Anda di halaman 1dari 5

Efektivitas Proses Pemurnian Minyak Kelapa Dengan Menggunakan Distilasi

Latar Belakang

Minyak kelapa kaya akan asam lemak laurat (>45% C6:0-C12:0) dan ketidak jenuhannya
rendah. Minyak kelapa pada umumnya diproses dangan menggunakan bahan baku kopra.
Minyak kelapa yang dihasilkan dari kopra masih memiliki kandungan asam lemak bebas (FFA)
yang relatif tinggi (antara 1 dan 6%) karena hidrolisis enzimatik, sehingga diperlukan pemurnian
lebih lanjut antara lain : refining, bleacing dan deodorizing. Pada proses refining dapat
menggunakan metode kimia (penambahan basah alkali) atau menggunakan metode fisika
dengan menggunakan proses distilasi. Distilasi untuk pemurnian fatty acid pada minyak antara
lain : Batch distilation, Continous distilation, fractional distilasi, dan molekular distilasi.

Komposisi Minyak Kelapa

Minyak goreng kelapa bersumber dari bahan baku kopra atau daging kelapa segar.
Minyak kelapa kaya akan asam laurat (>45% C6:0–C12:0) dan ketidak jenuhanya rendah.
Komposisi minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan melting point dan boiling point
asam lemak disajikan pada Tabel 2. Proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan
cara mekanik (dipres) atau dengan solvent extraksi dengan menggunakan n-hexane kemudian
didapatkan crude coconut oil. Crude Coconut Oil masih memiliki kandungan asam lemak bebas
(FFA) yang relatif tinggi (antara 1 dan 6%) karena hidrolisis enzimatik, sehingga diperlukan
pemurnian lebih lanjut antara lain : refining, bleacing dan deodorizing, yang kemudian
menghasilkan minyak goreng kelapa yang biasa disebut RBD minyak kelapa. Yield yang
dihasilkan dalam proses pengolahan minyak kelapa mencapai 63% (Austin,1984).
Distilasi Proses

Proses distilasi dianggap sebagai proses pemurnian yang paling penting dan kompleks
dalam komersial manufaktur yang umumnya dilakukan melalui caustic refining dan distilasi
fisik. Namun, pemurnian menggunakan caustic refining menyebabkan hilangnya minyak netral
yang signifikan karena penggunaan alkali berlebih, sedangkan distilasi fisik melibatkan paparan
suhu tinggi. Salah satu contoh distilasi fisik adalah bach distilasi. Proses distilasi ini
menggunakan direct-fired still pot yang dilengkapi dengan sparger uap. direct-fired still pot diisi
dengan asam lemak dan dipanaskan hingga 260 ° hingga 316 ° C dan disemprot dengan uap
jenuh pada 149°C. Rasio uap terhadap uap asam lemak biasanya 5 banding 1. Uap dan lemak
uap asam dikondensasikan secara terpisah. Produk dari penyulingan jenis ini buruk karena
banyaknya uap yang digunakan. Sejumlah besar asam lemak juga terperangkap dalam
kondensat uap. Distilasi lebih rumit karena pemanasan berkepanjangan asam lemak pada suhu
tinggi dan ketidakstabilan termal yang melekat pada asam lemak. Kombinasi ini sering
menghasilkan dekarboksilasi dan polimerisasi yang cukup besar dengan akibatnya sejumlah
besar residu kental dan pitch. Asam lemak tinggi sekitar 95% hidrolisis ketika disuling dengan
cara ini menghasilkan 15 sampai 20% asam lemak entrained dan 10 sampai 15% residu.
Pemisahan kembali residu dan distilasi menghasilkan asam lemak berkualitas rendah dan final
residu 5 sampai 8% (Muckerheide, 1952).

Metode ini memisahkan molekul ringan berdasarkan perbedaan perbedaan berat jenis
asam lemak. Molecular distilasi memiliki kelebihan peralatan yang sederhana, ramah
lingkungan dan tidak adanya residu pelarut. Dibawah tekanan vacum tinggi, maka ketika jarak
antara evaporasi dan condensasi surface adalah jalur bebas rata-rata molekul ringan dan berat,
sehingga campuran asam lemak dan minyak dapat dipisahkan pada suhu yang jauh dibawah
titik didihnya. Penelitian yang dilakukan oleh Martinello dkk, 2007 yang di optimalkan oleh
penelitian Wu dkk, 2012 dengan menggunakan mentega cacao dengan penurunan Free Fatty
Acid dengan metode deacidifikasi diperoleh hasil mentega yang rendah lemak, dapat
mengurangi ketengikan dalam makanan.

Molecular Distillation-Induced Deacidification

Distilasi molekuler yang digunakan adalah (KDL5, IUC GmbH, Alzenau, German).
Evaporator dikelilingi oleh jaket dengan sirkulasi minyak panas. Proses distilasi dilakukan dalam
kondisi vacum. Suhu dan tekanan di variasikan antara 120 – 200 0C. Dan tekanan 6 – 10 bar.
Suhu umpan 500C. Kemudian hasil minyak dan CFAD yang dihasilkan diuji.

Continous Distillation
Mungkin asam lemak pertama yang masih menggunakan distilasi kering berkelanjutan
dikembangkan oleh Mills (1942). Diagram yang disederhanakan dari proses ini diilustrasikan
pada Gambar 3. Minyak yang mengandung asam lemak menjadi dipanaskan dengan cepat
menggunakan penukar panas (4) sampai titik didih yang sesuai dengan tekanan operasi 196 0C
sampai 2600C ( 12,7 mm Hg atau 0,17bar) di dalam diam (10). Ketika umpan yang dipanaskan
adalah dimasukkan ke bagian bawah tabung (13) dan terkena tekanan yang lebih rendah di
dalam diam, asam lemak segera menguap. Uap mengangkat residu yang tidak disuling (11) dari
bagian bawah tabung diam ke atas dan terciprat ke bagian bawah penyekat (15) menciptakan
aliran kontinu dari bahan cair yang tidak disuling. Uap mengalir ke kondensor (17) dan 18) dan
kondensat asam lemak dikumpulkan di penerima (20 dan 21) yang dapat ditarik terus menerus
atau intermiten. Bahan yang tidak disuling ditarik terus menerus melalui pipa (30) yang dapat
diarahkan oleh katup (35) kembali ke panas penukar atau dengan katup (34) ke pengumpul
residu (31).

Anda mungkin juga menyukai