Anda di halaman 1dari 18

Rule of Law

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

Saepudin

NPM. 230110150177

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

DAFTAR ISI

17

BAB

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................i

PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.................................................................................1
1.2
Tujuan...............................................................................................2
1.3
Rumusan masalah.............................................................................3

II

PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Rule of law.....................................................................4
2.2
Prinsip-prinsip Rule of law..............................................................7
2.3
Strategi penerapan Rule of law........................................................8
2.4
Penegakan Hukum...........................................................................9
III KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan...................................................................................14
5.2
Saran..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................15
LAMPIRAN..............................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

18

Hukum merupakan sumber dari segala peraturan yang semestinya


harus di taati oleh semua orang di dalam suatu masyarakat, dengan ancaman akan
mendapatkan celaan, harus mengganti kerugian, atau mendapat hukuman bagi
pelaku pelanggaran dan kejahatan, sehingga akan membuat tentram, adil dan
makmur dibawah naungan tertib hukum. Dalam prakteknya sendiri,
hukum tidak pernah terlepas dari setiap aspek kehidupan sehari-hari kita, mulai
dari nilai, tata krama, norma hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan.
Sayangnya hukum di Indonesia masih kurang dalam hal penegakannya, terutama
dikalangan penjabat bila dibandingkan dengan yang ada pada golongan menengah
ke bawah. Fenomena sosial ini terjadi karena di negara kita segala sesuatu dapat
di beli dengan uang, tak terkecuali dengan hukum sekalipun. Terdapat sebuah
selogan bahwa yang kuat pasti akan menindas yang lemah, artinya siapa yang
memiliki kekuasaan, harta berlimpah dia yang akan memenangkan peradilan.
Dengan melihat kenyataan seperti itu, pembenahan peradilan dapat di mulai dari
diri sendiri dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan
menegakkannya sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas
supaya keadilan dapat ditegakkan, maka akan terkait semua aspek yang ada
didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah keadilan dapat
ditegakkan.

1.2

Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan

menjelaskan :
1.

Pengertian Rule of Law.

19

2.

Pelaksanaan (pengembangan) Rule of Law di Indonesia.

3.

Kesadaran hukum di masyarakat.

1.3

Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah:


1. Apa pengertian Rule of Law?
2.

Bagaimana pelaksanaan (pengembangan) Rule of Law di Indonesia?

3.

Bagaimana kesadaran hukum di masyarakat?

BAB II

Pembahasan
A. Pengertian Rule of law

20

Rule of law merupakan suatu legalisme hukum yang mengandung gagasan


bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur
yang objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom
Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek negara
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan
egalitarian. Rule of law adalah rule by the law bukan rule by the man.
Keadilan harus berlaku untuk setiap orang, oleh karena itu lahirlah doktrin Rule
Of Law. Menurut (Fried Man,1959) Rule of law merupakan doktrin dengan
semangat dan idealisme keadilan yang tinggi. Rule of law dibedakan antara :
1.Pengertian formal (in the formal sence) yaitu organized public power atau
kekuasaan umum yang terorganisasikan, misalnya negara
2. Pengertian hakiki (ideological sense) erat hubungannya dengan menegakkan
rule of law karena menyangkut ukuran-ukuran tentang hukum yang baik & buruk.
Namun diakui bahwa sulit untuk memberikan pengertian Rule of law, tapi pada
intinya tetap sama, bahwa Rule of law harus menjamin apa yang diperoleh
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan dipandang sebagai keadilan,
khususnya keadilan sosial (Sunarjati Hartono,1982).
Rule Of Law sebagai suatu institusi sosial yang memiliki struktur sosial sendiri
dan memperakar budaya sendiri (Satjipto Raharjo ; 2003). Rule Of Law tumbuh
dan berkembang ratusan tahun seiring dengan pertumbuhan masyarakat Eropa,
sehingga memperakar sosial dan budaya eropa, bukan institusi netral.
Menurut Philipus M.Hadjon, bahwa negara hukum yang menurut istilah
bahasa Belanda rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme,
yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang
didasarkan pada suatu peraturan perundang-undanagan. Oleh karena itu dalam
proses perkembangannya rechtsstaat itu lebih memiliki ciri yang revolusioner.
Menurut Friederich J.Stahl, terdapat 4 unsur pokok untuk berdirinya satu
rechstaat, yaitu :
1.

Hak-hak manusia

2.

Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu

3.

Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan

21

4.

