
seering digunakan untuk menyuling minuman beralkohol, minyak parfum,
untuk farmasi dan penghasil minyak tanah. Selain itu proses ini juga
digunakan untuk memproduksi bahan kimia yang bagus dan spesialis.
Metode ini dipakai hanya untuk sekali proses saja, setelah itu proses
pembersihan alat kemudian proses distilasi dapat dimulai kembali. Sekarang
ini metode distilasi Batch merupakan metode yang sering digunakan dalam
berbagai industri kimia. Alat pada distilasi Batch berbeda bentuknya dengan
alat distilasi kontinyu yaitu pada bagian stripping di distilasi kontinyu
dihilangkan pada proses distilasi Batch. Pada bagian ini diganti dengan
aliran umpan menuju column pada distilasi Batch. Selain itu pada bagian
retifying output produk di distilasi kontinyu hanya satu, sedangkan pada
distilasi Batch ada 2 produk dan 1 produk intermediet.
3. Distilasi Semi-Batch/Kontinyu
Proses

kerja

dari

distilasi

semi

Batch/kontinyu

adalah

menggabungkan prinsip kerja dari distilasi Batch dan distilasi kontinyu.


Contohnya adalah dimana terjadi kesamaan antara prinsip kerja pada proses
Batch, akan tetapi terdapat perbedaan pada pengumpanan bahan baku.
Dimana pengumpanan bahan baku hampir sama prinsip kerjanya pada
proses distilasi kontinyu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi distilasi adalah:


1. Sifat dari campuran
2. Karakteristik kolom
3. Jenis kolom (plate, packed, vigreuz) dan panjang kolom
4. Besaran-besaran lainnya (laju uap naik, laju cairan turun/ refluk, luas
permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan effisiensi perpindahan
massa).
Distilasi Batch dengan Sistem Refluk
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, distilasi dapat dioperasikan
dengan sistem refluk. Sistem refluk dimaksudkan untuk memberi kesempatan
sebagian cairan hasil kondensasi uap yang keluar dari puncak kolom agar
dapat mengadakan kontak ulang kembali dengan fasa uapnya di sepanjang
kolom. Dengan demikian:
1. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama
2. Perpindahan massa dan perpindahan panas terjadi kembali
3. Distribusi suhu, tekanan, dan konsentrasi disetiap fasa semakin uniform
4. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati
Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:
1.

Terhadap kolom yang akan dibangun


Bahwa untuk mencapai kemurnian yang sama, semakin besar
perbandingan refluk yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah
plate ideal yang dibutuhkan.

2.

Terhadap kolom yang sudah ada


Bahwa pada jumlah plate yang sama, semakin besar perbandingan refluk
yang digunakan, maka kemurnian produk yang dihasilkan semakin tinggi.

III.

Alat dan Bahan


1. Alat

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 3.3

Distilasi Batch

Pipet ukur

Beaker Glass

Gambar 3.4

Gambar 3.5

Gambar 3.6

Neraca Analitik

Ball Filler

Piknometer

Gambar 3.7

Gambar 3.8

Termometer

Gelas Ukur

2. Bahan
a.

Ethanol

b.

Aquades

3. Skema Kerja
Aquades

Ethanol

Campuran Larutan
Mengukur densitas Larutan
Campuran larutan dalam rangkaian alat
distilasi batch
Proses distilasi Batch,
Mengamati perubahan suhu sampai konstan

Larutan pada
Bottom
Menghitung densitas
Larutan bottom

Larutan pada
Distilat
Menghitung densitas
Larutan distilat

Gambar 3.9 Skema Kerja Percobaan Distilasi Batch

IV.

Data Pengamatan
Tabel IV.1 Data Pengamatan Percobaan Distilasi Batch
Cara Kerja
1. Menghitung kebutuhan ethanol dan
packing yang digunakan
2. Membuat larutan campuran ethanol
dan aquades
3. Memasukkan campuran ke dalam labu
leher tiga
4. Merangkai kembali rangkaian alat
distilasi, memasang pompa, dan
menyalakkan stirer
5. Amati perubahan suhu dan menghitung
densitas saat proses distilasi Batch
berjalan

Pengamatan
- Ethanol = 100 ml
- Packing = 210
Campuran homogen dalam
beaker gelas
Campuran dalam labu leher tiga
Rangkaian siap digunakan
- Suhu bottom = 820C
- Densitas bottom = 0,9222
- Suhu distilat = 720C
- Densitas distilat = 0,8114

Tabel IV.2 Data Perhitungan Densitas


Percobaan
ke1
2
3

Suhu
Botom
82
82
82

Berat bottom
+ pikno
19,593
19,598
19,6257

Densitas
Bottom
0,9222
0,9232
0,92874

Suhu
Distilat
72
72
72

Berat distilat
+ pikno
19,039
19,1139
19,0525

Densitas
distilat
0,8114
0,82638
0,8141

V.

Kesimpulan dan Saran


1.

Kesimpulan
a. Larutan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ethanol air dapat
dipisahkan secara distilasi Batch dengan sistem refluks.
b. Semakin tinggi refluks yang diatur, maka kadar ethanol dalam distilat
semakin tinggi sehingga sitem refluks dapat mengalami peningkatan
dari efisiensi pemisahan larutan ethanol air.

2. Saran
a. Saat memasukkan packing sebaiknya memasang buffle nya terlebih
dahulu agar packing tidak jatuh ke larutan.
b. Posisi tabung packing harus dalam keadaan miring agar packing tidak
langsung jatuh kedasar sehingga menghindari kerusakan pada tabung
atau packing itu sendiri.
c. Sebaiknya membuat 2 larutan berkonsentrasi sama untuk 2 variable
yang berbeda, agar hasil praktikum lebih akurat.

VI.

Daftar Pustaka
Mc. Cabe, W.L., Smith. J.C., Harriot. 1993. Unit Operation of Chemical
Engineering, edisi ke-5. Mc. Graw Hill International Edition. Co. Ltd.
Singapore
Tim Dosen Praktikum Operasi Teknik Kimia. 2016. Panduan Praktikum
Operasi Teknik Kimia II. UNNES. Semarang
Wahyuni, Krisna dkk. 2013. Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II.
Akademi Teknologi Industri Padang. Padang

Appendix
Data Perhitungan Distilasi Batch
V water
water
V ethanol
ethanol
Volume
Berat Pikno
Ethanol 50%
Packing

100
1
100
0,789
5
14,982
100
210

ml
gr/ml
ml
gr/ml
ml
gram
ml
buah

Densitas Rata2 Bottom


Densitas Rata2 Distilate

0,924713333
0,817293333

fraksi ethanol di bottom


fraksi ethanol di distilat

0,338011978
0,701295676

fraksi water di bottom


fraksi water di distilate

0,661988022
0,298704324

Kurva Kalibrasi
1,2
1

Konsentrasi

0,8
0,6
0,4

Kurva Kalibrasi

y = -3,3819x + 3,4653
R = 0,8852

0,2

Linear (Kurva Kalibrasi)

0
-0,2
-0,4

0,5

Densitas

1,5

Anda mungkin juga menyukai