Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRESENTASI

KASUS PUSKESMAS
JEULINGKE
(THT)
OLEH:
AFRIANI
0307101010004

BAGIAN ILMU FAMILY MADICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH
KUALA
RSUDZA BANDA ACEH

2012
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Putri Zakiah

Umur

: 4 tahun

Alamat

: Lingke

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

:-

Status

:-

Berat Badan

: 14 kg

Tanggal Pemeriksaan

: 21 Juli 2012

II. ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama
: Demam
Keluhan Tambahan: Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari
yang lalu.Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak dan pilek,nyeri menelan

(+).
Riwayat Penyakit Dahulu: Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga: Disangkal
Riwayat Penyakit Obat: Disangkal

III. STATUS PRESENT


Sensorium

: composmentis

Nadi

: 80 kali/menit

Frekuensi Pernafasan

: 22 kali/menit

Temperatur

: 36,0 C

Berat Badan

: 14 kg

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Mata

: - konjungtiva palpebra inferior pucat


- sklera Ikterik

Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Paru

: ( -/- )
: ( -/- )

: membrane timpani (intak)


: sekret (-)
: tonsil (T2/T2) ,hiperemis (+)
: simetris, TVJ R-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)

Thoraks depan:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: simetris, retraksi (-)


: SF kanan = SF kiri
: sonor di kedua lapangan paru
: SP: Ves (+/+), Rh (-), Wh (-)

Thoraks Belakang:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung

: simetris (+), retraksi (-)


: SF kanan = SF kiri
: sonor di kedua lapangan paru
: SP: Ves (+/+), Rh (-), Wh (-)

Inspeksi

: Ictus cordis terlihat di ICS V LMCS

Palpasi
Perkusi

: Ictus cordis teraba di ICS V LMCS


: Batas jantung atas
: ICS III
: Batas jantung kiri
: LMCS
: Batas jantung kanan
: LPSD
: HR : 78 kali/menit, Reguler (+), bising (-)
: M1>M2, A1<A2, P1<P2, A2>P2

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Ekstrimitas
V. DIAGNOSA
Tonsilitis Kronis
VI. PENGOBATAN

: Simetris, pembesaran (-), kolateral vein (-)


: Soepel, nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba
: Tympani
: Peristaltik (N)
: Tidak diperiksa
: dbn

Medikamentosa :
-Eritromisin syr 3 x cth 1
-Ibuprofen syr 3 x cth
-Obat pulvis 3 x 1 terdiri dari :
Glyceril guaicolat 100 mg no III
CTM 4 mg no III
Vitamin B complek no III
Nonmedikamentosa :
-Perbanyak istirahat
- Perbanyak minum air putih
-Hindari makanan berminyak dan air es
-Konsumsi makanan gizi seimbangan
VII. DOKUMENTASI

VIII. Tinjauan Pustaka


2.1 TONSILITIS
1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri.
2. Jenis

Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsilitis akut,


tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.
A. TONSILITIS AKUT
Etiologi
Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta
hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes.
Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali
terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius.
Patofisiologiss
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi,

terjadi

pembendunagn

radang

dengan

infiltrasi

leukosit

polimorfonuklear.
Manifestasi Klinik
Tonsillitis Streotokokus grup A harus dibedakan dri difteri, faringitis non
bacterial, faringitis bakteri bentuk lain dan mononucleosis infeksiosa. Gejala dan
tanda-tanda yang ditemukan dalam tonsillitis akut ini meliputi suhu tubuh naik
hingga 40o celcius, nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang
berbau, suara akan menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa
lesu, rasa nyeri di persendian, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga. Pada
pemeriksaan juga akan nampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lacuna akan tertutup oleh membrane semu. Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Komplikasi
Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring,
toksemia, septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan arthritis.
Pemeriksaan
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang
ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai
dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.