Peradilan administrasi dalam perselisihan

Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun


penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala
peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule Of
Law.
Pengertian Rule Of Law berdasarkan subtansiatau isinya sangat berkaitan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara.
Konsekuensinya setiap negara akan mengatakan mendasarkan pada Rule Of Law
dalam kehidupan negaranya, meskipun negara tersebut adalah negara otoriter.
Atas dasar alasan ini maka diakui bahwa sulit menentukan pengertian Rule Of
Law secara universal, karena setiap masyarakat melahirkan pengertian yang
berbeda-beda. Dalam hubungan ini maka Rule Of Law dalam hal munculnya
bersifat endogen, artinya muncul dan berkembang dari suatu masyarakat tertentu.
B. Prinsip-prinsip Rule of Law
Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil atau Hakiki :
berhubungan erat dengan the enforcement of the Rule of Law
Keberhasilan the enforcement of the rule of law itu tergantung pada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982) Rule of law juga
mempunyai akar sosial dan juga akar budaya Eropa (Satdjipto Rahardjo, 2003)
Rule of law juga adalah suatu legalisme, aliran pemikiran hukum,yang
mengandung

wawasansosial,

gagasan

tentang

hubungan

antarmanusia,

masyarakat serta negara.


Rule of law adalah suatu legalisme liberal (Satdjipto Rahardjo, 2003).
Menurut Albert Venn Dicey didalam Introduction to the Law of the
Constitution, memperkenalkan istilah the Rule Of Law yang secara sederhana
berarti ialah sebagai suatu keteraturan hukum.
Menurut Albert Venn Dicey ada 3 unsur yang fundamental pada Rule Of Law,
ialah sebagai berikut:

22

a) Supremasi aturan-aturan hukum


b) Kedudukan yang sama dimuka hukum
c) Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-undang serta keputusan
pengadilan. Terdapat Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa didalam hubungan
dengan negara ialah hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka negara terbatas
didalam suatu pengertian negara hukum formal, ialah negara yang tidak bersifat
proaktif melainkan bersifat pasif. Sikap negara yang demikian ini disebabkan
negara tersebut hanya menjalankan serta taat pada apa yang termaktub didalam
suatu konstitusi semata. Didalam hubungan suatu negara hukum organisasi pakar
hukum internasional, atau International Comission of Jurists (ICJ), ini secara
intens melakukan kajian pada konsep negara hukum dan juga unsur-unsur esensial
yang terkandung didalam Negara tersebut.
Pertemuan ICJ di Bangkok pada tahun 1965 ini semakin menguatkan
posisi Rule Of Law didalam kehidupan bernegara. Selain itu dari pertermuan
tersebut maka telah digariskan bahwa disamping hak-hak politik bagi rakyat juga
harus diakui pula adanya suatu hak-hak sosial serta ekonomi, sehingga perlu
dibentuk standar-standar sosial ekonomi.
Komisi ICJ ini merumuskan syarat-syarat pada pemerintahan yang demokratis
dibawah Rule Of Law yang dinamis, ialah sebagai berikut:
a) Perlindungan konstitusional
b) Lembaga kehakiman yang bebas dan juga tidak memihak
c) Pemilihan umum yang bebas
d) Kebebasan menyatakan pendapat
e) Kebebasan berserikat atau berorganisasi serta berposisi
f) Pendidikan kewarganegaraan
Gambaran tersebut mengukuhkan negara hukum ialah sebagai welfare state,
Sebab sebenarnya mustahil untuk dapat mewujudkan cita-cita Rule Of Law
sementara posisi dan juga peran negara sangat minimal serta lemah. Atas dasar
tersebutlah negara diberikan suatu keluasan dan juga kemerdekaan bertindak atas
dasar inisiatif parlemen.Didalam gagasan welfare state tersebut ternyata negara
memiliki suatu kewenangan yang relatif lebih besar, dibandingkan dengan format

23

negara yang bersifat negara hukum formal saja. Selain itu juga, didalam welfare
state yang terpenting ialah negara semakin bersifat otonomuntuk mengatur dan
juga mengarahkan fungsi serta

peran suatu negara bagi kesejahteraan hidup

masyarakat.
Sejalan dengan kemunculan ide demokrasi konstitusional yang tidak terpisahkan
dengan konsep negara hukum, baik itu rechtsstaat ataupun Rule of Law, yang
pada prinsipnya ialah memiliki kesamaan yang fundamental serta juga saling
mengisi. Pada prinsip negara ini unsur penting adalah dengan pengakuan adanya
pembatatasan kekuasaan yang dilakukan secara konstitisional. Oleh sebab itu,
terlepas dari adanya suatu pemikiran dan juga praktek konsep negara hukum yang
berbeda.
C. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law
Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka :
a. Keberhasilan the enforcement of the rules of law harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap
bangsa.
b. Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c.Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakkan secara
adil juga memihak pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004), yang
memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau
keperluan lain. Asumsi dasar hukum progresif bahwa hukum adalah untuk
manusia, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang
kuat. Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis
dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau back to law and
order, kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:

24

Kasus korupsi KPU dan KPUD;

Kasus illegal logging;

Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA);

Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika ;

Kasus perdagangan wanita dan anak.

Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2.

Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh

kekuasaan atau kekuatan apapun.


3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
D. Penegakkan Hukum
Penegakkan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam

lalu

lintas

atau

hubunganhubungan

hukum

dalam

kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakkan hukum


itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya
penegakan hukum itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan
hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti
sempit, dari segi subyeknya itu, penegakkan hukum itu hanya diartikan sebagai
upaya aparatur penegakkan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan
tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
Pengertian penegakkan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut
obyeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup
makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakkan hukum itu mencakup
pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal
maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tatapi dalam arti
sempit, penegakkan hukum itu hanya menyangkut penegakkan peraturan yang

25

formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan Law Enforcement
ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan Penegakkan Hukum
dalam arti luas dapat pula digunakan istilah Penegakkan Peraturan dalam arti
sempit.
Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai
keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris sendiri
dengan dikembangkannya istilah the rule of law atau dalam istilah the rule of
law and not of a man versus istilah the rule by law yang berarti the rule of
man by law Dalam istilah the rule of law terkandung makna pemerintahan
oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula
nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah
the rule of just law. Dalam istilah the rule of law and not of man, dimaksudkan
untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum
modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah
the rule by law yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang
menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.
Dengan uraian diatas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan
penegakkan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk
menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit maupun dalam arti
materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik
oleh para subyek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakkan
hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh Undang-undang untuk
menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita tentang penegakkan
hukum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya Apakah kita akan membahas
keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik dari segi subyeknya
maupun obyeknya atau kita batasi haya membahas hal-hal tertentu saja, misalnya
hanya menelaah aspek-aspek subyektif saja. Makalah ini memang sengaja dibuat
untuk memberikan gambaran saja mengenai keseluruhan aspek yang terkait
dengan tema penegakkan hukum itu.

26

E. Aparatur Penegak Hukum


Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak
hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur
penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,
penasehat hukum, jaksa hakim dan petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Setiap
aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan
tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan
pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 elemen penting
yang mempengaruhi, yaitu:
Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat, sarana dan prasarana
pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya,
Budaya kerja ytang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan
aparatnya,
Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang
mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya
maupun hukum acaranya.
Upaya penegakkan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek
itu, sehingga proses penegakkan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal
dapat diwujudkan secara nyata.
Namun selain ketiga faktor diatas, keluhan berkenaan dengan kinerja
penegakkan hukum di negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan
analisis yang lebih menyeluruh lagi. Upaya penegakkan hukum hanya satu elemen
saja dari keseluruhan persoalan kita sebagai negara hukum yang mencita-citakan
upaya menegakkan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatr
indonesia. Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri atau belum
mencerminkan

perasaan

atau

nilai-nilai

keadilan

yang

hidup

didalam

masyarakatnya. Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya


sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai, lain dengan

27

tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan hanya berkenaan
dengan upaya penegakan hukum tetapi juga pembaharuan hukum atau pembuatan
hukum baru.
Karena itu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama,
yaitu:
Pembuatan hukum (the legislation of law atau Law and rule making),
Sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum ( socialization and
promulgation of law),Penegakkan hukum (the enforcement of law). Ketiganya
membutuhkan dukungan Administrasi hukum (the administration of law) yang
efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan (eksekutif) yang
bertanggungjawab (accountable).Karena itu, pengembangan administrasi hukum
dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat sebagai
tambahan terhadap ketiga agenda tersebut diatas. Dalam arti luas, The
administration of law itu mencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules
executing) dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang sempit.
Misalnya dapat dipersoalkan sejauh mana sistem dokumentasi dan publikasi
berbagai produk hukum yang ada selama ini telah dikembangkan dalam rangka
pendokumentasian peraturan-peraturan (regels), keputusan-keputusan administrasi
Negara (beschikings), ataupun penetapan dan putusan (vonis) hakim di seluruh
jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah. Jika sistem
administrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luas terhadap
aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka?. Jika akses tidak ada,
bagaimana mungkin mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidak
diketahuinya?.
Meskipun ada teori fiktif yang diakui sebagai doktrin hukum yang
bersifat universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan dan
pembaharuan masyarakat (social reform), dan karena itu ketidak tahuan
masyarakat akan hukum tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosial dan
pembudayaan hukum secara sistematis dan bersengaja.
F. Kesadaran Hukum Masyarakat

