ABSTRAK
Ektraksi adalah proses penarikan atau pemisahan komponen atau zat aktif
suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Tujuan ekstraksi yaitu
untuk mengambil kandungan senyawa aktif pada sampel. Pembuatan ekstrak
Bruguiera hainesii dilakukan dengan proses maserasi atau perendaman.
Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat bergantung kepada
kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut. Dalam proses ekstraksi digunakan
tiga pelarut yaitu n-heksan sebagai pelarut non polar, etil asetat sebagai pelarut
semi polar dan metanol sebagai pelarut polar dengan perlakuan berbeda yaitu dari
waktu perendaman sampel. Hasil menunjukkan pelarut metanol menghasilkan
filtrat dan rendemen lebih banyak pada sampel Bruguiera hainesii dibandingkan
pelarut n-heksan dan pelarut etil asetat.
Kata kunci : Ekstraksi, maserasi, rendemen.
ABSTRACT
Extraction is the process of withdrawal or separation of a component or
active compund simplicia using particular solvents. The purpose of the extraction
is to take an active compound content in the samples. The making of extraction
Bruguiera hainesii performed using maceration methods or immersion. The
effectiveness of a compound by solvent extraction is very dependent on the
solubility of the compound in a solvent. In this extraction process used three
solvents are n-hexane as a non-polar solvent, ethyl acetate as semi-polar solvent
and polar solvent with methanol as the different treatment that is from the time of
immersion of the sample. The results indicate solvent methanol produces filtrate
and yield more on samples of Bruguiera hainesii compared n-heksan solvent and
the solvent ethyl acetate.
Keywords : Extraction, maceraion, yield.
PENDAHULUAN
Metabolit sekunder yang
diproduksi oleh berbagai organisme
memang tidak memiliki peran yang
cukup
signifikan
terhadap
keberlangsungan
hidup
dari
organisme penghasilnya. Senyawa
metabolit sekunder yang terdapat
dalam tumbuhan merupakan zat
bioaktif yang berkaitan dengan
kandungan kimia dalam tumbuhan.
Namun, metabolit sekunder tersebut
diketahui memiliki berbagai aktivitas
biologi yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia. Berbagai aktivitas
biologis dari metabolit sekunder
antara lain antikanker, antibakteri,
antioksidan
dan
antifungi.
Memperhatikan
adanya
potensi
pemanfaatan
serta
banyaknya
kandungan senyawa bioaktif berupa
metabolit sekunder, perlu kiranya
dilakukan pengembangan penelitian
yang mengarah pada pencarian
metoda yang efektif dan efisien
untuk penyediaan bahan-bahan aktif
bermanfaat dari bahan alam dalam
jumlah lebih banyak dan dalam
waktu yang lebih singkat.
Salah satu cara pemanfaatan
metabolit sekunder yang terdapat
dalam tanaman yaitu dengan cara
isolasi terhadap metabolit sekunder
yang memiliki aktivitas biologis
tersebut.
Teknik
mengisolasi
senyawa metabolit sekunder dari
suatu bahan alam dikenal sebagai
ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah
satu proses pemisahan zat yang
diinginkan dari suatu material
tanaman.
Metode
ekstraksi
mengandalkan sifat kelarutan dari
senyawa yang akan diekstrasi
terhadap pelarut yang digunakan.
Keberhasilan
ekstraksi
juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor
agar
dapat
mempermudah
pengadukan dan kontak bahan
dengan pelarutnya pada saat proses
perendaman.
Pada
pembuatan
ekstrak Bruguiera hainesii ini
sampel yang digunakan berupa
sampel kering siap pakai. Kemudian
bahan ditimbang untuk mengetahui
berat awal bahan sehingga dapat
menentukan
rendamen
yang
dihasilkan. Bahan yang telah
ditimbang
kemudian
diekstrak
dengan pelarut tertentu. Tahap
selanjutnya, yaitu tahap pemisahan
yang terdiri dari penyaringan dan
evaporasi. Penyaringan dilakukan
untuk memisahkan sampel dengan
pelarut yang telah mengandung
bahan aktif. Untuk memisahkan
pelarut dengan senyawa bioaktif
yang terikat dilakukan evaporasi,
sehingga pelarutnya akan menguap
dan diperoleh
senyawa
hasil
ekstraksi yang dihasilkan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil ekstraksi yaitu
jenis pelarut, rasio berat bahan
dengan volume pelarut, suhu, waktu
ekstraksi, ukuran padatan dan
perendaman (Distantina et al, 2007).
Efektivitas ekstraksi suatu senyawa
oleh pelarut sangat bergantung
kepada kelarutan senyawa tersebut
dalam
pelarut. Sesuai
dengan
prinsip kelarutan like dissolve like
yaitu suatu senyawa akan terlarut
pada pelarut yang mempunyai sifat
yang sama. Menurut Houghton dan
Raman (1998) dalam Meydia (2006)
dalam Oktavianus (2013) hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan
pelarut adalah sifat polaritas bahan.
Sifat polaritas bahan harus sama
dengan polaritas pelarut agar bahan
dapat larut. Ada tiga jenis pelarut,
Kel.
1
2
3
4
5
6
Kel.
Filtrat
Metanol
Metanol
Etil asetat
n-heksan
Metanol
Metanol
Etil asetat
n-heksan
Metanol
Metanol
Etil asetat
n-heksan
2
3
4
5
6
menguapkan
pelarut
dan
menghasilkan
ekstrak
hasil
evaporasi. Alat ini menggunakan
prinsip vakum destilasi, sehingga
tekanan akan menurun dan pelarut
akan menguap
dibawah titik
didihnya. Alat penguap rotary
evaporator diatur dengan kecepatan
yang diinginkan (biasanya 200 rpm)
dan suhu berdasarkan titik didih
pelarut yang digunakan. Titik didih
pelarut metanol yaitu 65C, etil
asetat 77C dan n-heksan 68C. Dari
hasil penguapan didapat ekstrak
kasar yang kemudian dihitung nilai
rendemennya.
Berikut
data
perhitungan nilai rendemen :
pemisahan
terjadi
dengan
menggunakan dua cairan pelarut
yang tidak saling bercampur dan
tergantung tingkat kepolaran. Pada
sampel Bruguiera hainesii yang
dilarutkan dengan akuades senyawa
aktif yang bersifat non polar akan
tertarik oleh pelarut n-heksan,
senyawa aktif yang bersifat semi
polar akan tertarik oleh pelarut etil
asetat dan senyawa aktif yang
bersifat polar akan tertarik oleh
pelarut butanol. Pemilihan butanol
sebagai pelarut polar didasarkan
kepada sifatnya. Biasanya pada
proses ektraksi digunakan pelarut
metanol sebagai pelarut polar, akan
tetapi pelarut metanol memiliki sifat
yang hampir mirip dengan akuades.
Hal ini akan menyulitkan pemisahan
fraksi jika digunakan pelarut
metanol.
SIMPULAN DAN SARAN
Ekstraksi dapat menarik
komponen-komponen kimia yang
berada pada suatu bahan alam
dengan
menggunakan
pelarut.
Pelarut metanol menghasilkan filtrat
dan nilai rendemen lebih tinggi dari
hasil ektraksi Bruguiera hainesii
dibandingkan pelarut n-heksan dan
etil asetat. Hal ini menunjukkan
bahwa senyawa yang terkandung
pada daun mangrove Bruguiera
hainsesii cenderung bersifat polar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D., et al. 2014. Ekstraksi
Minyak
Atsiri
Mahkota
Bunga Mawar (Rosa hybrid
L.) dengan Metode Maserasi.
Universitas
Pendidikan
Indonesia.