Anda di halaman 1dari 25

I.

PENGENALAN ALAT ALAT LABORATORIUM


Tujuan Praktikum
Umum
Mengenalkan beberapa alat yang sederhana dan penggunaannya.
Percobaan ini sebagai pendahuluan bagi percobaan percobaan
berikutnya.
Khusus
1. Mengetahui nama dan kegunaan alat-alat gelas yang umum dipakai di
dalam laboratorium kimia.
2. Dapat menggunakan alat-alat tersebut dengan benar.
Dasar Teori
Di dalam laboratorium kimia akan dijumpai berbagai alat, mulai
dari yang sederhana seperti misalnya alat-alat gelas sampai pada yang
cukup rumit seperti pH meter dan spektrofotometer. Alat-alat sederhana di
laboratorium tersebut ada yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa,
platina, logam dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi
sebagai wadah, alat bantu, dan pengukuran volume dengan berbagai
ukuran.
Peralatan wadah pengukur volume larutan, ada yang ditera
dengan teliti dan ada yang tidak perlu ditera dengan teliti. Peneraan yang
sangat teliti dilakukan terhadap alat ukur seperti pipet volumetrik, pipet
Mohr, labu takar dan buret. Pengukuran dengan alat tersebut akan
mempengaruhi hasil secara kuantitatif.
Cara penggunaan, pemeliharaan dan pembacaan miniskus sangat
penting. Sebelum digunakan alat tersebut harus bersih dari pengotor
pengotor, dibilas dengan larutan yang akan diukur dan harus digunakan
dengan cara yang betul. Setelah digunakan harus dicuci, agar larutan

tidak menempel pada dinding kaca. Pembacaan miniskus harus sejajar


dengan mata.
Ada beberapa alat penting yang perlu diketahui, yaitu :
1. Alat alat pemanasan
Pembakar gas, kaki tiga, segitiga porselin, kasa, gegep, pemanas air,
alat-alat porselin ( cawan )
2. Alat alat gelas
Dipergunakan untuk wadah, mereaksikan zat dan mengukur volume
Wadah

: Bermacam-macam botol

Mereaksikan zat

: tabung reaksi, gelas piala, labu erlenmeyer

Mengukur volume

: gelas ukur (secara kasar), pipet, buret,


labu takar (secara teliti)

Lain-lain

: neraca analitik, neraca kasar, sentrifuse,


lemari asap

Berikut ini akan dibicarakan beberapa alat sederhana yang akan dipakai,
antara lain :
1. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan, dipakai untuk mereaksikan zatzat kimia dalam jumlah sedikit
2. Penjepit
Terbuat dari kayu/kawat. Fungsinya untuk memegang tabung reaksi
pada pemanasan.
3. Pengaduk Gelas
Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia pada
waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga untuk menolong
pada

waktu

menuangkan/mendekati

cairan

dalam

proses

penyaringan.
4. Corong
Biasanya terbuat dari gelas. Gunanya untuk menolong pada waktu
memasukkan cairan kedalam suatu tempat yang sempit mulutnya,
seperti botol, labu ukur, buret dsb.

5. Pipa Bengkok
Terbuat dari gelas. Gunanya untuk mengalirkan gas kedalam suatu
tempat tertutup atau ke dalam larutan.
6. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Gunanya untuk tempat menimbang zat-zat yang
berbentuk kristal.
7. Gelas Ukur
Dipakai untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
mempunyai skala dan terdiri dari bermacam-macam ukuran. Jangan
digunakan untuk mengukur larutan/pelarut yang panas.
8. Gelas Piala / gelas beaker
Alat ini bukan alat pengukur ( walaupun mempunyai volume kira-kira).
Digunakan

sebagai

tempat

larutan

dan

dapat

juga

untuk

memanaskan zat-zat kimia, untuk menguapkan solvent / pelarut


9. Erlenmeyer
Alat ini juga bukan alat pengukur. Dipakai untuk tempat zat yang
dititrasikan, kadang-kadang juga dipakai untuk memanaskan larutan
10. Labu Ukur / labu takar
Terbuat dari gelas, mempunyai macam-macam ukuran. Digunakan
untuk membuat larutan standart atau larutan tertentu dengan volume
setepat-tepatnya. Sering juga dipakai dalam pengenceran sampai
volume tertentu. Jangan dipakai untuk mengukur larutan / pelarut
yang panas.
11. Pipet
a.