28

Tindakan atau cara apakah yang sekiranya efektif untuk meningkatkan


kesadaran hukum masyarakat? Tindakan drastis, misalnya memperberat ancaman
hukum atau dengan lebih mengetatkan penataan ketaatan warga negara terhadap
undang-undang saja, yang hanya bersifat insidentil dan kejutan, kiranya bukanlah
merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan tampak atau terasa
adanya penertiban tetapi kesadaran hukum masyarakat tidak dapat dipaksakan dan
tidak mungkin diciptakan dengan tindakan yang drastis yang bersifat insidentil
saja.
Kita harus menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum
masyarakat dewasa ini, yang menjadi tujuan kita pada hakekatnya bukanlah
semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran hukum masyarakat saja, tetapi
membina kesadaran hukum masyarakat. Seperti yang telah diketengahkan di
muka maka kesadaran hukum erat hubungannya dengan hukum, sedang hukum
adalah produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu blueprint of
behaviour yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus
dilakukan boleh dilakukan dan apa yang dilarang. Dengan demikian maka
kebudayaan mencakup suatu sistem tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum
merupakan pencerminan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat.
Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Dan
nilai-nilai kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah
mengetahui kemungkinan sebab-sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat
usaha peningkatan dan pembinaan yang utama, efektif dan efisien ialah dengan
pendidikan. Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang einmalig atau
insidentil sifatnya, tetapi merupakan suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif
dan terutama dalam hal pendidikan kesadaran hukum ini akan memakan waktu
yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa dengan pendidikan
yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru dapat kita
lihat hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi. Ini
bukan suatu hal yang harus kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita
sambut dengan tekad yang bulat untuk mensukseskannya. Dengan pendidikan

29

sasarannya akan lebih kena secara intensif daripada cara lain yang bersifat drastis.
Pendidikan yang dimaksud di sini bukan semata-mata pendidikan formal
disekolah-sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, tetapi juga
pendidikan non formal di luar sekolah kepada masyarakat luas.

30

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap Negara tentu memerlukan hukum agar tercipta ketertiban di dalamnya.
Rule of Law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan
mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya
yaitu orang-orang yang jujur, tidak memihak, dan hanya memikirkan keadilan,
tidak terkotori oleh hal-hal yang buruk. Aparatur penegak hukum juga berperan
penting dalam penegakkan hukum yang adil dalam suatu Negara.
Ada tidaknya Rule of Law pada suatu Negara ditentukan oleh Kenyataan.
Apakah rakyat dapat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil didalam
hukum, baik sesama warga Negara maupun pemerintah.
Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka :
a. Keberhasilan the enforcement of the rules of law harus didasarkan pada corak
masyarakan hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap
bangsa.
b. Rule of lay yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakan dan negara, harus ditegakkan secara
adil juga memihak pada keadilan.
Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD
1945.Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasalpasal UUD 1945. Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara
harus bersih, jujur, mentaati undang-undang, juga bertanggung jawab, dan
menjalankan UU 1945 dengan baik.

31

B. Saran
Sebagai seorang warga Negara yang baik haruslah menjunjung menjadi
seseorang yang menjunjung tinggi hukum serta kaidah-kadiah agar tercipta
keamanan, ketentraman, dan kenyamanan. Mempelajari Undang-Undang 1945
berserta butir-butir nilainya dan menjalankan apa yang menjadi tuntutannya agar
terjadi kehidupan yang stabil dan taat hukum. Dalam suatu penegaKkan hukum di
suatu Negara seperti Indonesia, maka seluruh aspek kehidupan harus dapat
merasakan dan diharapkan aspek-aspek tersebut dapat mentaati hukum, maka
akan terciptalah pemerintahan dan kehidupan Negara yang harmonis, selaras
dengan keadaan dan sesuai dengan apa yang diharapakan yaitu suatu bangsa yang
makmur, damai, serta taat hukum.

32

DAFTAR PUSTAKA

Hombar

Pakpahan,

Kesadaran

Hukum

Masyarakat

http://ilmucomputer2.academia.edu. /2009/08/kesadaran-hukum-masyarakat.html
Nasrul, Rule Of Law Dan Hak Asasi Manusia, http://one.indoskripsi.com/judulskripsi-makalah-tentang/rule-law-dan-hak-asasi-manusia, January 16th 2010
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Penegakan Hukum ,
http://www.djahu.depkumham.go.id/detail_artikel.php?artid=7, Jumat, 02-Mei2008
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah
Di Perguruan Tinggi. PT.Bumi Aksara;Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai