LATAR BELAKANG
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi
oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan kondisi harga minyak goreng yang semakin
melambung tinggi, membuat sejumlah kalangan masyarakat untuk berpikir kreatif mendaur
ulang minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah. Masyarakat Indonesia lebih banyak
menggunakan minyak goreng curah dibandingkan minyak yang bermerk karena harganya
lebih murah. Kemasan pembungkus minyak goreng curah yang tidak tepat dan interaksi
langsung dengan matahari dan mikroba dapat mengubah kualitas minyak goreng. Selain itu
adanya pemalsuan minyak goreng curah, membuat masyarakat resah.
Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren, 2005). Maka,
minyak goreng berulang kali atau yang disebut minyak jelantah telah mengalami penguraian
molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan
minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah
dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan
FFA (free fatty acid) atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak goreng ini juga sangat
disukai oleh jamur aflatoksin.