DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan
cairan, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding
alveol dan rongga interstisium. (Hood Alsegof, 1995, 20).
Pneumonia adalah inflamasi akut pada parenkim paru. Inflamasi
ini disebabkan oleh sebagian besar oleh mikroorganisme (virus atau
bakteri) dan sebagian kecil oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi
(Said, 2008; Sectish and Prober, 2007).
Pneumonia
merupakan
radang
paru
yang
disebabkan
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi.
- Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan
pneumokokus.
- Pneumonia yang dapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia /
Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negatif
dan angka kematian lebih tinggi.
- Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.
- Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.
2. Berdasarkan kuman penyebab.
ETIOLOGI
Faktor penting dalam kekhasan pneumonia anak adalah usia (Said,
2008). Namun secara umum, Streptococcus pneumoniae merupakan
penyebab pneumonia yang paling sering (Sectish and Prober, 2007). Di
negara berkembang pneumonia anak khususnya disebabkan oleh bakteri
khususnya S. pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Haemophilus
influenza, termasuk strain atipik, (McIntosh, 2002; Said, 2008).
Ditemukan pula pneumonia yang disebabkan oleh virus. Di negara
maju, virus yang terbanyak ditemukan adalah RSV, Rhinovirus, dan virus
parainfluenza (Said, 2008). Frekuensi tertinggi dari viral pneumonia terjadi
pada usia 2-3 tahun, lalu menurun perlahan setelahnya (Sectish and Prober,
2007).
Pada tabel 2.1 ditampilkan daftar etiologi pneumonia anak di negara
maju. Spektrum etiologi ini tidak dapat serta merta di ekstrapolasikan di
Indonesia karena faktor risiko pneumonia yang berbeda. Di negara maju
pneumonia
bermacam-macam
yaitu
dapat
disebabkan
oleh
Pneumococcus,
Staphylococcus,
III.
PATOFISIOLOGI
Sistem pertahanan tubuh terganggu
Kuman masuk : - inhalasi
aspirasi kuman
hematogen
Stapilokokus pneumonia
Radang di bronkioli
Alveoli
Mengisi aveoli bersama sel
darah merah, leukost
Reaksi radang
Pneumatosel
Pekak ronchi
Peningkatan cairan alveolus
Pengembangan paru tidak maksimal
Pola nafas tidak efektif
Nyeri
Sesak
Intoleransi aktivitas
Pola makan
IV.
MANIFESTASI KLINIS
Secara anatomik pneumonia terbagi atas dua yaitu :
Pneumonia lobaris
Merupakan penyakit primer,kebanyakan menyerang anak besar
(biasanya sesdudah berumur 3 tahun). Anak tampak sakit berat,demam
tinggi,pergerakan dada pada sisi yang sakit tampak lambat,pekak relatif
pada perkusi. Gambaran radiologik jelas terlihat infiltrate yang jelas.
Pada penyembuhan demam menurun secara tiba-tiba (krisis) dalam 5-9
hari. Jarang timbul relaps,prognosis baik, mortalitas rendah,sembuh
sempurna.
Bronchopneumonia
Biasanya merupakan penyakit sekunder,timbul setelah menderita
penyakit lain. Kebanyakan menyerang bayi dan anak kecil. Keadaan
umum tidak terlalu terganggu (bila belum sesak), demam tidak terlalu
tinggi (sering sebagai demam remitten). Tidak ditemukan pekak relatif
pada perkusi, pada foto thorax tidak tampak bayangan infiltrate (atau
bila ada tersebar kecil). Sering relaps,mortalitas lebih tinggi, dan
sembuh
V.
dengan
sisa-sisa
fibrosis.
VI.
PENATALAKSANAAN
1. Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya.
2. Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase.
3. Rehidrasi yang cukup dan adekuat.
Komplikasi sistemik.
Hipoksemia.
Pneumonia kronik.
Bronkietasis.
terganggu
(takipnea),
batuk
yang
kering
akan
j.
Keadaan umum.
Klien pneumonia kondisi umumnya lemah, expresi muka menahan
rasa sakit karena nyeri dada yang menusuk-nusuk.
Sistem integumen.
Sistem respirasi.
Pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan dijumpai tanda dan
gejala sebagai berikut :
Inseksi
yang
mula-mula
non
produktif
menjadi
produktif.
- Pergerakan pada thorax pada bagian yang sakit
tertinggal.
- Timbul sianosis terutama jika bagian yang terkena
radang cukup luas.