Pipet gondok
Dibagian tengah pipet ini ada bagian yang membesar ( gondok ).
Ujungnya runcing, digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu dan dengan tepat. Alat ini lebih tepat dari gelas
ukur.

b.

Pipet ukur
Pipet ini semua bagiannya sama, digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu.

c.

Pipet tetes
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang kecil.

12. Buret
Terbuat dari gelas, mempunyai skala dan kran. Digunakan untuk
melakukan titrasi, zat yang dipakai menitrasi ditempatkan dalam
burret dan dikeluarkan sedikit-sedikit melalui kran. Volume zat yang
dipakai dapat dilihat pada skala.
13.

Eksikator ( botol pengering )


Untuk menyimpan zat supaya tetap kering atau mengeringkan zat.
Perlu diperhatikan pertama, eksikator tidak diisi bahan pengering,
yang kedua perlu bahan pengering. Zat pengering yang dipakai
adalah zat-zat higroskopis, misalnya CaO, CaCl 2, anhidrida, PCl5,
H2SO4 pekat.
Jangan memasukkan sesuatu benda terlalu panas kedalam eksikator
karena akan menyebabkan udara didalamnya berkembang dan dapat
mengangkat tutup eksikator, sehingga eksikator terbuka atau
tutupnya jatuh.

14.

Lemari asap
Digunakan untuk tempat reaksi zat, pemanasan, dan pekerjaanpekerjaan lain yang manghasilkan asap-asap / uap-uap yang
membahayakan kesehatan. Misalnya pemanasan H 2SO4 pekat, HNO3
pekat, destruksi bahan organik dengan asam pekat.
Metodologi Percobaan
Untuk mengerti tentang alat-alat yang sudah dipergunakan diatas

berikut akan dilakukan percobaan. Yang perlu diperhatikan adalah


bagaimana cara penggunaan alat-alat tersebut dengan baik.

Pengenalan Gas dan kertas lakmus


Alat
1. Tabung reaksi
2. Gegep / penjepit
3. Bunsen
Bahan
1. Larutan NH4Cl
2. Larutan NaOH
3. Kertas lakmus
Cara Kerja
1. Ambil sedikit larutan NH4Cl, masukkan kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan sedikit larutan NaOH secukupnya
2. Peganglah tabung reaksi itu dengan penjepit, kemudian
panaskan sambil digoyang-goyangkan. Mulut tabung sedikit
dicondongkan tetapi tidak boleh diarahkan pada diri sendiri atau
orang lain.
3. Pada saat mendidih jagalah agar zat dalam tabung jangan
sampai keluar dari mulut tabung
4. Praktekkan cara membau di atas, catat bagaimana bau gas
yang terjadi dan amati zat-zat sebelum dan sesudah reaksi.
Pegang kertas lakmus merah didekat mulut tabung reaksi, amati
perubahan warna dari kertas lakmus yang terjadi.
Penyaringan
Menyaring adalah cara untuk memisahkan suatu endapan dari
suatu larutan. Dalam percobaan ini akan disaring PbSO 4 yang dibuat
dengan mereaksikan H2SO4 dengan Pb asetat.
Alat
1. Tabung reaksi
2. Erlenmeyer