2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsilitis biasanya dengan
perawatan sendiri dan dengan menggunakan antibiotic. Tindakan operasi hanya
dilakukan jika sudah mencapai tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.
1. Perawatan sendiri
Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus
itu hilang dengan sendirinya. Selma satu atau dua minggu sebaiknya
penderita banyak istirahat, minum minuman hangat juga mengkonsumsi
cairan menyejukkan.
2. Antibiotik
Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan
dalam proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu dimakan selama
setidaknya 10 hari.
3. Tindakan operasi
Tonsilecktomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika ank mengalami
tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami
tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, amandel membengkak dan
berakibat sulit bernafas, adanya abses.
B. TONSILITIS MEMBRANOSA
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis
membranosa beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta
Angina Plaut Vincent.
1. TONSILITIS DIFTERI
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu
bakteri gram positis pleomorfik penghuni saluran pernapasan atas yang
dapat menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila
terinfeksi bakteriofag.

Patofisiologi
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada
permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi
toksin yang merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh
tubuh melalu pembuluh darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu
protein yang mempunyai 2 fragmen yaitu aminoterminal sebagai fragmen
A dan fragmen B, carboxyterminal yang disatukan melalui ikatan
disulfide.
Manifestasi Klinis
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5
tahun. Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai
dengan masa in kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini adalah
terjadi kenaikan suhu subfebril, nyeri tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu
makan, badan lemah, dan nadi lambat. Gejala local berupa nyeri
tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama
makin meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini
melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika
menutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, bila
menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar
limfa leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin
akan menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai
decompensation cordis.
Komplikasi
Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole,
kelumpuhan otot mata, otot faring laring sehingga suara parau,
kelumpuhan otot pernapasan, dan albuminuria.
Diagnosis
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis
karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita.
Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody
technique yang memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi

C, diphteriae dengan pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes


toksinogenesitas secara vivo dan vitro. Cara PCR (Polymerase Chain
Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi pemeriksaan ini
mahal dan masih memerlukan penjagn lebih lanjut untuk menggunakan
secara luas.
Pemeriksaan
1. Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah
membrane semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac
conkey atauLoffler.
2. Tes Schick (tes kerentnan terhapad dihteria)
3. Terapi
Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan
dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu.
Pengobatan
Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin
yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit
yang terjadi minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah
penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara
umum dapat dilakukan dengan cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu
serta pemberian cairan.
Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian :
1. Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
2. Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin
prokain 50.000-100.000 KI/BB/hariselama 7-10 hari, bila alergi diberikan
eritromisin 40 mg/kg/hari.
3. Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi
saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
4. Pengobatan penyulit : untuk menjaga agar hemodinamika penderita tetap
baik oleh karena penyulit yang disebabkan oleh toksin umumnya
reversible.
5. Pengobatan carrier : ditujukan bagi penderita yang tidak mempunyai
keluhan.
Pencegahan

Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan


pada diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada
anak-anak. Selain itu juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi
DPT dan pengobatan carrier.

2. TONSILITIS SEPTIK
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat
dala susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu
adanya pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.
3. ANGINA PLAUT VINCENT
Etiologi
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi
vitamin C serta kuman spirilum dan basil fusi form.
Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri
kepala, badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa
nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.
Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di
atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut
berbau dan kelenjar submanibula membesar.
Pengobatan
Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu,
juga pemberian vitamin C dan B kompleks.
3. TONSILITIS KRONIS
Etiologi
Bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut,
namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

Faktor Predisposisi
Mulut yang tidk hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat,
rangsangan kronik karena rokok maupun makanan.
Patofisiologi
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok
melebar yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul
dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Manifestasi Klinis
Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang,
tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil
membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus.
Komplikasi
Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum,
endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.
Pemeriksaan
1. Terapi
Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan
berkumur atau obat isap.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak
berhasil.
2. Faktor penunjang
Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.
Pengobatan
Tonsilitis kronis dapat diatasi dengan menjaga higiene mulut, obat kumur,
obat hisap, dan tonsilektomi.
Indikasi Tonsilektomi
1. Sumbatan
1. Hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan nafas
2. Gangguan menelan dan berbicara
3. Sleep apnea

4. Cor pulmonale
2. Infeksi
a.
b.
c.
d.

Infeksi telinga tengah berulang


Rinitis dan sinusitis yang kronis
Peritonsiler abses dan abses kelenjar limfe berulang
Tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap dan

napas berbau
e. Tonsil sebagai fokal infeksi dari organ lain
3) Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restusti RD; editor. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
2. Adams, Boies. Boies Fundamentals of Otolaryngology. Edisi Keenam.
Jakarta: EGC. 1997.

Anda mungkin juga menyukai