Palpasi
: Fremitus
vokal
(getaran
suara)
akan
meningkat
8. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan laboratorium.
- Analisa darah
- Analisa urine
: Untuk
mengetahui
peningkatan
Pemeriksaan lain.
- Foto thoraks.
bilirubin
- Pemeriksaan ECG.
- Pemeriksaan gram / kultur sputum.
- Pemeriksaan serogi : kultur virus.
B. ANALISA DATA
Data yang terkumpul pada anamnesa dinalisa atau dikelompok untuk
menentukan masalah klien. Analisa merupakan kegiatan yang meliputi
pengesahan data, pengelompokan data, membandingkan dengan standart /
nilai moral, menentukan kesenjangan, menginterpretasi kesenjangan dan
akhirnya
membuat
kesimpulan.
Hasilnya
merupakan,
masalah
C.
INTERVENSI
NO
DATA
DIAGNOSA
DS :
KEPERAWATAN
HASIL
Ketidak
efektifan Tujuan : Jalan nafas kembali
Klien
bersihan
mengatakan
berhubungan
sesak
jalan
INTERVENSI
a.
jalan nafas.
Klien
menunjukkan
perilaku
Kaji
status
RASIONAL
a. Dengan
mengkaji
status
pernafasan
pergerakan dada).
kelainan
b.
Auskultas
pernafasan.
nafas
- k/u lemah
- pernafasan
dan
krekels)
dan
cuping
hidung +
sekret).
pernafasan
- Retraksi otot
x/menit.
nafas
tambahan +
c.
Frekuensi
- RR 24 x/mnt
suara
sistem
DO :
mengeluarkan
adanya
pada
16
24
Ajarkan
nafas obstruksi.
c. Pernafasan
Berikan
klien
minuman
hangat
respon
d.
pada
Tidak ada
ekspirasi
Lakukan
vibrasi dan dopping pada
dalam
expansi
paru
batuk
efektif
membatu
maximal
dan
merupakan
di
dalam
punggung.
mengencerkan
f.
Kolabora
si dengan tim dokter dalam
(bronkadilator).
e. Untuk membantu mengeluarkan
suction
sekret
juga
broncodilatos.
expectorani
mengurangi
membantu
spasme
pada
DS:
mengatakan
nyeri
(nyeri)
dibagian dengan
dada
parenkim paru.
Kriteria Hasil :
- Klien
DO:
- Klien
menyeringai
a.
mengatakan
nyeri
b.
berkurang.
- Ekspresi wajah dan gerakan
tubuh relaks.
c.
Kaji
a.
Dengan
mengkaji
skala
mengidentifikasikan masala
serta
perubahan
dapat
intensitasnya).
yang
menentukan
nyeri.
selanjutnya.
b. Nyeri
timbul
untuk
intervensi
disebabkan
- Klien
- Klien
dapat
d.
Berikan
tindakan
rutin
mendemonstrasikan teknik
untuk
daerah
relaksasi.
serta
distraksi,
keefektifan batuk.
peningkatan.
latihan
nyeri
stimulasi
relaksasi
pernafasan,
disukai
dan
otot
musik
atau
rasa
membantu
memegangi
yang
memberikan
c. Untuk
yang
bercakap-
cakap.
e.
suhu,
nadi
dan
pernafasan).
f.
dan
misalnya
pencahayaan
relaksasi
dapat
nyeri
dapat
tenang,
diharapkan
dengan
tenang
temaram,
batasi pengunjung.
g.
d. Teknik
mengetahui
untuk
dikurangi.
klien
lebih
sehingga
dapat
mengurangi nyeri.
g. Alternatif untuk mengurangi
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
- Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press, Surabaya.
- Engran Barbara (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
- Lab / UPF (1994), Ilmu Penyakit Paru, Pedoman Diagnosa dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
- Lismidar H, dkk, (1993), Proses Keperawatan, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
- Marllyn E. Doengoes, dkk, (1991), Nursing Diagnosa in Planning Patient Care
Isecond Edition, Philadelphia.
- Nasrul Effendy, (1995), Proses Keperawatan. EGC, Jakarta.
- Soeparman, (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi 3, Balai Pustaka FKUI,
Jakarta.
- Susan Martin Tuker, (1996), Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, EGC,
Jakarta.
- Sylvia Anderson (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, Edisi II,
EGC, Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
Untuk Memenuhi Tugas Profesi
Departemen Keperawatan Gawat Darurat
RSU Dr. Saiful Anwar, Malang
Oleh:
Adinda Mawada Rahma
NIM. 140070300011174