3. Corong
4. Gelas pengaduk
Bahan
1. Larutan Pb asetat
2. Larutan H2SO4 encer
3. Kertas saring
4. Aquadest
Cara Kerja
1. Ambil 5 ml larutan Pb asetat dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan H2SO4 encer. Amati endapan yang terjadi, catat
warna dari endapan.
2. Ambil kertas saring yang berbentuk lingkaran dan lipat menjadi
lingkaran berikut lipat 2 3 kali lipatan.
3. Ambil kertas saring yang sudah dilipat pada corong dan basahi
sedikit dengan air suling hingga melekat pada dinding gelasnya.
4. Pasanglah corong yang berkertas saring itu diatas erlenmeyer
untuk menampung filter / cairan cucian
5. Tuangkan larutan yang akan disaring kedalam corong yang
sudah berkertas tadi. Penuangan dibantu dengan memakai
gelas pengaduk yaitu dengan memegangnya tepat pada mulut
tabung reaksi / gelas piala yang digunakan.

II. PENGENCERAN
Tujuan Praktikum
Umum
Membuat larutan dengan berbagai macam konsentrasi
Khusus
1. Membuat larutan dari larutan yang pekat
2. Menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa satuan yang
berbeda
Dasar Teori
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.
Pelarut yang umum digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya
zat terlarut dan pelarut dikenal dengan istilah konsentrasi. Konsentrasi
larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti : persen berat
( b/b), persen volume ( v/v ), persen campuran ( b/v ), molaritas (M),
molalitas (m), normalitas (N), ppm, dan fraksi mol.
Konsentrasi larutan adalah banyaknya zat terlarut (solut) di dalam
suatu larutan. Larutan adalah dapat tersusun dari satu macam atau
beberapa komponen zat yang terlarut dan pelarutnya. Larutan dikatakan
encer apabila memiliki konsentrasi zat terlarut yang kecil, sedangkan
larutan dikatakan pekat apabila memiliki konsentrasi zat terlarut yang
tinggi.
Cara penghitungan konsentrasi suatu larutan ada dua cara, yaitu :
1. Konsentrasi larutan sebagai pembanding banyaknya zat terlarut
terhadap banyaknya pelarut. Konsentrasinya = n / m, bila n adalah
banyaknya zat terlarut, dan m adalah banyaknya zat pelarut.
2. Konsentrasi larutan sebagai pembanding banyaknya zat terlarut
terhadap banyaknya larutan. Konsentrasinya = n / (n + m).

Kecepatan suatu zat untuk dapat melarut adalah dipengaruhi oleh


berbagai hal, antara lain : banyaknya konsentrasi zat terlarut, konsentrasi
pelarut, suhu, pengadukan dan kesesuaian antara zat terlarut dan
pelarutnya. Semakin banyak jumlah zat terlarut maka kecepatan larutnya
makin kecil. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk melarutkan suatu
zat maka kecepatan larutnya semakin cepat. Demikian juga dengan
adanya pengadukan maka kecepatan larut suatu zat akan semakin cepat.
Satuan

konsentrasi

yang

biasa

digunakan

dalam

industri

pengolahan hasil perkebunan dan berbagai analisa kimia di laboratorium


adalah :
1. % Berat. (% b/b).
Persen berat adalah banyaknya gram zat terlarut di dalam 100 gram
larutan.
2. % (Volume/Volume) (% v/v)
Persen (Volume/Volume) adalah banyaknya ml zat terlarut di dalam 100
ml larutan.
3. % (Berat/Volume) (% b/v)
Persen (Berat/Volume) adalah banyaknya gram zat terlarut di dalam
100 ml larutan.
4. % (Berat/Berat) (% b/b)
Persen (Berat/Berat) adalah banyaknya gram zat di dalam 100 gram
campuran.
Pengenceran adalah memperkecil konsentrasi larutan dengan
menambahkan

lebih

banyak

pelarut

dalam

suatu

larutan.

Pada

pengenceran larutan, jumlah mol zat terlarut adalah tidak berubah, yang
berubah hanya jumlah pelarutnya, sehingga konsentrasi zat terlarut
menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan zat pelarutnya. Dengan
dasar tersebut maka jika melakukan suatu pengenceran larutan dapat
menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :

Larutan mula-mula

N1 = V1 . K1

Setelah pengenceran

N2 = V2 . K2

Asumsi yang digunakan

N1 = N2

Maka persamaannya

V1 . K1 = V2 . K2

V = Volume larutan
K = Konsentrasi Larutan
Metodologi Praktikum
Pengenceran dengan Labu Takar
Membuat larutan standar HCl 0,1 N dari Larutan HCl 0,5 N.
Tentukan dahulu berapa banyak larutan standar yang akan dibuat dan
dihitung berapa banyak larutan asli yang harus diencerkan
Alat
1. Labu Takar 100 ml, 200 ml, 250 ml.
2. Pipet gondok
Bahan Bahan
1. Larutan HCl pekat
2. Aquadest
Cara Kerja
1. Ambil sejumlah tertentu larutan HCl dengan menggunakan
pipet gondok.
2. Perhatikan miniskus ( permukaan cekung dari zat cair )
harus tepat menyinggung garis tanda pada pipet gondok
3. Masukkan HCl tersebut kedalam labu takar dan encerkan
sampai tanda batas. Pengenceran harus sekali jadi, jangan
sampai menambah air lebih dari yang diperlukan lalu
membuangnya sampai tanda batas.

Pengenceran H2SO4 pekat


Pada pengenceran HCl diatas, pengenceran dilakukan dengan
jalan menambahkan pelarut kedalam zat yang akan diencerkan. Ini adalah
merupakan cara pengenceran yang lazim dilakukan.
Untuk zat-zat yang menunjukkan kelarutan eksotermis seperti
pada pengenceran H2SO4 pekat, maka pengencerannya dilakukan dengan
sedikit berbeda yaitu dengan jalan menuangkan H 2SO4 pekat sedikit demi
sedikit ke dalam pelarut (air ).
Alat
1. Gelas Ukur
2. Tabung reaksi
Bahan Bahan
1. Larutan H2SO4 pekat
2. Aquadest
Cara Kerja
3. Ambil 10 ml aquadest dengan menggunakan gelas ukur
4. Perhatikan bagian bawah dari miniskus air harus tepat
menyinggung skala 10 ml. Tuangkan dalam tabung reaksi
5. Ambil 3 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur. Pakailah cara
pengukuran yang sama seperti diatas.
6. Tuangkan H2SO4 pekat ini ke dalam tabung reaksi yang
berisis aquadest. Ingat penuangan harus dilakukan dengan
pelan-pelan dan hati-hati. Perhatikan berubahan panas
sebelum dan sesudah H2SO4 dituangkan dalam tabung
reaksi.

10

III. TITRASI
Tujuan Praktikum
Umum
Melakukan standarisasi larutan baku pada suatu larutan
Khusus
1. Membuat larutan standart yang diinginkan sesuai keperluan
2. Menerapkan percobaan pengenceran suatu larutan
Dasar Teori
Titrasi adalah salah satu cara analisis yang sering dilakukan
dalam analisis kuantitatif. Larutan yang sudah diketahui Normalitasnya
disebut larutan standar, biasanya dimasukkan dalam buret sebagai zat
penitrasi ( TITRAN ). Sedangkan larutan yang akan ditentukan
normalitasnya ditempatkan kedalam Erlenmeyer yang disebut sebagai zat
yang dititrasi. Titrasi dilakukan dengan membuka kran buret secara pelanpelan.
Titran akan masuk ke dalam erlenmeyer yang dogoyang pelanpelan. Titik akhir titrasi terjadi pada saat perubahan warna, perubahan
warna yang dapat dilihat dengan menggunakan zat penunjuk yang disebut
indikator.
Pada saat itulah gram ekivalen dari titran sama dengan gram
ekivalen dari zat yang dititrasi. Dengan menggunakan persamaan
pengenceran diatas dapat ditentukan Normalitas dari suatu zat yang
dititrasi
Metodologi Praktikum
Alat
1. Buret
2. Pipet gondok

11

3. Erlenmeyer
Bahan Bahan
1. Larutan standar NaOH 0,1 N
2. Larutan HCl 0,1 N
3. Indikator pp ( phenolptalein )
Cara Kerja
1. Cucilah buret dengan larutan pencuci, bilaslah dengan
larutan standar yang akan dipakai yaitu NaOH 0,1 N
2. Isilah buret itu dengan larutan standar sampai skala 0 ml
3. Pakailah pipet gondok untuk mengambil 20 ml HCl 0,1 N
4. Masukkan HCl ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan 3 4
tetes indikator pp.
5. Bukalah kran buret, teteskan perlahan-lahan titran kedalam
erlenmeyer.

Erlenmeyer

harus

digoyang-goyangkan

perlahan-lahan
6. Titran

dihentikan

ketika

penambahan

setetes

NaOH

memberikan warna merah sangat muda yang tak mau hilang


pada penggoyangan
7. Catat berapa ml larutan standar yang dipakai dengan
melihat batas cairan dalam buret.

12

IV. KONSENTRASI LARUTAN KIMIA


Tujuan Praktikum
Umum
Membuat variasi konsentrasi larutan kimia
Khusus
1. Menghitung konsentrasi larutan kimia yang digunakan sebagai bahan
analisa.
2. Membuat larutan kimia sebagai bahan analisa dengan konsentrasi
tertentu.
3. Menentukan konsentrasi larutan bahan analisa kimia.
4. Menerapkan cara-cara pembuatan larutan yang biasa digunakan dalam
analisa bahan hasil perkebunan.
5.

Membuat larutan dari padatan dan dari larutan yang pekat

6.

Menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa satuan yang


berbeda
Dasar Teori
Larutan kimia adalah larutan yang digunakan sebagai bahan

analisa untuk mengetahui kandungan kimia bahan hasil perkebunan.


Konsentrasi larutan kimia adalah banyaknya zat kimia yang terlarut (solut)
di dalam suatu larutan. Larutan adalah dapat tersusun dari satu macam
atau beberapa komponen zat yang terlarut dan pelarutnya. Larutan
dikatakan encer apabila memiliki konsentrasi zat terlarut yang kecil,
sedangkan larutan dikatakan pekat apabila memiliki konsentrasi zat
terlarut yang tinggi.
Satuan konsentrasi larutan kimia yang biasa digunakan sebagai
bahan analisa kimia adalah, Molaritas (M), molalitas (m), dan Normalitas.
Molaritas (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Sedangkan molalitas (m) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1000

13

gram pelarut. Definisi Normalitas (N) adalah banyaknya ekivalen zat


terlarut dalam satu liter larutan. Rumus perhitungan yang biasa digunakan
adalah : gram = mol x BM.
Metodologi Praktikum :
Alat Alat :
1.

Beaker Glass 1 Lt.

2.

Gelas Volume 100 ml, 200 ml, 500 ml.

3.

Timbangan Analitik.

4.

Sendok.

5.

Pengaduk.

Bahan Bahan :
1. Na OH
2. K OH
3. Cu SO4
4. H NO3
5. Ag NO3
6. Aquades
Cara Kerja :
Cotoh-contoh perhitungan soal dan langkah kerja :
1. Dalam 2 liter larutan perak nitrat terdapat 34 gram Ag NO 3 . Berapa
Molaritas larutan tersebut bila Ar : Ag = 108, N = 14 dan O = 16.
2. Bagaimanakah cara membuat larutan Cu SO 4 0,5 m dari garam
Cu SO4 . H2O, bila Ar : Cu = 63,5, S = 32 dan O = 16.
3. Berapa molalitas larutan Na OH, bila 20 gram Na OH ditambahkan 150
ml aquades, jika diketahui Ar : Na = 23, O = 16 dan H = 1.
4. Berapa Normalitas larutan H NO3 yang terbuat dari 31,5 gram H NO 3
yang ditambah air sehingga menjadi 500 ml larutan, bila Ar : H = 1,
N = 14 dan 0 = 16.

14

5. Berapa gram Na OH dibutuhkan untuk membuat 100 ml larutan


Na OH 2 N, bila Ar : Na = 23, O = 16 dan H = 1.
6. Berapa gram K OH yang dibutuhkan untuk membuat 500 ml larutan K
OH 1 N, bila diketahui Ar : O = 16, H = 1 dan K = 39.
Cotoh-contoh perhitungan soal dan langkah kerja :
1. Pembuatan Campuran Berbasis % Berat. (% b).
a. Suatu campuran terdiri dari 20 % tepung pisang, 10 % tepung
tapioka, 20 % gula pasir, 5 % tepung sagu, dan 5 % tepung beras
serta 40 % tepung terigu.
b. Menentukan berat komponen masing-masing bahan
c. Menimbang komponen yang sudah dihitung dengan tepat
d. Mencampur berbagai komponen sampai homogen
2. Pembuatan Campuran Berbasis % (Volume/Volume) (% v/v)
a. Suatu bahan pelapisan buah mengandung gliserol 40 %,

syrup

glukosa 20 %.
b. Menentukan proporsi komponen masing-masing bahan
c. Mengukur komponen yang sudah dihitung dengan tepat
d. Mencampur berbagai komponen sampai homogen
3. Pembuatan Campuran Berbasis % (Berat/Volume) (% b/v)
a. Larutan bahan pengawet untuk pembuatan tepung terdiri dari 3 %
natrium metabisulfit, 2 % asam benzoat dan 10 % asam sitrat.
b. Menentukan proporsi komponen masing-masing bahan
c. Menimbang dan mengukur komponen yang sudah dihitung dengan
tepat
d. Mencampur berbagai komponen sampai homogen
4. Pembuatan Campuran Berbasis % (Berat/Berat) (% b/b)
a. Untuk pengkayaan protein tepung beras maka ditambahkan 12 %
tepung kacang hijau, 18 % tepung kecambah kedelai.
b. Menentukan proporsi komponen masing-masing bahan
c. Menimbang komponen yang sudah dihitung dengan tepat

15

d. Mencampur berbagai komponen sampai homogen


5. Pengenceran Larutan Alkohol 90 % Menjadi 80 %, 70 %, 60 %, dan
50 %.
a. Menentukan konsentrasi larutan dan volume larutan dengan
menggunakan rumus perhitungan

pengenceran larutan N1 = N2,

sehingga persamaan yang digunakan V1 . K1 = V2 . K2


b. Mengukur komponen yang sudah dihitung dengan tepat
c. Mencampur berbagai komponen sampai homogen

16

V. PENENTUAN KADAR AIR


(Metode Thermogravimetri)
Tujuan Praktikum
Umum
Untuk menentukan kadar air suatu bahan hasil perkebunan / pertanian
Khusus
1. Mempelajari cara-cara penentuan kadar air berbagai jenis bahan hasil
perkebunan.
2. Menentukan kadar air bahan secara thermogravimetri
Dasar Teori
Metode Thermogravimetri pada prinsipnya adalah cara penentuan
kadar air dengan cara menguapkan air dari dalam bahan hasil
perkebunan dengan jalan pemanasan. Metode penentuan kadar air
tersebut merupakan cara yang relatif mudah dan murah, akan tetapi cara
tersebut juga memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilangbersama
dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lainlain.
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap lain. Contoh : gula mengalami dekomposisi atau
karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
3. Bahan yang mengandung bahan lain yang dapat mengikat air secara
kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Setelah proses pengeringan ternyata suatu bahan menjadi lebih
higroskopis, sehingga selama proses pendinginan sebelum diadakan
penimbangan bahan selalu ditempatkan dalam ruang tertutup yang kering,
misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap
air. Penyerap air/uap air ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat,

17

silika gel, aluminium oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalsium


sulfat, atau barium oksida.
Silika gel sering diberi warna agar memudahkan pengontrolan
kondisi jenuh airnya. Dalam keadaan jenuh air silika gel berwarna merah,
dan bila dikeringkan berwarna biru.
Metodologi Praktikum
Alat Alat :
1.

Gilingan.

2.

Oven.

3.

Piringan porselen kecil.

4.

Alat penjepit.

5.

Timbangan analitik.

6.

Desikator.

Bahan Bahan :
1.

Kopi bubuk.

2.

Coklat bubuk.

3.

Kernel sawit.

4.

Daging buah sawit

5.

Kakao.

6.

Lada.

Cara kerja :
1. Bahan yang akan dianalisa digiling halus.
2. Bahan ditimbang dengan teliti sebanyak 1 2

gram

(Sebagai A)
3. Masukan ke dalam oven selama 3 - 5 jam pada suhu 105 oC
4. Masukan

ke

dalam

desikator untuk didinginkan

dan

ditimbang beratnya.
5. Panaskan kembali selama 30 menit

18

6. Dinginkan dalam desikator dan ditimbang, perlakuan ini


diulang

sampai

tercapai

berat

konstan

(selisih

penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg/ 0,0002 gr)


7. Timbang dengan teliti (Sebagai B)
Cara perhitungan kadar air :
A B
Kadar Air =

x 100 %
A

A : Berat contoh sebelum dioven


B : Berat contoh sesudah dioven

19

VI. PENENTUAN BERAT JENIS MINYAK


METODE PIKNOMETER
Tujuan Praktikum :
Umum
Menentukan berat jenis minyak dengan metode piknometer
Khusus
1. Mempelajari cara-cara penentuan berat jenis suatu bahan.
2. Menentukan berat jenis minyak dari beberapa sampel
Dasar Teori
Lemak dan minyak adalah merupakan salah satu kelompok yang
termasuk golongan lipida. Satu sifat yang khas yang dapat mencirikan
golongan lipida (termasuk lemak dan minyak) adalah daya larutnya dalam
pelarut-pelarut organik nonpolar (misalnya ether, benzene, khloroform)
dan sebaliknya lemak dan minyak adalah tidak dapat larut dalam pelarut
air.
Sifat lemak dan minyak dapat ditentukan dengan berbagai cara
penentuan. Jenis lemak dan minyak dapat dibedakan antara yang satu
dengan yang lainnya berdasarkan sifat-sifat lemak dan minyak tersebut.
Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak adalah meliputi : uji penyabunan,
uji ketidakjenuhan, uji kelarutan, uji titik cair, indeks bias, bobot jenis dan
lain-lain.
Pada

kesempatan

kali

ini

akan

dibahas

praktikum

untuk

menentukan bobot jenis minyak. Penentuan bobot jenis lemak dan minyak
adalah merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau lemak
pada suhu 25 oC dengan berat air pada volume dan suhu yang sama.

20

Metodologi Praktikum
Alat Alat :
1. Piknometer.
2. Corong.
3. Termometer.
4. Timbangan analitik.
Bahan Bahan
1. Minyak makan 1 Lt.
2. Minyak bekas menggoreng 0,5 Lt.
Cara kerja
1. Masukan contoh minyak dalam piknometer sampai tanda
batas kemudian ditutup.
2. Kemudian direndam dalam air pada suhu 25 oC 2 oC
selama 30 menit
3. Keringkan bagian luar piknometer dan ditimbang.
4. Dengan jalan yang sama ulangi semua prosedur diatas
dengan mengganti isi piknometer dengan air.
Bobot piknometer dan
Minyak

Bobot piknometer kosong

Bobot jenis minyak =


Bobot piknometer dan air Bobot piknometer kosong
Jika mengukur bobot jenis suatu bahan pada suhu yang lain (T oC)
maka rumus perhitungan bobot jenisnya menjadi :
Bobot jenis = Bobot jenis pada (ToC) + 0,0007 x (ToC - 25oC) Pada 25oC.

21

VII. PENENTUAN VITAMIN C METODE TITRASI IODIN


Tujuan Praktikum
Umum
Menentukan kadar vitamin C secara titrasi iodin
Khusus
1. Menentukan kandungan vitamin C bahan hasil perkebunan.
2. Mempelajari teknik penentuan vitamin C secara titrasi dengan benar
Dasar Teori
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178
dengan rumus molekul C6 H8 O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik
cair 190 192oC. Bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau
alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut
dalam khloroform, ether dan benzen. Dengan logam akan membentuk
garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enolgrup pada atom C nomor
tiga. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C
mudah teroksidasi, terutama jika terdapat katalisator seperti Cu, Fe, enzim
askorbat oksidase, sinar dan panas yang tinggi. Larutan encer vitamin C
pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti
yang telah disebutkan diatas. Pada peristiwa oksidasi vitamin C akan
terbentuk asam dehidroaskorbat.
Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C
nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap menjadi hilang. Penentuan
kandungan vitamin C bahan hasil perkebunan salah satunya dapat
menggunakan metode titrasi iodin. Hal tersebut didasarkan pada sifat
vitamin C yang dapat mengikat/dapat bereaksi dengan Iodin. Pada reaksi
tersebut untuk mengetahui adanya titik akhir titrasi maka diperlukan suatu
indikator, indikator yang digunakan adalah larutan amilum. Titik akhir titrasi

22

ditandai dengan munculnya warna biru yang terjadi karena adanya reaksi
antara
vitamin C dan amilum (Iod-Amilum). Perhitungan kadar vitamin C dengan
menggunakan metode titrasi iodin adalah, tiap 1 ml titer 0,01 N iodin
ekuivalen dengan 0,88 mg asam askorbat. Pada umumnya satuan
kandungan vitamin C suatu bahan adalah dinyatakan dalam mg / 100 gr
bahan.
Metodologi Praktikum
Alat Alat
1.

Blender / Mortal.

2.

Pisau.

3.

Sendok.

4.

Pipet volume.

5.

Kertas saring.

6.

Labu ukur 100 ml

7.

Timbangan analitik.

8.

Buret.

9.

Erlenmeyer.

Bahan Bahan
1.

Pisang mentah.

2.

Pisang mengkal.

3.

Pisang masak.

4.

Jeruk buah.

5.

Mangga.

23

Cara kerja
1.

Timbang 100 gr bahan dan hancurkan sampai lumat


dengan blender/mortal.

2.

Timbang 10 gr slurry masukan ke dalam labu takar 100 ml


dan tambahkan aquades sampai tanda batas.

3.

Saring dengan kertas saring untuk mendapatkan filtratnya.

4.

Ambil 5 ml filtrat dengan pipet dan masukan ke dalam


erlenmeyer 125 ml.

5.

Tambahkan 2 ml larutan amilum 1 %.

6.

Kemudian titrasilah menggunakan larutan 0,01 N standart


iodin.

Rumus perhitungan kandungan Vitamin C dalam suatu bahan


dengan menggunakan satuan mg / 100 gr bahan :
ml Titer 0,01 N Iodin X 0,08 mg X FP X 100
Kadar Vitamin C =
(mg / 100 gr)

Berat sampel (gr) X 1000

24

DAFTAR PUSTAKA

Darusman, LK., 2003, Penuntun Praktikum Kimia Dasar I, Jurusan Kimia,


Fakultas MIPA, IPB, Bogor
Fessenden, 1986, Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid I & II, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Harjadi, W., 1989, Stoikhiometri, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Johari, JMC dan Rachmawati, M, 2003, Kimia Jilid 3 Untuk SMU Kelas III,
Esis Erlangga, Jakarta
Sudarmo, U., 2004, Kimia Untuk SMA Kelas X, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Suwinardi, 1995, Kimia, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung
Troskialina, et all, 1996, Petunjuk Praktikum Kimia Umum, Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung

25

Anda mungkin juga menyukai